DIKIRA MISKIN 60"Kenapa tidak diangkat, Mas?" tanyaku saat melihat Mas Ajun hanya mendiamkan saja benda yang terus bergetar di atas meja hingga berulang kali. "Bagaimana mau diangkat? Kalau yang menelepon itu Yudi?" ucap Mas Ajun seraya menggaruk kepalanya yang mungkin memang gatal karena jarang keramas. Tidak bisa melakukan sendiri, terpaksa kujadwal keramasnya seminggu sekali."Angkat saja, siapa tahu penting?""Pasti penting buat dia, tapi tidak buat kita. Dia pasti mau menagih utang yang 40 juta karena tahu sawah kita sudah laku." Mas Ajun terlihat gelisah."Angkat saja dan bilang kalau uangnya tidak kita kasih dulu karena mau buat usaha," usulku."Halah, kayak enggak tahu sifat Yudi saja. Dia itu meski saudara, tapi perhitungan banget, mentang-mentang seorang pebisnis." Mas Ajun cemberut."Kita coba saja dulu. Siapa tahu kali ini ia mau memberi kita waktu untuk bayar utang kalau tahu usaha kita akan berhasil," ucapku berusaha mengambil ponsel yang terus berdering itu."Jangan d
DIKIRA MISKIN 61Geram rasanya melihat foto itu. Di sana terlihat dengan jelas Mas Wahyu tengah berhadapan dengan seorang wanita. Mereka terlihat sangat bahagia, tampak dari wajahnya yang tersenyum lebar.Dasar lelaki, istri di rumah mengurus anak, capek, dianya malah asyik berduaan dengan wanita lain. Awas saja kalau pulang, aku akan membuat perhitungan. Akan kuulek sampai lumat.Aku sudah tidak sabar rasanya menunggu kakak iparku itu pulang. Tidak berapa lama, terdengar deru sepeda motor berhenti di depan rumah. Itu pasti lelaki tidak tahu diri itu. Dengan amarah yamg menguasai dada, aku membuka pintu dan melihat keluar. Sesuai dugaanku, Mas Wahyu pulang, namun tidak sendiri melainkan dengan seorang wanita yang tadi kulihat ada di dalam foto. Oh my God, dia bahkan berani membawa pulang wanita tidak tahu diri itu. Ternyata benar kalau pelakor sudah merajalela, bahkan berani mendatangi rumah istri sah. Tanganku mengepal, gigi gemeletuk, segera kusisingkan lengan baju untuk menghadap
DIKIRA MISKIN 62Melihat Mbak Ranti bangun dan berteriak, refleks tangan Mas Wahyu melepaskan pegangannya sehingga aku pun terjatuh. Aduh, tega sekali dia menjatuhkan bidadari cantik yang turun dari kayangan ini."Dia yang menggodaku, Ma," ucap Mas Wahyu tanpa mau membantuku untuk bangun.Aku meringis kesakitan, karena Mas Wahyu mendorongku cukup keras sehingga pantat ini membentur lantai yang keras, semoga saja tidak lecet."Adik enggak tahu diri, bisa-bisamya menggoda suamiku, mentang-mentang suami sendiri tidak punya kaki." Mbak Ranti mendorong tubuhku sehingga aku jatuh untuk yang kedua kali."Aduh, sakit, Mbak," ucapku kembali meringis kesakitan."Sakit mana dengan hati ini yang dikhianati oleh adik sendiri." Mbak Ranti semakin membabi buta, ia kembali menarik dan menjambak rambutku. Aku tidak terima dan balik menjambak rambutnya. Adegan jambak menjambak tidak terelakkan lagi."Cukup! Kenapa kalain malah bersikap seperti anak kecil gini?" Mas Wahyu melerai kami.Mbak Ranti kembal
DIKIRA MISKIN 51Dengan lincah tangan ini membalas pesan dari Mas Wahyu. Bibir ini senyum-senyum sendiri saat membaca pesan dari kakak iparku itu. Padahal ia cuma bilang minta maaf karena tidak membantuku saat aku terjatuh tadi.Aku maklum, ia pasti tidak ingin Mbak Ranti salah paham dan membuatnya semakin marah. Hm, apa mungkin Mas Wahyu adalah salah satu anggota Ikatan Suami Takut Istri? Yang berbuat manis di depan istri, namun berubah jika berada di luar pengawasan? Aku tidak peduli. "Sayang, makanannya mana?" teriak Mas Ajun dari luar ruangan dapur.Aku menghela napas perlahan, ganggu saja. Dengan kesal, aku meletakkan ponsel dan berniat melanjutkan menggoreng telur yang sempat tertunda.Alangkah terkejutnya aku, saat mendapati teflon yang ada di atas kompor sudah mengepulkan asap. "Uhuk, uhuk, uhuk." Dengan tangan gemetar, aku mematikan kompor, terlambat satu detik saja bisa meledak. Ruangan dapur kini sudah dipenuhi asap yang mengepul. Aduh, gara-gara berbalas pesan dengan Ma
DIKIRA MISKIN 64Back to POV Antika"Alhamdulillah, resto cabang yang ketiga semakin maju. Ini berkat kamu, Sayang," ucap Mas Yudi seraya mengusap pundakku dengan lembut. "Ciee, sekarang sudah panggil sayang-sayang. Kenapa enggak dari dulu panggil begitu biar kayak orang-orang itu," celetuk itu yang tengah menyisir rambut Sasya dan hendak menguncirnya."Refleks aja, Bu?" Mas Yudi nyengir."Lanjutkan saja panggilan sayang itu. Istri seperti Antika memang pantas bukan hanya dipanggil sayang, tapi harus disayang betulan," ucap ibu."Ih, Ibu apaan, sih?" Mukaku merah karena malu."Mas Yudi hanya memanggil sayang hanya saat di rumah saja kok, Bu. Kalau di luar ya, enggak," ucapku seraya berjalan mendekati Sasya dan membawanya dalam pangkuan."Di luar memanggil sayang juga enggak apa-apa. Biar terlihat romantis sebagai pasangan suami istri," ucap ibu dengan menautkan jempol dan jari tengah membentuk huruf 'O'"Malu, Bu," kata Mas Yudi."Kenapa mesti malu. Kalian, kan sudah sukses dan puny
DIKIRA MISKIN 65"Mas Wahyu, ayo katakan sekarang juga. Talak aku sekarang, Mas!" Mbak Ranti menggoyangkan lengan Mas Wahyu meski air matanya terus saja luruh di pipinya."Enggak. Aku enggak mau mengucap kata terlarang itu," jawab Mas Wahyu."Kenapa? Kamu takut kalau berpisah denganku akan menggelandang di jalanan!" ucap Mbak Ranti sinis."Itu tidak mungkin akan terjadi. Meski aku tidak punya rumah, tapi aku punya pekerjaan tetap. Aku hanya tidak mau anak-anak menjadi korban," kata Mas Wahyu."Pokoknya aku tetap ingin pisah denganmu, Mas. Sekian lama aku pendam penderitaan ini, namun aku sadar, kesabaran itu ada batasnya," ucap Mbak Ranti."Penderitaan? Penderitaan mana yang Mbak Ranti maksud?" Mulut ini tidak tahan lagi untuk bertanya karena penasaran."Baiklah, sepertinya memang sudah saatnya aku jujur dengan keadaan rumah tanggaku yang sebenarnya," ucap Mbak Ranti sambil sesekali menghela napas panjang."Mas Wahyu tidak pernah menghargaiku sebagai seorang istri. Dia tidak pernah ma
DIKIRA MISKIN 66Ibu masih terduduk lemas mengetahui kenyataan yang ada. Air matanya ia biarkan luruh begitu saja membasahi pipinya. Sesekali tangan keriputnya mengusap bulir bening yang terus mengucur tiada henti.Mbak Ranti masih menatap Mbak Wiwid dan Mas Wahyu dengan tatapan nyalang. Tangannya mengepal, rahangnya mengeras, serta gigi gemeletuk menandakan bahwa ia benar-benar marah dengan dua orang di hadapannya itu.Ucapan Mbak Ranti yang disertai guntur, membuatku takut, jika ucapannya menjadi kenyataan. Bukankah do'a orang yang teraniaya akan terkabul?"Apa kamu bilang, Mbak? Aku dan Mas Wahyu tidak akan hidup bahagia? Mbak pikir aku akan takut dengan ucapan kamu itu? Ucapan yang keluar dari mulut orang jelek seperti Mbak Ranti tidak mungkin akan menjadi nyata," ucap Mbak Wiwid disertai tawa lebar dan tangan menggandeng lengan Mas Wahyu."Jangan pikir ucapanmu itu akan menyurutkan langkahku untuk meninggalkan kamu dan menikahi adikmu ini," timpal Mas Wahyu juga dengan tertawa le
DIKIRA MISKIN 67Meski kesal, tapi aku tetap kasihan juga dengan Mbak Wiwid yang harus kehilangan uangnya. Mungkinkah hukum tabur tuai juga mulai berlaku padanya?"Bagaimana ini, Mas?" tanya Mbak Wiwid pada Mas Wahyu.Wajahnya mendongak dengan tatapan memelas pada lelaki yang telah ia rebut dari kakak kandungnya itu."Bagaimana apanya?" sahut Mas Wahyu."Kamu tidak akan ninggalin aku, kan, meski aku tidak punya uang?" tanya Mbak Wiwid lagi."Enggak dong, Sayang. Aku kan masih bekerja." Mas Wahyu tersenyum.Ia mendekati Mbak Wiwid dan mengusap pundaknya dengan lembut."Benar, Mas?" Mata Mbak Wiwid berbinar."Iya, Sayang," ucap Mas Wahyu dengan mengedipkan mata."Terima kasih ya, Mas," ucap Mbak Wiwid.Mbak Wiwid kembali menyenderkan bahunya di lelaki berkumis tipis yang belum berstatus sebagai suami tetsebut."Aku mencintai kamu bukan karena uang yang kamu miliki, tetapi karena memang dari sini." Mas Wahyu memegang tangan Mbak Wiwid dan meletakkan di dadanya.Oh my God. Apa-apaan ini?
DIKIRA MISKIN 87Kami hanya terdiam mendengar permintaan sang keponakan yang sudah beranjak remaja itu. Rifki masih saja menggoyangkan lengan Mas Yudi dan berharap agar ia mau menuruti permintaannya mengizinkan papanya ikut tinggal dengan kami.Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan yang cukup keras dari arah belakang. Kami menoleh serempak."Hebat, kamu, Mas?" kata Elvira dengan masih bertepuk tangan dan berjalan mengitari Mas Ajun."Pak Atmaja?" Mas Ajun pucat pasi saat melihat kedatangan mantan istri dan mertuanya serta Mas Fikar."Pintar sekali kamu mengarang cerita dan memutar balikkan fakta. Kamu layak untuk menjadi aktor yang pandai berakting dan bersandiwara di depan kamera, ck ck ck," ucap Elvira tersenyum sinis."Ada apa ini? Kenapa kalian datang ke sini beramai-ramai?" tanya Mbak Ranti."Kami mendengar kabar kalau Wiwid meninggal. Ya, meski aku benci dengannya, tapi bagaimanapun juga ia adalah calon dari bagian keluarga kami. Saat Mas Fikar menikah dengan Mbak Ranti, otoma
DIKIRA MISKIN 86Aku terpaku di samping jenazah Mbak Wiwid. Lidahku terasa kelu, tidak mampu berkata lagi.Masih teringat dengan jelas saat Mbak Wiwid bilang kalau saat kami datang menjenguknya, ia sudah tidak bernyawa. Sekarang ucapannya itu menjadi nyata. Apakah ini yang disebut dengan ucapan adalah do'a?Semoga Mbak Wiwid sudah bertaubat saat meninggal. Meski banyak harapan yang belum terwujud.Aku ngeri saat melihat wajah Mbak Wiwid yang sudah pucat karena memang nyawa sudah lepas dari raganya. Itu artinya darahnya sudah berhenti mengalir, jantung sudah tidak berdetak dan organ tubuh sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya."Wiwid. Kenapa kamu pergi secepat ini? Mbak sayang kamu, Wid," seru Mbak Ranti sambil memeluk Mbak Ranti yang matanya sudah tertutup rapat."Sabar, Mbak. Ikhlaskan kepergian Mbak Wiwid." Aku mengusap pundak Mbak Ranti dengan lembut.Kami kembali terdiam, larut dakam pikiran masing-masing. Bagaimana dengan ibu? Ibu pasti shock jika mengetahui kenyataan ini, p
DIKIRA MISKIN 85"Bagaimana, Yud? Apakah kamu berhasil menemui Ajun dan mengancamnya?" tanya Mbak Ranti. Mas Yudi baru saja pulang dari menjalankan misi yang diminta wanita yang akan segera menikah itu."Tidak," jawab Mas Yudi. Tanganya meraih gelas di hadapannya dan segera meminum habis minuman yang tersaji di meja."Maksudmu tidak, apa?" tanya Mbak Ranti dengan dahi mengernyit."Aku tidak berhasil menemui Ajun karena ternyata dia sudah pisah dengan Elvira," kata Mas Yudi."Apa?" "Tadi aku ke rumah Elvira. Awalnya dia marah-marah padaku, dia bilang aku tidak becus menjaga kakak sehingga Mbak Wiwid berbuat nekat. Pusing aku, Mbak Wiwid yang berbuat, aku harus ikut menanggung akibat." Mas Yudi mengusap pelipisnya. Aku segera duduk di sampingnya dan memberikan sentuhan hangat."Terus Ajun sekarang tinggal di mana?" tanya Mbak Ranti. "Mana aku tahu, Mbak. Intinya Mbak tidak perlu khawatir, jika menikah dengan Fikar, Ajun tidak akan ada di sana. Keluarganya tidak akan tahu kalau Mbak Ra
DIKIRA MISKIN 84"Pokoknya aku tidak mau punya kakak ipar dari keluarga Atmaja." Mbak Wiwid masih saja cemberut, sementara Mbak Ranti sudah pergi membawa rasa jengkel."Aku sudah merestui hubungan mereka. Orangtuanya juga sudah datang melamar dan kita tinggal menentukan tanggal untuk melangsungkan acara pernikahan," ucap Ibu."Aku akan menggagalkan pernikahan mereka. Bagaimanapun caranya." Tangan kurus Mbak Wiwid mengepal."Bagaimana caranya, Mbak, kan ada di sini? Sakit lagi," tanya Mas Yudi."Aku akan mati dan arwahku akan gentayangan, kemudian mengganggu Mbak Ranti dan Mas Fikar sehingga mereka tidak akan bisa hidup tenang dan pernikahan pun gagal. Aku yang sudah berada di alam lain akan tertawa saat melihat Mbak Ranti menangis karena gagal nikah dengan lelaki kaya." Mbak Wiwid tersenyum puas. Ia pasti sedang membayangkan kalau menjadi arwah penasaran itu menyenangkan. "Suatu pemikiran yang konyol. Memangnya ada arwah penasaran? Mbak Wiwid ini korban film horror kayaknya. Tidak ad
DIKIRA MISKIN 83Kami saling berpandangan saat Mbak Ranti bilang nama calon suaminya sama dengan yang dibilang Mbak Wiwid. Apa mungkin hanya namanya saja yang sama? Atau memang yang mereka maksud itu orang yang sama? Kenapa bisa kebetulan banget begitu?"Kamu kenal dengan lelaki yang bernama Zulfikar Atmaja?" Bukan hanya aku yang penasaran, Mas Yudi juga."Kalau Zulfikar Atmaja, aku kenal, tapi entah dia yang kumaksud atau orang lain. Mungkin hanya namanya yang sama, kan?" Mbak Wiwid tersenyum."Ya, mungkin hanya namanya yang kebetulan sama. Dia seorang manager di sebuah perusahaan bonafit. Dia sering datang ke resto-ku," jelas Mas Yudi. Pernyataannya menjawab rasa penasaranku."Oh." Mbak Siwid hanya ber 'oh' ria dan tidak bertanya lagi."Kamu yakin tidak mau kusewakan pengacara agar masa tahanan kamu bisa berkurang, Mbak?" tanya Mas Yudi mengalihkan pembicaraan."Iya, aku mau di sini sampai masa tahananku habis sambil memperbaiki diri. Lagi pula aku juga tidak mau utangku semakin me
DIKIRA MISKIN 82Rifki histeris melihat kondisi mamanya, pun dengan kami. Apalagi Ibu, ia bahkan sampai gemetar melihat anak yang selama ini ia manja dan ia rindukan sedang mengalami masa kritis.Ibu terus melantunkan istigfar. Tangannya mengusap lengan Mbak Wiwid."Ya Allah, sembuhkanlah anakku, berilah ia kesempatan untuk memperbaiki diri. Kami sudah memaafkan kesalahannya," ucap Ibu tulus.Mata Mbak Wiwid yang awalnya melotot dan seperti menahan sakit, tiba-tiba terpejam dan tubuhnya mendadak lemas setelah beberapa saat sebelumnya terlihat kaku."Kenapa dengan anak saya, Dok? Dia akan baik-baik saja, kan?" Ibu panik."Tenang, Bu. Pasien hanya pingsan," jawab Dokter Rudy."Dokter tidak bohong, kan? Anak saya tidak mati, kan?" tanya Ibu lagi seraya memeluk Mbak Wiwid yang mata kini sudah terpejam. Aku melihat ada seukir senyum di bibirnya.Mbak Wiwid masih hidup, terlihat dengan jelas dadanya masih naik turun. Saat tanganku mendekat di lubang hidung, masih ada embusan napas di sana.
DIKIRA MISKIN 81"Ada apa, Yud?" Ibu meletakkan sendok dan menatap Mas Yudi dengan nada khawatir."Enggak tahu, Bu. Kita hanya diminta untuk datang menjenguk Mbak Wiwid," jawab Mas Yudi."Ya Allah, apa yang terjadi dengan anakku itu?" "Maafkan aku, Bu. Seharusnya sudah sejak tadi kalian menjenguk Wiwid, tapi gara-gara acara ini, jadi tertiuda hingga harus di telepon lagi," ucap Mbak Ranti seraya menggigit bibir bawah."Ini bukan salah kamu, Nak. Berdo'a saja agar Wiwid tidak apa-apa." Ibu berusaha tersenyum meski aku yakin hatinya perih membayangkan hal buruk yang terjadi dengan anaknya yang ada di dalam penjara. Ya, semarah-marahnya seorang Ibu, ia tidak mungkin menginginkan hal buruk menimpa anaknya."Ibu sudah memaafkan Mbak Wiwid, kan? Ikhlaskan dia Bu, agar Allah mengampuni dosanya," ucapku seraya mengusap pundak Ibu."Innalillah, memangnya Wiwid is dead," ucap Mbak Ranti dengan nada tinggi, matanya melotot kemudian menutup mulutnya dengan kedua tangan."Siapa yang bilang?" tany
DIKIRA MISKIN 80Aku dan Mbak Ranti yang baru saja selesai memasak untuk persiapan nanti malam terkejut dengan kedatangan Mas Yudi dan teriakan ibu."Kita harus menjenguk Wiwid. Pantas saja beberapa hari ini perasaanku tidak enak. Tidur juga sering mimpi buruk. Apa ini ada hubungannya dengannya yang sakit parah itu?" kata ibu.Aku dan Mbak Ranti saling berpandangan. Kulihat aneka makanan yang sudah siap untuk acara istimewa nanti. Jika ibu dan Mas Yudi menjenguk Mbak Wiwid, bagaimana dengan acara ini?"Bu," ucap Mbak Ranti seraya mengusap tangan ibu."Kamu tidak usah khawatir, Ran. Ibu akan menjenguk Wiwid, tetapi tidak sekarang karena ini hari istimewa yang kamu tunggu dan tidak mungkin dibatalkan," ucap ibu tersenyum."Kalau Ibu mau jenguk Wiwid, aku juga tidak akan protes kok, Bu. Aku tahu, dari dulu Wiwid memang selalu yang diutamakan karena ia adalah anak emasnya Ibu dan Bapak," ucap Mbak Ranti menunduk.Ya, meski aku tidak bersama mereka dari kecil, tetapi aku tahu, Mbak Wiwid s
DIKIRA MISKIN 79Ibu berjalan keluar ruangan dan Wiwid berusaha mengejarnya, tetapi seorang petugas menahannya. Ibu sudah tidak menggubris Wiwid lagi. Mungkin ibu sudah terlanjur kecewa."Ibu, maafkan aku!" Mbak Wiwid meronta dalam cekalan tangan seorang petugas, tetapi ibu sudah tidak peduli lagi. Ibu malah semakin mempercepat langkahnya. Ia memilih masuk mobil dan menguncinya rapat-rapat.Aku dan Rifki menyusul ibu ke dalam mobil. Sementara Mas Yudi membuat laporan mengenai Mas Wahyu yang telah menganiaya Rifki. Semoga prosesnya cepat sehingga ia segera mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatannya."Tik," ucap ibu seraya memelukku erat, air matanya terus bercucuran. Bahunya terguncang."Alhamdulilah, laporan kita sudah dalam proses. Polisi akan segera mencari keberadaan Mas Wahyu. Setelah ini ia tidak akan hidup tenang lagi. Ke manapun ia pergi , polisi pasti akan menemukannya. Meski masuk ke lubang semut sekalipun," kata Mas Yudi."Ya, orang jahat memang harus mendapat bal