Pembantaian yang dilakukan pasukan Republik. Telah menyulutkan api kemarahan pasukan Pemberontak.Setidaknya, sebanyak 50 Prajurit bersenjata lengkap dikerahkan untuk melakukan penyisiran di sekitar Markas dan seluruh pos keamanan.Lebatnya hujan yang tak berhenti mengguyur hutan. Begitu menyulitkan langkah prajurit dalam melakukan gerakan. Karena tanah yang dilalui menjadi semakin licin.Setelah berjam-jam mereka menyusuri hutan. Tampaknya tak juga membuahkan hasil.Lalu Salah seorang prajurit langsung melaporkan kepada Jenderal Edy melalui HT."Lapor Jendral! Kami tidak menemukan tanda-tanda keberadaan mereka di sekitar markas dan seluruh Pos penjagaan!" ucap seorang prajuritnya."Tidak ada cerita! Kalian harus menemukannya sampai dapat! Terus lakukan penyisiran! Aku yakin keberadaan mereka masih tak jauh dari sini!" seru Edy, memerintahkan."Siap Jendral!" seru seorang Prajuritnya.Para pasukan pun kembali melakukan penyisiran di tengah guyuran hujan.Tak terasa, langit tampak sema
Melihat Sang Jenderal dibunuh secara tragis di depan mata. Para pasukannya seketika naik pitam.Pasukan yang tadinya ingin menyerahkan diri dengan meletakkan senjata ke tanah. Tiba-tiba meraih kembali senjatanya dengan serentak.Namun, gerakan itu langsung direspon oleh pasukan Angkatan Nasional dengan tembakan membabi buta.Para pasukan Pemberontak seketika tewas berjatuhan.Suara tembakan itu telah memancing kedatangan pasukan pemberontak lain yang berada di luar ruangan."Cepat bawa keluar James! Sedikit lagi mereka akan datang!" seru Adam, memerintahkan."Siap Jendral!" jawab Pasukannya.Lalu pasukan Republik langsung membawa James keluar dari markas itu.Adam memilih tidak melawan para pasukan Pemberontak karena mempertimbangkan jumlah pasukannya yang tak sebanding dengan jumlah pasukan Pemberontak.Di saat pasukan pemberontak memasuki ruangan markas.Sontak saja mereka terkejut memandang Edy tewas dengan luka yang menganga di kepalanya. Dan James yang telah tak ada di tempat."T
Adam sama sekali tak terkejut mendengarnya. Ia sudah membaca semua skenario yang akan terjadi.Tampak dari raut wajahnya tak terlihat sedikitpun rasa gentar."Ya, aku sudah mengetahui akan hal itu," jawab Adam, singkat.Ia hanya duduk dengan menyilangkan kedua tangannya. Seperti orang yang acuh tak acuh."Baik Pak, kalau begitu," ucap ajudannya, terheran-heran memandang Adam. Lalu kembali pada posisinya.Sebenarnya, Adam telah mengutus pasukan untuk mmenjaga Lusiana dan seluruh keluarganya. Tanpa seorangpun yang mengetahui, termasuk istrinya sendiri.Setelah beberapa menit perjalanan, Mobil Rolls-Royce yang membawa Adam telah berada di depan gerbang yang berlapis emas.Pintu Otomatis gerbang terbuka, dan jejeran pasukan berjas hitam seketika melakukan penghormatan kala iringan mobil memasuki rumahnya yang begitu megah.Dari arah taman, Puluhan rusa berlarian menghampiri mobil yang dinaiki Adam. Seakan telah mengetahui tuannya telah kembali."Tolong berhenti sejenak!" ucap Adam, memeri
"Mama, Paul takut!" ucap Anaknya, seraya berlindung dipelukan ibunya."Paul jangan takut, Mama jamin tidak akan terjadi apapun kepada kita, tenang ya..." ucap Lusiana, menenangkan.Mobil yang dikendarai Adam semakin cepat melaju. Namun dari belakang, mobil sedan hitam yang dikendarai Pria itu semakin cepat mengikuti.Lusiana dan Paul tampak semakin ketakutan. Adam tak bisa menahan kesabarannya lagi. Ia tak terima dengan perlakuan itu.Adam langsung menepikan mobilnya di pinggir jalan. Dan mobil sedan itu turut berhenti tepat di depan mobil Jeep Adam."Lusiana, kalian jangan pernah keluar dari mobil ya. Aku akan menghadapi dia sebentar," ucap Adam, seraya memandang sebuah mobil di depannya."Adam, kamu tidak perlu meladeninya! Itu bisa membahayakan kamu!" seru Lusiana, penuh kekhawatiran.Adam menatap wajah Lusiana. Ia tersenyum seraya berkata, "Percayalah, Semua akan baik-baik saja. Aku akan kembali lagi..."Melihat sebuah keyakinan dari mata Adam. Lusi akhirnya mempercayainya.Ia men
Kematian tragis seorang konglomerat ternama, tentu saja berita itu membuat gempar hingga ke Negeri seberang.Bukan rahasia lagi bahwa James adalah satu dari sederet nama pengusaha yang memiliki hubungan erat dengan mafia di seluruh dunia.Namun, kasus kematian James seakan dibungkam. Tak ada satupun yang berani mengusutnya. Itu semua karena adanya sebuah kekuatan dari sosok Sang Jendral besar. Tak ada satupun media yang menyorot dirinya. Karena jika berani menyentuh namanya, maka sebuah masalah besar akan muncul! Berita tentang kematian James sedang hangat diperbincangkan di kalangan mafia. Dan berita itu telah sampai ke telinga Mr. Big. Bruukk! Seorang pria bertubuh tambun, serta bertato naga di lengannya. Menggebrak meja dengan keras. Nafasnya dihembuskan naik turun. Seiring emosinya yang meledak.Setelah mendengar kabar dari mulut sang anak buah yang membisikinya.Seraya duduk di sebuah bangku. Dalam ruangan yang remang pencahayaan. Pria itu berkata, "Tak bisa dipungkiri lagi,
Di kantor berita H NEWS yang berada di pusat kota Houston. Seorang pembawa berita tengah ditodongkan senjata oleh para mafia.Di bawah tekanan, Seorang wanita berparas cantik dengan setelan pakaian rapih tampak tak berdaya kala puluhan pria membajak ruang siaran.Saat ini masih Off air. Dan wanita itu tengah mengalami pengancaman yang dimana para pasukan berjaket hitam memaksa sang wanita pembawa berita untuk menyiarkan rekaman CCTV yang dibawa mereka."Maaf, bukannya saya tidak mau. Tapi saya tidak bisa menyiarkan rekaman ini. Kalau kami menyiarkannya, maka kantor berita ini terancam akan ditutup oleh Negara," ucap wanita itu, memelas."Tidak mungkin! hanya karena si Jendral gadungan itu kantor ini bisa ditutup. Sudahlah, hentikan bualanmu! Cepat siarkan berita ini atau tubuhmu akan kami nikmati beramai-ramai!" Ancam seorang Pria seraya menodongkan senjata.Wanita itu tampak kebingungan. Apa yang harus dilakukan.Tiba-tiba para mafia itu terbelalak matanya dan tersenyum lebar melihat
Mr Big menghampiri seorang anak buahnya yang tampak menundukkan kepala, begitu takut untuk sekedar menatap wajahnya.Tiba-tiba ia merenggut rambutnya dan menariknya hingga ke belakang, "hanya ini batas kemampuanmu?! Selama ini kalian telah dilatih menjadi pasukan tangguh, tapi malah menghasilkan para pecundang!""Sekarang saya tanya! Dimana laptop tempat bukti-bukti itu berada?"Mendengar pertanyaan itu, seluruh anak buahnya tampak tegang dan tak bersuara.Mr.Big semakin meradang hingga terbelalak matanya memandangi Mereka. "Kenapa kalian diam?! Jawab pertanyaan saya!" Dengan terbata-bata, salah satu anak buahnya berkata, "Kami sudah berusaha semaksimal mungkin menjaganya.""Laptop itu sudah dihancurkan, Tuan, " Jawab salah satu anak buahnya.Mendengar itu, kemarahan Mr. Big tak dapat terbendung lagi. hingga tampak memerah wajahnya dan mengepal keras kedua tangannya."Apa kalian tidak berfikir! Jika bukti itu dihilangkan, bagaimana kita akan menjatuhkan wibawa Adam!""M–maafkan kami
Diam-diam, Lusiana memperhatikan Adam dan pengawalnya tengah berbicara.Setelah pengawalnya pergi dari hadapan Adam. Lusiana langsung menghampirinya dan menaruh sepiring makanan ke atas meja di hadapan Adam."Ada apa? keliatannya serius sekali?" tanya Lusiana, penasaran.Adam tak lantas menjawab pertanyaan itu. Karena ia tak ingin Lusiana dan Paul merasa terancam untuk tinggal bersamanya.Lusiana tampak mengerutkan keningnya melihat sikap Adam. Lalu ia berkata, "Adam! Kamu kenapa malah diam?" tanya Lusiana, ia sedikit kesal.Adam menoleh ke arah Lusiana, lalu mengelus pundaknya. "Sabar ya, nanti kita bicarakan di kamar. Untuk sekarang jangan memikirkan hal itu dulu, kita habiskan saja dulu makanan ini," ucap Adam, seketika kembali beralih menatap sepiring nasi goreng di hadapannya."Oke kamu janji ya! jangan menyembunyikan sesuatu kepadaku!" ucap Lusiana, menatap kesal ke arah Adam."Iya! aku tak akan menyembunyikannya kepadamu. Kamu berhak mengetahuinya," ucap Adam."Ya sudah kalau b