Share

DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU
DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU
Penulis: Yanikdwilestari

1. Hajatan tetangga

"Pah, aku pergi dulu ke rumah Bu Ani. Mau bantu-bantu buat persiapan hajatan putrinya."

"Lah kok Mama bisa diundang? Kan kita baru seminggu disini?" Ucap suamiku kebingungan

"Iya Pa,  tadi Bu Rusmi kesini. Memang undangnya via lisan Pa."

"Oh yaudah Ma kalau gitu hati-hati." 

Akupun menyalami tangan suamiku sebelum pergi.

"Ma!" 

Aku terhenti saat suamiku meamanggilku kembali. Dan berbalik arah mengahadapnya.

"Kenapa pakai daster sih? Pakai baju yang lainya aja."

"Gak papa Pa, lagian juga cuman bantu-bantu didapur. Toh ini juga daster mahal. Gak kalah bagus dengan gamis milk ku. Lagian juga sopan Pa." 

Suamiku pun mengangguk tanda setuju. Memang aku berangkat hanya menggunakan daster berlengan panjang, dan memadukan nya dengan kerudung panjang sampai menutup dada.

"Asslamualaikum..."

"Waalaikumsalam..."

Kubuka pintu rumah ku dan berjalan ke rumah Bu Ani. Karena memang jarak rumah ku dengannya hanya berjarak lima rumah saja.

Ditengah jalan, akupun bertemu dengan Bu Rusmi yang juga sedang berjalan kerumah Bu Ani.

Sesampainya dirumah Bu Ani, kita berdua pun dipersilahkan masuk kedalam dapur. Tampak Ibu-Ibu komplek yang lainya sudah datang lebih dulu. 

"Pembantu baru ya Bu..." Tampak Ibu berkerudung kuning ini mengajak ku bicara basa-basi

Degh!!!

Mendengar ucapanya mendadak dada ku bergemuruh hebat. Bagaimana bisa dia mengira aku seorang pembantu?

"Huuus, kalau ngomong diatur toh Bu. Mbak Dina ini warga baru disini. Tuh yang nempatin rumah kosong depan rumah ku, Bu Sri." Jelas Bu Rusmi pada wanita yang bernama Sri itu

"Ooh kirain pembantu. Soalnya baju nya kayak gitu sih, persis gembel. Pfft! Maaf lo Bu." Ucap Bu Sri menghinaku.

Akupun hanya tersenyum kecut membalas ucapanya.

"Oh ya, sudah berapa lama disini?" 

"Iya Bu, baru seminggu disini." Balasku sambil tersenyum

"Ooh tapi kok tak pernah lihat ya."

"Iya Bu, karena saya kerja. Jadi jarang keluar rumah. Pulang-pulang sudah capek mau istirahat."

Entah kenapa kesan pertamaku kenal dengan Bu Sri sangat buruk. Sepertinya beliau tipe orang yang suka merendahkan orang lain.

"Lah suamimu kerja apa? Kok kamu sampai ikut-ikut kerja segala?" Tanya wanita yang juga duduk disamping Bu Sri

"Suami saya cuman pegawai pabrik biasa Bu."

"Pantesan,  wong cuman istri buruh. Ya mana bisa beli baju bagus toh Bu, Bu. Makanya pakaian yang dia punya cuman daster kumal begitu." Ucap Bu Sri sinis tanpa menoleh kearah ku.

Kulihat Ibu itu ikut mengangguk meng-iyakan ucapan Bu Sri.

Aku yang sedari kesal mendengar ucapanya hanya bisa diam. Percuma juga meladeni Emak-Emak kurang kerjaan.

Mungkin jika mereka tau siapa aku sebenarnya, pasti mereka akan jantungan. Tak sanggup menerima kenyataan yang ada bahwa aku seorang direktur perusahaan, walaupun aku seorang perempuan.

Aku pindah kedaerah ini juga karena terpaksa. Sebab, aku harus mengurus dari awal perusahaan ku yang baru aku buka beberapa bulan ini.

Aku memang sengaja memilih rumah ini. Karena rumah ini sangat dekat dengan perusahaan ku. Sehingga aku tak perlu berangkat naik mobil dan bermacet-macet tan dijalan. 

Cukup dengan mengendarai sepeda motor sepuluh menit saja, aku sudah smpai diperusahaan ku.

Apalagi, aku disini hanya beberapa bulan saja. Jadi tak perlu menyewa rumah yang mahal-mahal. Meskipun aku kaya raya, tapi aku tak suka menghamburkan uangku untuk seseuatu yang tak penting.

****

Seusai membantu, aku besarta Ibu-Ibu yang lainya pulang kembali kerumah. Tak lupa Bu Ani memberikan sedikit bingkisan untuk kami dan mengucapkan terimakasih. 

Aku pun berjalan pulang bersama Bu Rusmi lagi. Tapi nasib sial menghampiriku kembali. Baru keluar rumah, tanpa sengaja daster yang ku kenakan mengenai paku yang ada di pagar rumah Bu Ani.

Sruuuuaghh!!!

Sontak saja daster ku langsung sobek dan membuat Ibu-Ibu yang sedang berjalan dibelakang ku tertawa dengan sedikit mencibir 

"Makanya Bu, kalau daster sudah lapuk itu mbok ya jangan dipakai. Uda malu-maluin, eeh malah kecantol paku lagi."

Tanpa melihat kebelakang, akupun teteap berjalan sambil memegangi bagian daster kesayangan ku yang sobek. 

Sesekali terdengar suara tawa dan cibiran dari mulut mereka. Bu Rusmi yang berjalan disampingku, hanya bisa mengelus lembut lenganku agar aku tak terbawa emosi oleh ulah Ibu-Ibu komplek itu.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Aminudin Yuli
kelihatannya cerita menarik
goodnovel comment avatar
Amal Eka
cerita yang menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status