Ucapan Hamdalah diucap pak Darsi dan bu Ranti berulang di acara syukuran rumah baru Karmila di desa ini. Rumah ayahnya yang kemarin dihina reot tapi menyimpan padi yang banyak, kini telah berubah menjadi rumah dua lantai. Bahkan untuk padi, sudah ada banguan sendiri yang didirikan disamping rumah ini dengan posisi agak ke belakang. Sengaja bu Ranti datang untuk menghadiri syukuran rumah baru besannya. Namun begitu pak Darsi tetap menolak mengatakan bila ini rumahnya. Namun ini adalah rumah Karmila, rumah yang diwarisakan untuk sang putri.Saunak saudara, kerabat dan kawan petani pak Darsi juga datang. Bahkan makanan yang sengaja dimasak sedari pagi ditambah kue kue modern yang sengaja dibawa dari kota oleh bu Ranti, nyaris habis. Bahkan Karmila dan bude Minah, adik perempuan pak Darsi meminta warga yang membantu tadi untuk membungkus makanan sebagian untuk dibawa pulang.Banyak warga yang datang membantu, meski rumah mereka berjauh-jauhan namun saat ada hajatan seperti ini semua data
Dinginnya hembusan angin pagi menembus kulit dua manusia yang sedang Berkeliling desa naik motor. Rencana Karmila dan Waldi yang akan ke air terjun pagi ini tak jadi. Sebab bukan hanya dingin yang jadi halangan, namun juga keinginan Karmila yang ingin makan jajanan cenil dan buah mangga secara bersamaan, sungguh membingungkan Waldi dan buat giginya ngilu. Bagaimana mungkin makan mangga muda dan kue bersamaan.“Ke pasar aja, Mas, carinya. Mungkin yang jual sayur ada yang jual mangga juga.” Sudah bergetar suara Karmila, sebab Waldi terlihat jengkel dengan keinginan istrinya itu.Mana minta diantar ke pasar lagi. Bukan tak mau, tapi suaminya ini mana pernah ke pasar. Belum lagi penampilannya yang tampak lain. Celana jeans hitam selutut dan kaos putih dilapisi jaket dan jangan lupa kacamata hitam yang bertengger di hidung bangirnya, buat suaminya itu jadi pusat perhatian tadi. Mana ada orang di desa itu. yang jalan pagi pakai kacamata hitam.“Mas, tunggu di luar aja sini, biar aku yang ma
“Dua ribu saja Bu, saya antar barangnya sampai …par…ki…ran..” terkejut dan terbata-bata suara Mira, menawarkan jasanya sambil membawa kresek hitam besar yang banyak, saat melihat Karmila dan Waldi berbalik ke arahnya.Tiba-tiba saja Mira merasa tubuhnya kaku dan lidahnya kelu, tak bisa berkata-kata. Sungguh terkejut dan malu luar biasa di rasakannya saat ini. Tak pernah menyangka Karmila dan Waldi akan melihat keadaannya sekarang, menawarkan jasa mengangkat barang belanjaan orang-orang di pasar. Di pasar ini banyak orang yang mencari nafkah dengan menawarkan jasa mengangkat barang ataupun membersihkan area tempat dagangan ataupun membantu mengupas bawang para pedagang bawang dan bumbu lainnya. Tapi ini biasanya dilakukan anak-anak usia sekolah dasar, baik yang mencari nafkah sepulang sekolah ataupun yang memang anak putus sekolah. Jarang ada orang dewasa yang bekerja menwarkan jasa membawakan belanjaan orang, kecuali jasa mengupas bawang biasanya ibu – ibu yang tak punya lahan bertani
Karmila eratkan pelukan di lengan suaminya saat melihat wanita yang sama, yang datang ke rumah suaminya dan buat keributan beberapa waktu lalu.Waldi yang mengerti dengan perasaan istrinya, tentu tahu tindakan apa yang harus di lakukan. Cukup kemarin dirinya berusaha mengikuti keinginan Fania yang membuatnya harus berakhir di kantor polisi hingga malam hari, bahkan tindakannya membuat dirinya hamoir berpisah dengan istri yang sangat di cintainya, bagaimana jadinya kemarin bila pak Darsi betul-betul memisahkan dirinya dengan Karmila, tentu dirinya tak akan mengetahui kabar kebahagiaan dari istrinya ini.Fania terdiam, gugup entah harus berkata apa. Dan mengapa pula dirinya tadi memanggil mantan yang sudah menjadi suami orang. Waldi yang melihat dirinya pun berkerut alis, menunggu Fania akan berkata apa, sementara Waldi pun tak berniat menyapa balik atau hanya sekedar basa basi menanyakan kabar. Sebab Fania hanya mematung, buat Waldi beranjak menuju mobil sambil tetap menggandeng tanga
“Cukup, Mas.” Karmila mengangkat tangan menandakan sudah kenyang. Kehamilannya yang memasuki usia tujuh bulan sekarang membuatnya cepat lapar dan mudah lelah. Aktivitas intim tadi yang di tuntut Waldi, membuat Karmila rasanya tak sanggup untuk turun ke dapur. Jadi suaminya yang berinisiatif turun mengambilkan makanan. “Minum dulu.” Waldi menyerahkan botol air mineral pada Karmila. Sengaja dibeli air mineral satu karton dan Waldi simpan khusus di kamar agar bila malam hari, istrinya tak perlu bolak balik ke dapur. “Beneran sudah kenyang?” Waldi bertanya sambil menyeka sisa air di bibir Karmila.“Udah, Mas. Mas juga makan.”“Nanti mas, makan. Sayang istirahat dulu. Apa mas tadi bikin sayang sakit?” Waldi usapi punggung Karmila, akhir -akhir ini punggung Karmila sering pegal sebab kehamilan yang semakin membesar.“Sedikit, Mas.” “Maaf sayang, mas kelewatan.” Waldi kecupi perut yang mengandung baby boy. Kemarin mereka berdua habis menemui dokter Fadiyah untuk melakukan kontrol dan USG
Waldi panik bukan main, tak sampai sepuluh menit setelah dirininya dan Karmila membersihkan diri setelah percintaan mereka, istrinya itu tiba-tiba mendesis kesakitan.“Sayang, kenapa?” khawatir Waldi mendekati Karmila yang sudah dibanjiri keringat dingin.Segera dikecup istrinya itu. “Sayang, kenapa. Jangan bikin mas khawatir.” Waldi bingung tak tahu harus berbuat apa. Tak ada juga terlintas di pikirannya bila mungkin istrinya ini sudah mau melahirkan, atau ingat untuk menelpon ibunya. Dipeluknya Karmila sambil terus mengusap punggung wanitanya itu“Mas, kayanya aku mau lahiran!.” lagi, Karmila mendesis. “Tolong telepon mama, bude Minah sama bapak, Mas!.”“Ya Allah, Sayang. Kenapa enggak bilang dari tadi.” Waldi semakin panik, lalu terburu mengambil ponselnya di atas nakas kecil samping ranjang. Segera diteleponnya mama Ranti.“Halo, Assalamualaikum, Wal.” Di ering ketiga baru diangkat. Suara mama Ranti parau, pertanda beliau tadi tidur nyenyak.“Waalaikumsalam, Ma. Ma Karmila mau mel
Dokter Fadiyah terpaksa meminta persetujuan pada Waldi dan keluarga Karmila yang hadir untuk segera dilakukan tindakan operasi caesar. Air ketuban yang merembes sejak tadi dan tenaga Karmila yang semakin melemah membuat calon ibu itu tak bisa melahirkan dengn normal.“Apa ibu Karmila habis jatuh atau terbentur, Pak Waldi?” heran dokter Fadiyah bertanya, sebab air ketuban kandungan Karmila sudah rembes sejak tadi, seperti habis jatuh atau habis terbentur saja.“Ti-tidak dokter.” Waldi jawab dengan gugup, sebab tatapan mama Ranti seolah menghakiminya. Padahal memang demikian, penyebab kelahiran yang cukup jauh dari perkiraan karna aktivitas dirinya yang hampir tiap malam menghajar Karmila di ranjang besar mereka, bukan sekali tiap malam, namun kadang sampai dua tiga kali. Ditambah Karmila yang tak menolak, buat Waldi bersemangat saja membolak balik istrinya itu, bahkan kemarin subuh setelah ia tunggangi istrinya itu dari belakang, malah kembali meminta Karmila untuk menunggangi dirinya.
Tiga jam setelah Karmila dioperasi, bayinya sudah mulai menangis. Mungkin haus. Namun ibunya yang tak kunjung bangun buat Waldi gelisah sendiri. Sementara raungan tangisan si kecil tak berhenti, dokter dan perawat juga nampak sibuk dan sedikit panik, sebab kondisi Karmila yang tiba-tiba terbangun dan merintih kesakitan.Subhanallah. Rupanya Karmila mengalami pendarahan hebat dan juga mengalami emboli paru atau gumpalan darah yang menghalangi pembuluh darah ke paru – paru. Gumpalan darah di sekitar paha Karmila pecah dan mengalir ke paru-parunya, hingga menyebabkan Kadar oksigen dalam darahnya menjadi rendah. Sempat Karmila bangun dan menatap ayah dan suaminya yang nampak berdiri menggengam jemarinya yang terasa dingin. sebelum rasa sesak menjalari seluruh rongga dadanya dan tangisan baby boy yang semakin terdengar pilu.“Mohon berdo’a, Bapak dan Ibu. Kita semua sedang berusaha, namun pemilik hidup tetaplah Tuhan yang maha kuasa.” Ucap dokter Fadiyah setelag Karmila tersadar sebentar
“Nakal, nggak anak ayah hari ini, hum?” Danu dekati dan mencium bertubi perut membola Abel yang tampak semakin membuatnya seksi. “Nakal, Mas, aku dibikin muntah sampai tiga kali.” Keluh Abel sambil bersandar di sofa ruang tamu rumah pribadinya. Hari ini cuti Danu akan berakhir, besok sudah harus balik lagi ke Papua. Untuk bekerja dan mengajukan surat mutasi, agar kiranya bisa dipindahkan ke kantor pusat di Jakarta saja. agar tak jauh jika harus bolak balik melihat istri dan ibunya. Danu baru saja kembali, dia tadi habis mengecek pembangunan rumah kost-kostan yang didirikan di lahan yang dulu rumahnya berdiri. Mereka memutuskan tinggal di rumah peninggalan orang tua Abel. Gajinya yang lebih dari cukup di pertambangan juga penghasilan Abel dari membantu mertuan di toko baju, mereka gunakan untuk merenovasi rumah kecil Abel dulu, sekarang menajfi dua lantai dengan empat kamar. Dua kamar di atas, dan dua kamar di bawah. Abel merasa nyaman sudah kembali tinggal di kotanya, dekat dengan me
Hera terkejut bukan main, melihat laporan keuangan perusahaan yang ia rebut dari pak Subroto. Sudah lima bulan ini penghasilan mereka minus terus. Namun bulan ini yang paling parah, bahkan Hera sudah merumahkan sebagian karyawannya, karna tak adanya proyek yang didapat. Padahal suaminya, Arham sering dinas keluar kota demi melobi proyek di daerah.Hera mulai curiga pada ayah dari putranya itu. Benarkah selama ini Arham jalan dinas, atau jalan yang lainnya. Lalu diam-diam ia mulai menyelidiki tingkah laku suaminya di luar sana.Ia coba menelpon nomor suaminya namun lagi-lagi tidak aktif. Alasan Arham jika dinas luar, sinyal di daerah tersebut kurang bagus, harus ganti kartu lagi dengan provider yang berbeda, kilah Arham, saat Hera bertanya mengapa ponselnya tak aktif.Selain alasan sinyal kurang, tentu hantaman seks di kemaluan Hera, juga jadi senjata ampuh Arham untuk mengambalikan mood istrinya itu lagi. Istri yang ia bodohi setahun ini. Hera rela meninggalkan pak Subroto yang ulet b
Hari ini ada pengajian kompleks menyambut tahun baru hijriah. Pengajian dan ceramah di laksanakan di gedung serbaguna yang ta jauh dari kompleks itu, sengaja di lakukan di gedung sebab panitia mengundang banyak majelis taklim dan masyarakat sekitar.Ramai hari itu ibu-ibu yang hadir, semuanya nampak cantik dalam balutan busana muslimah. Tak terkecuali dengan Helena, ia ikut dengan saran ibu-ibu di kompleksnya agar mereka semua menggunakan gamis seragam pengajian mereka. Gamis panjang warna putih dengan jilbab lebar warna ungu muda. Helena nampak manis. Tadi sempat pak Subroto memberinya kecupan sayang di dahi dan bibirnya sebelum mereka turun dari mobil dan masuk ke gedung, sementara did alam gedung sana mereka harus berpisah. Pak Subroto dengan rombongan bapak-bapak dan Helena bersama ibu-ibu rombongan pengajian.Tak hanya ibu-ibu pengajiandi kompleks itu saja yang diundang, namun ada juga dari kompleks lain. Pokoknya ibu-ibu berdandan secetar mungkin. Ada yang sengaja datang memang
Sudah tiga bulan ini Bara terbaring di rumah sakit, akibat kecelakaan yang menimpanya. Kedua kakinya mengalami kelumpuhan, tangan sebelah kirinya mengalami patah tulang, alat vitalnya bahkan harus di potong karna tertancap beling tajam dari pecahan kaca depan, bahkan tulang lehernya harus dioperasi tiga kali agar bisa lurus kembali, jangan ditanya dengan giginya, hampir semua giginya hancur karna benturan yang sangat kuat tepat di bagian wajahnya. Wajah tampannya yang dulu memikat Helena dan perempuan lainnya kini hancur tak terbentuk, organ tubuhnya yang gagah dengan ukuran yang cukup panjang dan besar yang dulu ia gunakan untuk memuaskan perempuan lain dan bahkan buat Helena yang ingin setia pada pak subroto jadi selingkuh kiri kanan karna tergila-gila itu, kini sudah tak dapat ia fungsikan. Bahkan untuk buang air kecil dan besar saja Bara harus di bantu.Rasanya lebih baik mati saja daripada hidup namun menderita luar biasa seperti ini.Bara menangis tanpa bisa mengeluarkan suara,
Penolakan Firda pada Bara buat lelaki itu, tak lagi mengantar jemput Firda bila ingin pulang melihat anaknya. Bukan apa-apa, masa lalu Bara yang buruk dalam rumah tangganya jadi pertimbangan Firda untuk menerima pria yang agak mirip dengan almarhum suaminya itu.“Saya janda, Pak. Nggak enak kalau Bapak sering antarin saya, dan saya mohon, jangan ajarin Gavin lagi untuk manggil papa sama Bapak,” ucapan Firda tempo hari terngiang kembali di telinganya. Bara tak ingin memaksa, meski ada rasa tertarik pada Firda yang berwajah ayu itu. namun bayangan Gavin yang memanggilnya papa, buat hatinya menghangat dan tiba-tiba malam ini dia teringat dengan kandungan Helena. Bila ditarik waktunya, Helena sudah melahirkan tiga bulan lalu, begitu pikir Bara, namun mengapa wanita itu tak juga menghubunginya, padahal Bara yakin anaknya yang Helena kandung adalah benihnya, bukan benih bandot tua itu.Bara tiba-tiba tergelitik, ingin menghubungi nomor Helena, ingin menanyakan kabar bayi mereka.___________
Abel berdebar dengan hebatnya, saat ia menunggu suaminya di dalam kamar. Ini pernikahannya yang kedua, namun ini adalah pertama kalinya akan melewati malam pertama. Malam pertama dengan suami kedua ceritanya.Jam sepuluh pagi tadi Danu sudah menghalalkan Abel dalam akad nikah yang sakral dan begitu syahdu, status Abel yang sudah yatim piatu membuat banyak orang menitikkan air mata. Andai orang tuanya masih hidup, tentu mereka bahagia luar biasa, sebab yang meminang putrinya adalah pria baik-baik yang selama ini menjadi tetangga mereka sendiri, laki-laki yang begitu terjaga adabnya, meski godaan sebagai pekerja tambang juga luar biasa. Bukan hanya anak gadis, bahkan ada istri orang yang pernah terang-terangan mengungkapkan perasaannya pada Danu, namun laki-laki ini juga punya prinsip sendiri.Danu juga bukan laki-laki yang terjaga sholat lima waktunya, namun sebisa mungkin ia tetap menunaikan sholat yang bisa ia dapat. Sebab pekerjaannya sebagai mekanik alat berat di perusahaan tembaga
“Koq melamun terus, istriku.” Pak Subroto mendekati Helena yang baru saja selesai mandi dan keramas. Semakin hari kondisi tubuhnya semakin pulih dan fit, namun untuk hatinya? Entahlah.“Maaf , Pa. mama nggak denger.” Helena merasa tak enak hati. Beberapa bulan ini dia tak melayani pak Subroto dengan baik, meski minggu lalu mereka sudah menikah secara siri. Salah seorang kawan pak Subroto menyarankan demikian, agar tak menambah dosa keduanya. Tak ada juga hubungan intim diantara mereka sejak kejadian itu, kadang-kadang Helena merasa bersalah, sebab tak memenuhi kebutuhan batin pak Subrot.Kadang timbul rasa marah di hatinya pada Bara, entah marah karna apa, Helena merasa Bara tak bertanggung jawab dengan apa yang telah ia lakukan pada Helena selama ini, juga pada anak yang dia lahirkan, kadang Helena menangis diam-diam bila pak Subroto sudah berangkat kerja. Banyak hal yang membebani pikiran Helena, mulai dari perselingkuhannya dengan Bara, yang ia tahu betul bahwa pria itu adalah lak
Bara menjalani hari-harinya dengan perasaan yang begitu nelangsa. Sungguh penyesalan yang besar kini melanda hidupnya. Tak menyangka, perselingkuhannya dengan Helena akan membawanya pada titik terendah dalam hidup ini.Pria ini sungguh tak menyangka ia bisa menyia-nyiakan Abel, wanita baik dan begitu terjaga adabnya. Beberapa kali ia coba mengunjungi Abel, mulai dari sekadar menanyakan kabar hingga terang-terangan memintanya untuk rujuk. Namun Abel bukanlah wanita yang sama yang dulu hidup dengannya. Di jemari Abel melingkar cincin dengan hiasan safir biru, sebagai tanda ikatan dari Danu. Cincin yang begitu indah, dan membuat Bara jadi cemburu.Masih pantas kah Bara cemburu?Rasanya ia menjadi pria yang begitu egois, setelah melihat sendiri bagaimana Helena bermain api bersama pak Subroto di belakangnya, rasanya begitu ingin kembali membina rumah tangga yang tenang bersama Abel."Bel, balik sama aku, Kita bina rumah tangga kita lagi, percayalah aku, menyesali semuanya." ucap Bara saa
Flashback Hera dan Subroto“Aku nggak mau punya anak sama kamu ya. Kamu bikin aja sama perempuan lain!” Hera berteriak histeris dihadapan Pak Subroto, suaminya yang baru pulang kerja sore itu. usaha yang semakin menanjak sukses dengan puluhan tender proyek juga puluhan anak buah di kantor, buat pak Subroto semakin disegani oleh kawan maupun lawan usahanya di luar sana. Namun pak Subroto yang memang dasarnya senang hidup sederhana, tetap bersahaja dengan segala pencapaian yang sudah di raih. Sikap bersahaja dengan tubuh dan wajah yang terjaga di usia menjelang empat puluh tahun justru buat banyak perempuan lain tergila-gila padanya. Mulai dari anak SMU dan Mahasiswi yang terang-ternag menggoda hingga rekan kerja yang berusaha menarik perhatian pria dewasa ini. usia hampir empat puluh namun uban belum ada di rambutnya satupun.Tentu pak Subroto juga senang berolahraga dan mengkonsumsi vitamin demi kebugaran dan kesehatan tubuhnya.“Kenapa kamu nggak mau punya anak Hera?” keluh pak Subro