Fitri di antar oleh gurunya, untuk melengkapi berkas-berkas pendaftarannya, sekaligus mengantarkannya menuju tempat kost. Karena besok sudah mulai masuk.
Bu Irene, guru Fitri yang paling peduli terhadap gadis itu, mengupayakan, agar Fitri bisa mendapatkan beasiswa..Karena dia tahu, Fitri adalah gadis yang cerdas, dan juga rajin."Tidak ada yang tertinggal to Fit, semua persyaratan yang ibu tulis, sudah kamu bawa?" tanya bu Irene, ketika melihat Fitri, pagi-pagi sudah datang ke rumahnya. "Alhamdulillah sudah bu" jawab Fitri tersenyum."Terus perlengkapan kamu gimana?" tanya bu Irene lagi, melihat ke arah tas kain, yang dibawa oleh muridnya itu."Alhamdulillah juga sudah Bu" jawabnya."Ya wes, Ibu siap-siap dulu, kamu sudah sarapan apa belum?" tanya bu Irene. "Sudah bu, tadi bareng sama ibu dirumah" jawab gadis yang mengenakan jilbab dan setelan gamisnya, yang berwarna pastel itu, tersenyum tipis. Fitri sengaja mengenakan gamis terbaik yang ia miliki saat ini.Supaya terlihat pantas dan rapi, ketika berada di kota nanti.Setelah beberapa saat lamanya, menunggu bu Irene yang sedang bersiap, merekapun kemudian berangkat.Mereka menaiki mobil milik bu Irene, yang di supiri oleh suaminya sendiri."Ini ada baju-baju nya Ica Fit, siapa tahu ada yang cocok buat kamu. Masih bagus-bagus semuanya" bu Irene mengangsurkan paper bag yang lumayan besar, ke arah Fitri."Terimakasih banyak bu Iren" jawab Fitri, tampak senang. Karena memang dia tidak memiliki banyak pakaian. "Ingat pesan Ibu Fit, kalau kuliah nanti, dan hidup di daerah orang, kamu harus bisa jaga diri, tidak boleh sembrono, apalagi sama lawan jenis. Tujuan kamu adalah menuntut ilmu, demi masa depan kamu yang lebih baik.Jadi kamu harus belajar sungguh-sungguh, jangan kecewakan ibumu, dan juga kami, yang sudah mengupayakan beasiswa ini untuk kamu" nasihat wanita yang sudah berumur 50an itu."Insya Allah bu, Fitri pasti akan jaga diri, dan belajar dengan baik" jawab Fitri mengangguk."Bagus, Ibu pegang janji kamu. Nanti kamu sekalian Ibu carikan tempat kost terdekat, supaya kamu tidak keluar biaya transportasi. Kan lumayan Fit, uang saku dari beasiswanya, bisa kamu gunakan untuk keperluan yang lain" ucap bu Irene lagi."Nggih Bu, terimakasih" jawab Fitri, sopan.Inilah yang disukai oleh wanita paruh baya itu, dia sangat menyayangi muridnya yang satu ini. Selain sopan santun, dia juga cerdas, dan ringan tangan.Makanya, ketika ada kesempatan beasiswa dari sebuah perusahaan besar, Bu Irene segera mengupayakan untuk muridnya itu.Setelah melalui test, dan juga nilai rapor yang memenuhi syarat, Fitri lolos, sebagai penerima beasiswa. Selain biaya kuliah gratis, setiap bulannya Fitri juga akan mendapatkan uang saku, dari beasiswanya itu, sebesar 3 juta rupiah. Bahkan, jika Fitri sudah lulus nanti, jika lulus dengan nilai yang memuaskan, dia akan langsung di rekrut oleh perusahaan, yang sudah mensponsori beasiswanya, dan langsung menjadi pegawai tetap, di perusahaan itu.*********"Nah, ini tempat kost kamu Fitri, kamu ke kampus bisa jalan kaki dari sini" ucap bu Iren dan Pak Yoga, yang mencarikan kost untuk Fitri."Kost ini perbulannya 500 Fit, jadi uang saku kamu tinggal 2.500.000, perbulannya. Gunakan itu, untuk keperluan kamu, dan mengerjakan tugas" ucap bu Iren menjelaskan.Sebuah kamar yang terdiri dari satu tempat tidur, dan lemari itu memang tidak besar, tapi terlihat cukup nyaman.Untuk kamar mandi dan dapur, ada di sudut gang, dari tempat kost itu.Setiap lantainya terdiri dari 10 kamar, dengan 4 kamar mandi plus toilet, juga satu buah dapur.Sang pemilik menunjukkan tata tertib untuk penghuni tempat kost nya, dan salah satunya adalah, tidak di perkenankan memasukkan laki-laki ke tempat kost.Bu Irene tersenyum puas, karena ia merasa tenang sekarang. Telah mendapatkan tempat kost yang layak dan aman, untuk anak didiknya. "Semoga kamu betah ya Fit, kalau ada apa-apa, kamu bisa hubungi Ibu" ucap bu Iren, kemudian pamit, dan meninggalkan Fitri sendiri, di tempat kost nya.Bersambung"Mas Bos, besok kan pembukaan cabang bakso yang di dekat kampus, apa masih ada lagi yang kurang? biar segera saya kerjakan sekarang" ucap Rudi, salah satu orang kepercayaan Abdul."Hmm, bagaimana kalau nanti kita cek lagi saja kesana?" ujar Abdul, yang memang tengah membuka cabang bakso nya yang entah ke berapa, di dekat kampus tempat Fitri akan berkuliah."Kita juga butuh tambahan pekerja Mas" ucap Rudi lagi."Kamu jangan tambahkan dulu, harus atas seizinku dulu jika ingin merekrut. Biasanya nanti banyak mahasiswa mahasiswi yang ingin kerja part time. Aku ingin memprioritaskan mereka, sambil membantu mereka yang nembutuhkan untuk berkuliah" jelas Abdul, kepada bawahannya itu.Rudi pun mengangguk-angguk mengerti. Rupanya karena alasan itulah, sehingga Abdul membeli warung makan di lokasi itu, dengan harga yang cukup tinggi. "Iya Rud, aku pernah kuliah, jadi tahu, bagaimana para mahasiswa berjuang, kuliah sambil kerja, supaya uang semester tidak terus menunggak.Walaupun mereka bisa k
Malam harinya, Fitri tak dapat tidur, karena teringat dengan sang ibu. Sebelumnya, dia tak pernah berjauhan sama sekali dari ibunya itu.Sehari sebelum berangkat, ibunya sengaja meminta ijin kepada keluarga Pak Suryo, walaupun harus menerima sumpah serapah terlebih dahulu, karena ingin membuatkan masakan spesial untuk putrinya."Kamu pengen ibu masakkan apa Nduk?" tanya Bu Siti, kepada putri satu-satunya itu. "Masakan ibu semuanya enak, Fitri jadi bingung" jawab gadis berlesung pipi itu tersenyum lebar."Yo yang kamu pengenin aja to Nduk" jawab sang ibu, terkekeh. "Emm apa ya Buk, buntil aja deh, kan banyak itu daun talasnya, di kebun belakang, sekalian sama sayur lompongnya ya Bu" ucap Fitri tampak menahan liurnya, membayangkan dua makanan itu.Buntil yang terkenal di daerah sekitar Yogyakarta, Magelang dan Semarang itu, memang merupakan makanan yang selalu bikin kangen, dan di sukai banyak orang.Terbuat dari daun talas, atau bisa juga dengan daun singkong juga daun pepaya, yang
Setelah menjalani OSPEK selama beberapa minggu lamanya, yang benar-benar menguras tenaganya, kini Fitri sudah mulai masuk, menerima materi pembelajaran.Dia sedikit terkejut, dengan metode pembelajaran, yang tak sama, seperti ketika di SMA dulu.Baru masuk satu hari, tapi tugas sudah menumpuk begitu banyak.Membuat makalah, mencari referensi dari berbagai sumber tentang makalah yang dia buat, dan masih banyak lagi..Benar kata bu Iren, ketika menjadi seorang mahasiswi, maka dia akan banyak menghabiskan waktunya di toko buku, perpustakaan, warnet, dan tempat foto kopi, untuk mengerjakan tugas.Dia nyaris tak bisa bersantai-santai, di semester awalnya ini.Apalagi jurusan yang dia ambil adalah bidang ekonomi.Benar-benar menguras pikirannya.Seperti sore itu, Fitri baru saja pulang, setelah menerima jam kuliahnya, yang molor sampai hampir maghrib. Fitri dan kawan-kawannya keluar dari kelas, dengan wajah yang sangat kusut, dan lelah."Lapar nih, tapi di luar kok hujan ya!" ujar Yeni, s
'Sepertinya aku tak asing dengan gadis tadi, tapi di mana ya?' batin Abdul, yang tadi telah memandangi seorang gadis berwajah cantik dan manis, sedang makan bakso di warungnya.Ingin sekali menyapanya, tapi Abdul takut salah orang. Setelah menjalani OSPEK selama beberapa minggu lamanya, yang benar-benar menguras tenaganya, kini Fitri sudah mulai masuk, menerima materi pembelajaran.Dia sedikit terkejut, dengan metode pembelajaran, yang tak sama, seperti ketika di SMA dulu.Baru masuk satu hari, tapi tugas sudah menumpuk begitu banyak.Membuat makalah, mencari referensi dari berbagai sumber tentang makalah yang dia buat, dan masih banyak lagi..Benar kata bu Iren, ketika menjadi seorang mahasiswi, maka dia akan banyak menghabiskan waktunya di toko buku, perpustakaan, warnet, dan tempat foto kopi, untuk mengerjakan tugas.Dia nyaris tak bisa bersantai-santai, di semester awalnya ini.Apalagi jurusan yang dia ambil adalah bidang ekonomi.Benar-benar menguras pikirannya.Seperti sore itu,
"Pakne, ayok anake gek di indangi Pak!!( ayo anaknya di jenguk)" ajak Bu Retno kepada suaminya pagi itu."Alah-alahh Bune, lagi ae rung ndino sing indang, kok wes arep ngindangi maneh ki lo?? (baru juga dua hari yang jenguk, kok sudah mau jenguk lagi)" seru Pak Suryo tampak kesal."Aku wes kangen Pak, pokoke hari ini kita jenguk Mayang!!" ujar Bu Retno, tak mau tahu."Yo wes, aku tak nelpon Pardi disek yo, buat nganterin kita, sekalian sewa mobile" jawab Pak Suryo, kemudian menelepon Pardi, salah satu penyewa mobil di desa itu."Ya, aku tak ngongkon Siti(nyuruh Siti), buat masakin gurami senengane(kesukaan) Mayang" bu Retno segera bergegas ke dapur, memanggil Siti."Ndoro, saya mbok di ajak ke kota, nanti sekalian jenguk Fitri, Ndoro" ucap Bu Siti, dengan wajah memelas. Sudah hampir 5 bulan lamanya, Fitri berkuliah, tapi masih belum bisa pulang, karena tugas yang menumpuk.Lagipula Bu Siti juga tidak mengizinkan putrinya itu, untuk sering-sering pulang. "Eman ongkose Nduk (sayang on
"Enak tenan baksone yo Bune! Aku sampek entek rong mangkok lo (habis 2 mangkuk)" ujar Pak Suryo, sambil mengelap keringatnya yang bercucuran, karena gerah, setelah menghabiskan dua mangkuk bakso. "Iyo Pak, nang omah baksone gak ono sing enak loo, rasane cebleh kabeh! (dirumah baksonya tidak ada yang enak, hambar semua)" jawab Bu Retno, yang juga sedang memulai melahap baksonya yang kedua.Mayang hanya geleng-geleng, melihat kedua orangtuanya, yang tengah menikmati bakso nya itu."Ora nambah meneh Nduk? (gak nambah lagi Nak?)" tanya bu Retno, saat melihat putrinya sudah menghabiskan baksonya. "Ndak ah Buk, wedi lemu aku (takut gemuk)" jawab Mayang, menggeleng.Pak Suryo terkekeh mendengar ucapan putrinya."Bener Nduk, ojo leme-lemu koyok Ibukmu (jangan gemuk-gemuk seperti ibumu)" tanggap pria berkumis lebat itu, melirik ke arah istrinya.Bu Retno tampak kesal dibuatnya."Terus kenapa kalo aku gemuk Pak?? Sampean terus mau kawin lagi, gitu tah??" kesal bu Retno, mendelik ke arah suami
"Nama kamu Mayang kan?" tanya seorang laki-laki yang bernama Dion itu, mendekati Mayang, saat gadis itu sedang duduk di kantin, untuk makan siang, bersama dua temannya. "Eeh, iiiya Kak" jawab Mayang, tampak gugup."Boleh aku duduk disini?" tanya Dion, sembari tersenyum.Rina dan Diva tampak terpukau dengan senyuman seniornya itu."Bbboleh lah Kak, silahkan" jawab Mayang, sambil menggerakkan tangannya di bawah meja, mengusir dua temannya.Rina dan Diva yang awalnya bingung, jadi mengerti, kalau Mayang sedang tak ingin di ganggu, dan ingin berdua saja dengan Kak Dion."May, kami ke kelas dulu ya!" ucap Diva, kemudian bangun, di susul oleh Rina."Ooh, oke. Nanti biar aku yang bayar semuanya" ucap Mayang tersenyum. Dion kemudian duduk di depan Mayang, sambil menatap wajah Mayang intens."Kamu dari daerah mana?" tanya Dion, bersandar di tempat duduknya."Ooh, aku dari daerah gunung kidul Kak" jawab Mayang."Kalau Kakak, dari daerah mana?" Mayang balik bertanya kepada pemuda ganteng di de
Ponsel Mayang berdering..."Kak Dion.." Mayang pun segera menjawabnya.."Iya Kak.." jawabnya."Iya, aku masih pulang sebentar ke kost" jawab Mayang."Deket kok, Kost sebelah timur kampus" jawab Mayang lagi."Oke deh, Mayang tunggu ya Kak" jawabnya terdengar antusias.Rupanya Dion akan menjemputnya ke rumah kostnya.Mayang kemudian segera turun, dan menunggu Dion di bangku panjang, yang ada di sebelah gerbang kost."Tunggu siapa Mbak?" tanya satpam yang berjaga."Tunggu temen Pak" jawab Mayang sedikit acuh."Tiinn" sebuah sepeda motor besar, berhenti di depan gerbang. Mayang segera berlari menghampiri, begitu tahu kalau yang datang adalah Dion."Sudah siap!?" tanya Dion, kemudian menyodorkan helm ke tangan Mayang.Mayang segera naik ke atas boncengan."Pegangan yang kuat ya, aku tak terbiasa jalan pelan" seru Dion.Mendengar intruksi dari seniornya itu, Mayang pun kemudian melingkarkan tangannya, ke pinggang Dion.Benar saja, Dion melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Mayang ya