Malam ini Dea bersiap diri untuk dinner bersama Andre. Setelah acara makan keluarga beberapa hari lalu, wanita itu dengan berani menghubungi Andre. Syukurnya Andre membalas ajakannya dengan ramah, dan mereka akan berangkat malam ini.Dia berdiri di depan cermin, memastikan penampilannya sempurna. Gaun hitam sederhana yang dipilihnya terlihat elegan, tak terlalu berlebihan. Rambutnya ditata rapi, dan riasan wajahnya natural memancarkan kecantikan alami yang selama ini sering ia sembunyikan di balik kesedihan. Malam ini wanita itu berusaha tampil sebaik mungkin tapi tetap alami karena sungkan dengan Monica. Permintaan temannya akan di realisasikan malam ini juga sehingga janji Dea akan tuntas. "Huft! Semoga Monica bisa datang ke dinner hari ini, dan Mas Andre bisa menerima kedatangan dia."Hatinya berdebar kencang. Perasaan campur aduk antara gugup dan antusias menyelimuti dirinya. Wanita itu sangat penasaran apa yang akan terjadi antara Monica dan Andre. Dea tahu betapa temannya sang
Monica menghampiri Dea dan Andre dengan senyum merekah. Andre yang menyadari sosok tak diundang dibuat terkejut. Sedangkan Dea meringis tak tau harus berbuat apa ketika lelaki itu meliriknya penuh arti."Hai Ndre, gimana kabarmu?" sapa Monica tanpa memandang Dea. Andre terdiam cukup lama sembari memainkan ponselnya. Dea kesulitan menelan salivanya, karena suasana tampak canggung."Mas Andre," panggilnya sembari melirik sungkan ke arah Monica. "Iya De? Mau nambah apa?" tanya Andre."Tidak Mas." Dea menggelengkan kepala. "Aku mau ke kamar mandi dulu," pamit Dea tanpa menunggu persetujuan Andre. Monica menatap wanita itu penuh terima kasih, sedangkan Dea tersenyum canggung. Hells pendek mengetuk lantai sangat padat. "Ya Allah aku deg-degan banget," keluh Dea memandang wajahnya di dalam cermin. Mulutnya berkali-kali menghempuskan napas karena dirundung persaan bersalah pada Andre karena ada tamu tak diundang. Apalagi sebenarnya pertemuan ini dibuat rencakan agar seakan tidak sengaja be
Dada Dea bergemuruh hebat mendapati noda lipstik di kerah baju suaminya. Ini sudah ketiga kalinya dia melihat noda yang sama. Pertama kali noda itu muncul ia langsung menanyakan pada Kevin.“Mas, ini kok ada noda lipstik?” tanya Dea dengan menunjukkan baju berkerah itu.Dengan santai suaminya menjawab, “tadi ada salah satu siswi yang pingsan. Mungkin bibirnya menyentuh baju Mas.”Pada awalnya Dea mempercayai alasan itu, karena suaminya berprofesi sebagai guru olahraga di salah satu SMA Negeri Surabaya. Ditambah kini sudah banyak siswi yang mengenakan make-up saat ke sekolah.Ketika noda kedua datang, ia kembali menanyakan pada suaminya, dan jawaban lelaki itu adalah, “itu lipstik Mama, kemarin aku kan nginap di rumah orangtuaku Dik.”Kini Dea sadar jika ada yang tak beres. Ditelitinya baju hingga celana itu. Ketika merogoh saku, terdapat sebuah cincin emas berbentuk swan.‘Apa ini untukku?’ batin Dea yang sedikit kegirangan. Namun, ketika ia melirik kerah baju Kevin, kebahagiaanya son
Brrmmm... Suara motor itu memaksa Dea berdiri, meninggalkan segala huru-hara bukti pengkhianatan suaminya. Dia buru-buru membukakan pintu. Nampak suaminya dengan raut wajah tertekuk dan bibir mengerucut sedang menunggunya di teras.“Mas tumben hari ini pulang cepat,” ucapnya basa-basi saat membuka pintu. Lelaki itu tak mengeluarkan sepatah katapun dan langsung meninggalkannya.‘Lagi-lagi dicuekin,’ batin Dea yang terenyuh. Hatinya terasa sakit, sikap Kevin selama dua bulan ini memang tak beres. Dan kenyataannya lelaki itu memang melakukan perbuatan bejat di belakangnya.Jam dinding menunjukkan pukul 21.00 WIB, ini adalah waktu tercepat suaminya pulang ke rumah. Biasanya Kevin sampai di rumah pada 23.00 WIB atau 01.00 WIB.‘Pasti dia habis dari selingkuhannya,’ terka Dea dalam hati. Pesan itu masih terlekat di dalam pikirannya. Ditambah adanya foto mesra Kevin dengan wanita lain membuatnya terus-terusan berpikir negatif pada suaminya. Wanita mana yang tak sakit hati mendapati lelaki ya
Kevin terkejut mendengar suara perempuan itu. Dea mendekati suaminya yang nampak sibuk di meja rias miliknya. Tatapan penuh curiga ditujukan pada suaminya. Kevin nampak gusar dan langsung menaruh benda yang sebelumnya ia pegang. “Lagi cari apa Mas?” tanyanya penasaran. “Lagi nyari minyak kayu putih, Mas tiba-tiba masuk angin,” kelit Kevin. Lelaki itu langsung membalikkan tubuhnya menghadap Dea. Mata lelaki itu bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat. Itu adalah salah satu tanda orang sedang berbohong, Dea mengetahui hal itu. Dipindainya leher Kevin, bercak itu sudah hilang. Bukan hilang melainkan ditutup oleh bedak, terlihat sangat berantakan. ‘Sepertinya dia buru-buru sampai bedak itu tidak rata,’ pikir Dea. “Minyak kayu putihnya habis Mas, pakai balsem aja ya,” tawar Dea. “I-iya,” jawab Kevin gelagapan. Lelaki itu beberapa kali terlihat menggaruk telinganya guna menutupi bercak yang ada di lehernya. Dea sangat mengetahui tingkah suaminya. Perempuan itu langsung berjalan ke
Dea tersenyum dan langsung memasukkan sesendok nasi ke dalam mulutnya. Meskipun sempat ragu jika ada racun dalam makanan ini, tapi melihat suaminya yang lahap mengunyah nasi goreng itu membuatnya percaya.“Bagaimana?” tanya Kevin penasaran. Dea memberikan seutas senyum pada lelaki itu.“Enak,” jawabnya.“Benarkan! Mas memang jago kalau masak nasi goreng,” ujar Kevin yang terlihat sangat bangga pada dirinya sendiri. Dea hanya tersenyum melihat suaminya yang penuh semangat.“Besok masakin lagi ya Mas,” pinta Dea.“Siap Sayang, Mas akan masakin kamu lagi,” jawab Kevin yang melanjutkan sarapannya.Ketika mereka selesai sarapan dan bersiap diri untuk berangkat kerja. Kevin tak memberikan salam hangat sedikitpun. Sebelumnya lelaki itu akan mencium keningnya beberapa kali sebagai penyemangat. Namun, beberapa minggu ini rutinitas tersebut telah menghilang.“Mas!” panggil Dea. Lelaki itu sontak menoleh ke sumber suara. Dea bergegas menutup pintu rumah tanpa menguncinya.“Ada apa?” tanya Kevin
Detak jantungnya bekerja cepat mendapati dirinya dipandang rendah oleh wanita tak tahu diri itu. “Surprise!!?” teriak Icha gembira. “Bagaimana Mbak Dea?! Apa kamu terkejut!” lanjut perempuan itu. Tangan Dea menggengam erat, kepalanya terasa nyut-nyutan. Dengan dada yang beritme tak teratur, Dea bertanya, “Apa yang ingin kamu bicarakan Icha! CEPAT KATAKAN!” Icha langsung berdiri dan mendekati Dea, bibirnya tersungging ke atas menunjukkan seberapa besar kemenangan yang telah ia cetak. “Haa...” Ia menghela nafasnya dengan anggun. Kemenangan ini benar-benar Icha nikmati dengan sangat baik. Setelah bersusah payah menggoda Kevin. Ini adalah waktu yang pas untuk merasakan kebahagiaanya. Dia segera mendekatkan wajahnya dan menatap mata intens Dea. Tak ingin kalah, lawannya pun menatap kedua maniknya dengan tajam. “Kamu sudah tahu hubunganku dengan Mas Kevin kan?” tanya Icha. “Ya, lalu?” jawab Dea santai. “Memang apa hubunganku dengan Mas Kevin?” tanya Icha yang ingin mengoreksi jawaba
Brakkk!!! Daun pintu itu terbanting dengan keras.“Mas Levi!” teriak Dea di rumah kakak lelakinya.Tak ada sahutan, “Mas Levi! Mbak Nina! Cepat Keluar!” teriaknya tanpa henti memanggil tuan rumah yang tak kelihatan batang hidungnya.Emosinya tak bisa dikontrol lagi setelah melakukan pertemuan dengan Icha. Ia sempat menyiram perempuan itu habis-habisan karena ucapannya yang sangat menyakitkan. Ditambah banyak fakta tak terduga yang disampaikan istri kedua suaminya itu. Kini dia akan menghajar Levi dan Nina karena telah berani mengkhianatinya.“Apa-apaan kamu Dea!” sahut Nina istri dari Levi yang berjalan menghampirinya. Wanita itu menatap adik iparnya dengan begitu tajam, bahkan tak ada sedikit senyuman di wajahnya. Kehadiran Dea dengan perilaku tak etis itu jelas membuat pemilik rumah marah.Dengan nafas yang ngos-ngosan Dea memaksa kakak iparnya memanggil Levi.“Panggil Mas Levi sekarang!” ucap Dea penuh penekanan.“Suamiku sedang sibuk!” ketus Nina.“Panggil sekarang atau aku botaki