Share

3.ikut pengajian

Adzan maghrib pun berkumandang, segara aku dan Mas Ferdi mengambil wudhu dan menjalan kan sholat maghrib berjamaah.

Baru setelahnya aku menyiapkan makan malam untuk kita berdua. Hari ini sengaja aku memasak kan makanan kesukaan Mas Ferdi ikan mujair yang digoreng hingga kering dan sambal terasi favoritnya. Ditambah dengan lalapan gubis, timun, terong dan juga daun kemangi.

"Waduh makan malam nya istimewa sekali Ma."

"Jelas dong Pa. Makan yang banyak ya Pa, biar Mama makin semangat lagi masakin Papa."

"Makasih ya sayang. Papa beruntung sekali memiliki istri kayak Mama. Mandiri, cantik, baik dan pastinya pinter ngelayanin Papa baik dirumah maupun diranjang."

"Iiih apa an sih Pa, bisa banget ngegombalnya. Awas aja kalau Papa berani selingkuh." Ku cubit pelan perut Mas Ferdi saking gemasnya.

"Gak mungkin juga lah Papa nyia-nyia in istri se sempurna Mama." Ucapnya sambil memeluk ku dari belakang.

Dan dia pun membalas dengan mengecup mesra keningku.

"Yuk Pa, makan dulu. Sini biar Mama yang ambilin."

Kita berdua pun makan dengan lahapnya. Setelah selesai, aku dan Mas Ferdi kembali menjalankan sholat isya' dan bersiap-siap menuju masjid untuk ikut acara pengajian.

*****

"Ma, sudah siap belum?" Tanya Mas Ferdi saat membuka pintu kamar

"Belum Pa, bentar lagi."

"Gak usah cantik-cantik Ma. Nanti malah banyak yang kepincut sama Mama."

"Apa an sih Pa, Mama tuh gak mau dihina kayak pembantu lagi. Percuma dong selama ini Mama perawatan mahal-mahal kalau ujungnya dimiripin sama Bik Asih." Dengusku jengkel

"Hahahah yasudah terserah Mama aja. Kalau gitu Papa tunggu didepan ya. Sekalian mau manasi motor." 

Kemudian Mas Ferdi pun berlalu.

Setelah memoles  sedikit wajahku dengan make up natural yang membikin wajahku yang awalnya sudah cantik, makin menjadi cantik. Kini ku kenakan gamis yang memang dulu sengaja aku beli didubai saat mengikuti perjalanan dinas Mas Ferdi disana.

Gamis berwarna hitam dengan aksen mutiara didada membuat ku begitu elegan. Dan ku padukan dengan kerudung instan berwarna cream. Sesuai warna pernik-pernik yang menghiasi bajuku.

Tak lupa juga ku bawa tas jinjing merk terkenal berwana senada dengan bajuku untuk tempat dompet dan hp ku.

Kemudian, akupun berjalan menemui Mas Ferdi yang sudah dari tadi menunggu ku.

"Mas, yuuuk..." 

"Masyaallah, cantik sekali bidadariku malam ini."

Memang, begitulah sifat Mas Ferdi. Sangat suka memuji istrinya. Walau kadang menurutku sedikit lebay, hihihi.

"Mau gimana lagi Mas, takut dihina lagi. Uda yuuk berangkat nanti telat."

Akupun menaiki sepeda motor dan Mas Ferdi melajukanya menuju masjid. Syukurlah acara masih belum dimulai. Bahkan banyak kulihat jamaah ibu-ibu dan para pemuda yang baru berjalan memasuki pekarangan masjid.

Aku pun berpisah dengan Mas Ferdi dan berjalan masuk menuju tempat janaah perempuan.

 

Sialnya belum sempat aku masuk kedalam, aku bertemu dengan si mulut lemes bin julid. Siapa lagi kalau bukan Bu Sri.

"Eeh Bu Dina, ya gitu dong sebagai warga baru harus sering-sering ikutan acara kumpul-kumpul waraga kayak gini, biar saling kenal." Ucapnya sambil meaminkan tanganya yang penuh dengan emas.

Aku melihatnya saja sampai risih, bukan malah kagum. Tapi setelah melihat Ibu-ibu yang lainya juga nampak menggunakan semua perhiasanya. Bahkan sampai menggunakan kalung yang menjutai hingga dada.

Entahlah, mungkin dipikiran mereka, setiap ada acara kumpul-kunpul begini, menjadi salah satu ajang pamer juga buat mereka.

"Bajunya bagus banget Bu? Beli dimana? Cocok banget dipakai sama Bu Dina yang cantik dan putih." Puji Ibu-ibu berkerudung hitam itu padaku 

Aku pun hanya tersenyum menjawab pertaanya, tak mungkin juga aku berkata jujur padanya kalau aku membelinya didubai.

"Pasti harganya mahal ya Bu? Dilihat dari jenis kainya aja uda kekihatan loh!" Puji ibu satunya lagi.

"Halah, dipasar juga banyak model kayak gitu. Harganya pun juga murah, gak sampek 200ribu juga. Ya kan Bu Dina?"

Aku yang mendengarkan ucapan Bu Sri pun hanya bisa tersenyum kecut.

"Gak mungkin murah Bu, itu bajunya persis kayak yang dibutik-buti, yang harganya bisa sampai jutaan. Bukan kayak yang dipasar. Lagian itu ya ampun tasnya juga harganya puluhan juta." 

Bela Ibu berkerudung hitam yang nampaknya sedikit melek tentang merk dan fasion.

Ya jelas lah semua barang yang melekat padaku pasti harga nya mahal dan bermerk. Secara, sekelas Direktur masak iya pakai barang murahan, apalagi sampai barang KW.

"Kamu itu tau apa sih jeng, soal merk?" Ucap Bu Sri sinis.

Nampaknya dia tak suka kalau ada seseorang yang membelaku.

"Lagian mana mungkin juga Bu Dina mampu beli baju apalagi tas branded yang harganya sampai puluhan juta."

"Wong perhiasan aja dia cuman punyak cincin.  Mana kecil lagi." Timpalnya kembali

Aku yang mendengar ucapan Bu Sri jadi sedikit terpancing untuk membalas ucapanya.

"Maaf ya Bu, saya bukan tipe orang penyuka barang kw mirip tas Bu Sri, apalagi beli baju dipasar. Bikin kulit mulus ku alergi aja."

"Anda bilang cincin kecil, maaf banget nih. Meskipun kecil ini tuh berlian, kalaupun dibelikan emas model milik Bu Sri yang murah, bisa dapat 10 bahkan 20 model begitu. Jadi kalau bicara, tolong dipikir terlebih dahulu." Ucapku padanya 

Dan langsung berlalu meninggalkan Ibu-ibu julid bin ajaib itu. Tampak sepertinya Bu Sri marah mendengar ucapanku

"Halah, orang miskin aja belagak kaya. Dia gak tau siapa aku." Ucapnya jumawa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status