Hari terus berlalu, karena kesibukannya mengurus usaha baksonya, Abdul sudah lupa tentang rencananya untuk segera mencari istri.
Apalagi saat ini dia sedang fokus dengan anak cabang baksonya, yang baru buka.Ditempat lain, Mayang tampak tengah sibuk, mempersiapkan dirinya, yang hendak kuliah, di sebuah Universitas ternama, yang ada di kota."Ingat Nduk, kamu harus bisa menjaga diri kamu, jangan mau dekat-dekat dengan yang namanya laki-laki, apalagi kalau miskin" nasihat bu Retno, mewanti-wanti putrinya.."Kamu tahu ndak, itu si Dini, anaknya juragan beras yang tinggal di dekat kecamatan, dia itu sekarang sudah berhenti kuliah nya" ucap bu Retno. "Lah, kenapa to bu? bukannya si Dini itu belum selesai ya, kuliah nya?" tanya Mayang tampak heran."Ya gimana mau lanjut, wong dia itu sekarang lagi ngidam!" jawab bu Retno tampak semangat menceritakan aib anak saingannya."Masa sih bu?" tanya Mayang, tampak terkejut.. "La yo bener to, berita ini sudah bukan rahasia lagi!! makanya kamu sibuk sama hp terus, gak pernah keluar rumah" ucap bu Retno, tampak mencebik."Yang jelas, kedua orangtuanya, pasti sekarang ini sangat malu, karena kelakuan anaknya" ujar bu Retno lagi, tertawa puas."Oh iya, si Fitri dimana Bu? mau aku suruh beresin tas pakaian aku" tanya Mayang, kepada sang ibu."Gak tahu, mulai pagi gak keliatan batang hidungnya" jawab Bu Retno, celingukan."Ti!!! Sitiiiii!!!" teriaknya, memanggil bu Siti."Ada apa Ndoro??" tanya bu Siti, terlihat tergopoh-gopoh, menghampiri majikan nya."Si Fitri kemana? dari tadi kok tidak keliatan!" seru bu Retno, tampak melotot."Ooh, hari ini Fitri tidak bisa bantu-bantu saya Ndoro, soalnya mau melengkapi surat-surat masuk kuliah nya" jawab bu Siti.Mayang dan Ibunya seketika melotot, mereka tak percaya, jika ternyata Fitri juga akan kuliah. "Ladalahhhh, gak salah kamu?? wong kere saja pakai kuliah!! daripada buat kuliah, mending buat perbaiki rumah kalian tuh, yang sudah mau ambruk!!" ejek Bu Retno terlihat merendahkan..Mayang juga tampak menatap tak suka ke arah pembantunya itu."Memangnya Fitri kuliah di mana Bik?" tanya Mayang, merasa penasaran."Fitri kuliah di Gajahmada Yogyakarta Ndoro, kebetulan, Fitri dapat beasiswa" jawab bu Siti, pelan."Haahhh??!!" Mayang terlihat sangat terkejut."Memangnya Fitri ambil jurusan apa?" tanya Mayang lagi, karena dirinya saja tidak lolos ujian masuk di sana."Kata Fitri, dia masuk di Fakultas Ekonomi, saya juga tidak tahu, jelasnya bagaimana" ucap bu Siti, tampak sedikit bingung untuk menjelaskan.Mendengar Fitri masuk ke Fakultas Ekonomi, hati Mayang seketika panas.Karena untuk masuk ke jurusan itu, otaknya harus benar-benar encer.Sedangkan dirinya sendiri, akhirnya memilih kuliah di Universitas swasta, karena ujian masuknya lebih mudah.Itu pun, dia mengambil jurusan Ilmu Komunikasi, karena menurutnya tidak akan terlalu repot dan memusingkan dalam mempelajari materinya.Melihat perubahan wajah pada putrinya, Bu Retno juga ikut gusar."Huh!!! miskin aja belagu, tahu begitu, waktu itu kita jodohkan saja si Fitri sama tukang bakso yang lamar kamu" ketus bu Retno kesal."Sudah sana! kamu beresin perlengkapan Ndoro Mayang!" perintah bu Retno kesal. Mayang yang tadi terlihat begitu antusias dan senang, karena besok akan berangkat kuliah, dan tinggal di kost. Tapi setelah mendengar tentang Fitri yang juga akan berkuliah, bahkan berhasil lolos di Universitas favoritnya, kini Mayang terlihat galau.Gadis itu terlihat diam dan manyun di ruang tengah, sambil memainkan ponselnya.Ia jadi begitu benci pada Fitri. Gadis yang bukan level derajatnya, tapi bisa melampaui nya. 'Ini bener-bener menyebalkan!!!' gumamnya sangat kesal.Fitri di antar oleh gurunya, untuk melengkapi berkas-berkas pendaftarannya, sekaligus mengantarkannya menuju tempat kost. Karena besok sudah mulai masuk. Bu Irene, guru Fitri yang paling peduli terhadap gadis itu, mengupayakan, agar Fitri bisa mendapatkan beasiswa..Karena dia tahu, Fitri adalah gadis yang cerdas, dan juga rajin."Tidak ada yang tertinggal to Fit, semua persyaratan yang ibu tulis, sudah kamu bawa?" tanya bu Irene, ketika melihat Fitri, pagi-pagi sudah datang ke rumahnya. "Alhamdulillah sudah bu" jawab Fitri tersenyum."Terus perlengkapan kamu gimana?" tanya bu Irene lagi, melihat ke arah tas kain, yang dibawa oleh muridnya itu."Alhamdulillah juga sudah Bu" jawabnya."Ya wes, Ibu siap-siap dulu, kamu sudah sarapan apa belum?" tanya bu Irene. "Sudah bu, tadi bareng sama ibu dirumah" jawab gadis yang mengenakan jilbab dan setelan gamisnya, yang berwarna pastel itu, tersenyum tipis. Fitri sengaja mengenakan gamis terbaik yang ia miliki saat ini.Supaya terlihat panta
"Mas Bos, besok kan pembukaan cabang bakso yang di dekat kampus, apa masih ada lagi yang kurang? biar segera saya kerjakan sekarang" ucap Rudi, salah satu orang kepercayaan Abdul."Hmm, bagaimana kalau nanti kita cek lagi saja kesana?" ujar Abdul, yang memang tengah membuka cabang bakso nya yang entah ke berapa, di dekat kampus tempat Fitri akan berkuliah."Kita juga butuh tambahan pekerja Mas" ucap Rudi lagi."Kamu jangan tambahkan dulu, harus atas seizinku dulu jika ingin merekrut. Biasanya nanti banyak mahasiswa mahasiswi yang ingin kerja part time. Aku ingin memprioritaskan mereka, sambil membantu mereka yang nembutuhkan untuk berkuliah" jelas Abdul, kepada bawahannya itu.Rudi pun mengangguk-angguk mengerti. Rupanya karena alasan itulah, sehingga Abdul membeli warung makan di lokasi itu, dengan harga yang cukup tinggi. "Iya Rud, aku pernah kuliah, jadi tahu, bagaimana para mahasiswa berjuang, kuliah sambil kerja, supaya uang semester tidak terus menunggak.Walaupun mereka bisa k
Malam harinya, Fitri tak dapat tidur, karena teringat dengan sang ibu. Sebelumnya, dia tak pernah berjauhan sama sekali dari ibunya itu.Sehari sebelum berangkat, ibunya sengaja meminta ijin kepada keluarga Pak Suryo, walaupun harus menerima sumpah serapah terlebih dahulu, karena ingin membuatkan masakan spesial untuk putrinya."Kamu pengen ibu masakkan apa Nduk?" tanya Bu Siti, kepada putri satu-satunya itu. "Masakan ibu semuanya enak, Fitri jadi bingung" jawab gadis berlesung pipi itu tersenyum lebar."Yo yang kamu pengenin aja to Nduk" jawab sang ibu, terkekeh. "Emm apa ya Buk, buntil aja deh, kan banyak itu daun talasnya, di kebun belakang, sekalian sama sayur lompongnya ya Bu" ucap Fitri tampak menahan liurnya, membayangkan dua makanan itu.Buntil yang terkenal di daerah sekitar Yogyakarta, Magelang dan Semarang itu, memang merupakan makanan yang selalu bikin kangen, dan di sukai banyak orang.Terbuat dari daun talas, atau bisa juga dengan daun singkong juga daun pepaya, yang
Setelah menjalani OSPEK selama beberapa minggu lamanya, yang benar-benar menguras tenaganya, kini Fitri sudah mulai masuk, menerima materi pembelajaran.Dia sedikit terkejut, dengan metode pembelajaran, yang tak sama, seperti ketika di SMA dulu.Baru masuk satu hari, tapi tugas sudah menumpuk begitu banyak.Membuat makalah, mencari referensi dari berbagai sumber tentang makalah yang dia buat, dan masih banyak lagi..Benar kata bu Iren, ketika menjadi seorang mahasiswi, maka dia akan banyak menghabiskan waktunya di toko buku, perpustakaan, warnet, dan tempat foto kopi, untuk mengerjakan tugas.Dia nyaris tak bisa bersantai-santai, di semester awalnya ini.Apalagi jurusan yang dia ambil adalah bidang ekonomi.Benar-benar menguras pikirannya.Seperti sore itu, Fitri baru saja pulang, setelah menerima jam kuliahnya, yang molor sampai hampir maghrib. Fitri dan kawan-kawannya keluar dari kelas, dengan wajah yang sangat kusut, dan lelah."Lapar nih, tapi di luar kok hujan ya!" ujar Yeni, s
'Sepertinya aku tak asing dengan gadis tadi, tapi di mana ya?' batin Abdul, yang tadi telah memandangi seorang gadis berwajah cantik dan manis, sedang makan bakso di warungnya.Ingin sekali menyapanya, tapi Abdul takut salah orang. Setelah menjalani OSPEK selama beberapa minggu lamanya, yang benar-benar menguras tenaganya, kini Fitri sudah mulai masuk, menerima materi pembelajaran.Dia sedikit terkejut, dengan metode pembelajaran, yang tak sama, seperti ketika di SMA dulu.Baru masuk satu hari, tapi tugas sudah menumpuk begitu banyak.Membuat makalah, mencari referensi dari berbagai sumber tentang makalah yang dia buat, dan masih banyak lagi..Benar kata bu Iren, ketika menjadi seorang mahasiswi, maka dia akan banyak menghabiskan waktunya di toko buku, perpustakaan, warnet, dan tempat foto kopi, untuk mengerjakan tugas.Dia nyaris tak bisa bersantai-santai, di semester awalnya ini.Apalagi jurusan yang dia ambil adalah bidang ekonomi.Benar-benar menguras pikirannya.Seperti sore itu,
"Pakne, ayok anake gek di indangi Pak!!( ayo anaknya di jenguk)" ajak Bu Retno kepada suaminya pagi itu."Alah-alahh Bune, lagi ae rung ndino sing indang, kok wes arep ngindangi maneh ki lo?? (baru juga dua hari yang jenguk, kok sudah mau jenguk lagi)" seru Pak Suryo tampak kesal."Aku wes kangen Pak, pokoke hari ini kita jenguk Mayang!!" ujar Bu Retno, tak mau tahu."Yo wes, aku tak nelpon Pardi disek yo, buat nganterin kita, sekalian sewa mobile" jawab Pak Suryo, kemudian menelepon Pardi, salah satu penyewa mobil di desa itu."Ya, aku tak ngongkon Siti(nyuruh Siti), buat masakin gurami senengane(kesukaan) Mayang" bu Retno segera bergegas ke dapur, memanggil Siti."Ndoro, saya mbok di ajak ke kota, nanti sekalian jenguk Fitri, Ndoro" ucap Bu Siti, dengan wajah memelas. Sudah hampir 5 bulan lamanya, Fitri berkuliah, tapi masih belum bisa pulang, karena tugas yang menumpuk.Lagipula Bu Siti juga tidak mengizinkan putrinya itu, untuk sering-sering pulang. "Eman ongkose Nduk (sayang on
"Enak tenan baksone yo Bune! Aku sampek entek rong mangkok lo (habis 2 mangkuk)" ujar Pak Suryo, sambil mengelap keringatnya yang bercucuran, karena gerah, setelah menghabiskan dua mangkuk bakso. "Iyo Pak, nang omah baksone gak ono sing enak loo, rasane cebleh kabeh! (dirumah baksonya tidak ada yang enak, hambar semua)" jawab Bu Retno, yang juga sedang memulai melahap baksonya yang kedua.Mayang hanya geleng-geleng, melihat kedua orangtuanya, yang tengah menikmati bakso nya itu."Ora nambah meneh Nduk? (gak nambah lagi Nak?)" tanya bu Retno, saat melihat putrinya sudah menghabiskan baksonya. "Ndak ah Buk, wedi lemu aku (takut gemuk)" jawab Mayang, menggeleng.Pak Suryo terkekeh mendengar ucapan putrinya."Bener Nduk, ojo leme-lemu koyok Ibukmu (jangan gemuk-gemuk seperti ibumu)" tanggap pria berkumis lebat itu, melirik ke arah istrinya.Bu Retno tampak kesal dibuatnya."Terus kenapa kalo aku gemuk Pak?? Sampean terus mau kawin lagi, gitu tah??" kesal bu Retno, mendelik ke arah suami
"Nama kamu Mayang kan?" tanya seorang laki-laki yang bernama Dion itu, mendekati Mayang, saat gadis itu sedang duduk di kantin, untuk makan siang, bersama dua temannya. "Eeh, iiiya Kak" jawab Mayang, tampak gugup."Boleh aku duduk disini?" tanya Dion, sembari tersenyum.Rina dan Diva tampak terpukau dengan senyuman seniornya itu."Bbboleh lah Kak, silahkan" jawab Mayang, sambil menggerakkan tangannya di bawah meja, mengusir dua temannya.Rina dan Diva yang awalnya bingung, jadi mengerti, kalau Mayang sedang tak ingin di ganggu, dan ingin berdua saja dengan Kak Dion."May, kami ke kelas dulu ya!" ucap Diva, kemudian bangun, di susul oleh Rina."Ooh, oke. Nanti biar aku yang bayar semuanya" ucap Mayang tersenyum. Dion kemudian duduk di depan Mayang, sambil menatap wajah Mayang intens."Kamu dari daerah mana?" tanya Dion, bersandar di tempat duduknya."Ooh, aku dari daerah gunung kidul Kak" jawab Mayang."Kalau Kakak, dari daerah mana?" Mayang balik bertanya kepada pemuda ganteng di de