*****Sudah seharian Mas Ferdi pergi keluar kota. Hari ini dikantor juga ada meeting penting dengan para direksi. Aku yang sudah bersiap dari shubuh dan bersiap akan sarapan. Karena jam enam pagi aku sidah harus berangkat.Tok tok tok!"Bu, sarapanya sudah siap." Terdengar suara Bik Titin mengetuk pintu kamar ku."Iya Bik, bentar lagi.""Yasudah kalau gitu saya tinggal dulu Bu."Aku membiarkan Bik Titin pergi, kini aku mulai memoles bibir mungilku dengan lipstik berwarna peach itu. Dan tak lupa kububuhkan sedikit make up sehingga membuat wajah ku yang cantik jadi makin cantik.Hari ini aku menggunakan kemeja putih dibalut blezer warna hitam dan celana kullot berwarna hitam juga. Dan tak lupa aku memakai hijab segi empat berwarna putih.Mungkin jika orang melihat ku, pasti mereka mengira aku adalah seles, anak magang atau bahkan seseorang yang akan melamar kerjaan. HahahaSetelah semua selesai, aku pun keluar kamar dan menuju dapur untuk sarapan."Ini uang belanja buat besok ya Bik.
**** Sore hari akupun pulang diantar Pak Joko sampai depan rumah, seusai aku mem-facial wajahku agar tidak kucel. apalagi, disini aku harus mengahadapi tetangga yang mulutnya membuat hati dan telinga memanas.Tapi saat aku pulang, aku bertemu lagi dengan segerombolan orang-orang dengan otak kurang se-ons itu sedang berghibah ditempat kerjaanya, dimana lagi kalau bukan didepan rumah Bu Sri.Disitu bagaikan sarang Ibu-Ibu tukang ghibah menumpuk dosa."Duuuh enaknya yang habis merawat diri sama simpenannya!" Terdengar suara Bu Sri menyindirku Diikuti dengan tawa mengejek pengawalnya yang seperti sangat terhibur dengan ulah Bu Sri.Aku hanya menarik nafas panjang dan menghembuskanya kuat-kuat."Kenapa, iri? Lagian tanpa harus memiliki simpanan, suami ku juga mampu kok bayarin, kalau cuman buat merawat kecantikan ku aja.. Beda sama situ yang meskipun diberikan modal perwatan tetep aja jelek, tua, keriput." Ku ucapkan kata-kata itu sesantai mungkin.Agar, mereka terpancing emosi kepadaku.
Seharian aku tak mood mau melakukan apapun. Setelah pulang kerja, aku memilih untuk berdiam dikamar. Apalagi, hari ini Mas Ferdi tak jadi pulang.Triiing....Kulihat ada pesan masuk digrup Krembangan 9, siapa lagi kalau bukan grup Ibu-Ibu komplek sini.[Assalamualaikum, jangan lupa besok kamis sore acara yasinan rutin dirumah Ibu Ajeng.]Begitulah isi pesan dari Bu Elis didalam grup. Entah, aku harus ikut atau tidak. Karena memang aku masih baru disini Kuletak kan hp ku kembali disampingku. Kini kunyalakan tv untuk mengusir kepenatan."Bu, Bu Dina?" Terdengar suara Bik Titin didepan kamarku."Iya Bik, ada apa?""Ada tamu Bik. Katanya nyonya sama tuan."Degh!!!Nyonya sama tuan? Siapa?Papi Mami? Atau Bunda dan Papa, kedua mertuaku? Masak iya sih mereka kesini gak bilang-bilang. Akupun langsung berjalan menuju pintu dan membukanya."Siapa Bik?" Tanya ku penasaran"Nyonya sama Tuan, Bu!" Uda ditunggu didepan.Akupun segera berjalan cepat keruang tamu.. kini, kulihat kedua sosok orang y
***Pagi ini, aku memang sengaja bangun lebih pagi dari biasanya. Karena memang tadi malam aku tidur lebih cepat. Itu kulakukan untuk menghindari percakapan antara aku dan Mami."Bu, persediaan bahan-bahan didapur sudah hampir menipis." Ucap Bik Titin menghampiriku yang sedang minum air putih dan duduk dimeja makan."Yasudah, nanti langsung belanja ke pasar aja Bik. Beli keperluan yang bisa buat sebulan juga.""Iya Bu, kalai gitu nanti Bibik beli beras sekarung sekalian ya Bu.""Iya Bik Tin atur aja. Bentar saya ambil kan dlu uangnya."Akupun masuk kembali kedalam kamar mengambil uang untuk belanjaan Bik Titin."Nih Bik uangnya!" Kuberikan duapuluh lembar uang seratus ribuan "Ba-banyak banget Bu uang belanjanya!" Kulihat tanganya sedikit bergetar menerima uang itu.Tampak Bik Titin terkejut aku memberikan uang belanja sebanyak itu padanya. Mungkin dulu waktu didesa, uang belanjanya tak sebesar itu."Iya buat jaga-jaga aja Bik. Nanti takutnya malah kurang. Sekalian, buat ongkos Bik T
*****"jelaskan maksutnya apa Din?"Pertanyaan Mami bagaikan panab yang menghujam hatiku. Rahasia yang ku tutup-tutupi pun akhirnya terbongkar.Bahkan Mami harus tau dengan mata kepalanya sendiri. Kini aku sudah tak bisa untuk berbohong pada Mami apalagi untuk menutupinya.Ku coba menelan ludah yang sebenarnya sudah mengering. Bingung dan takut meruak jadi satu didalam hatiku. Sekita nyali ku pun jadi ciut, apalagi melihat ekspresi Mami yabg tampak kaget dan marah padaku."I-itu..." Aku menggaruk tengkuk ku yang sebenarnya tak gatal.Tapi Mami malah melotot kearah ku. "Ayo ceapt jelaskan Din!" Suara Mami sedikit meninggi akibat aku ta segera menjawab pertanyaan nya.Papi yang tak tau apa yang terjadi, juga hanya bisa diam dan bingung. Apalagi saat melihat Mami marah, sudah pasti Papi gak bakal berani berucap."Din! Kamu dengar ucapan Mami gak sih? Sari tadi ditanyain jawabnya cuman am em am em doang." Mami mencebik sebal padaku."Duduk dulu Mi, Din... Coba kamu jelaskan ke Mami sama
****** Setelah berganti pakaian, Mami pun langsung menyusul kita yang sudah ada didalam mobil."Lama banget sih Mi ganti bajunya." Terlihat raut muka Papi yang sedikit bete akibat menunggu Mami."Yee namanya juga wanita Pi, pasti lama dong. Belum juga pakai makeup nya."Mami pun ikut memanyunkan bibirnya.Brmmmm....Mesin mobil dinyalakan, dan dengan segera Papi menjalankan perlahan mobil menjauhi rumah menuju kantor yang hanya berjarak beberapa meter saja.Baru beberapa menit, sudah terlihat kerumunan orang-orang aneh bin ajaib yang sedang berkumpul didepan rumah ketua gank mereka. Siapa lagi kalau bukan rumah Bu Sri, yang mereka anggap sebagai markas utama."Ck, tetanggamu itu kok kurang kerjaan banget sih Din. Masa' pagi-pagi uda pada ngegosip." Ucap Mami sambil mendengkus heran"Biarin aja Mi, lagian mereka kan orang kaya. Suaminya kerja, dirumah sudah ada Art, jadi mereka mau ngapain kalau gak ghibah!" Ucap ku santai sambil berbalas pesan dengan Mas Ferdi, suamiku yang sangat k
Hari ini adalah hari kepulangan Mas Ferdi. Sebenarnya aku ingin mengajak Mami dan Papi untuk menjemputnya.Tapi apalah daya, Papi ada panggilan mendadak dari rekan bisnisnya dulu. Hingga beliau memutuskan untuk kembali kekota sore hari setelah menjemputku pulang dari kantor.Drrrttt.... Dddrrrrttt... Dddrrrtttt....Terdengar ponselku berdering beberapa kali. Ternyata asa panggilan masuk dari Pak Joko supir kantorku."Selamat pagi Bu, ini saya udah ada didepan rumah Bu Dina.""Ooh iya, masuk aja Pak. Duduk dulu diruang tamu.""Baik Bu kalau gitu."Sambungan telepon ku putus.Sengaja aku menyuruh Pak Joko kesini untuk mengantarkan mobil yang bakal aku gunakan untuk menjemput Mas Ferdi. Biar sekalian jalan-jalan sebentar melepas rindu.Ternyata memang benar, menahan rindu itu berat, bahkan sungguh sangat berat.Setelah selesai memoles make up, aku keluar dari kamar menemui Pak Joko yang sudah duduk disofa ruang tamu."Pagi Bu..." Sapanya"Iya pagi juga Pak, makasih sudah mau saya repotka
"Anj*ng lo, perjt ku jadi sakit nih!!!" Pekik Bu Fitri dengan suara tangisanya yang begitu memilukan.Kutepuk kedua tanganku berusaha membersihkan debu dan sisa najis akibat memegang rambut wanita idiot ini."Heh, dasar wong gendeng. Kamu tuh cuman wadga baru disini. Berani-beraninya kamu bertingkah kayak gini." Ucap Bu Sri yang sambil menuding ke arah muka ku karena tak terima jika temanya kalah bertarung dengan ku.Mendengar ucapanya, aku pun tersenyum sinis penuh kemenangan."Makanya kalau punya mulut tuh jangan kayak comberan. Untung juga tuh mulut enggak aku kremes kayak ayam kremes." Ucapku sambil memainkan tangan seolah-olah sedang meremas sesuatu.Melihat tingkahku yang tak takut, Bu Sri pun jadi terpancing. Sedangkan Ibu-ibu yang lain meredam emosiku."Dasar, wanita miskin. Makanya gak punya moral dan tata krama yang baik. Ya gini ini, sifat pelakor, gak mau kalah." Bu Sri begitu berapi-api saat menghina ku. Ciiih, dasar tua bangka tak sadar diri. Bukanya banyak beribadah m
Setelah membereskan semua pakaian, akhirnya aku bisa ber istirahat bersama dengan Mas Ferdi. Apalagi, nanti malam aku sudah ada janji untuk keluar dengan AnanditaAku pun menikmati kegiatan ku dirumah ku sendiri. Hingga malam pun tiba, dan Anandita menjemputku setelah sholat maghrib."Yuk mbak, kita berangkat." Ajak Adik iparku ini "Jangan malem-malem pulangnya Dit! Kasian ponakan mu!" Tukas Mas Ferdi"Iya iya Mas, aku janji. Paling malam juga jam sembilan.""Yasudah kalau gitu." Jawab Mas Ferdi pasrah."Yuuk Mbak." Ajak ya lagi padaku"Iya Dit." Kami bertiga pun akhirnya berangkat, karena aku memang sengaja mengajak Bik Titin untuk menjaga putraku.Anandita pun langsung menancapkan gas ke butik langganan nya. Sesampainya disana, dia langsung bertemu dengan pemilik butik yang juga ku kenal. Karena memang kami sering memesan kebaya disini, termasuk saat pesta ulang tahun Papa mertua dan waktu syukuran kelahiran ArshakaSetelah mereka berbasa-basi, Anandita menyampaikan maksutnya, san
"uda beres semua kan Ma?" Tanya Mas Ferdi saat kami berdua sedang rebahan didalam kamar sambil menonton tv."Kayak nya uda semua kok Pa.""Kok kayak nya? Yang pasti dong Ma?" Aku hanya diam tak menjawab ucapan Mas Ferdi. Dan sibuk berbalas pesan dengan Anandita "Ma...?" Tanya Mas Ferdi lagi sambil sedikit mengguncang tubuhku"Eh iya Pa? Apa lagi?" Tanya ku balik."Huh, diajak suami ngomong malah dicuekin. Lagi WA an sama siapa sih?"Kini ganti Mas Ferdi yang merajuk padaku."Bukan nyuekin Pa, ini loh Mama lagi balas pesan Anandita!" Jawabku sambil menyodorkan hp didepan muka Mas Ferdi."Ngapain tuh anak, galau?"Deg-deg an sih lebih tepatnya. Maklum, namanya wanita mau lamaran uda pasti gugup dong Pa.""Emang Mama dulu juga gitu?" Tanya Mas Ferdi lagi, lama-lama dia mirip detektif aja.Aku hanya mengangguk tanpa memalingkan muka yang masih menghadap layar hp, membalas pesan dari adik iparku ini."Oh ya Pa, besok kita berangkat pagi ya. Soalnya Dita ngajak Mama belanja baju buat lam
Sebuah mobil kini berganti berhenti didepan rumah ku. Ternyata hari ini kami kedatangan Bunda dan Papa mertua. Karena memang sudah hampir sebulan mereka belum bertemu dengan cucu mereka satu-satunya.Kedatangan mereka juga secara tiba-tiba tanpa memberitahu dulu. Bruak!!! Bunda dan Papa pun keluar dari mobil. Dan langsung menghampiriku yang masih menggendong Arshaka didepan rumah."Assalamualaikum sayaaang!!!" Salam Bunda"Waalaikumsalam Bunda, Papa. Kok tumben kesini gak bilang-bilang dulu." Tanya ku yang langsung menyalami tangan Bunda dan Papa."Iya Din, kedatangan kami kesini memang ada perlunya. Sekalian mau jenguk cucu Opa yang ganteng ini. Kangen, uda lama gak ketemu." Jelas Papa membuat ku jadi kepo"Perlu apa ya Pa?" "Kita bicara didalam aja ya. Masa' kami enggak dipersilahkan masuk dulu?" Jawab BundaAstagaaa, aku sampai lupa saking keponya. Sampai-sampai aku tak mempersilahkan mereka untuk masuk."Ya Allah, maaf Bun, Pa, Dina sampai lupa. Mari masuk dulu..." Aku pun meri
Hari ini sengaja aku meminta tolong pada Bik Titin untuk berkemas. Karena besok aku sudah harus pindah dari sini.Ada rasa lega sekaligus berat dalam hati. Walaupun mereka termasuk tetangga super resek, tapi aku begitu menikmati sensasinya. Karena tetangga dikomplek perumahan ku sendiri, tak ada yang seperti ini.Maklum, rata-rata mereka memang seorang pegusaha. Alhasil, mereka juga harang sekali berada dirumah. Mereka sibuk mengelola bisnis, atau sekedar jalan-jalan menghabiskan uang mereka keluar negeri."Jangan sampek ada yang tertinggal ya Bik.""Siap Bu."Sehabis menidurkan putraku, aku juga ikut membantu Bik Titin berkemas. Untung saja saat aku menyewa rumah ini, semua perabotan rumah sudah terisi. Jadi aku hanya tinggal membawa pakaian saja.Meskipun ada yang ku beli, itu pun juga hanya sekedar perintilan kecil yang tak seberapa. Dan memang berniat aku tinggalkan disini.Karena merasa kasian dengan Bibik Titin yang nampak kelelahan, aku pun memutuskan untuk memesan makanan mela
Sore harinya, Mas Ferdi pun mengajak kami untuk jalan-jalan ke mall terdekat didaerah ku. Dengan senang hati, aku pun mengiyakan.Karena memang sudah hampir beberapa bulan semenjak kehamilan ku, kami jarang sekali menghabiskan waktu bersama untuk jalan-jalan."Bik, uda selesai kan gantinya?""Sudah Bu." Jawab Bik Titin seraya mendekatiku."Yasudah, gantiin baju Arshaka sekalian ya. Aku mau ganti baju dulu." "Ooh iya Bu!" "Sini anak ganteng, sama Bibik dulu ya. Mama mau ganti baju dulu." Ucap Bik Tin saat mengajak ngobrol si bayi Putra ku pun merespon nya dengan tersenyum dan menggerak kan badan nya ke girangan. Sedangkan aku langsung berlalu masuk kedalam kamar, menyusul Mas Ferdi yang sudah siap dan terlihat sangat menawan.Mungkin jika wanita lain melihat Mas Ferdi, mereka akan menganggap Mas Ferdi ini masih lajang. Akibat baby face nya yang menggemaskan, membuat nya nampak awet muda.Berbeda dengan ku kini yang bertubuh semakin melar setelah melahirkan, ditambah saat ini sedang
Tok tok tok!!!"Biar aku aja yang buka Bik! Itu paati Mas Ferdi." Ucap ku sumringah"Ooh iya Bu..."Aku yang sedang sibuk didapur pun langsung berlalu keruang tamu ingin membuka kan pintu. Karena sudah jelas, jika yang datang kali ini Mas Ferdi.Langsung saja ku buka pintu rumah dengan perasaan bahagia"Selamat datang Pa!!!" Ucapku sambil tersenyumTapi begitu terkejutnya aku, kala melihat BuSri lah yang malah berdiri didepan pintu rumah ku sambil melipat tanganya"Lah, kok Bu Sri." Batinku"Pagi Bu Din!" Ucapnya sedikit emosi"Iya, pagi juga. Ada apa ya Bu?" Tanya ku pura-pura tak tau.Padahal aku mah paham. Jika orang ini pasti ingin bertanya tentang tragedi nasi basi kemarin."Saya cuman mau tanya aja. Kok bisa-bisanya sih Bu Din ngasih saya nasi basi. Emang kamu gak mampu ya ngasih saya makanan layak!" Ucapnya sewot membuat ku seketika terbahak.Astaga, ni orang apa gak pernah sadar diri ya. Bisa-bisa malah playing victim. Dasar orang otak kurang se-ons."Teruuuus!!!" Ucapku tak k
Adzan isya' pun berkumandang kala aku sudah bersantai dirumah. Kembali ku teguk teh hangat yang sudah sedikit mendingin. "Gimana Bu?" Tanya Bik Titin kepo sambil mendekatiku"Berees Bik!" Kuacungkan jempol kearah Bik Titin yang tersenyum sumringah"Tinggal nunggu keheboan aja nih ceritanya. Hihihi" Kami berdua pun akhirnya terbahak kala membayangkan ekspresi Bu Sri yang saat ini mungkin terhina sama seperti ku tadi malam.Sudah mendapatkan paling akhir, eeh taunya basi. Kan asem banget pastinya.Hmmmng!!!Suara deru mobil Alex terdengar didepan rumah. Aku pun bangkit dari tempat duduk ku, dan mengintip dibalik jendela kamar.Ternyata Alex tak mau mampir. Dan terlihat wajah Anandita yang nampak sebal. Mungkin pembicaraan mereka hari ini tak berjalan baik.Aku pun melihat Anandita yang turun dari mobil dengan wajah cemberut. Bahkan, dia sampai sedikit membanting pintu mobil kala menutupnyaKadang aku juga merasa iba dengan adik iparku ini, usianya juga terbilang sudah cukup matang unt
Kuletak kan berkat pemberian Bu Sri diatas meja. Dengan cepat, Anandita melihatnya. Tapi gerakan tangan nya seketika berhenti. Dan kulihat dia sedang mengendus makanan."Kamu kenapa Dit?" Tanya ku heran melihat tingkahnya"Kayak nya nasinya basi deh Mbak!""Masa' sih! Gak mungkin lah Dit. Kan acaranya juga barusan. Mana mungkin basi."Bik Titin pun langsung mengecek nasi nya. "Iya Bu, ini basi."Astaghfirullah, keterlaluan sekali mereka. Bisa-bisanya memberikan kami makanan busuk."Kurang ajar banget sih Mbak mereka ini. Kita harus balas perbuatan mereka Mbak." Nampak Anandita berapi-api"Iya Dit, disabar-sabari malah gak tau terimakasih." Aku pun ikut tersulut emosi. Bagaimana mungkin, kami memakan makanan basi. Bahkan, orang tak punya sekalipun juga akan menolak untuk memakan nya.Kepindahan ku dari kontrakan ini juga hanya dua bulan lagi. Kalau aku tak segera membalasnya, nanti keburu tak ada lagi kesempatan membalas perlakuan mereka.Kuambil hp yang masih tergeletak diatas kasur
Suara alunan lagu religi terdengar menggema digang sekitaran rumah ku. Ya sudah tentu pastinya, suara itu berasal dari rumah Bu Sri yang mengadakan syukuran atas bebasnya Viona dari penjara.Aku pun juga tak merasa keberatan, kala mereka tak mengundang ku untuk datang. Toh juga gak ada untungnya buat ku jika aku kesana."Berisik banget ya Mbak, suara soundnya?" Ucap Anandita yang nampak sedikit gusar kala mendengar dentuman dari sound yang berbunyi."Udah gak papa, namanya juga orang lagi bahagia Dit. Biarin aja, membuat orang bahagia juga dapat pahala lo!" "Hmmm, iya juga sih Mbak."Aku mengajak Anandita dan Bik Titin untuk berkumpul diruang keluarga. Sambil menonton drakor kesukaan Anandita.Aku yang memang ta seberapa suka, hanya ikut duduk menemani sambil berbalas pesan dengan Mas Ferdi. Baru dua hari ditinggal, aku sudah merasakan rindu yang membuncah.Drrrt... Drrrt... Dddrttt...Hp ku bergetar kala Mas Ferdi menelponku dengan vidio call. Dengan sigap, aku mengangkat panggilan