Selepas Adam pergi. Any melirik cek yang dipegang oleh Lusiana. Tiba-tiba Any mencoba merenggut cek itu namun dengan cepatnya Lusiana menghindari tangannya."Mama apa-apaan sih! Ini untuk Paul, bukan untuk Mama!" seru Lusiana, kesal."Kamu jangan menerima uang dari Adam. Mama yakin itu adalah uang haram. Sini biar Mama yang pegang untuk menjadi barang bukti!" ucap Any, beralasan.Namun, Lusiana tak begitu saja mempercayai perkataan Any."Tidak Ma, aku gak akan menyerahkannya untuk Mama, aku tau apa yang ada di dalam otak Mama!" seru Lusiana, kesal."Kamu tidak usah banyak tanya. Intinya semua yang berasal dari Adam itu mencurigakan. Lebih baik kamu jangan pegang uang itu. Nanti kamu malah kena masalah dengan hukum!" "Mana mungkin Adam punya uang sebanyak itu kalau tidak dengan melakukan kejahatan!" ucap Any.Lusiana tampak semakin jengkel kepada Any.Kali ini Lusiana mulai geram karena kesabaran terus diuji dengan tuduhan tak mendasar yang dilayangkan Any kepada suaminya."Sudah ya,
Keesokan harinya, Pasukan telah bersiap di markas besar kemiliteran. Setidaknya, 30 personel akan dikerahkan. Dan 30 pasukan Ajudan Pribadi Adam akan ikut dalam operasi ini.Kemudian puluhan mobil militer berjalan beriringan menuju ke sebuah hutan di pedalaman yang menjadi basis kekuatan para pemberontak di kaki gunung. Dengan waktu tempuh 5 jam mereka melakukan perjalanan darat. Dari daerah perkotaan hingga daerah pedesaan mereka lalui. Dan akhirnya mereka telah sampai di Hutan yang sangat terlarang bagi warga setempat untuk memasukinya. hutan yang sangat berbahaya karena terdapat markas besar bagi kelompok bersenjata. Saat iringan mobil Militer telah memasuki kaki gunung, belum ada tanda-tanda keberadaan musuh. Hanya ada kesunyian dan kegelapan di antara rimbunnya pepohonan.Puluhan pasukan tampaknya mulai letih. Adam memerintahkan untuk sejenak berhenti di sebuah tanah lapang.Seluruh Pasukan keluar dari mobil lapis baja dan membuat kemah di tengah tanah itu.Hingga hari mulai g
Rentetan tembakan dilepaskan Adam dari atas mobil Wrangler. Membuat para pemberontak terdesak dan lari tunggang langgang menuju ke pedalaman hutan.Pasukan pemberontak yang berada di hutan sebelah timur melakukan penembakan brutal terhadap pasukan Republik. Letnan Lehman hingga merasa kewalahan menghadapi kebrutalan mereka. lantas ia menelepon Adam melalui HT."Lapor Jendral, serangan musuh terkonsentrasi di sisi timur. Mohon bantuan pasukan. Tentara pemberontak melebihi kapasitas pasukan kami!""Baik, laporan saya terima. Pasukan saya segera kesana!" Jawab Adam.Adam lantas membawa beberapa pasukan dengan mobil lapis baja ke arah timur.Suara tembakan terdengar semakin nyaring di telinga. Tiba-tiba di pertengahan jalan, di saat Jendral Adam dan beberapa pasukan hampir sampai. Tiba-tiba saja peluru dari sniper musuh hampir mengenai kepala. Mereka memang sudah mengincar Sang Jenderal hidup atau mati."Tiarap!" seru Adam, saat menyadari pasukan musuh menembakinya.Kaca Jendela mobil Je
Di sebuah bangunan bambu, yang sangat terpencil di pedalaman hutan. Di sebuah ruangan yang gelap dan minim pencahayaan. Letnan Lehman dalam keadaan terbelenggu dengan kedua tangan yang terikat.Mereka didudukkan di sebuah bangku kayu. Dengan dihadapkan oleh para pemuda bertubuh tegap lengkap dengan persenjataannya.Tampak tak ada harapan dari raut wajah Letnan Lehman. Mereka hanya bisa tertunduk lesu dan berserah diri.Tiba-tiba saja sebuah tongkat Baseball mengayun dengan cepat ke arah wajah Lehman.Dengan kerasnya tongkat itu menghantam wajah Lehman hingga menimbulkan luka lebam."Tidak akan ada yang bisa menyelamatkan kalian di sini! Karena sekeliling area ini telah tertanam ranjau dan mereka tak akan bisa melewatinya kecuali mati!" ucap seorang pria berpakaian loreng. Dengan sebuah simbol di lengannya.Lehman hanya bisa merintih kesakitan, menahan perihnya luka lebam di wajahnya.Lalu Pemuda itu menunjuk wajah Lehman seraya berkata, "Aku akan memenggal kepalamu untuk membuat perin
Para pasukan pemberontak tampak terheran-heran. Tak menyangka pertahanan mereka bisa ditembus begitu saja oleh pasukan Republik.Tak ada pilihan lain. Mereka mengangkat kedua tangannya. Saat puluhan pasukan Republik mengarahkan pucuk senjatanya ke arah mereka. Dan siap melepaskan tembakan kapan saja.Jika sedikit saja Pasukan pemberontak melakukan gerakan. Maka puluhan pasukan Republik akan sangat cepat melakukan tindakan. "Letakkan senjata kalian!" seru seorang prajurit, membentak dan menodongkan senjata semi otomatis ke arah mereka.Para pasukan pemberontak hanya bisa bergeming lalu berlutut dan meletakkan senjatanya di lantai.Adam melangkah santai memasuki ruangan. Tiba-tiba tatapannya berubah menjadi sangat menakutkan. Terbelalak matanya dengan urat di lehernya yang menyembul keluar memandang para pemberontak. "Jadi kalian yang menculik Letnan Lehman!""Pasukan, ikat kedua tangan mereka! jangan sampai mereka melepaskan diri! Karena aku akan memberikan makanan untuk hewan-hewan
Pembantaian yang dilakukan pasukan Republik. Telah menyulutkan api kemarahan pasukan Pemberontak.Setidaknya, sebanyak 50 Prajurit bersenjata lengkap dikerahkan untuk melakukan penyisiran di sekitar Markas dan seluruh pos keamanan.Lebatnya hujan yang tak berhenti mengguyur hutan. Begitu menyulitkan langkah prajurit dalam melakukan gerakan. Karena tanah yang dilalui menjadi semakin licin.Setelah berjam-jam mereka menyusuri hutan. Tampaknya tak juga membuahkan hasil.Lalu Salah seorang prajurit langsung melaporkan kepada Jenderal Edy melalui HT."Lapor Jendral! Kami tidak menemukan tanda-tanda keberadaan mereka di sekitar markas dan seluruh Pos penjagaan!" ucap seorang prajuritnya."Tidak ada cerita! Kalian harus menemukannya sampai dapat! Terus lakukan penyisiran! Aku yakin keberadaan mereka masih tak jauh dari sini!" seru Edy, memerintahkan."Siap Jendral!" seru seorang Prajuritnya.Para pasukan pun kembali melakukan penyisiran di tengah guyuran hujan.Tak terasa, langit tampak sema
Melihat Sang Jenderal dibunuh secara tragis di depan mata. Para pasukannya seketika naik pitam.Pasukan yang tadinya ingin menyerahkan diri dengan meletakkan senjata ke tanah. Tiba-tiba meraih kembali senjatanya dengan serentak.Namun, gerakan itu langsung direspon oleh pasukan Angkatan Nasional dengan tembakan membabi buta.Para pasukan Pemberontak seketika tewas berjatuhan.Suara tembakan itu telah memancing kedatangan pasukan pemberontak lain yang berada di luar ruangan."Cepat bawa keluar James! Sedikit lagi mereka akan datang!" seru Adam, memerintahkan."Siap Jendral!" jawab Pasukannya.Lalu pasukan Republik langsung membawa James keluar dari markas itu.Adam memilih tidak melawan para pasukan Pemberontak karena mempertimbangkan jumlah pasukannya yang tak sebanding dengan jumlah pasukan Pemberontak.Di saat pasukan pemberontak memasuki ruangan markas.Sontak saja mereka terkejut memandang Edy tewas dengan luka yang menganga di kepalanya. Dan James yang telah tak ada di tempat."T
Adam sama sekali tak terkejut mendengarnya. Ia sudah membaca semua skenario yang akan terjadi.Tampak dari raut wajahnya tak terlihat sedikitpun rasa gentar."Ya, aku sudah mengetahui akan hal itu," jawab Adam, singkat.Ia hanya duduk dengan menyilangkan kedua tangannya. Seperti orang yang acuh tak acuh."Baik Pak, kalau begitu," ucap ajudannya, terheran-heran memandang Adam. Lalu kembali pada posisinya.Sebenarnya, Adam telah mengutus pasukan untuk mmenjaga Lusiana dan seluruh keluarganya. Tanpa seorangpun yang mengetahui, termasuk istrinya sendiri.Setelah beberapa menit perjalanan, Mobil Rolls-Royce yang membawa Adam telah berada di depan gerbang yang berlapis emas.Pintu Otomatis gerbang terbuka, dan jejeran pasukan berjas hitam seketika melakukan penghormatan kala iringan mobil memasuki rumahnya yang begitu megah.Dari arah taman, Puluhan rusa berlarian menghampiri mobil yang dinaiki Adam. Seakan telah mengetahui tuannya telah kembali."Tolong berhenti sejenak!" ucap Adam, memeri
Wanita itu tampak begitu agresif kepada Adam. Membuat Adam semakin geram kepadanya."Aku tidak mengenalmu!""Pergi Kamu!" Adam membentak wanita itu.Namun perempuan itu semakin tak terkendali layaknya seorang pemabuk."Sayang, jangan begitu dong. Kamu kan sudah menyewa jasaku. Harusnya kamu menerima aku untuk melayani kamu...""Pergi!" Tiba-tiba Adam mendorong wanita itu lalu melangkah pergi begitu saja.Ia meninggalkannya di luar gerbang seorang diri.Namun sebenarnya, wanita itu tidaklah datang seorang diri.Ia melirik sambil tersenyum seseorang di sisi jalanan yang tengah merekam video.Lalu ia memberikan sebuah jempolnya yang menandakan semua berjalan dengan lancar.***Adam kembali ke dalam pagar dan menghampiri Lusiana yang tengah berdiri menunggunya di pekarangan."Ada apa sih? Kenapa ada suara seorang wanita?" tanya Lusiana, khawatir."Orang gila baru saja datang di rumah kita. Abaikan, Kita masuk saja ke rumah," ucap Adam.Lusiana yang penasaran tiba-tiba melangkahkan kaki ke
Mendengar permintaan Any, Lusiana dan Adam saling bertatapan.Lalu Lusiana kembali menatap Any seraya menggelengkan kepala. "Aku gak tau lagi harus berbicara apa. Jumlah itu terlalu besar. Untuk apa uang sebanyak itu ma?"Any lantas menjawab, "Sejujurnya, mama terpaksa meminjam uang kepadamu. Dikarenakan Mama memiliki hutang pada bank dan harus diganti dalam satu bulan ini.""Astaga, hutang untuk apa ma?" tanya Lusiana."Mama baru saja membeli mobil baru. Mobil yang lama sudah reot. Mama malu membawanya," Ucap Any.Mengetahui hal itu, Lusiana semakin murka terhadap Any. Kehidupannya yang terlalu hedonis membuat Any terjebak ke dalam jeratan hutang."Mama sangat keterlaluan. Padahal mobil mama masih bagus dan layak pakai. Kenapa Mama mudah sekali membuang-buang uang untuk suatu hal yang kurang berguna!" Seru Lusiana."Mama malu, Teman-teman arisan Mama sudah memiliki mobil baru yang mewah. Tapi mama, selama 3 tahun ini belum mengganti mobil baru," Jawab Any.Mendengarnya ucapan Any, me
Setelah memakan waktu setengah jam perjalanan, mobil yang membawa Adam telah tiba di AR Hospital.Mereka keluar dari mobil lalu seorang penjaga keamanan seketika menghampiri."Selamat datang pak Adam dan ibu Lusiana," Ucap penjaga keamanan tersebut."Terima kasih, apakah semua sudah berkumpul di ruang rapat?" tanya Adam."Sudah pak. Silahkan bapak menuju ke sana. Karena seluruh petinggi sudah menunggu bapak," Ucap sang petugas keamanan.Lalu Adam berbalik badan dan menatap Lusiana yang tengah duduk di bangku tengah."Lusiana, kamu mau ikut denganku ke dalam?" tanya Adam.Lusiana tampak tengah memperhatikan ponselnya. Namun ia seketika berbalik arah memandang Adam dan berkata."Tidak, biar aku akan menunggumu saja. Aku sedang berkomunikasi dengan keluarga," Ucap Lusiana."Baik, tak apa. Kamu tunggu saja di sini. Aku akan kembali beberapa jam lagi," Jawab Adam."Aduh, apakah bisa sedikit dipercepat?""Aku harus ke rumah mama. Karena keadaan mama sedang tidak baik-baik saja," ucap Lusian
Setelah dua jam pertempuran berdarah. Suara sirine ambulance terdengar berdatangan. Untuk membawa jasad seluruh anggota mafia dan dua pemimpinnya untuk kemudian dibawa menuju ke rumah sakit kepolisian.Adam dan seluruh pasukannya kembali ke Kediamannya.Di istana Rudiant, Lusiana dan Paul menunggunya dengan harap-harap cemas.Kala mobil Pasukan telah tiba, raut wajah sumringah seketika terpancar dari wajah Lusiana.Adam keluar dari mobil langsung menghampiri Lusiana yang tengah menggendong Paul."Lusiana! Kamu sudah menungguku dari tadi?" tanya Adam, seraya melangkah mendekati istri dan anaknya."Aku sudah sangat mengkhawatirkanmu, kamu kenapa lama sekali pulangnya?" tanya Lusiana."Kami mendapat perlawanan sengit saat melakukan penyergapan. Beruntung seluruh pasukan selamat dalam bertugas," Ucap Adam."Bagus kalau begitu, aku pikir akan banyak memakan korban. Tapi ternyata semua baik-baik saja," Ucap Lusiana."Ya sudah, mari kita masuk rumah. Aku sudah sangat lelah dan lapar,"ucap Ad
Mendengar suara bising di ruangan parkir, membuat semua orang mengalihkan perhatiannya."Tolong periksa di ruangan parkir!" Seru Dasvanco kepada anak buahnya."Siap tuan!" Jawab salah satu anak buahnya.Lalu dua anak buah menuju ke ruangan parkir yang tak jauh dari ruangan tengah.Sesampainya di parkiran mobil, mereka terkejut melihat ban mobil yang telah kempes."Sungguh aneh! Bagaimana mungkin ban mobil ini bisa kempes dengan sendirinya," Ucap salah satu mafia, terlihat keheranan."Biar aku yang memeriksanya," Ucap rekannya.Lalu ia memeriksa ban mobil itu dengan seksama.Tiba-tiba sebuah peluru melesat menembus kepala dua mafia tersebut.Dua anggota mafia seketika tewas di tempat.Hingga 10 menit berselang, Dasvanco menunggu dua anak buahnya. Namun tak kunjung kembali ke hadapannya."Kenapa mereka berdua tidak kembali! Tolong periksa keadaan mereka!" Seru Dasvanco."Siap Tuan,"jawab salah satu anak buahnya.Lalu ia menuju ke ruangan parkir tersebut.Dan selang beberapa menit, satu
Saat malam mulai menjelang, sebuah mobil audy hitam telah tiba di depan istana Rudiant.Dua pengawal seketika menghampiri untuk menyambutnya."Selamat malam Tuan Jody, senang anda bersedia untuk datang memenuhi panggilan. Pak Adam sudah menunggu anda," Ucap Sang pengawal."Ya, di mana dia sekarang?" tanya Jody."Pak Adam sudah menunggu anda di ruang tamu. Silahkan masuk Tuan," Ucap sang pengawal."Baik, Terima kasih," Jawab Jody.Lalu ia melangkah menuju ke arah pintu rumah. Saat ia memasuki rumah bak istana tersebut.Adam langsung berdiri dari bangku sofa. Dan menyambut kedatangan Jody."Selamat datang Jody, bagaimana kabar anda sekarang?" tanya Adam, seketika menyodorkan tangan kepadanya."Aku baik-baik saja. Bagaimana juga dengan keadaan anda sekarang?" tanya Jody."Akhir-akhir ini, aku dibuat pusing oleh para mafia. Mereka sedang gencar-gencarnya melakukan serangan balas dendam. Tadi pagi, rumah sakit diserang oleh seseorang tak dikenal. Dan aku mengundang kamu kesini untuk menany
Sekelebat bayang seketika melesat dan secara mengejutkan, George telah menghilang dari hadapan Adam.Kecepatan gerakan George membuat seluruh mata yang melihatnya begitu terperangah.Kepalan tinju yang ia layangkan meleset dari sasaran. Dan tiba-tiba sebuah tendangan mengarah ke kepala Adam.Adam terdorong ke depan terkena tendangan yang mengenai belakang kepalanya.Namun tubuhnya yang besar dan kuat tak akan mudah ditumbangkan oleh kekuatan George. Bahkan jika sebuah mobil menabraknya dengan kecepatan tinggi.George bersiul, Adam langsung teralihkan oleh suara di belakangnya.Dan seketika, sebuah tinju melesat menghantam wajah Adam.Kecepatannya yang sangat tinggi membuat Adam kesulitan untuk menghindarinya.Adam kembali terdorong ke belakang dengan keadaan yang hampir terjungkal.George tertawa terpingkal-pingkal melihat Adam yang kewalahan."Hahaha! Jendral sampah!""Ternyata kekuatanmu tak seberapa bagiku!" Seru George, tertawa puas.Lantas Adam kembali menegakkan badannya. Lalu m
12 jam telah berlalu, namun tanda-tanda kedatangan kelompok Mafia belum juga terlihat.Kendaraan barakuda telah disiagakan di beberapa sudut kota.Sniper tentara Nasional bersembunyi di antara bangunan-bangunan di pusat kota.Di ruangan pribadi Jendral Adam. Letjen Charles tengah duduk di hadapannya."Aku rasa mereka sudah tau bahwa rencana mereka telah bocor," ucap Adam."Tapi tidak mungkin mereka takut walaupun pusat kota telah dijaga ketat oleh pasukan khusus. Mereka memiliki peralatan tempur yang mumpuni untuk melawan pasukan," ucap Letjen Charles."Berarti ini adalah bagian dari strategi mereka untuk mengelabuhi kita. Mereka pasti memiliki mata-mata yang tersebar di dalam kota. Dan untuk memancing kedatangan mereka. Tarik pasukan Barakuda. Jangan sampai terlihat mencolok. Cukup dengan pasukan-pasukan sniper dan Intel untuk menyebar di penjuru kota," ucap Adam."Baik, aku akan instruksikan aparat di lapangan untuk kembali ke markas. Sementara persenjataan akan dikirim melalui mobi
Sesampainya di Kota Wales. Pemandangan tak biasa menghiasi kota.Suara riuh warga begitu terdengar. Mereka berjalan beriringan dengan satu tuntutan. "Jendral Pelanggar HAM harus dihukum mati."Banyak warga yang terprovokasi dengan berita di media. Tanpa mengetahui kebenaran yang jelas dari sebuah informasi.Di sebuah jalanan yang dipenuhi oleh demonstran.Adam yang berada di dalam mobil dengan berani keluar menghampiri para demonstran.Sontak saja para warga berlarian lalu menyerang Adam."Itu dia pembunuhnya!""Orang seperti ini tidak pantas disebut Jendral!"Banyak para warga yang tersulut emosi."Tenanglah Masyarakat!""Saya akan bicara yang sebenarnya terjadi!""Semua masalah ini sudah selesai!"Namun para warga tak mengindahkan perkataan Adam.Hingga puluhan batu terlempar mengenai kepala Adam.Lalu seketika para pengawal dari tentara dan kepolisian membentuk barisan.Para demonstran begitu terkejut melihat Adam yang tak terdapat sedikitpun luka."Biarkan aku mendekati mereka! Ak