Angin hangat musim semi di kota ini seolah memeluk tubuh langsing milik Yasmin. Sudah seminggu Yasmin berusaha lupakan cintanya yang telah kandas. Ia hirup udara segar, mambaui wangi bunga lavender yang tercium dari pengharum ruangan dalam kamarnya.Seminggu mengurung diri dalam rumah, tepatnya mengurung diri di dalam kamar,sudah cukup buat Yasmin meratapi semuanya. Usianya yang sudah memasuki dua puluh empat tahun membuatnya cukup dewasa untuk menghadapi semuanya.Ia coba riangkan hatinya dari serpihan kesedihan. Dimulai dengan membersihkan dan membereskan barang-barang di akmarnya, ia atur ulang tataletak tempat tidur, lemari dan tv, lalu ia sapu segala sudut, membersihkan sarang laba-laba yang ada diatas plafon dan mengganti keset kaki baru di depan pintu kamar mandi. Semua Yasmin lakukan sambil mendengarkan musik yang mengalun merdu dan riang dari sebuah speaker besar di ruang keluarga yang ia putar dengan volume sesuai pendengarannya.Bik Siti yang sering bantu-bantu mencuci pak
“Ini Yasmin, Ma.” Ucap Damar, memperkenalkan Yasmin pada bu Intan suatu sore. Dengan senyum yang mengembang segera Yasmin mengulurkan tangan dengan takzim ia menjabat tangan ibu dari kekasihnya.“Yasmin, Bu. Ibu sehat?” tanya Yasmin, ramah.“Yang kamu lihat bagaimana?” bu Intan balik bertanya dengan nada yang tak ramah. Yasmin dan Damar berpandangan sesaat, mendapat sambutan yang diluar dugaan mereka. Apalagi Damar, tentu tak menyangka sambutan ibunya di luar dugaannya, padahal dari kemarin, ia sudah memberitahukan pada ibunya, bila ia akan mengenalkan Yasmin.Yasmin sudah tak enak perasaannya, rasa bahagianya langsung menguap mendapat sambutan yang tak ramah dari ibu kekasihnya.Melihat situasi yang tak enak itu, Damar langsung mengambil inisiatif untuk menghalau jeda diantara mereka. “Ayo masuk dulu.” Ajak Damar pada Yasmin. bu Intan yang melihat perhatian anaknya hanya mencelos jengkel, malah tak ikut masuk, tapi asyik menyiram bunga yang sudah disiram tadi.“Mas, ibu kamu kayanya
Angin sore berhembus cukup kencang, meniupkan daun yang gugur dari rantingnya. Awan kelabu bergumpal di langit sore yang jingganya hampir redup, menandakan langit akan mengeluarkan air matanya sore ini.Yasmin nampak kerepotan membawa barang belanjaan seturunnya dari taksi. Bukan hanya bahan makanan yang ia beli, tapi juga sepasang pakaian dalam dan sebotol parfum yang menggelitik naluri belanjanya..Cukup puas tadi Yasmin berbelanja. Cuci mata dan menyegarkan pikirannya kembali dari keterpurukan cinta. Ada sekitar lima kantong berisi bahan makanan dan satu goodie bag berisi pakaian dalam dan sekantong berisi kotak pizza di tangannya.“Assalamualaikum, “ ucap Yasmin pelan saat kaki jenjangnya melangkah melewati pintu berpelitur hitam itu.“Darimana kamu, Yas?” Sofyan yang tiba-tiba muncul dan berdiri di hadapan Yasmin, dengan sigap ia bantu adiknya mengambil barang belanjaan yang tadi salah satu plastik itu hampir terlepas dari tangannya.“Astagfirullah, Abang ngagetin saja.” Suara Y
Shella hanya tertunduk malu di sidang cerainya dengan Arzan hari ini. Mereka berdua duduk berdampingan di depan majelis hakim yang akan memutus ikatan pernikahan mereka secara negara hari ini.Sementara di belakang sana, ada mama Atifah, mbak Mia, mas Malik juga Sofyan yang menemani Arzan di pengadilan. Sofyan datang sebagai kawan yang memberi dukungan moril pada rekannya ini dan setelah sidang cerai, mereka sudah punya agenda khusus.Sementara dari pihak Shella ada ibu Sahria dan kedua adiknya, Leli dan Daud. Gugatan cerai Arzan telah dibacakan, alasan pengajuan cerai jelas karna perzinahan yang dilakukan pihak Shella. Bu Sahria dan kedua adik Shella, tak menyangka dengan perbuatan kakaknya. Meskipun Arzan mandul, seperti cerita Shella pada ibunya, namun perbuatan serong hingga perzinahan yang dilakukan Shella tak mereka benarkan juga. Apalagi selama menikah dengan Arzan, adik-adik Shella sangat terbantu dalam biaya sekolah, terutama Leli yang mengambil jurusan tata boga, tahun ini
Yasmin tersenyum lega, melihat dua orang dihadapannya yang juga terlihat sama leganya. Tak disangka ternyata Arina juga tak menginkan pernikahan ini. Begitu ucapan Damar padanya lewat percakapan di ponsel malam tadi.Meski agak heran, sebab ini pertama kalinya Yasmin melihat suami istri berpisah hanya dengan kata talak tanpa disaksikan oleh keluarga mereka, namun kata-kata Arina yang mendo’akan Damar dan dirinya bahagia, cukup membuat hati Yasmin juga ikut lega. Dia bukan menjadi duri dalam rumah tangga orang lain kan. Sebab Yasmin pun tak mau bila dicurangi.“Semoga mas Damar dan Mbak Yasmin, bahagia.” Begitu ucap Arina sebelum keluar rumah sambil menggeret kopernya. Ucapan yang Yasmin balas dengan senyum tulus, dan berharap Arina segera menemukan kebahagiaanya juga.Gemuruh hujan mengiringi kepergian Arina. Yasmin yang khawatir sebab gemuruh hujan nampak tak ramah, buatnya meminta Damar agar mengizinkan Arina menginap malam ini di rumah kekasihnya itu, toh selama jadi suami istri Ya
“Eh, maaf, Mas.” Yasmin terburu melepaskan diri dari pelukan tangan kekar milik Arzan. Segera ia hampiri bang Sofyan yang nampak mabuk berat, takut sqaja Yasmin jangan sampai bang Sofyan muntah di sofa warna hitam itu. Malah semakin berabe nanti bersihkannya. Namun outher kimono yhang panjang itu buat Yasmin hampir terjungkal untuk kedua kali. Kaki jenjangnya tak sengaja menginjang ujung kimono satin warna saleem itu,“Aduuhh…” Yasmin mengadu, tubuhnya bahkan sudah menabrak sofa tunggal yang ditaruh di bagian tengah dekat meja kaca ruang tamu itu.“Yasmin, hati-hati!” peringat Arzan dengan suara cukup keras. Terdengar seperti membentak Yasmin.“Maaf, Mas.” Ucap Yasmin cepat. Sedikit kaget gadis ini mendengar nada suara Arzan tadi. Lalu segera ia hampiri bang Sofyan dang mengarahkan baskom untuk abangnya itu muntah.“Hooekk, hooek.” Dua kali terdengar suara Sofyan muntah. meski sedikit jijik dengan muntahan abangnya, namun Yasmin tetap telaten mengurus saudara laki-lakinya itu. Ia usa
Yasmin hanya diam berurai air mata, dirinya yang tadi meluapkan kemarahan pada bang Sofyan kini balik mendapatkan amukan amarah dari abangnya itu. Sementara Arzan yang menyaksikan Yasmin terduduk di sofa depan TV, ikut terenyuh melihat gadis itu berurai air mata. Ingin rasanya Arzan menghajar Sofyan yang tak henti membentak dan menyuruh Yasmin yang tidak-tidak. Dia yang berjudi dan berutang, tapi Yasmin yang mendapat amukan amarahnya. Arzan sudah lama tahu dengan kelakuan Sofyan yang kerap berjudi, bahkan ia berjudi menggunakan uang perusahaan yang membuatnya hampir bangkrut sekarang. Itu sebabnya Yasmin tak ia bolehkan untuk terjun dan ikut mengelolah perusahaan. Agar kelaukan buruknya tak diketahui oleh adik perempuannya itu.Namun yang namanya bangkai, serapat apapun cara menyimpannya suatu saat akan ketahuan juga. Dan inilah waktunya sekarang, Yasmin mengetahui semuanya. Perusahaan peninggalan orang tuanya yang nyaris bangkrut akibat perbuaatan judi yang kerap bang Sofyan lakukan
Arzan tak ingin berlama-lama menunda kehalalan hubungannya dengan Yasmin. perasaan yang telah ia pendam lama dan status dudanya yang sudah ia jalani hampir tiga tahun ini, membuatnya segera melamar gadis pujaannya itu.Hari minggu adalah waktu yang ia sepakati dengan Yasmin dan bang Sofyan untuk datang melamar gadis itu secara resmi. Yasmin yang tak memiliki banyak keluarga dan terlalu akrab dengan keluarga besar mereka, membuat acara lamarannya hanya dihadiri bang Sofyan dan istrinya juga paman dan bibi dari mamanya dua orang dan kakak tertua ayahnya beserta istrinya. Ayah Yasmin kebetulan Cuma dua bersaudara, untuk sepupu-sepupu dari pihak ayahnya kebanyakan tinggal dan membuka usaha di pulau Papua.Seminggu setelah pertunangan langsung dilaksanakan akad nikah yang sederhana sesuai keinginan Yasmin.Yasmin nampak, anggun dan cantik dengan gaun pengantin warna broken white yang dikenakannya. Sebelumnya, mamanya Arzan dan mbak Mia minta izin padanya, apakah dirinya boleh mengenakan hi