Aku pun mulai mengetik pesan pada grup krembangan 9 itu.
[Assalamualaikum Bu, Ibu. Perkenalkan saya Bu Dina, warga baru][Waalaikumsalam, iya salam kenal Bu] Beberapa Ibu-Ibu pun membalas salam dariku.[Begini Bu, saya disini sebenarnya mau minta tolong sama Bu Ibu. Barangkali ada yang punya kenalan Art?][Bu Dina lagi cari ya? Mau yang gimana Bu][Cari saja ditempat penyaluran aja Bu. Biasanya lebih terpercaya][Sebentar Bu, saya tanyakan art saya. Barangkali dia punya temen atau kenalan art][Buat kapan Bu Dina? Sebentar saya carikan info dulu ya!]Dan berbagai ragam respon baik dari ibu-ibu.[Kalau bisa secepatnya ya Bu. Besok kerja juga bisa. Kalau bisa yang sudah Ibu-ibu yang memang sudah berpengalaman. Sebelumnya terimakaaih banyak ya Bu Ibu]Kataku membalas pesan Ibu-ibu yang lainya. Tapi aku sedikit tersentil saat membaca balasan dari Bu Sri.Balasan pesan yang memang ku tunggu-tunggu dari tadi. Entah kenapa aku mulai kecanduan untuk menjaili dia.Mungkin semua karena ulah Bu Sri duluan yang memulai, hingga aku terbiasa. Hehehehe[Ya ampun, ngapain juga harus cari art di grup sih. Kan langsung cari dipenyalur juga bisa]Pesan darinya hanya ku baca tanpa ku balas.[Lagian ya, kalau susah itu jangan belagak. Memding uang untuk art ditabung aja. Itung-itung buat masa depan anak. Kalau tidak, biar bisa beli rumah sendiri. Biar g ngontrak]Pfftt, membaca pesanya saja membuatku ingin tertawa terpingkal-pingkal.Mas Ferdi yang sedari memperhatikan ku senyum-semyum sendiri pun curiga."Ma, kamu gak papa?"Kudongak kan kepala menghadap Mas Ferdi. Yang sesari tadi menunduk menatap layar hp."Memangnya kenapa Pa?" Tanya ku tak paham dengan ucapan Mas Ferdi."Ya habis Mama dari tadi senyum-senyum sendiri.""Emang lagi Wa an sama siap sih, kok kelihatanya seru banget." Mas Ferdi kelihatan kepo, sampai-sampai dia merebut hp dari tangan ku."Orang ini lagi?" "Hahahaha terus mau siapa lagi? Kalau bukam orang aneh bin ajaib itu Pa!" Seruku "Kenapa Mama gak jujur aja sih kalau kita bukan orang miskin?"Aku yang mendengar ucapan Mas Ferdi langsung tersenyum"Belum saatnya Pa. Kalau Mama ngaku sekarang jadi gak seru dong!""Emang Mama gak capek berhubungan sama orang kek gitu? Dia bukan level kita Ma." Terlihat Mas Ferdi sedikit kesal juga padaku Karena aku malah meladeni Bu Sri yang kurang se-ons itu."Bukan gitu Pa, lagian kapan lagi ada orang yang berani ngehina Mama kalau bukan dia. Jadi Mama merasa hidup ada tantanganya.""Apalagi musuhnya Emak-emak kurang kerjaan." Ucapku sambil menggenggam lembut tangan Mas Ferdi"Yasudah terserah Mama aja. Kalau dia sudah kebangetan, Mama jangan diem aja.""Iya sayang kuh." Ku berikan kecupan sayang di pipi Mas Ferdi.Walaupun usia pernikahan kita sudah menginjak dua tahun, tapi setiap hari tetap terasa seperti pengantin baru aja.Klunting!!!Terdengar ada pesan masuk lagi dihp ku. Tapi pesan kali ini dikirim langsung sama Bu Elis secara japri.[Assalamualaikum Bu Dina? Gimana Bu, uda dapet art nya belum?][Waalaikumsalam, belum Bu. Ini masih nyari.][Gini Bu, ini saya punya kenalan penyalur art. Kalau Bu Dina berminat, bisa nanti saya tanyakan ke orangnya, sesuai dengam kriteria yang Bu Dina mau.][Waah boleh Bu, kalau bisa besok sudah boleh kerja. Karena memang saya butuh secepatnya.][Iya saya tanyakan dulu ya Bu, nanti saya kabari lagi kalau sudah dapat info dari teman saya][Makasih banyak ya Bu Elis. Maaf kalau merepotkan][Gak papa Bu Din, malah saya senang kalau bisa bantu warga lainya. Sama-sama.]Akupun kembali tersenyum, setidaknya masih banyak ibu-ibu komplek sini yang berhati baik. Walaupun ada juga segelintir warga yang resek.Sebenarnya, aku tak perlu susah-susah mencari. Sebab sekali telepon Andin asisten ku, kapan pun aku membutuhkan art yang ku mau bakal datang.Tapi karena memang niatku yang sengaja menggoda Bu Sri, maka niatku meminta tolong pada dia ku urungkan."Ma, nanti sore ikut Papa ke mall. Buat belanja kemeja lagi ya?""Siap pa." Kataku sambil mengacungkan jempol.****Tepat pukul 4 sore aku menunggu Pak Joko, sopir kantor yang akan mengantar kan aku sama Mas Ferdi untuk berbelanja.Karena tak mungkin juga aku sama Mas Ferdi naik sepeda motor saat pergi ke mall. Masak seorang direktur ke mall naik sepeda, apa kata dunia? Hehehe maaf canda.Terlihat juga Ibu-Ibu komplek kunsednag berkempul didepan rumah Bu Rusmi. Maklum, disini Bu Rusmi memang umurnya lebih tua dari Ibu-Ibu yang lainya.Lima menit menunggu, akhirnya Pak Joko pun datang. Terlihat Ibu-Ibu itu pun menoleh kearah mobil Pak Joko. Yang sengaja memakai mobil alphard putih saat menjemputku. Kemudian dia membukakan pintu untuk ku dan Mas Ferdi. "Sore Pak, Bu. Maaf menunggu lama." Ucap Pak Joko"Gak papa Pak. Yasudah antar kita ke mall ya."Pak Joko pun mengangguk. Akan tetapi, belum sempat Pak Joko menutup pintu mobil, salah satu Ibu komplek mencibirku"Kasian ya Bu, kalau jadi orang miskin. Naik mobil aja harus sewa dari ojol."Pak Joko yang mendengar ucapan itu pun melotot kearah Ibu itu."Sudah Pak, biarin aja. Anggap aja orang gila. Kita berangkay aja."Pak Joko pun menutup pintu dan berjjalan kedepan duduk ditempat supir. Kemudian melajukan mobil meninggalkan ibu-ibu yang masih terpukau dengan mobil Pak Joko.Eh maksut ku, mobil milik ku.******"gak kurang Pa, kalau kita cuman beli dua kemeja aja?" Tanya ku pada Mas Ferdi yang akan berjalan ke kasir."Enggak Ma, lagian cuman 2hari meeting nya. Rabu rapat direksi, sorenya mungkin Papa uda balik pulang.""Umm yasudah kalau gitu Pa.""Mama gak sekalian shopping? Kan Mama disana juga gak bawa baju banyak.""Nanti deh Pa, Mama masih belum mood belanja nih.""Kenapa? Gara-gara tetangga tadi?"Tau aja nih Mas Ferdi sama isi pikiran ku "Kalau Mama gak nyaman, kita pindah aja Ma. Papa gak mau Mama kepikiran sama orang-orang model mereka.""Santai Pa, itumah masalah kecil. Mama bisa hadapin sendiri kok.""Serius?"Tatapan mata Mas Ferdi begitu menusuk jantungku."Iya suamiku sayang." Ucapku sambil menggelendot manja dilenganya.Setelah selesai membayar belanjaan kami yang menghabiskan uang delapan setangah juta, aku dan Mas Ferdi berniat makan malam sekalian diluar.Memang, hanya dua kemeja saja menghabiskan biaya yang banyak. Karena aku dan Mas Ferdi membeli kemeja di gerai b
Mendengar ucapan Mas Ferdi, membuatku terbuai. Memang Mas Ferdi tipe lelaki yang romantis.Tak berselang lama, pesanan kita pun datang."Mas, pesan bungkus bebek utuh krispinya satu ya!" Ucapku pada pelayan tersebut"Oh iya Bu, ditunggu ya pesananya!" BalasnyaAku pun mengangguk sambil tersenyum."Buat siapa Ma?" Tanya Mas Ferdi yang penasaran."Buat Pak Joko Pa, biar nanti dimakan sama keluarganya dirumah.""Oh iya Papa sampai lupa Ma."Akhirnya aku dan Mas Ferdi pun menikmati makan malam ini.Drrtt... Drrrt.... Drrt...Hp ku berbunyi, kulihat ada panggilan masuk dari Bu Elis. Segera saja ku angkat teleponya."Assalamualaikum Bu Dina!" Terdengar suara Bu Elis diseberang sana"Waalaikumsalam, ada apa ya Bu?" Tanya ku penasaran"Begini Bu, besok pagi bakal ada art yang datang kerumah Bu Dina. Tadi sudah dicarikan sama teman saya.""Oh iya boleh Bu. Tapi besok saya ada acara diluar, dia suruh kerumah jam satu siang aja Bu. Makasih ya.""Sama-sama Bu Din. Oh ya satu lagi, kalau Bu Din ga
Akupun langsung mengantarkan Bik Titin ke kamar nya yang ada disebelah dapur."Yasudah saya tinggal dulu Bik, habis ini tolong masak buat makan sore ya!" Perintah pertama ku"Iya Bu siap, kalau gitu saya permisi mau beberes dulu Bu, sebelumnya terimakasih banyak." Ucap Bik TitinKu tinggalkan Bik Titin sendiri dikamarnya. Ku rasakan aku sedikit lelah, aku memutuskan untuk tidur siang.*****Kulihat jam dinding sudah menunjuk kan pukul empat. Akupun segera bangun dan mandi. Karena aku sudah merasaakan tubuhku sedikit lengket."Aaah lumayan juga hari ini bisa tidur dua jam. Berasa seger kembali nih." Ucapku dalam hatiSegera kuambil handuk dan mandi. Seusai mandi, aku pun langsung memjalankan sholat dan berdoa kepada Allah semoga apa yang selama ini ku dambakan terwujud.Baru beberapa jam ditinggal Mas Ferdi, aku sudah mulai merasa rindu padanya. Aaah mungkin ini efek beberapa hari aku selalu bersama.Padahal meskipun aku ditinggal Mas Ferdi ke luaar negri, aku merasa biasa aja.Aku pun
Bu Sri, Bu. Sri. Kayaknya rumah kosong itu sekarang ada yang nempatin deh." Ucap Bu Ajeng kala kita bergosip ria disiang hari.Memang, didepan rumahku yang rindang dan sejuk ini, biasanya dipakai Ibu-ibu komplek sini untuk ngaso waktu siang hari.Apa lagi kalau waktunya tanaman mangga ku ini berbuah. Bisa setiap hari kita rujak an sambil ghibah kanan kiri. Apapun yang bisa kita jadikan topik, itulah yang bakal kita ghibahin.Apalagi, kutau ibu-ibu komplek sini juga mudah diprovokasi dan hobi pula nge-gosip."Masak sih? Ko saya g pernah lihat yo." Ucapku pada nya"Iya Bu, kemarin saya lihat ada mobil pick up nganter barang-barang dirumah baru itu." Ucap Bu Fitri menimpali"Gimana sih Bu, tumben kok gak update banget. Biasanya jadi ratu gosip nomer satu. Iih gak seru deh." Kini Bu Ajeng berbicara sambil memanyunkan bibirnya."Yo maap, mungkin waktu itu aku lagi kencan sama Pak suami, tau sendiri sehariam kemarin aku kerumah anak ku." Balasku tak mau disalahkan"Iya juga sih Bu. Eh Bu,
*****Sudah seharian Mas Ferdi pergi keluar kota. Hari ini dikantor juga ada meeting penting dengan para direksi. Aku yang sudah bersiap dari shubuh dan bersiap akan sarapan. Karena jam enam pagi aku sidah harus berangkat.Tok tok tok!"Bu, sarapanya sudah siap." Terdengar suara Bik Titin mengetuk pintu kamar ku."Iya Bik, bentar lagi.""Yasudah kalau gitu saya tinggal dulu Bu."Aku membiarkan Bik Titin pergi, kini aku mulai memoles bibir mungilku dengan lipstik berwarna peach itu. Dan tak lupa kububuhkan sedikit make up sehingga membuat wajah ku yang cantik jadi makin cantik.Hari ini aku menggunakan kemeja putih dibalut blezer warna hitam dan celana kullot berwarna hitam juga. Dan tak lupa aku memakai hijab segi empat berwarna putih.Mungkin jika orang melihat ku, pasti mereka mengira aku adalah seles, anak magang atau bahkan seseorang yang akan melamar kerjaan. HahahaSetelah semua selesai, aku pun keluar kamar dan menuju dapur untuk sarapan."Ini uang belanja buat besok ya Bik.
**** Sore hari akupun pulang diantar Pak Joko sampai depan rumah, seusai aku mem-facial wajahku agar tidak kucel. apalagi, disini aku harus mengahadapi tetangga yang mulutnya membuat hati dan telinga memanas.Tapi saat aku pulang, aku bertemu lagi dengan segerombolan orang-orang dengan otak kurang se-ons itu sedang berghibah ditempat kerjaanya, dimana lagi kalau bukan didepan rumah Bu Sri.Disitu bagaikan sarang Ibu-Ibu tukang ghibah menumpuk dosa."Duuuh enaknya yang habis merawat diri sama simpenannya!" Terdengar suara Bu Sri menyindirku Diikuti dengan tawa mengejek pengawalnya yang seperti sangat terhibur dengan ulah Bu Sri.Aku hanya menarik nafas panjang dan menghembuskanya kuat-kuat."Kenapa, iri? Lagian tanpa harus memiliki simpanan, suami ku juga mampu kok bayarin, kalau cuman buat merawat kecantikan ku aja.. Beda sama situ yang meskipun diberikan modal perwatan tetep aja jelek, tua, keriput." Ku ucapkan kata-kata itu sesantai mungkin.Agar, mereka terpancing emosi kepadaku.
Seharian aku tak mood mau melakukan apapun. Setelah pulang kerja, aku memilih untuk berdiam dikamar. Apalagi, hari ini Mas Ferdi tak jadi pulang.Triiing....Kulihat ada pesan masuk digrup Krembangan 9, siapa lagi kalau bukan grup Ibu-Ibu komplek sini.[Assalamualaikum, jangan lupa besok kamis sore acara yasinan rutin dirumah Ibu Ajeng.]Begitulah isi pesan dari Bu Elis didalam grup. Entah, aku harus ikut atau tidak. Karena memang aku masih baru disini Kuletak kan hp ku kembali disampingku. Kini kunyalakan tv untuk mengusir kepenatan."Bu, Bu Dina?" Terdengar suara Bik Titin didepan kamarku."Iya Bik, ada apa?""Ada tamu Bik. Katanya nyonya sama tuan."Degh!!!Nyonya sama tuan? Siapa?Papi Mami? Atau Bunda dan Papa, kedua mertuaku? Masak iya sih mereka kesini gak bilang-bilang. Akupun langsung berjalan menuju pintu dan membukanya."Siapa Bik?" Tanya ku penasaran"Nyonya sama Tuan, Bu!" Uda ditunggu didepan.Akupun segera berjalan cepat keruang tamu.. kini, kulihat kedua sosok orang y
***Pagi ini, aku memang sengaja bangun lebih pagi dari biasanya. Karena memang tadi malam aku tidur lebih cepat. Itu kulakukan untuk menghindari percakapan antara aku dan Mami."Bu, persediaan bahan-bahan didapur sudah hampir menipis." Ucap Bik Titin menghampiriku yang sedang minum air putih dan duduk dimeja makan."Yasudah, nanti langsung belanja ke pasar aja Bik. Beli keperluan yang bisa buat sebulan juga.""Iya Bu, kalai gitu nanti Bibik beli beras sekarung sekalian ya Bu.""Iya Bik Tin atur aja. Bentar saya ambil kan dlu uangnya."Akupun masuk kembali kedalam kamar mengambil uang untuk belanjaan Bik Titin."Nih Bik uangnya!" Kuberikan duapuluh lembar uang seratus ribuan "Ba-banyak banget Bu uang belanjanya!" Kulihat tanganya sedikit bergetar menerima uang itu.Tampak Bik Titin terkejut aku memberikan uang belanja sebanyak itu padanya. Mungkin dulu waktu didesa, uang belanjanya tak sebesar itu."Iya buat jaga-jaga aja Bik. Nanti takutnya malah kurang. Sekalian, buat ongkos Bik T