Lepasnya pemuda tersebut membuat Perhatian pasukan terpecah. Satu sisi pasukan harus berjibaku melawan para pemberontak. Namun, di satu sisi para pasukan harus mencari keberadaan seorang pemuda pemberontak yang bersembunyi di dalam markas.Pemuda itu mengendap-endap masuk ke dalam sebuah ruangan persenjataan. Dan mengambil satu buah senjata M16 lalu mengisi pelurunya.Tiba-tiba seorang prajurit memergokinya. "Hey, kamu!" Saat peluru hampir dilepaskan dari senapan Sang Prajurit. Secara tiba-tiba, Pemuda pemberontak langsung memberondongnya dengan peluru panas. Seorang prajurit itu tewas seketika di dalam ruangan.Pemuda pemberontak menarik jasad sang prajurit itu dan dalam waktu yang sangat cepat ia melucuti pakaiannya. Lalu memakai seragamnya untuk melakukan penyamaran.Pemuda itu lantas keluar dari ruangan. Dan Para tentara yang tengah sibuk berjibaku dengan pasukan pemberontak belum menyadari bahwa seorang berpakaian loreng itu adalah pemuda Pemberontak."Hey, kamu kenapa malah dia
Lusiana tampak mengerutkan keningnya saat memandangi Adam. Layaknya seorang Jendral, Adam tampak begitu gagah dengan setelan baju dinas lengkap dengan lencananya."Kebetulan tadi aku sedang berjalan-jalan sore. Tak sengaja aku melihatmu. Apakah kamu mau pulang Lusiana?" tanya Adam."Iya, Tapi Bus belum juga datang sudah setengah jam aku di sini," ucap Lusiana, Lalu pandangannya beralih ke pakaian yang dikenakan Adam. "Duh, kamu sangat gagah sekarang, bangga banget punya suami seperti kamu, Adam" ucap Lusiana, tersenyum.Tentu saja pujian dari sang istri membuat ia merasa bahagia. "Hmm.. Sekarang kamu bisa memuji aku ya. Dulu kamu kenapa tidak pernah memujiku," ucap Adam, menyengir."Bagaimanapun kamu, aku tetap bangga kok. apalagi dengan perawakanmu yang sekarang ini. kelihatan lebih rapih dan berwibawa. Bahkan Tubuhmu semakin atletis, rambut yang bergaya Buzz cut, serta aku lihat kamu sekarang semakin tegas dan berani," ucap Lusiana, tersenyum."Hahaha... Istriku bisa saja, Ya sudah
Selepas Adam pergi. Any melirik cek yang dipegang oleh Lusiana. Tiba-tiba Any mencoba merenggut cek itu namun dengan cepatnya Lusiana menghindari tangannya."Mama apa-apaan sih! Ini untuk Paul, bukan untuk Mama!" seru Lusiana, kesal."Kamu jangan menerima uang dari Adam. Mama yakin itu adalah uang haram. Sini biar Mama yang pegang untuk menjadi barang bukti!" ucap Any, beralasan.Namun, Lusiana tak begitu saja mempercayai perkataan Any."Tidak Ma, aku gak akan menyerahkannya untuk Mama, aku tau apa yang ada di dalam otak Mama!" seru Lusiana, kesal."Kamu tidak usah banyak tanya. Intinya semua yang berasal dari Adam itu mencurigakan. Lebih baik kamu jangan pegang uang itu. Nanti kamu malah kena masalah dengan hukum!" "Mana mungkin Adam punya uang sebanyak itu kalau tidak dengan melakukan kejahatan!" ucap Any.Lusiana tampak semakin jengkel kepada Any.Kali ini Lusiana mulai geram karena kesabaran terus diuji dengan tuduhan tak mendasar yang dilayangkan Any kepada suaminya."Sudah ya,
Keesokan harinya, Pasukan telah bersiap di markas besar kemiliteran. Setidaknya, 30 personel akan dikerahkan. Dan 30 pasukan Ajudan Pribadi Adam akan ikut dalam operasi ini.Kemudian puluhan mobil militer berjalan beriringan menuju ke sebuah hutan di pedalaman yang menjadi basis kekuatan para pemberontak di kaki gunung. Dengan waktu tempuh 5 jam mereka melakukan perjalanan darat. Dari daerah perkotaan hingga daerah pedesaan mereka lalui. Dan akhirnya mereka telah sampai di Hutan yang sangat terlarang bagi warga setempat untuk memasukinya. hutan yang sangat berbahaya karena terdapat markas besar bagi kelompok bersenjata. Saat iringan mobil Militer telah memasuki kaki gunung, belum ada tanda-tanda keberadaan musuh. Hanya ada kesunyian dan kegelapan di antara rimbunnya pepohonan.Puluhan pasukan tampaknya mulai letih. Adam memerintahkan untuk sejenak berhenti di sebuah tanah lapang.Seluruh Pasukan keluar dari mobil lapis baja dan membuat kemah di tengah tanah itu.Hingga hari mulai g
Rentetan tembakan dilepaskan Adam dari atas mobil Wrangler. Membuat para pemberontak terdesak dan lari tunggang langgang menuju ke pedalaman hutan.Pasukan pemberontak yang berada di hutan sebelah timur melakukan penembakan brutal terhadap pasukan Republik. Letnan Lehman hingga merasa kewalahan menghadapi kebrutalan mereka. lantas ia menelepon Adam melalui HT."Lapor Jendral, serangan musuh terkonsentrasi di sisi timur. Mohon bantuan pasukan. Tentara pemberontak melebihi kapasitas pasukan kami!""Baik, laporan saya terima. Pasukan saya segera kesana!" Jawab Adam.Adam lantas membawa beberapa pasukan dengan mobil lapis baja ke arah timur.Suara tembakan terdengar semakin nyaring di telinga. Tiba-tiba di pertengahan jalan, di saat Jendral Adam dan beberapa pasukan hampir sampai. Tiba-tiba saja peluru dari sniper musuh hampir mengenai kepala. Mereka memang sudah mengincar Sang Jenderal hidup atau mati."Tiarap!" seru Adam, saat menyadari pasukan musuh menembakinya.Kaca Jendela mobil Je
Di sebuah bangunan bambu, yang sangat terpencil di pedalaman hutan. Di sebuah ruangan yang gelap dan minim pencahayaan. Letnan Lehman dalam keadaan terbelenggu dengan kedua tangan yang terikat.Mereka didudukkan di sebuah bangku kayu. Dengan dihadapkan oleh para pemuda bertubuh tegap lengkap dengan persenjataannya.Tampak tak ada harapan dari raut wajah Letnan Lehman. Mereka hanya bisa tertunduk lesu dan berserah diri.Tiba-tiba saja sebuah tongkat Baseball mengayun dengan cepat ke arah wajah Lehman.Dengan kerasnya tongkat itu menghantam wajah Lehman hingga menimbulkan luka lebam."Tidak akan ada yang bisa menyelamatkan kalian di sini! Karena sekeliling area ini telah tertanam ranjau dan mereka tak akan bisa melewatinya kecuali mati!" ucap seorang pria berpakaian loreng. Dengan sebuah simbol di lengannya.Lehman hanya bisa merintih kesakitan, menahan perihnya luka lebam di wajahnya.Lalu Pemuda itu menunjuk wajah Lehman seraya berkata, "Aku akan memenggal kepalamu untuk membuat perin
Para pasukan pemberontak tampak terheran-heran. Tak menyangka pertahanan mereka bisa ditembus begitu saja oleh pasukan Republik.Tak ada pilihan lain. Mereka mengangkat kedua tangannya. Saat puluhan pasukan Republik mengarahkan pucuk senjatanya ke arah mereka. Dan siap melepaskan tembakan kapan saja.Jika sedikit saja Pasukan pemberontak melakukan gerakan. Maka puluhan pasukan Republik akan sangat cepat melakukan tindakan. "Letakkan senjata kalian!" seru seorang prajurit, membentak dan menodongkan senjata semi otomatis ke arah mereka.Para pasukan pemberontak hanya bisa bergeming lalu berlutut dan meletakkan senjatanya di lantai.Adam melangkah santai memasuki ruangan. Tiba-tiba tatapannya berubah menjadi sangat menakutkan. Terbelalak matanya dengan urat di lehernya yang menyembul keluar memandang para pemberontak. "Jadi kalian yang menculik Letnan Lehman!""Pasukan, ikat kedua tangan mereka! jangan sampai mereka melepaskan diri! Karena aku akan memberikan makanan untuk hewan-hewan
Pembantaian yang dilakukan pasukan Republik. Telah menyulutkan api kemarahan pasukan Pemberontak.Setidaknya, sebanyak 50 Prajurit bersenjata lengkap dikerahkan untuk melakukan penyisiran di sekitar Markas dan seluruh pos keamanan.Lebatnya hujan yang tak berhenti mengguyur hutan. Begitu menyulitkan langkah prajurit dalam melakukan gerakan. Karena tanah yang dilalui menjadi semakin licin.Setelah berjam-jam mereka menyusuri hutan. Tampaknya tak juga membuahkan hasil.Lalu Salah seorang prajurit langsung melaporkan kepada Jenderal Edy melalui HT."Lapor Jendral! Kami tidak menemukan tanda-tanda keberadaan mereka di sekitar markas dan seluruh Pos penjagaan!" ucap seorang prajuritnya."Tidak ada cerita! Kalian harus menemukannya sampai dapat! Terus lakukan penyisiran! Aku yakin keberadaan mereka masih tak jauh dari sini!" seru Edy, memerintahkan."Siap Jendral!" seru seorang Prajuritnya.Para pasukan pun kembali melakukan penyisiran di tengah guyuran hujan.Tak terasa, langit tampak sema