Share

Menerima Nasab

Bagian 146

Menerima Nasab

“Apa? Gubernur Asad ingin melamarku?” tanya Maira pada ayahnya. Mereka baru selesai makan malam bersama dan sudah waktunya menjelaskan hasil perbincangan di telepon tadi sore.

“Iya, kau tak salah dengar, Nak. Mereka memiliki seorang putra, dan mereka rasa cocok untuk menjadi suamimu,” ujar Ali dengan jantung berdebar luar biasa. Di ruang tamu hanya tinggal ia dan Maira saja, detik-detik kejujuran yang menyakitkan hati. Kejahatan belasan tahun silam yang meninggalkan jejak berupa seorang gadis bermata biru.

“Tapi, rasanya aneh sekali. Mengapa tak mencari wanita lain seperti guru, dokter, atau anak ulama dan mungkin saja anak gubernur lainnya. Bukankah dengan yang demikian jauh lebih sekufu.” Maira berpikir ada yang aneh. Rasanya tidak masuk akal jika keluarga Asad ingin meminangnya. Sedangkan ia pernah membuat keributan kecil di dalam istana sang gubernur. Tatapan Nyonya Heba saja sudah jelas tak menyukainya.

“Tak selamanya sekufu selalu menjadi ukuran d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status