Jangan lupa like, komen dan subscribe ceritaku ini ya. Dan jangan lupa juga subscribe cerita ku yang lainyaTerimakasih dan happy reading...****Aku yang dari awal sudah emosi ditambah makin emosi dengan kejadian memalukan ini. Membuat ku berjalan lebih cepat sambil mengangkat sedikit daster ku, sampai terlihat betisku yang putih, mulus dan kinclong.Hingga terdengar celetukan dari seorang Ibu dibelakang ku."Waduh, betisnya bening amat ya, mulus lagi kayak kaki manekin ditoko-toko baju itu." "Halah, palingan itu juga pakai uang bulanan dia kali Bu. Makanya uang nya habis cuman buat perawatan. Sampai-sampai gak bisa beli baju yang bagusan dikit." Samar-samar terdengar suara wanita yang ku kenalSiapa lagi kalau bukan suara Bu Sri tetangga rumah yang super julid."Bisa jadi sih Bu, tapi bisa mulus gitu ya. Gak kayak kaki Bu Sri yang korengan. Eh maaf Bu keceplosan. Hehehe"Jleb!!!Terdengar suara tertawa Ibu-Ibu yang lainya. Aku yang mendengar ucapan itu pun rasanya juga ingin tertaw
Adzan maghrib pun berkumandang, segara aku dan Mas Ferdi mengambil wudhu dan menjalan kan sholat maghrib berjamaah.Baru setelahnya aku menyiapkan makan malam untuk kita berdua. Hari ini sengaja aku memasak kan makanan kesukaan Mas Ferdi ikan mujair yang digoreng hingga kering dan sambal terasi favoritnya. Ditambah dengan lalapan gubis, timun, terong dan juga daun kemangi."Waduh makan malam nya istimewa sekali Ma.""Jelas dong Pa. Makan yang banyak ya Pa, biar Mama makin semangat lagi masakin Papa.""Makasih ya sayang. Papa beruntung sekali memiliki istri kayak Mama. Mandiri, cantik, baik dan pastinya pinter ngelayanin Papa baik dirumah maupun diranjang.""Iiih apa an sih Pa, bisa banget ngegombalnya. Awas aja kalau Papa berani selingkuh." Ku cubit pelan perut Mas Ferdi saking gemasnya."Gak mungkin juga lah Papa nyia-nyia in istri se sempurna Mama." Ucapnya sambil memeluk ku dari belakang.Dan dia pun membalas dengan mengecup mesra keningku."Yuk Pa, makan dulu. Sini biar Mama yang
Aku tetap tak menggubris ucapan Bu Sri dan tetap berjalan masuk kedalam masjid. Percuma juga meladeni orang yang otaknya kurang se-ons.Lagian tak penting juga tau siapa dia sebenarnya. Toh tetap masih kaya an aku juga. Kulihat bu Rusmi melambaikan tangan saat melihat ku didepan pintu masjid. Segera aku berjalan mendekat kearahnya."Duduk sini aja Bu Din, sebelah saya. Lagian bentar lagi ceramahnya mau dimulai." Ucap Bu Rusmi sambil menunjuk lelaki bersorban putih yang akan menaiki podium"Iya Bu." Aku pun duduk disampingnya.Tapi mataku melirik Bu Rusmi yang juga memakai perhiasan yang tak kalah banyak seperti Bu Sri and the gank. Bedanya Bu Rusmi tak pamer seprerti yang lainya.Aku pun merasa tergelitik melihat tingkah aneh Ibu-Ibu dikomplek ini. Bagaimana tidak, sudah tau jika ini adalah acara pengajian, tapi masih saja tak lupa untuk pamer harta.Tepat pukul setengah sebelas acara pengajian pun selesai. Seperti kebiasaan yang terjadi, Ibu-Ibu saling bersalaman sebelum pulang."P
Kukuruyuuuuk!!!Terdengar suara yam jago menyapa alam. Kini aku dan Mas Ferdi sudah bersiap untuk jalan-jalan dengan menakai celana training dan sepatu olahraga.Karena memang setiap minggu pagi, aku menyempatkan waktu berolahraga bersama Mas Ferdi saat kita berdua bisa bertemu. Ya meskipun kadang hanya berjalan santai mengelilingi komplek rumah ku sendiri.Atau juga sekedar bersepeda ria dijalan besar dan pulangnya biasa kita andok makanan pecel khas madiun favorit Mas Ferdi.Tapi kali ini, kita akan berolahraga dan jakan santai ditaman komplek baru ku ini."Yuuk Ma..." Ajak Mas Ferdi"Bentar Mas, aku kunci pintu rumah dulu."Setelah rumah ku kunci, aku dan Mas Ferdi berjalan keluar rumah menuju taman komplek. Aku lupa membawa sepeda ku ke rumah baru ku ini. Jadi terpaksa kita berjalan kaki.Itung-itung juga olahraga. Nampak ditaman sudah ramai orang-orang yang ikut senam aerobik yang dipandu oleh pelatih senam berpakaian super ketat tersebut.Sehingga menampak kan lekuk tubuh yang i
Bu Sri pun berteriak seperti orang kesetanan hanya karna ku siram cendol ke bajunya.Mas Ferdi yang melihat juga ikut kaget dan menghampiriku yang memang berjalan kearahnya.Begitupula Ibu-ibu lain yang ada disana. Langsung ikut berlari menghampiri Bu Sri yang terus saja meracau."Bayar cendolnya Pa. Aku males kalau ketemu orang gila itu lagi." Ucapku mendengkus kesal"Iya Ma, sabar ya..."Mas Ferdi pun berjalan kembali ketukang cendol, sedangkan aku menunggu ditempat yang lain.Disitu, ibu-ibu geng nya ikut membantu BuSri membersihkan bajunya. Kulihat mereka juga ikut mencibirku.Aaah masa bodoh, yang penting hatiku puas."Bilangin sama istri kamu. Jadi orang tuh yang punya sopan santun. Jangan kayak orang gak berpendidikan. Nih lihat, baju mahal ku jadi kotor."Saat Mas Ferdi datang membayar cendol ku"Iya saya minta maaf atas kelaluan istri saya Bu.""Emang nya maafmu bisa bersihin bajuku yang kotor ini?""Sudah cukup Bu, anda jangan banyak omong. Bisa-bisa saya beli tuh mulut. Mak
Aku pun mulai mengetik pesan pada grup krembangan 9 itu.[Assalamualaikum Bu, Ibu. Perkenalkan saya Bu Dina, warga baru][Waalaikumsalam, iya salam kenal Bu] Beberapa Ibu-Ibu pun membalas salam dariku.[Begini Bu, saya disini sebenarnya mau minta tolong sama Bu Ibu. Barangkali ada yang punya kenalan Art?][Bu Dina lagi cari ya? Mau yang gimana Bu][Cari saja ditempat penyaluran aja Bu. Biasanya lebih terpercaya][Sebentar Bu, saya tanyakan art saya. Barangkali dia punya temen atau kenalan art][Buat kapan Bu Dina? Sebentar saya carikan info dulu ya!]Dan berbagai ragam respon baik dari ibu-ibu.[Kalau bisa secepatnya ya Bu. Besok kerja juga bisa. Kalau bisa yang sudah Ibu-ibu yang memang sudah berpengalaman. Sebelumnya terimakaaih banyak ya Bu Ibu]Kataku membalas pesan Ibu-ibu yang lainya. Tapi aku sedikit tersentil saat membaca balasan dari Bu Sri.Balasan pesan yang memang ku tunggu-tunggu dari tadi. Entah kenapa aku mulai kecanduan untuk menjaili dia.Mungkin semua karena ulah Bu
******"gak kurang Pa, kalau kita cuman beli dua kemeja aja?" Tanya ku pada Mas Ferdi yang akan berjalan ke kasir."Enggak Ma, lagian cuman 2hari meeting nya. Rabu rapat direksi, sorenya mungkin Papa uda balik pulang.""Umm yasudah kalau gitu Pa.""Mama gak sekalian shopping? Kan Mama disana juga gak bawa baju banyak.""Nanti deh Pa, Mama masih belum mood belanja nih.""Kenapa? Gara-gara tetangga tadi?"Tau aja nih Mas Ferdi sama isi pikiran ku "Kalau Mama gak nyaman, kita pindah aja Ma. Papa gak mau Mama kepikiran sama orang-orang model mereka.""Santai Pa, itumah masalah kecil. Mama bisa hadapin sendiri kok.""Serius?"Tatapan mata Mas Ferdi begitu menusuk jantungku."Iya suamiku sayang." Ucapku sambil menggelendot manja dilenganya.Setelah selesai membayar belanjaan kami yang menghabiskan uang delapan setangah juta, aku dan Mas Ferdi berniat makan malam sekalian diluar.Memang, hanya dua kemeja saja menghabiskan biaya yang banyak. Karena aku dan Mas Ferdi membeli kemeja di gerai b
Mendengar ucapan Mas Ferdi, membuatku terbuai. Memang Mas Ferdi tipe lelaki yang romantis.Tak berselang lama, pesanan kita pun datang."Mas, pesan bungkus bebek utuh krispinya satu ya!" Ucapku pada pelayan tersebut"Oh iya Bu, ditunggu ya pesananya!" BalasnyaAku pun mengangguk sambil tersenyum."Buat siapa Ma?" Tanya Mas Ferdi yang penasaran."Buat Pak Joko Pa, biar nanti dimakan sama keluarganya dirumah.""Oh iya Papa sampai lupa Ma."Akhirnya aku dan Mas Ferdi pun menikmati makan malam ini.Drrtt... Drrrt.... Drrt...Hp ku berbunyi, kulihat ada panggilan masuk dari Bu Elis. Segera saja ku angkat teleponya."Assalamualaikum Bu Dina!" Terdengar suara Bu Elis diseberang sana"Waalaikumsalam, ada apa ya Bu?" Tanya ku penasaran"Begini Bu, besok pagi bakal ada art yang datang kerumah Bu Dina. Tadi sudah dicarikan sama teman saya.""Oh iya boleh Bu. Tapi besok saya ada acara diluar, dia suruh kerumah jam satu siang aja Bu. Makasih ya.""Sama-sama Bu Din. Oh ya satu lagi, kalau Bu Din ga
Setelah membereskan semua pakaian, akhirnya aku bisa ber istirahat bersama dengan Mas Ferdi. Apalagi, nanti malam aku sudah ada janji untuk keluar dengan AnanditaAku pun menikmati kegiatan ku dirumah ku sendiri. Hingga malam pun tiba, dan Anandita menjemputku setelah sholat maghrib."Yuk mbak, kita berangkat." Ajak Adik iparku ini "Jangan malem-malem pulangnya Dit! Kasian ponakan mu!" Tukas Mas Ferdi"Iya iya Mas, aku janji. Paling malam juga jam sembilan.""Yasudah kalau gitu." Jawab Mas Ferdi pasrah."Yuuk Mbak." Ajak ya lagi padaku"Iya Dit." Kami bertiga pun akhirnya berangkat, karena aku memang sengaja mengajak Bik Titin untuk menjaga putraku.Anandita pun langsung menancapkan gas ke butik langganan nya. Sesampainya disana, dia langsung bertemu dengan pemilik butik yang juga ku kenal. Karena memang kami sering memesan kebaya disini, termasuk saat pesta ulang tahun Papa mertua dan waktu syukuran kelahiran ArshakaSetelah mereka berbasa-basi, Anandita menyampaikan maksutnya, san
"uda beres semua kan Ma?" Tanya Mas Ferdi saat kami berdua sedang rebahan didalam kamar sambil menonton tv."Kayak nya uda semua kok Pa.""Kok kayak nya? Yang pasti dong Ma?" Aku hanya diam tak menjawab ucapan Mas Ferdi. Dan sibuk berbalas pesan dengan Anandita "Ma...?" Tanya Mas Ferdi lagi sambil sedikit mengguncang tubuhku"Eh iya Pa? Apa lagi?" Tanya ku balik."Huh, diajak suami ngomong malah dicuekin. Lagi WA an sama siapa sih?"Kini ganti Mas Ferdi yang merajuk padaku."Bukan nyuekin Pa, ini loh Mama lagi balas pesan Anandita!" Jawabku sambil menyodorkan hp didepan muka Mas Ferdi."Ngapain tuh anak, galau?"Deg-deg an sih lebih tepatnya. Maklum, namanya wanita mau lamaran uda pasti gugup dong Pa.""Emang Mama dulu juga gitu?" Tanya Mas Ferdi lagi, lama-lama dia mirip detektif aja.Aku hanya mengangguk tanpa memalingkan muka yang masih menghadap layar hp, membalas pesan dari adik iparku ini."Oh ya Pa, besok kita berangkat pagi ya. Soalnya Dita ngajak Mama belanja baju buat lam
Sebuah mobil kini berganti berhenti didepan rumah ku. Ternyata hari ini kami kedatangan Bunda dan Papa mertua. Karena memang sudah hampir sebulan mereka belum bertemu dengan cucu mereka satu-satunya.Kedatangan mereka juga secara tiba-tiba tanpa memberitahu dulu. Bruak!!! Bunda dan Papa pun keluar dari mobil. Dan langsung menghampiriku yang masih menggendong Arshaka didepan rumah."Assalamualaikum sayaaang!!!" Salam Bunda"Waalaikumsalam Bunda, Papa. Kok tumben kesini gak bilang-bilang dulu." Tanya ku yang langsung menyalami tangan Bunda dan Papa."Iya Din, kedatangan kami kesini memang ada perlunya. Sekalian mau jenguk cucu Opa yang ganteng ini. Kangen, uda lama gak ketemu." Jelas Papa membuat ku jadi kepo"Perlu apa ya Pa?" "Kita bicara didalam aja ya. Masa' kami enggak dipersilahkan masuk dulu?" Jawab BundaAstagaaa, aku sampai lupa saking keponya. Sampai-sampai aku tak mempersilahkan mereka untuk masuk."Ya Allah, maaf Bun, Pa, Dina sampai lupa. Mari masuk dulu..." Aku pun meri
Hari ini sengaja aku meminta tolong pada Bik Titin untuk berkemas. Karena besok aku sudah harus pindah dari sini.Ada rasa lega sekaligus berat dalam hati. Walaupun mereka termasuk tetangga super resek, tapi aku begitu menikmati sensasinya. Karena tetangga dikomplek perumahan ku sendiri, tak ada yang seperti ini.Maklum, rata-rata mereka memang seorang pegusaha. Alhasil, mereka juga harang sekali berada dirumah. Mereka sibuk mengelola bisnis, atau sekedar jalan-jalan menghabiskan uang mereka keluar negeri."Jangan sampek ada yang tertinggal ya Bik.""Siap Bu."Sehabis menidurkan putraku, aku juga ikut membantu Bik Titin berkemas. Untung saja saat aku menyewa rumah ini, semua perabotan rumah sudah terisi. Jadi aku hanya tinggal membawa pakaian saja.Meskipun ada yang ku beli, itu pun juga hanya sekedar perintilan kecil yang tak seberapa. Dan memang berniat aku tinggalkan disini.Karena merasa kasian dengan Bibik Titin yang nampak kelelahan, aku pun memutuskan untuk memesan makanan mela
Sore harinya, Mas Ferdi pun mengajak kami untuk jalan-jalan ke mall terdekat didaerah ku. Dengan senang hati, aku pun mengiyakan.Karena memang sudah hampir beberapa bulan semenjak kehamilan ku, kami jarang sekali menghabiskan waktu bersama untuk jalan-jalan."Bik, uda selesai kan gantinya?""Sudah Bu." Jawab Bik Titin seraya mendekatiku."Yasudah, gantiin baju Arshaka sekalian ya. Aku mau ganti baju dulu." "Ooh iya Bu!" "Sini anak ganteng, sama Bibik dulu ya. Mama mau ganti baju dulu." Ucap Bik Tin saat mengajak ngobrol si bayi Putra ku pun merespon nya dengan tersenyum dan menggerak kan badan nya ke girangan. Sedangkan aku langsung berlalu masuk kedalam kamar, menyusul Mas Ferdi yang sudah siap dan terlihat sangat menawan.Mungkin jika wanita lain melihat Mas Ferdi, mereka akan menganggap Mas Ferdi ini masih lajang. Akibat baby face nya yang menggemaskan, membuat nya nampak awet muda.Berbeda dengan ku kini yang bertubuh semakin melar setelah melahirkan, ditambah saat ini sedang
Tok tok tok!!!"Biar aku aja yang buka Bik! Itu paati Mas Ferdi." Ucap ku sumringah"Ooh iya Bu..."Aku yang sedang sibuk didapur pun langsung berlalu keruang tamu ingin membuka kan pintu. Karena sudah jelas, jika yang datang kali ini Mas Ferdi.Langsung saja ku buka pintu rumah dengan perasaan bahagia"Selamat datang Pa!!!" Ucapku sambil tersenyumTapi begitu terkejutnya aku, kala melihat BuSri lah yang malah berdiri didepan pintu rumah ku sambil melipat tanganya"Lah, kok Bu Sri." Batinku"Pagi Bu Din!" Ucapnya sedikit emosi"Iya, pagi juga. Ada apa ya Bu?" Tanya ku pura-pura tak tau.Padahal aku mah paham. Jika orang ini pasti ingin bertanya tentang tragedi nasi basi kemarin."Saya cuman mau tanya aja. Kok bisa-bisanya sih Bu Din ngasih saya nasi basi. Emang kamu gak mampu ya ngasih saya makanan layak!" Ucapnya sewot membuat ku seketika terbahak.Astaga, ni orang apa gak pernah sadar diri ya. Bisa-bisa malah playing victim. Dasar orang otak kurang se-ons."Teruuuus!!!" Ucapku tak k
Adzan isya' pun berkumandang kala aku sudah bersantai dirumah. Kembali ku teguk teh hangat yang sudah sedikit mendingin. "Gimana Bu?" Tanya Bik Titin kepo sambil mendekatiku"Berees Bik!" Kuacungkan jempol kearah Bik Titin yang tersenyum sumringah"Tinggal nunggu keheboan aja nih ceritanya. Hihihi" Kami berdua pun akhirnya terbahak kala membayangkan ekspresi Bu Sri yang saat ini mungkin terhina sama seperti ku tadi malam.Sudah mendapatkan paling akhir, eeh taunya basi. Kan asem banget pastinya.Hmmmng!!!Suara deru mobil Alex terdengar didepan rumah. Aku pun bangkit dari tempat duduk ku, dan mengintip dibalik jendela kamar.Ternyata Alex tak mau mampir. Dan terlihat wajah Anandita yang nampak sebal. Mungkin pembicaraan mereka hari ini tak berjalan baik.Aku pun melihat Anandita yang turun dari mobil dengan wajah cemberut. Bahkan, dia sampai sedikit membanting pintu mobil kala menutupnyaKadang aku juga merasa iba dengan adik iparku ini, usianya juga terbilang sudah cukup matang unt
Kuletak kan berkat pemberian Bu Sri diatas meja. Dengan cepat, Anandita melihatnya. Tapi gerakan tangan nya seketika berhenti. Dan kulihat dia sedang mengendus makanan."Kamu kenapa Dit?" Tanya ku heran melihat tingkahnya"Kayak nya nasinya basi deh Mbak!""Masa' sih! Gak mungkin lah Dit. Kan acaranya juga barusan. Mana mungkin basi."Bik Titin pun langsung mengecek nasi nya. "Iya Bu, ini basi."Astaghfirullah, keterlaluan sekali mereka. Bisa-bisanya memberikan kami makanan busuk."Kurang ajar banget sih Mbak mereka ini. Kita harus balas perbuatan mereka Mbak." Nampak Anandita berapi-api"Iya Dit, disabar-sabari malah gak tau terimakasih." Aku pun ikut tersulut emosi. Bagaimana mungkin, kami memakan makanan basi. Bahkan, orang tak punya sekalipun juga akan menolak untuk memakan nya.Kepindahan ku dari kontrakan ini juga hanya dua bulan lagi. Kalau aku tak segera membalasnya, nanti keburu tak ada lagi kesempatan membalas perlakuan mereka.Kuambil hp yang masih tergeletak diatas kasur
Suara alunan lagu religi terdengar menggema digang sekitaran rumah ku. Ya sudah tentu pastinya, suara itu berasal dari rumah Bu Sri yang mengadakan syukuran atas bebasnya Viona dari penjara.Aku pun juga tak merasa keberatan, kala mereka tak mengundang ku untuk datang. Toh juga gak ada untungnya buat ku jika aku kesana."Berisik banget ya Mbak, suara soundnya?" Ucap Anandita yang nampak sedikit gusar kala mendengar dentuman dari sound yang berbunyi."Udah gak papa, namanya juga orang lagi bahagia Dit. Biarin aja, membuat orang bahagia juga dapat pahala lo!" "Hmmm, iya juga sih Mbak."Aku mengajak Anandita dan Bik Titin untuk berkumpul diruang keluarga. Sambil menonton drakor kesukaan Anandita.Aku yang memang ta seberapa suka, hanya ikut duduk menemani sambil berbalas pesan dengan Mas Ferdi. Baru dua hari ditinggal, aku sudah merasakan rindu yang membuncah.Drrrt... Drrrt... Dddrttt...Hp ku bergetar kala Mas Ferdi menelponku dengan vidio call. Dengan sigap, aku mengangkat panggilan