"Anj*ng lo, perjt ku jadi sakit nih!!!" Pekik Bu Fitri dengan suara tangisanya yang begitu memilukan.Kutepuk kedua tanganku berusaha membersihkan debu dan sisa najis akibat memegang rambut wanita idiot ini."Heh, dasar wong gendeng. Kamu tuh cuman wadga baru disini. Berani-beraninya kamu bertingkah kayak gini." Ucap Bu Sri yang sambil menuding ke arah muka ku karena tak terima jika temanya kalah bertarung dengan ku.Mendengar ucapanya, aku pun tersenyum sinis penuh kemenangan."Makanya kalau punya mulut tuh jangan kayak comberan. Untung juga tuh mulut enggak aku kremes kayak ayam kremes." Ucapku sambil memainkan tangan seolah-olah sedang meremas sesuatu.Melihat tingkahku yang tak takut, Bu Sri pun jadi terpancing. Sedangkan Ibu-ibu yang lain meredam emosiku."Dasar, wanita miskin. Makanya gak punya moral dan tata krama yang baik. Ya gini ini, sifat pelakor, gak mau kalah." Bu Sri begitu berapi-api saat menghina ku. Ciiih, dasar tua bangka tak sadar diri. Bukanya banyak beribadah m
"Assalamualaikum...""Waalaikumsalam..."Setelah mengucap salam kepada Bik Titi, akupun mulai melajukan mobil keluar rumah. Terlihat didepan rumah Bu Sri, mereka masih berkumpul."Ck, orang-orang gila itu ngapain sih masih kumpul-kumpul disitu." Gerutu ku sambil memukul pelan setir mobil.Tiiiiinnn....Aku sengaja menekan klakson mobil untuk menyapa mereka, tapi lebih tepatnya mengagetkan mereka sih, hihihi.Mereka semua terlihat kaget saat mendengar klakson mobilku yang keras. Dan saat ku lirik dari kaca spion, mereka menuding dan mengumpat padaku."Hahahaha mampus gak tuh." Akupun tertawa puas melihat mereka yang emosi kepadaku.Tepat pukul sepuluh pagi, akupun telah sampai dibandara. Dan sekitar sepuluh menitan, akhirnya aku melihat batang hidung suamiku, Mas Ferdi.Sungguh hari ini adalah hari bahagia ku, setelah beberapa hari berpisah jauh darinya karena pekerjaan."Papa... Uuh kangen banget deh!" Aku pun berlari kecil kearahnya dan langsung memeluknya erat."Aduuuh tumben banget
******Setelah menghabiskan waktu bersama Mas Ferdi, kita pun akhirnya pulang pada sore hari.Dan saat melewati depan rumah Bu Sri, aku tak melihat kumpulan Ibu-Ibu komplek yang sedang bergosip."Tumben banget ya, mereka gak kumpul-kunpul" batinku sambil memeperhatikan didalam rumah Bu Sri yang terlihat sedikit ramai."Ma, ada apa sih kok tumben didalam rumah musuhmu ini ramai? Biasanya kam cuman didepan rumah nya aja." Ucap Mas Ferdi yang ternyata juga ikut memperhatikanAku mengendik kan bahu tapi tetap menatap kesana karena penasaran."Tadi pagi enggak serame ini deh Pa soalnya.""Mungkin aja dia kedatangan tamu Ma. Makanya rumahnya rame."Hmmm mungkin juga Pa."Akhirnya mobil pun terparkir didepan halaman rumah ku yang sedkit sempit ini. Dan tak lupa aku langsung menghubungi kembali Pak Joko untuk mengambil mobilnya.Karena jika diparkir dirumah, aku takut akan membuat mereka curiga jika mobil ini memang milik ku."Pak, jemput mobil dirumah ya, soanya aku juga uda sampai rumah."K
*****"Bu Din, ayo pulang..." Ajak Bu Rusmi setelah melihatku bersalaman dengan Bu Sri.Aku lalu menghampirinya dan ikut berjalan pulang beriringan dengan Bu Rusmi. Tak lupa juga aku membawa buah tangan dari acara syukuran dirumah Bu Sri."Bu, kok tadi aku diundang ya? Padahal kan tadi pagi aku uda buat dia marah besar?" Tanya ku penuh penasaran."Mmm, maaf nih ya Bu Din mungkin Bu Sri mau sombong ke Bu Din soal anak perempuanya yang cantik itu."Aku tersenyum kecut mendengar ucapan Bu Rusmi. Hingga akhirnya kita pun berpisah didepan rumah kita masing-masing.Dan langsung masuk kedalam rumah menemui Mas Ferdi."Tadi acara apa emangnya Ma?" Tanya Mas Ferdi saat aku duduk dimeja riasku membersihkan make up.Aku menghembuskan nafas kuat, lalu menjawab pertanyaan suamiku itu."Papa tau..."Mas Ferdi tampak menggelengkan kepalanya."Itu tadi syukuran kedatangan putri Bu Sri yang baru lulus kuliah di London. Tapi, ada sesuatu yang lebih parah dari itu Pa!" Ucapanku menggantung."Lebih parah
******"Waah selamat ya Bu Sri, akhirnya si Viona bisa kerja diperusahaan itu. Bangganya punya putri sepintar itu." Puji Bu Ajeng yang membuat Bu Sri melayang hingga tak menapak tanah.Kalah dong orang mati, hehehe."Jelas dong, gak sia-sia aku menyekolahkan dua jauh-jauh keluar negeri dengan biaya yang juga tak sedikit."Semua yang mendengar iku mengangguk menyetujui ucapan Bu Sri."Heeh ngapain lihat-lihat. Kamu iri ya lihat anak ku bisa kerja diperusahaan ternama itu?" Tanya Bu Sri padaku, kala tau aku dan Mas Ferdi sedang mengintipnya."Pasti dia iri Bu Sri lihat Viona. Lihat si Viona, uda cantik, pintar dan mau jadi orang sukses lagi." Bu Fitri menyindirku.Tampaknya dia masih tak terima denganku karena kejadian itu. Sedangkan si Viona tampak senyam senyum sendiri mendengar pujian yang dia dapatkan."Uuh menyebalkan..." Gerutu ku dalam hati.Mas Ferdi juga hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan mereka, dan memutuskan untuk kembali duduk. Sedangkan aku masih berdiri dide
Jangan lupa tinggalkan like dan komen ya. Dan jangan lupa juga untuk subscribe ceritaku yang lainya yang berjudul "UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!"Terimakasih dan selamat membaca...****Kita membelikan kado yang berbeda untuk Papa mertua. Mas Ferdi membelikan kado dompet, sedangkan aku membelikan Papa mertua jam tangan.Seusai memilih kado, Mas Ferdi pun membayar ke kasir. Dan kita meneruskan perjalanan pulang kerumah orang tua Mas Ferdi."Mas, kita gak beli kue sekalian?" Tanya ku pada Mas Ferdi yang sesnag sibuk menyetir"Gak usah sayang, pastinya Bunda uda pesan kue tart ditoko langganan Bunda." Ucap Mas Ferdi yang memailngkan muka menghadapku."Oh ....!" Aku hanya ber o ria sambil membulatkan bibir.Dua setengah jam perjalanan, akhirnya kami sampai juga dirumah Ibu mertua. Kedatangan kita disambut oleh Pak satpam yang langsung membukakan pintu gerbang."Selamat malam dan selamat datang Pak Ferdi dan Bu Dina..." Ucap Pak satpam sambil memberikan hormat kepada kami berdua.Aku j
****Buru-buru kutarik tangan Anindita, adik iparku. Tampak dari wajahnya dia bingung kala aku menarik tanganya menjauhi Viona yang masih berdiri termangu memandangiku yang terlihat sangat cantik dibandingkan dengan dirinya."A-ada apa sih Mbak?" Tanya nya yang masih tampak bingung. Dia oun menoleh kebelakang memperhatikan VionaAku masih diam dan tetap menggenggam tanganya menjauhi tempat acara. Hingga kurasa tak ada orang lagi, aku berbicara aap yang sebenarnya terjadi secara singkat."Gini, Mbak mohon kamu jangan bilang kalau Mbak ini kakak Ipar kamu.""Hah? Kenapa? Mbak kok aneh banget sih." Tanyanya sambil membulatkan mata padaku "Please, Mbak mohon kamu menuruti permintaan Mbak kali ini aja ya.""Iya Mbak." Anandita yang bingung tapi terpaksa harus mengikuti keinginan ku."Oh ya satu lagi, jangan pernah dekatkan Mas Ferdi dengan si Viona ya!" Ucapku kembali.Aku yang sadar dengan ekspresi Adik Iparku pun segera memberikan penjelasan."Nanti kalau uda selesai acara, Mbak bakal c
****"Mmm itu... Dia lagi ama Viona Pa!" "Apa Ma! Sama viona? Kok bisa sih dia datang kepesta Papa? Emang dia siapa, pengusaha?" Kulihat ekspresi wajah Mas Ferdi yang begitu terkejut, sama dengan diriku tadi.Aku menggelengkan kepala dengan cepat, aku juga kurang tau siapa dia, dan kenapa dia bisa ada disini. Padahal ini kan pesta untuk para pengusaha dan orang muda yang diundang juga hanya sebatas teman dan kerabat Mas Ferdi juga Anandita."Mungkin teman dekat adikmu deh Pa, soalnya tadi Anandita juga bilang dia temanya." Ucapku berpikir sambil menaruh telunjuk di daguku"Masa' sih Ma, dia punya temen macam Viona? Papa rasa gak mungkin deh." Kelihatan sekali jika Mas Ferdi memikirkan hal yang sama dengan ku Tampak dari kejauhan Anandita dan Viona berjalan mendekati kita berdua. Segera saja aku ajak Mas Ferdi pergi dari tempat ini dan bersembunyi dibalik pilar.Ku intip mereka berdua dari kejauhan, Mas Ferdi juga terlihat mengamati dengan seksama.Ternyata Anandita mengajak Viona un