แชร์

Dinner Romantis

ผู้เขียน: Sity Mariah
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-11-06 17:01:25

Mobil melaju sampai akhirnya berhenti di parkiran sebuah resto bintang lima. Bang Fahad sudah turun lebih dulu tapi aku tetap duduk di jok mobil. Aku merasa enggan untuk ke luar. Aku masih kesal pada laki-laki itu. Bertindak sesukanya dan lebih aneh bisa begitu mudahnya merebut hati Mama Papa.

"Chi, ayo!" Bang Fahad membukakan pintu di mana aku duduk. Namun aku menggeleng.

"Aku gak mau makan. Abang aja sendiri!" jawabku ketus dengan kedua tangan menyilang di depan tubuh.

"Kamu tuh memang sukanya dipaksa kali, ya. Sukanya digendong terus sama saya," ucapnya membuatku memutar bola mata jengah. "Ke luar, Chi. Apa mau saya gendong lagi kayak tadi di rumah Mama Papamu?"

"Aku gak mau ke luar. Aku gak mau makan. Abang aja sana sendiri!" sungutku tegas.

"Saya hitung sampai tiga. Kalau gak mau turun juga, saya gendong kamu, ya! Satu ...."

Aku mengembus napas kasar. Nasib apa punya suami tukang maksa begini. S
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Morning Kiss

    "Aku mau tidur di kamar tamu lagi. Aku gak mau satu kamar sama Abang," jawabku akhirnya. Bang Fahad menatapku intens dengan sorot tajamnya. Seolah tidak yakin terhadap apa yang kukatakan. Aku pun mengangguk cepat sebagai bentuk jawaban atas tatapannya itu. "Saya 'kan sudah meminta kamu untuk mulai menjalani peran kita sebagai suami istri. Kenapa kamu malah ingin tidur terpisah lagi?" Satu alis Bang Fahad terangkat. "Ya gak papa. Aku gak mau aja satu kamar. Kalau Abang masih kunci kamar itu, aku gak mau maafin Abang. Aku juga gak mau pulang!" tegasku kemudian. "Aku mending pergi ke rumah kakakku." Terdengar Bang Fahad menghembus napasnya dan dari lirikan mataku, terlihat ia juga mengusap kasar wajahnya. "Ya sudah, kamu bisa tidur lagi di kamar tamu. Tapi ... kebiasaan yang sudah berjalan jangan diubah, ya?" Kali ini keningku yang mengernyit. "Kebiasaan yang mana?" tanyaku. "Kebiasaan kamu yang mulai melakukan peran sebagai istri. Setiap pagi, menyiapkan pakaian dan sarapan untuk s

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-06
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Balikan

    "Maaf, Bang. Mungkin aku mengganggu, tapi aku memang mau lewat aja," jawab Rakana yang berdiri mungkin hanya setengah meter dari kami. Aku tak mau menatapnya. Membuatku memalingkan wajah yang menunduk sambil mengigit bibir. Bang Fahad memang tidak tahu tepat. Pagi-pagi begini dia sudah mencuri kembali ciuman dariku. Arghhh, sialan. "Lho, kamu baru berangkat? Jam berapa ini? Bisa telat nanti." "Iya, Bang. Tadi aku bangun terlambat. Semalaman Faula gak bisa tidur karena demam, jadi aku temenin dia dulu. Jam lima pagi dia baru bisa tidur, akhirnya aku telat bangun. Maaf kalau nanti aku telat di kantor ya, Bang?" Aku menghela napas pelan. Mendengar Raka menceritakan keadaan Faula, satu sudut hatiku merasa tercubit. Namun aku mencoba untuk biasa saja. Tidak menunjukkan reaksi berlebihan. Terdengar Bang Fahad menyentak napas kasar. "Ya sudah, kamu ikut mobil Abang. Kita pergi barengan." "Huum. Makasih, Bang. Aku tunggu di luar kalau gitu. Mari ...." Rakana melangkah pergi menuju paga

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-07
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Pantang Memungut Sampah

    "Jangan gila kamu, Raka. Mana mungkin kita balikan?!" Aku melotot seraya menarik tanganku sampai terlepas dari genggaman Rakana. "Kenapa gak mungkin? Kamu sudah mencintai Bang Fahad? Iya?!" Aku menggeleng tegas. "Enggak. Aku gak mencintainya sama sekali. Aku bahkan masih belajar untuk menerima pernikahan ini." "Terus, kenapa kita gak bisa balikan?" "Ya kamu pikir aja sendiri, apa pantas pengkhianat seperti kamu aku beri kesempatan dengan balikan, hah? Enak aja. Kamu yang sudah menghancurkan hubungan kita. Kamu yang sudah berselingkuh dan mempermalukan keluargaku di acara pesta pernikahan yang jauh-jauh aku rancang. Kamu udah gak punya otak, Raka?!" Aku benar-benar muak dibuatnya. Rakana menggelengkan kepalanya seraya menatapku dalam-dalam. "Tapi aku gak mencintai Faula, Chi. Aku gak mencintai dia. Aku hanya mencintai kamu dan cuma kamu yang masih bertahta di hati ini. Aku gak rela kamu jadi milik Bang Fahad. Tolong mengerti itu." Aku menarik napas panjang sepenuh dada dan mengemb

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-07
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Asupan Lain

    *************"Kenapa kamu? Keliatannya semringah banget?"Bang Fahad baru saja pulang. Aku menyambutnya seperti biasa dan saat ini tengah melepaskan sepasang sepatu dari kakinya, tapi ia melontarkan pertanyaan barusan."Biasa aja, kok," jawabku dan bergegas menaruh sepasang sepatunya. Kemudian langsung ke dapur dan menyiapkan segelas air putih yang kubawa pada Bang Fahad."Saya mau mandi dulu, habis itu baru makan malam," ucapnya yang lantas meneguk segelas air putihnya hingga tandas.Aku mengangguk paham. Setelah ia selesai minum, aku berdiri di belakangnya. Memijat pundak dan lehernya seperti biasa.Hingga berselang beberapa menit, Bang Fahad meminta disiapkan air hangat untuknya mandi. Tanpa banyak protes, aku bergegas segera ke kamar utama. Menyiapkan air hangat memenuhi bath tub karena ia meminta untuk berendam.“Air hangat sudah siap, Bang. Aku ke dapur dulu,” ucapku memberitahu setelah kembali

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-08
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Berbeda

    Aku membeku. Rakana berdiri di depan sana dengan menenteng kresek putih, wajahnya tampak tak terbaca. Ada campuran antara kaget, kesal, dan sesuatu yang lebih dalam di matanya. Aku tak bisa berkata apa-apa, terlalu terguncang dengan situasi yang terjadi. Bang Fahad perlahan berjalan mendekati adiknya, menghela napas dalam seolah enggan. Dengan tenang, ia berhadapan dengan Rakana yang masih berdiri di ambang pintu. “Maaf mengganggu, Bang,” Rakana akhirnya berbicara, meski suaranya terdengar dingin. “Aku cuma mau anter ini buat abang.” Ia menyerahkan kresek putih di tangannya pada sang kakak. Aku merasakan tatapan Rakana jatuh padaku, seperti pertanyaan tanpa kata yang menggantung di antara kami. "Kue cincin, makanan kesukaan Abang. Kebetulan tadi aku cari makan malam, gak sengaja lihat makanan ini. Aku ngide aja beliin buat Abang," jelas Rakana setelah kresek putih tadi berpindah tangan pada Bang Fahad. "Hmm, makasih. Ada lagi hal lain?" Bang Fahad bertanya dengan nada datar. Raka

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-11
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Pura-pura Terluka

    Tidak bisa tidur, aku marathon menonton drama China dan Drakor meski melalui ponsel. Sekitar pukul sebelas malam, aku baru membenahi selimut dan hendak tidur. Namun tiba-tiba pintu kamar diketuk dan aku mencoba untuk membukanya. "Raka? Ngapain kamu?" tanyaku dengan kening mengernyit. "Bukannya kamu sudah diperingatkan gak boleh masuk rumah?" Rakana tersenyum. "Aku kangen kamu, Chi. Sakit banget lihat kamu sama Abang kayak tadi." Aku mendecak sebal. "Gak jelas banget kamu. Terserah akulah mau ngapain aja sama Bang Fahad. Aku juga gak pernah urusin kamu sama Faula mau ngapain 'kan?!" Rakana tersenyum miring. "Lihat itu, Chi," dagu Rakana terangkat mengarah pada tubuhku. Seolah tidak peduli dengan ucapanku. "Leher kamu bahkan dada kamu terbuka dengan bercak kemerahan. Aku melihat semuanya apa yang terjadi antara kamu dan Abang," jelasnya sambil menatapku lekat. "Kalau kamu bisa melihatnya. Hatiku saat ini berdarah-darah, Chi." Kedua tangan Rakana bersedekap dengan bahu menyandar pad

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-11
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Terlampau Lembut

    Aku benar-benar tidak bisa tidur jadinya. Padahal sudah jam satu dini hari tapi aku tidak bisa tidur. Akhirnya aku keluar kamar dan memilih duduk mengisi meja makan. Menikmati cake strawberry yang ada di dalam kulkas sebelumnya. Hingga beberapa saat berselang, terdengar derap langkah mendekat ke meja makan ini, membuatku menoleh dan sosok Bang Fahad yang datang. "Kamu ngapain di sini, Chi?" tanyanya, suaranya pelan namun terdengar begitu berat di telingaku. Aku sedikit terkejut. "E ... aku gak bisa tidur," jawabku sambil menghabiskan cake dalam mika plastik. Aku melirik pada Bang Fahad yang seolah memperhatikanku tanpa bicara. Aku bisa merasakan tatapan tajamnya yang menelisik, seakan mencoba mencari sesuatu di wajahku. Setelah beberapa saat, dia mendesah pelan dan melangkah makin mendekat. Berdiri di samping kursi tempatku duduk, tangannya terulur, menangkup pipiku dengan lembut. "Kamu mimpi buruk? Wajah kamu kelihatan agak … bingung," ucapnya sambil menatapku dalam-dalam. Aku me

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-11
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Kamu ....

    Jam satu siang, aku baru selesai mandi dan berganti pakaian. Karena aku tidak ke mana-mana, rasanya malas untuk mandi andai tidak dipaksakan. Keluar dari kamar, aku langsung menuju dapur. Menyiapkan makanan serta minuman dingin yang kudapat dari delivery order. Aku akan menikmatinya sambil menonton televisi. Suasana rumah begitu sunyi, hanya terdengar suara denting sendok dari dapur saat ini. Aku mencicipi sedikit jus strawberry yang kupesan, rasanya yang masam dan dingin menjadi campuran rasa segar di mulut dan tenggorokan. Membuatku rileks sejenak, meski pikiranku masih berputar pada apa yang terjadi tadi pagi. Entah keberanian darimana aku sampai mencium Bang Fahad seperti tadi. Sebelum ke ruangan televisi, aku merapikan meja dapur lebih dulu. Membuatnya kembali bersih seperti semula. "Astaga!" Aku memekik. Saat berbalik, Rakana sudah berdiri di depanku yang tidak kutahu kedatangannya. Dia mengagetkanku. Hampir membuat gelas serta piring di tanganku jatuh. "Kamu ngapain, sih? K

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-12

บทล่าสุด

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Aku Kalah

    "Selamat datang di rumah."Bang Fahad berucap dengan begitu lembut ketika baru saja sampai di ruang tamu. Setelah satu Minggu dirawat di rumah sakit, pagi ini aku sudah kembali ke rumah."Kamu mau langsung istirahat dulu di kamar atau makan dulu?" tawar Bang Fahad lagi. Namun, aku belum bereaksi. Aku yang duduk di kursi roda, hanya menatap lurus ke depan. Jujur saja aku merasa kesal karena harus bergantung padanya. "Gak usah sok baik, Bang!" ucapku akhirnya dengan pandangan masih lurus ke arah depan. Kejadian perampokan malam itu, masih sering berkelebat dalam pikiranku. Karena kejadian itu, aku kehilangan mobil, ponsel dan dompet dalam tas. Papa yang sudah mencoba mengusutnya di pihak berwajib, tapi belum menemukan titik terang.Bang Fahad tiba-tiba berjongkok di depan kursi rodaku. Sempat pandangan mata kami bertemu, sebelum kemudian aku memalingkan wajah. Namun saat itu pula, aku malah teringat bagaimana dia menjagaku selam

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Hanya Ada Rasa Nyaman

    Aku mengalihkan pandangan ke luar jendela, menatap langit yang mulai meredup. Senja berganti malam dengan begitu cepat, seperti perasaanku yang tiba-tiba jadi berantakan.Sejak tadi, Bang Fahad sibuk berbicara dengan dokter dan perawat di luar ruangan. Aku bisa mendengar suaranya samar-samar, memastikan semua kebutuhan perawatanku akan terpenuhi. Sementara itu, Mama dan Papa baru saja meninggalkan kamar setelah memastikan aku baik-baik saja—setidaknya, secara fisik.Aku menghela napas, menatap kakiku yang masih terbungkus gips. Rasanya berat, lebih dari sekadar rasa nyeri yang menjalar. Aku tidak hanya kehilangan kebebasan bergerak, tapi juga harus menerima kenyataan bahwa mulai hari ini, aku akan sepenuhnya berada dalam pengawasan Bang Fahad.Apa ini hukuman buatku?Aku mengeratkan jemariku di atas selimut.Sebelumnya, aku ingin dia merasakan penderitaan yang sama seperti yang aku alami. Aku ingin dia tersiksa, ingin dia tahu rasanya dia

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Semakin Rumit

    Samar-samar, aku bisa mendengar suara bising di sekeliling. Bau obat-obatan menyeruak mengganggu indera penciuman, bercampur dengan suara langkah kaki yang mondar-mandir. Kelopak mataku terasa berat, tapi akhirnya berhasil terbuka.Aku menatap langit-langit putih di atas kepala. Rasanya asing. Butuh beberapa detik sebelum aku menyadari bahwa aku sedang berada di sebuah ruangan rumah sakit.Mataku mengerjap, mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum semuanya menjadi gelap. Perampokan. Tendangan. Rasa sakit yang menjalar di kaki. Aku menggigit bibir, dan saat itulah aku meringis, merasakan nyeri menusuk di bagian wajah."Chiara?"Aku menoleh, menemukan Bang Fahad duduk di samping ranjang. Wajahnya tampak tegang dan sorot mata penuh kecemasan."Kamu sudah sadar?" tanyanya terdengar begitu khawatir.Aku menelan ludah, lalu mengalihkan pandangan menghindari bertatapan dengannya. Aku bahkan tidak tahu ba

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Tidak Boleh Terpengaruh

    Sepanjang hari itu, aku memilih untuk tetap berada di dalam kamar meski tidak banyak yang bisa aku lakukan selain tidur dan bermain ponsel. Aku berusaha mengalihkan pikiranku dari keberadaan Bang Fahad. Tapi tetap saja, ada bagian dari pikiranku yang terus bertanya-tanya apa yang sedang dia lakukan.Sampai akhirnya, menjelang malam, aku keluar untuk mengambil air di dapur. Namun, langkahku terhenti ketika melihat Bang Fahad duduk di ruang tengah, dengan segelas air di tangannya. Matanya tampak kosong, menatap lurus ke depan seakan pikirannya berada entah di mana.Aku tidak berniat menyapa, tapi ketika aku berbalik untuk kembali ke kamar, suaranya lantas terdengar."Kamu mau pergi ke mana besok?" tanyanya, membuatku mengerutkan kening.Aku lantas menoleh. "Maksudmu?"Bang Fahad menghela napas sebelum menoleh ke arahku. "Besok akhir pekan. Saya hanya ingin tahu apakah kamu punya rencana pergi ke luar?"Aku menatapnya curiga. "Kenapa? Mau ikut?"Dia menggeleng. "Tidak. Saya hanya ingin m

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Dia Harus Tahu

    Aku bisa merasakan genggaman tangannya yang mengerat, seolah tidak ingin melepaskanku. Sorot matanya yang penuh harapan kini berganti rasa penasaran, terhantam oleh kata-kataku yang dingin."Chi, jangan begini. Saya tidak mau pisah ranjang. Kita baru saja memulai hubungan ini lagi, dan kamu——"Aku menarik tanganku yang ia cekal, lalu mengangkatnya hingga ia berhenti bicara."Aku sudah bilang, jangan memaksa. Dan ini menjadi kesepakatan kita!" ucapku tegas.Aku menatapnya tanpa ekspresi, membiarkan tatapannya menusuk hatiku, tapi aku menolak untuk menunjukkan kelemahanku. "Kamu yang sudah memilih jalan ini, Bang. Kamu yang meminta kesempatan ini, bukan? Aku hanya memastikan kamu menikmati akibatnya." Seringai tipis pun kutunjukkan untuknya.Bang Fahad tampa terdiam, membuatku akhirnya melangkah menuju pintu untuk ke luar. Namun, baru saja aku menyentuh kenop pintu, suara beratnya kembali menahan langkah ini

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Selamat Datang

    Hari-hari berlalu, aku masih belum bertemu lagi dengan Bang Fahad.Aku sengaja menghindarinya, belum siap untuk menghadapi perasaanku sendiri, apalagi melihatnya berusaha mendekatiku lagi. Tapi meskipun aku tidak menemuinya, keberadaannya tetap terasa.Ada bunga yang dikirimkan ke rumah, meskipun aku tidak pernah menyentuhnya. Ada pesan yang dikirim ke ponselku, meskipun aku tidak pernah membalasnya. Ada kehadiran yang selalu mengintai, meskipun aku berpura-pura tidak melihatnya.Dan yang paling membuatku gelisah adalah … aku tidak bisa mengabaikan perasaan ini.Rasa rindu yang terkubur dalam-dalam, perlahan mulai muncul ke permukaan.Aku membencinya. Aku membenci diriku sendiri karena membiarkan perasaan ini tumbuh kembali.Tapi apa aku bisa membohongi hati sendiri?Aku pikir dengan menghindarinya, aku bisa mengubur segala perasaan yang mulai merayap diam-diam ke dalam hatiku. Tapi ken

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Sisi Lain dalam Diri

    Permintaannya berhasil membuat tubuhku membeku, seolah-olah waktu berhenti begitu saja. Aku terpaku di tempat, menatap Bang Fahad yang duduk di kursi roda dengan ekspresi tenang. Seakan-akan ia baru saja mengatakan hal yang sepele, padahal ucapannya barusan adalah sesuatu yang benar-benar di luar dugaan.Mama dan Papa pun terdiam. Aku bisa melihat bagaimana wajah Papa mengeras, sedangkan Mama terperangah, jelas tidak menyangka permintaan itu akan muncul detik ini yang dirasa begitu cepat.Bagaimana dengan aku?Aku bahkan tidak tahu harus merespons bagaimana."Kamu baru saja meminta maaf. Baru saja kita bicara tentang menyudahi semua ini. Baru saja kita, ah bukan kita, tapi hanya Papa dan Mama yang mau berdamai, seakan tidak terjadi apa-apa pada kita di masa lalu. Dan sekarang, kamu bilang ingin menikahiku lagi? Secepat ini?" cecarku dengan menunjukkan raut ketidaksukaan.Bang Fahad menatapku lekat-lekat. "Saya tidak ingin memendamnya lebih lama, bahkan mungkin terdengar tidak masuk a

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Permintaan Gila

    Papa mengusap punggungku dengan lembut berulangkali. Membiarkan menangis sampai isakanku mereda perlahan. "Papa tahu kepergian Althaf menjadi pukulan berat buat kamu, tapi papa dan Mama ada di sini buat kamu. Jangan ragu untuk menceritakan apapun pada kami, Chi. Kamu tetap putri papa dan Mama, apapun yang terjadi, Nak."Aku mengeratkan pelukan pada Papa. Semakin menyadari, bahwa saat seisi dunia menjauh, ada Papa dan Mama yang siap bertarung nyawa demi hidupku. Saat ini pula, aku menyesal dan mengutuk perbuatanku sendiri."Aku minta maaf, Pa. Maaf ...." Hanya itu yang bisa kukatakan. Entah bagaimana membalas kasih sayang dan pengorbanan Papa juga Mama selama ini."Tidak perlu minta maaf, Nak. Papa hanya minta, jangan sembunyikan apapun lagi dari kami," ujar Papa sambil terus mengusap kepalaku.Aku pun hanya bisa mengangguk. Berjanji tidak akan mengulang kesalahan dan kebodohan ini lagi.Aku masih da

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Tidak Ada Artinya Lagi

    "Engg——""Iya, Tante, Om. Satu Minggu yang lalu, Chiara keluar dari sebuah klub jam sebelas malam. Dia diganggu laki-laki asing dan mungkin hendak dibawa paksa. Saya berusaha menolongnya, tapi Chiara malah menuduh kalau saya yang menyuruh laki-laki asing itu untuk mengganggunya. Saya memang selalu mengikuti Chiara diam-diam, karena saya peduli dan ingin memastikan keadaannya baik-baik saja."Aku mengatupkan bibir rapat-rapat. Tidak menyangka Bang Fahad malah membeberkan perbuatanku. Benar-benar sialan."Apa benar itu, Chi?" tanya Papa, nada suaranya terdengar dingin.Aku diam, tak memberi respon dan reaksi apapun. Aku merasa tidak siap untuk jujur. Mama dan Papa pasti akan sangat marah jika tahu yang sebenarnya."Diam artinya, iya. Jadi, kamu sudah berbohong pada mama malam itu, Chi?" Kali ini Mama yang mendesak.Aku masih tidak bereaksi. Hanya menunduk sambil meremas tangan."Maaf Om, Tante. Chiara mungkin tidak mau mengakui, kalau begitu biar saya yang mengatakannya. Saya mendapati

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status