Flashback.“Kamu, enggak bisa gini terus bro! Enggak mungkin istrinya Ibrahim yang jagain anak kamu terus. Saat mereka punya anak, nanti mereka juga akan sibuk.” Kembali Damar menemui Waldi di ruang kerjanya sore itu. Selain membicarakan tentang bisnis mereka, ia juga bujuk Waldi agar kembali menerima Fania saja. Fania pun sudah menjanda kan. Lagian mantan kekasihnya itu terlihat sangat tulus menyayangi Aryan, bocah laki- laki itu sekarang berusia tiga tahun.Waldi hanya tersenyum menanggapi. Namun ia betulkan juga apa yang Damar ucapkan. Selain Karmila dan Fania, ia pun tak ada dekat dengan wanita lain.“Kamu, libur hari apa?” tanya Waldi pada Fania yang nampak sibuk menyusun sabun dan odol pada rak khusus non food di minimarket tempatnya bekerja.“Eh, kenapa, Mas, Pak. Ada yang bisa saya bantu?” Fania tetap harus sopan, bagaimana pun juga waldi adalah pelanggannya.“Iya, bantu saya.”“Silahkan,pak. Ingin di bantu cari produk apa?” Fania berusaha profesional.“Tolong jaga dan sayangi
Yasmin tergugu dalam tangisnya, sungguh sakit hatinya, sebab cintanya dikandaskan oleh orang yang paling ia sayangi. Damar Ganendra, pria yang ia yakini akan menikahi dirinya sebab cinta yang telah terjalin cukup lama. Namun hari ini, ia tahu kekasihnya itu diam-diam telah menikah dengan seorang gadis dari desa. Dijodohkan alasannya. Namun bila dijodohkan mengapa tak jujur sebelum menikah, agar yasmin tak lagi berkunjung ke rumah kekasihnya itu, seperti perempuan penganggu rumah tangga saja ia tadi. Sungguh ia tak tahu bila Damar telah menikah, bahkan sudah seminggu yang lalu. Pilu hati gadis yatim piatu ini.Mata yang sedikit sipit itu telah bengkak akibat kibat rinai hujan di netra coklatnya yang tak kunjung reda. Namun pada siapa dia bisa bercerita? Selama ini hanya Damar yang menjadi kawan sekaligus kekasihnya, ada Rahma juga, namun gadis itu sekarang sibuk bekerja, lagian Yasmin ini sifatnya sedikit tertutup tak gampang berdekatan dengan orang lain, namun bila sudah merasa nyaman
Tanpa arah tujuan, Arzan membawa kuda besi beroda empat itu mengelilingi kota, melewati taman kota dan alun-alun yang mulai nampak berbenah, sebab waktu menujukkan hampir pukul dual belas malam. Tanpa kata, kedua insan yang ada dalam mobil ini. Yasmin dengan tangisannya, dan Arzan dengan pikirannya yang bercelaru. Sesekali ia lirik wajah gadis cantik yang duduk disampingnya.Isakan Yasmin terdengar jelas, saat mobil berhenti di lampu merah jalan Ahmad Yani. Lalu Arzan sodorkan kotak tisu pada Yasmin. Ia ingat, Shellan yang menyimpan kotak tisu itu diatas dashboard mobil hitam ini.Jari lentik itu mengambil dua lembar tisu dan mulai usapi air mata yang jatuh berguguran dikedua pipi mulusnya. Arzan menoleh sekilas dan rasa-rasanya tangannya begitu gatal ingin hapus air mata itu dari pipi mulus Yasmin.Arzan menghentikan kendaraan di depan salah satu minimarket yang tak jauh dari masjid Raya, di sebelah selatannya berjejer pedagang kuliner malam mulai dari makanan berat hingga makanan
Yasmin dan Arzan masih saja tertawa kecil mengingat kata-kata ibu tadi yang mengira mereka berdua adalah pasangan suami istri. Dan kompak keduanya tak menyangkal juga tak mengiyakan.“Dikiranya aku lagi hamil muda, Mas.” Ucap Yasmin masih dengan iringan tawa renyah yang memperlihatkan gigi putihnya yang berderet rapi.“Hamil anak pertama kata ibu tadi,” ucap Arzan sambil tersenyum. Bahkan selintas bayangan yang iya-iya tadi menggoda pikirannya.“Langsung pulang aja, Mas, aku udah laper.” Ucap Yasmin sedikit malu-malu. Sebab tadi habis nangis-nangis di mobil kawan abangnya ini, sekarang malah bilang lapar.“Iya, aku juga lapar.” Lalu Arzan sedikit menambah kecepatan mobilnya.__“Yasmin, suka?” akhirnya mereka berdua makan di ruang tamu rumah orang tua Yasmin. Arzan yang memang sering datang ke rumah ini untuk membicarakan bisnis, meminta izin untuk ikut makan dulu baru pulang. Meski tadi Yasmin sedikit ragu, sebab bang Sofyan tak ada di rumah. “Nanti dicariin mbak Shella, Mas.” Ucap
“Mas, ak-aku.” Shella tergagap, tak tahu harus berkata apa dan berbuat bagaimana. Tubuhnya masih ditunggangi dari belakang oleh pria lain, sementara suami sahnya, Arzan berdiri melihat perbuatan tak senonoh yang mereka lakukan. aPerbuatan yang harusnya hanya boleh dilakukan Arzan pada tubuh Shella yang masih tak berbusana itu. Bahkan bagian tubuh pria itu masih tertancap kokoh di dalam sana. Anton bahkan tak tahu harus berbuat apa. Keduanya terdiam sesaat, seperti patung. Malu dan takut.Lalu…Bugh!, bugh!, bugh!“KEPARAT, BAJINGAN, BERANI KAU BERBUAT HINA DI RUMAH INI!” Murka, kecewa, dan amarah menjadi satu di dada pria ini. Bukan cemburu. Arzan tak cemburu. Namun marah dan rasa terluka yang begitu dalam menyayat hati pria yang berstatus suami dari Shella.Pukulan dan tinju Arzan layangkan pada rahang dan perut lawan main istrinya itu. Anton tersungkur tak berani melawan, sebab malu juga menderanya karna alat vitalnya jelas nampak. Rud*l yang tadi berdiri kokoh dan menjulang itu ki
Angin hangat musim semi di kota ini seolah memeluk tubuh langsing milik Yasmin. Sudah seminggu Yasmin berusaha lupakan cintanya yang telah kandas. Ia hirup udara segar, mambaui wangi bunga lavender yang tercium dari pengharum ruangan dalam kamarnya.Seminggu mengurung diri dalam rumah, tepatnya mengurung diri di dalam kamar,sudah cukup buat Yasmin meratapi semuanya. Usianya yang sudah memasuki dua puluh empat tahun membuatnya cukup dewasa untuk menghadapi semuanya.Ia coba riangkan hatinya dari serpihan kesedihan. Dimulai dengan membersihkan dan membereskan barang-barang di akmarnya, ia atur ulang tataletak tempat tidur, lemari dan tv, lalu ia sapu segala sudut, membersihkan sarang laba-laba yang ada diatas plafon dan mengganti keset kaki baru di depan pintu kamar mandi. Semua Yasmin lakukan sambil mendengarkan musik yang mengalun merdu dan riang dari sebuah speaker besar di ruang keluarga yang ia putar dengan volume sesuai pendengarannya.Bik Siti yang sering bantu-bantu mencuci pak
“Ini Yasmin, Ma.” Ucap Damar, memperkenalkan Yasmin pada bu Intan suatu sore. Dengan senyum yang mengembang segera Yasmin mengulurkan tangan dengan takzim ia menjabat tangan ibu dari kekasihnya.“Yasmin, Bu. Ibu sehat?” tanya Yasmin, ramah.“Yang kamu lihat bagaimana?” bu Intan balik bertanya dengan nada yang tak ramah. Yasmin dan Damar berpandangan sesaat, mendapat sambutan yang diluar dugaan mereka. Apalagi Damar, tentu tak menyangka sambutan ibunya di luar dugaannya, padahal dari kemarin, ia sudah memberitahukan pada ibunya, bila ia akan mengenalkan Yasmin.Yasmin sudah tak enak perasaannya, rasa bahagianya langsung menguap mendapat sambutan yang tak ramah dari ibu kekasihnya.Melihat situasi yang tak enak itu, Damar langsung mengambil inisiatif untuk menghalau jeda diantara mereka. “Ayo masuk dulu.” Ajak Damar pada Yasmin. bu Intan yang melihat perhatian anaknya hanya mencelos jengkel, malah tak ikut masuk, tapi asyik menyiram bunga yang sudah disiram tadi.“Mas, ibu kamu kayanya
Angin sore berhembus cukup kencang, meniupkan daun yang gugur dari rantingnya. Awan kelabu bergumpal di langit sore yang jingganya hampir redup, menandakan langit akan mengeluarkan air matanya sore ini.Yasmin nampak kerepotan membawa barang belanjaan seturunnya dari taksi. Bukan hanya bahan makanan yang ia beli, tapi juga sepasang pakaian dalam dan sebotol parfum yang menggelitik naluri belanjanya..Cukup puas tadi Yasmin berbelanja. Cuci mata dan menyegarkan pikirannya kembali dari keterpurukan cinta. Ada sekitar lima kantong berisi bahan makanan dan satu goodie bag berisi pakaian dalam dan sekantong berisi kotak pizza di tangannya.“Assalamualaikum, “ ucap Yasmin pelan saat kaki jenjangnya melangkah melewati pintu berpelitur hitam itu.“Darimana kamu, Yas?” Sofyan yang tiba-tiba muncul dan berdiri di hadapan Yasmin, dengan sigap ia bantu adiknya mengambil barang belanjaan yang tadi salah satu plastik itu hampir terlepas dari tangannya.“Astagfirullah, Abang ngagetin saja.” Suara Y
“Nakal, nggak anak ayah hari ini, hum?” Danu dekati dan mencium bertubi perut membola Abel yang tampak semakin membuatnya seksi. “Nakal, Mas, aku dibikin muntah sampai tiga kali.” Keluh Abel sambil bersandar di sofa ruang tamu rumah pribadinya. Hari ini cuti Danu akan berakhir, besok sudah harus balik lagi ke Papua. Untuk bekerja dan mengajukan surat mutasi, agar kiranya bisa dipindahkan ke kantor pusat di Jakarta saja. agar tak jauh jika harus bolak balik melihat istri dan ibunya. Danu baru saja kembali, dia tadi habis mengecek pembangunan rumah kost-kostan yang didirikan di lahan yang dulu rumahnya berdiri. Mereka memutuskan tinggal di rumah peninggalan orang tua Abel. Gajinya yang lebih dari cukup di pertambangan juga penghasilan Abel dari membantu mertuan di toko baju, mereka gunakan untuk merenovasi rumah kecil Abel dulu, sekarang menajfi dua lantai dengan empat kamar. Dua kamar di atas, dan dua kamar di bawah. Abel merasa nyaman sudah kembali tinggal di kotanya, dekat dengan me
Hera terkejut bukan main, melihat laporan keuangan perusahaan yang ia rebut dari pak Subroto. Sudah lima bulan ini penghasilan mereka minus terus. Namun bulan ini yang paling parah, bahkan Hera sudah merumahkan sebagian karyawannya, karna tak adanya proyek yang didapat. Padahal suaminya, Arham sering dinas keluar kota demi melobi proyek di daerah.Hera mulai curiga pada ayah dari putranya itu. Benarkah selama ini Arham jalan dinas, atau jalan yang lainnya. Lalu diam-diam ia mulai menyelidiki tingkah laku suaminya di luar sana.Ia coba menelpon nomor suaminya namun lagi-lagi tidak aktif. Alasan Arham jika dinas luar, sinyal di daerah tersebut kurang bagus, harus ganti kartu lagi dengan provider yang berbeda, kilah Arham, saat Hera bertanya mengapa ponselnya tak aktif.Selain alasan sinyal kurang, tentu hantaman seks di kemaluan Hera, juga jadi senjata ampuh Arham untuk mengambalikan mood istrinya itu lagi. Istri yang ia bodohi setahun ini. Hera rela meninggalkan pak Subroto yang ulet b
Hari ini ada pengajian kompleks menyambut tahun baru hijriah. Pengajian dan ceramah di laksanakan di gedung serbaguna yang ta jauh dari kompleks itu, sengaja di lakukan di gedung sebab panitia mengundang banyak majelis taklim dan masyarakat sekitar.Ramai hari itu ibu-ibu yang hadir, semuanya nampak cantik dalam balutan busana muslimah. Tak terkecuali dengan Helena, ia ikut dengan saran ibu-ibu di kompleksnya agar mereka semua menggunakan gamis seragam pengajian mereka. Gamis panjang warna putih dengan jilbab lebar warna ungu muda. Helena nampak manis. Tadi sempat pak Subroto memberinya kecupan sayang di dahi dan bibirnya sebelum mereka turun dari mobil dan masuk ke gedung, sementara did alam gedung sana mereka harus berpisah. Pak Subroto dengan rombongan bapak-bapak dan Helena bersama ibu-ibu rombongan pengajian.Tak hanya ibu-ibu pengajiandi kompleks itu saja yang diundang, namun ada juga dari kompleks lain. Pokoknya ibu-ibu berdandan secetar mungkin. Ada yang sengaja datang memang
Sudah tiga bulan ini Bara terbaring di rumah sakit, akibat kecelakaan yang menimpanya. Kedua kakinya mengalami kelumpuhan, tangan sebelah kirinya mengalami patah tulang, alat vitalnya bahkan harus di potong karna tertancap beling tajam dari pecahan kaca depan, bahkan tulang lehernya harus dioperasi tiga kali agar bisa lurus kembali, jangan ditanya dengan giginya, hampir semua giginya hancur karna benturan yang sangat kuat tepat di bagian wajahnya. Wajah tampannya yang dulu memikat Helena dan perempuan lainnya kini hancur tak terbentuk, organ tubuhnya yang gagah dengan ukuran yang cukup panjang dan besar yang dulu ia gunakan untuk memuaskan perempuan lain dan bahkan buat Helena yang ingin setia pada pak subroto jadi selingkuh kiri kanan karna tergila-gila itu, kini sudah tak dapat ia fungsikan. Bahkan untuk buang air kecil dan besar saja Bara harus di bantu.Rasanya lebih baik mati saja daripada hidup namun menderita luar biasa seperti ini.Bara menangis tanpa bisa mengeluarkan suara,
Penolakan Firda pada Bara buat lelaki itu, tak lagi mengantar jemput Firda bila ingin pulang melihat anaknya. Bukan apa-apa, masa lalu Bara yang buruk dalam rumah tangganya jadi pertimbangan Firda untuk menerima pria yang agak mirip dengan almarhum suaminya itu.“Saya janda, Pak. Nggak enak kalau Bapak sering antarin saya, dan saya mohon, jangan ajarin Gavin lagi untuk manggil papa sama Bapak,” ucapan Firda tempo hari terngiang kembali di telinganya. Bara tak ingin memaksa, meski ada rasa tertarik pada Firda yang berwajah ayu itu. namun bayangan Gavin yang memanggilnya papa, buat hatinya menghangat dan tiba-tiba malam ini dia teringat dengan kandungan Helena. Bila ditarik waktunya, Helena sudah melahirkan tiga bulan lalu, begitu pikir Bara, namun mengapa wanita itu tak juga menghubunginya, padahal Bara yakin anaknya yang Helena kandung adalah benihnya, bukan benih bandot tua itu.Bara tiba-tiba tergelitik, ingin menghubungi nomor Helena, ingin menanyakan kabar bayi mereka.___________
Abel berdebar dengan hebatnya, saat ia menunggu suaminya di dalam kamar. Ini pernikahannya yang kedua, namun ini adalah pertama kalinya akan melewati malam pertama. Malam pertama dengan suami kedua ceritanya.Jam sepuluh pagi tadi Danu sudah menghalalkan Abel dalam akad nikah yang sakral dan begitu syahdu, status Abel yang sudah yatim piatu membuat banyak orang menitikkan air mata. Andai orang tuanya masih hidup, tentu mereka bahagia luar biasa, sebab yang meminang putrinya adalah pria baik-baik yang selama ini menjadi tetangga mereka sendiri, laki-laki yang begitu terjaga adabnya, meski godaan sebagai pekerja tambang juga luar biasa. Bukan hanya anak gadis, bahkan ada istri orang yang pernah terang-terangan mengungkapkan perasaannya pada Danu, namun laki-laki ini juga punya prinsip sendiri.Danu juga bukan laki-laki yang terjaga sholat lima waktunya, namun sebisa mungkin ia tetap menunaikan sholat yang bisa ia dapat. Sebab pekerjaannya sebagai mekanik alat berat di perusahaan tembaga
“Koq melamun terus, istriku.” Pak Subroto mendekati Helena yang baru saja selesai mandi dan keramas. Semakin hari kondisi tubuhnya semakin pulih dan fit, namun untuk hatinya? Entahlah.“Maaf , Pa. mama nggak denger.” Helena merasa tak enak hati. Beberapa bulan ini dia tak melayani pak Subroto dengan baik, meski minggu lalu mereka sudah menikah secara siri. Salah seorang kawan pak Subroto menyarankan demikian, agar tak menambah dosa keduanya. Tak ada juga hubungan intim diantara mereka sejak kejadian itu, kadang-kadang Helena merasa bersalah, sebab tak memenuhi kebutuhan batin pak Subrot.Kadang timbul rasa marah di hatinya pada Bara, entah marah karna apa, Helena merasa Bara tak bertanggung jawab dengan apa yang telah ia lakukan pada Helena selama ini, juga pada anak yang dia lahirkan, kadang Helena menangis diam-diam bila pak Subroto sudah berangkat kerja. Banyak hal yang membebani pikiran Helena, mulai dari perselingkuhannya dengan Bara, yang ia tahu betul bahwa pria itu adalah lak
Bara menjalani hari-harinya dengan perasaan yang begitu nelangsa. Sungguh penyesalan yang besar kini melanda hidupnya. Tak menyangka, perselingkuhannya dengan Helena akan membawanya pada titik terendah dalam hidup ini.Pria ini sungguh tak menyangka ia bisa menyia-nyiakan Abel, wanita baik dan begitu terjaga adabnya. Beberapa kali ia coba mengunjungi Abel, mulai dari sekadar menanyakan kabar hingga terang-terangan memintanya untuk rujuk. Namun Abel bukanlah wanita yang sama yang dulu hidup dengannya. Di jemari Abel melingkar cincin dengan hiasan safir biru, sebagai tanda ikatan dari Danu. Cincin yang begitu indah, dan membuat Bara jadi cemburu.Masih pantas kah Bara cemburu?Rasanya ia menjadi pria yang begitu egois, setelah melihat sendiri bagaimana Helena bermain api bersama pak Subroto di belakangnya, rasanya begitu ingin kembali membina rumah tangga yang tenang bersama Abel."Bel, balik sama aku, Kita bina rumah tangga kita lagi, percayalah aku, menyesali semuanya." ucap Bara saa
Flashback Hera dan Subroto“Aku nggak mau punya anak sama kamu ya. Kamu bikin aja sama perempuan lain!” Hera berteriak histeris dihadapan Pak Subroto, suaminya yang baru pulang kerja sore itu. usaha yang semakin menanjak sukses dengan puluhan tender proyek juga puluhan anak buah di kantor, buat pak Subroto semakin disegani oleh kawan maupun lawan usahanya di luar sana. Namun pak Subroto yang memang dasarnya senang hidup sederhana, tetap bersahaja dengan segala pencapaian yang sudah di raih. Sikap bersahaja dengan tubuh dan wajah yang terjaga di usia menjelang empat puluh tahun justru buat banyak perempuan lain tergila-gila padanya. Mulai dari anak SMU dan Mahasiswi yang terang-ternag menggoda hingga rekan kerja yang berusaha menarik perhatian pria dewasa ini. usia hampir empat puluh namun uban belum ada di rambutnya satupun.Tentu pak Subroto juga senang berolahraga dan mengkonsumsi vitamin demi kebugaran dan kesehatan tubuhnya.“Kenapa kamu nggak mau punya anak Hera?” keluh pak Subro