Hari ini sengaja aku meminta tolong pada Bik Titin untuk berkemas. Karena besok aku sudah harus pindah dari sini.Ada rasa lega sekaligus berat dalam hati. Walaupun mereka termasuk tetangga super resek, tapi aku begitu menikmati sensasinya. Karena tetangga dikomplek perumahan ku sendiri, tak ada yang seperti ini.Maklum, rata-rata mereka memang seorang pegusaha. Alhasil, mereka juga harang sekali berada dirumah. Mereka sibuk mengelola bisnis, atau sekedar jalan-jalan menghabiskan uang mereka keluar negeri."Jangan sampek ada yang tertinggal ya Bik.""Siap Bu."Sehabis menidurkan putraku, aku juga ikut membantu Bik Titin berkemas. Untung saja saat aku menyewa rumah ini, semua perabotan rumah sudah terisi. Jadi aku hanya tinggal membawa pakaian saja.Meskipun ada yang ku beli, itu pun juga hanya sekedar perintilan kecil yang tak seberapa. Dan memang berniat aku tinggalkan disini.Karena merasa kasian dengan Bibik Titin yang nampak kelelahan, aku pun memutuskan untuk memesan makanan mela
Sebuah mobil kini berganti berhenti didepan rumah ku. Ternyata hari ini kami kedatangan Bunda dan Papa mertua. Karena memang sudah hampir sebulan mereka belum bertemu dengan cucu mereka satu-satunya.Kedatangan mereka juga secara tiba-tiba tanpa memberitahu dulu. Bruak!!! Bunda dan Papa pun keluar dari mobil. Dan langsung menghampiriku yang masih menggendong Arshaka didepan rumah."Assalamualaikum sayaaang!!!" Salam Bunda"Waalaikumsalam Bunda, Papa. Kok tumben kesini gak bilang-bilang dulu." Tanya ku yang langsung menyalami tangan Bunda dan Papa."Iya Din, kedatangan kami kesini memang ada perlunya. Sekalian mau jenguk cucu Opa yang ganteng ini. Kangen, uda lama gak ketemu." Jelas Papa membuat ku jadi kepo"Perlu apa ya Pa?" "Kita bicara didalam aja ya. Masa' kami enggak dipersilahkan masuk dulu?" Jawab BundaAstagaaa, aku sampai lupa saking keponya. Sampai-sampai aku tak mempersilahkan mereka untuk masuk."Ya Allah, maaf Bun, Pa, Dina sampai lupa. Mari masuk dulu..." Aku pun meri
"uda beres semua kan Ma?" Tanya Mas Ferdi saat kami berdua sedang rebahan didalam kamar sambil menonton tv."Kayak nya uda semua kok Pa.""Kok kayak nya? Yang pasti dong Ma?" Aku hanya diam tak menjawab ucapan Mas Ferdi. Dan sibuk berbalas pesan dengan Anandita "Ma...?" Tanya Mas Ferdi lagi sambil sedikit mengguncang tubuhku"Eh iya Pa? Apa lagi?" Tanya ku balik."Huh, diajak suami ngomong malah dicuekin. Lagi WA an sama siapa sih?"Kini ganti Mas Ferdi yang merajuk padaku."Bukan nyuekin Pa, ini loh Mama lagi balas pesan Anandita!" Jawabku sambil menyodorkan hp didepan muka Mas Ferdi."Ngapain tuh anak, galau?"Deg-deg an sih lebih tepatnya. Maklum, namanya wanita mau lamaran uda pasti gugup dong Pa.""Emang Mama dulu juga gitu?" Tanya Mas Ferdi lagi, lama-lama dia mirip detektif aja.Aku hanya mengangguk tanpa memalingkan muka yang masih menghadap layar hp, membalas pesan dari adik iparku ini."Oh ya Pa, besok kita berangkat pagi ya. Soalnya Dita ngajak Mama belanja baju buat lam
Setelah membereskan semua pakaian, akhirnya aku bisa ber istirahat bersama dengan Mas Ferdi. Apalagi, nanti malam aku sudah ada janji untuk keluar dengan AnanditaAku pun menikmati kegiatan ku dirumah ku sendiri. Hingga malam pun tiba, dan Anandita menjemputku setelah sholat maghrib."Yuk mbak, kita berangkat." Ajak Adik iparku ini "Jangan malem-malem pulangnya Dit! Kasian ponakan mu!" Tukas Mas Ferdi"Iya iya Mas, aku janji. Paling malam juga jam sembilan.""Yasudah kalau gitu." Jawab Mas Ferdi pasrah."Yuuk Mbak." Ajak ya lagi padaku"Iya Dit." Kami bertiga pun akhirnya berangkat, karena aku memang sengaja mengajak Bik Titin untuk menjaga putraku.Anandita pun langsung menancapkan gas ke butik langganan nya. Sesampainya disana, dia langsung bertemu dengan pemilik butik yang juga ku kenal. Karena memang kami sering memesan kebaya disini, termasuk saat pesta ulang tahun Papa mertua dan waktu syukuran kelahiran ArshakaSetelah mereka berbasa-basi, Anandita menyampaikan maksutnya, san
"Pah, aku pergi dulu ke rumah Bu Ani. Mau bantu-bantu buat persiapan hajatan putrinya.""Lah kok Mama bisa diundang? Kan kita baru seminggu disini?" Ucap suamiku kebingungan"Iya Pa, tadi Bu Rusmi kesini. Memang undangnya via lisan Pa.""Oh yaudah Ma kalau gitu hati-hati." Akupun menyalami tangan suamiku sebelum pergi."Ma!" Aku terhenti saat suamiku meamanggilku kembali. Dan berbalik arah mengahadapnya."Kenapa pakai daster sih? Pakai baju yang lainya aja.""Gak papa Pa, lagian juga cuman bantu-bantu didapur. Toh ini juga daster mahal. Gak kalah bagus dengan gamis milk ku. Lagian juga sopan Pa." Suamiku pun mengangguk tanda setuju. Memang aku berangkat hanya menggunakan daster berlengan panjang, dan memadukan nya dengan kerudung panjang sampai menutup dada."Asslamualaikum...""Waalaikumsalam..."Kubuka pintu rumah ku dan berjalan ke rumah Bu Ani. Karena memang jarak rumah ku dengannya hanya berjarak lima rumah saja.Ditengah jalan, akupun bertemu dengan Bu Rusmi yang juga sedang
Jangan lupa like, komen dan subscribe ceritaku ini ya. Dan jangan lupa juga subscribe cerita ku yang lainyaTerimakasih dan happy reading...****Aku yang dari awal sudah emosi ditambah makin emosi dengan kejadian memalukan ini. Membuat ku berjalan lebih cepat sambil mengangkat sedikit daster ku, sampai terlihat betisku yang putih, mulus dan kinclong.Hingga terdengar celetukan dari seorang Ibu dibelakang ku."Waduh, betisnya bening amat ya, mulus lagi kayak kaki manekin ditoko-toko baju itu." "Halah, palingan itu juga pakai uang bulanan dia kali Bu. Makanya uang nya habis cuman buat perawatan. Sampai-sampai gak bisa beli baju yang bagusan dikit." Samar-samar terdengar suara wanita yang ku kenalSiapa lagi kalau bukan suara Bu Sri tetangga rumah yang super julid."Bisa jadi sih Bu, tapi bisa mulus gitu ya. Gak kayak kaki Bu Sri yang korengan. Eh maaf Bu keceplosan. Hehehe"Jleb!!!Terdengar suara tertawa Ibu-Ibu yang lainya. Aku yang mendengar ucapan itu pun rasanya juga ingin tertaw
Adzan maghrib pun berkumandang, segara aku dan Mas Ferdi mengambil wudhu dan menjalan kan sholat maghrib berjamaah.Baru setelahnya aku menyiapkan makan malam untuk kita berdua. Hari ini sengaja aku memasak kan makanan kesukaan Mas Ferdi ikan mujair yang digoreng hingga kering dan sambal terasi favoritnya. Ditambah dengan lalapan gubis, timun, terong dan juga daun kemangi."Waduh makan malam nya istimewa sekali Ma.""Jelas dong Pa. Makan yang banyak ya Pa, biar Mama makin semangat lagi masakin Papa.""Makasih ya sayang. Papa beruntung sekali memiliki istri kayak Mama. Mandiri, cantik, baik dan pastinya pinter ngelayanin Papa baik dirumah maupun diranjang.""Iiih apa an sih Pa, bisa banget ngegombalnya. Awas aja kalau Papa berani selingkuh." Ku cubit pelan perut Mas Ferdi saking gemasnya."Gak mungkin juga lah Papa nyia-nyia in istri se sempurna Mama." Ucapnya sambil memeluk ku dari belakang.Dan dia pun membalas dengan mengecup mesra keningku."Yuk Pa, makan dulu. Sini biar Mama yang
Aku tetap tak menggubris ucapan Bu Sri dan tetap berjalan masuk kedalam masjid. Percuma juga meladeni orang yang otaknya kurang se-ons.Lagian tak penting juga tau siapa dia sebenarnya. Toh tetap masih kaya an aku juga. Kulihat bu Rusmi melambaikan tangan saat melihat ku didepan pintu masjid. Segera aku berjalan mendekat kearahnya."Duduk sini aja Bu Din, sebelah saya. Lagian bentar lagi ceramahnya mau dimulai." Ucap Bu Rusmi sambil menunjuk lelaki bersorban putih yang akan menaiki podium"Iya Bu." Aku pun duduk disampingnya.Tapi mataku melirik Bu Rusmi yang juga memakai perhiasan yang tak kalah banyak seperti Bu Sri and the gank. Bedanya Bu Rusmi tak pamer seprerti yang lainya.Aku pun merasa tergelitik melihat tingkah aneh Ibu-Ibu dikomplek ini. Bagaimana tidak, sudah tau jika ini adalah acara pengajian, tapi masih saja tak lupa untuk pamer harta.Tepat pukul setengah sebelas acara pengajian pun selesai. Seperti kebiasaan yang terjadi, Ibu-Ibu saling bersalaman sebelum pulang."P