Dea yang terbaring di ranjang rumah sakit hanya bisa mengedipkan mata berkali-kali. Ia kewalahan mengatur pikiran yang kian hari sulit dikontrol. Tak jarang alisnya mengerut menjadi psikosomatis ketika jiwa terganggu. Berbagai kenangan selama menjalin pernikahan dengan Kevin selalu menghujami kepala Dea. Wanita yang baru berumur 26 tahun berusaha melawan rasa sakit yang ia derita.Derit pintu membuyarkan lamunan Dea, ekor matanya menangkap bayangan putih dengan rambut diikat cepol ke atas. Seulas senyum bertengger di wajah wanita yang baru masuk ruang inap Dea. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Monica lengkap dengan mata bulat bersih nan tulus.Mendapat perhatian dari dokter yang merawatnya membuat Dea harus ikut memamerkan senyum termanisnya. "Alhamdulillah sudah membaik."Tampak kelegaan di mata Monica. Ia sangat terkejut ketika mendapati Dea terkapar di mobil Andre. Wajah panik Andre dan Sinta masih teringat jelas di kepala wanita itu. Ia pun menganggap Dea sebagai teman. Mengingat saat
Andre menepis ucapan perempuan di hadapannya. Penebusan dosa di masa lalu? Itu hanya omong kosong! Dia sangat muak melihat wajah manis tetapi berhati iblis. Tanpa pikir panjang, ia membalikkan tubuh menghampiri Levi yang melenggang di koridor panjang."Hai! Mau kemana?" tanya kakak Dea sangat berseri."Aku harus pulang sekarang Mas." Andre mendekatkan bibirnya ke telingan Levi sembari membisik, "ada yang harus aku lakukan buat Seno."Pupil Levi melebar kemudian menjawab, "langsung hubungi aku kalau perlu bantuan." Seringai lebar terpatri di bibirnya. "Tidak! Besok malam, aku akan ke rumahmu. Kita diskusikan bersama. Ditambah Pak Gito ingin ikut dalam rencanamu."Andre menenggak salivanya karena tak percaya dengan penuturan Levi. Entah kenapa ia terkejut tiba-tiba ada sekutu mendekat. Levi yang paham segera menepuk pundak temannya. "Sudah, terima saja bantuan kami. Kita memiliki musuh yang sama, akan lebih efektif jika berkerjasama."Andre mengangguk senang. Dari belakang Monica menata
"Saya selaku kepala dinas harus memberhentikan Pak Kevin secara tidak terhormat karena telah melanggar kode etik dan mencoreng nama baik lembaga yang bersangkutan."Kevin hanya bisa memejamkan mata menerima keputusan tersebut. Tanpa berpamitan, semua barangnya sudah dikemas dalam kardus agar ia segera pergi dari dunia pendidikan. Tak ada senyuman yang ia dapat dalam perpisahan terpaksa ini. Dia dipandang dengan jijik oleh orang lain. Bahkan mobil istri siri yang ia pakai pun sudah dicoreng oleh cat hitam legam dan telur busuk. "SAMPAH MASYARAKAT!!!" tulisan besar di Mercedes Benz berwarna putih itu. Kevin berusaha menghapusnya dengan baju, tetapi sulit justru semakin lebar karena tergores ke sembarang arah."Huuu!!!" teriak banyak murid yang sengaja mengikutinya dari belakang.Kevin yang dirundung rasa malu segera pergi dari sekolah. Selama melakukan perjalanan banyak pengendara yang terheran-heran melihat mobil kotor melenggang di jalan. Kevin semakin dibuat malu segera pulang ke ru
Di tengah ketegangan keluarganya, Dea justru sangat tenang menghadap kolam koi di rumah kedua orangtuanya. Nala yang sedari tadi berusaha mengajak bicara, terpaksa diam tak ingin mengusik ketenangan putrinya. Ia berusaha menenangkan diri jika perilaku putrinya lebih baik dari pada percobaan mengakhiri hidup. Di kala senyapnya malam, tiba-tiba bibir Dea bergerak. Wanita itu menatap ibunya dengan hangat. "Ma, besok aku kerja lagi ya. Aku bosan di rumah," ucap wanita itu. Suara hangat yang meminta sesuatu membuat Nala terbuai. Setelah berhari-hari putrinya hanya menjawab singkat, ini adalah kalimat panjang yang ia dengar. Kedua alis Dea terangkat menunggu jawaban. Nala yang menyadari itu, segera menjawab, "Iya Sayang. Besok biar Mama sama Ayah yang antar ya?" tawarnya dengan senyum lebar. Namun Dea segera menggeleng, tidak setuju dengan perkataan mamanya. "Aku mau berangkat sendiri. Sekalian hangout sama teman." "Kalau begitu, ya sudah. Biar Mama bilang ke ayah kalau besok
Ruang persidangan berjalan sangat lancar. Pengacara Seno tak begitu ngotot mempertahankan alasan penolakan kasus. Kesaksian para korban pun berlangsung dengan hikmah. Seno hanya tertunduk lesu menunggu pemutusan hukuman. Maya yang biasanya glamor, kini hanya memakai kemeja putih dan celana hitam. Tak ada intan permata yang tersemat di tubuhnya.Degupan jantung para sekutu korban dan pelaku kejahatan semakin kencang ketika hakim berbicara."Dengan ini menyatakan Seno Adi Pramudya terbukti secara sah melakukan tindak pidana korupsi, pencucian uang, penipuan, dan.... maka dikenakan undang-undang berlapis berupa hukuman penjara 20 tahun dan denda 10 Miliyar." ketukan Palu tiga kali menunjukkan akhir persidangan Seno. Kemudian berlanjut Maya yang menjadi rekan kejahatan. "Dengan ini menyatakan Mayangsari Wulandari terbukti secara sah melakukan penipuan, penyerangan, dan pencucian uang maka dikenakan undang-undang berlapis dengan hukuman penjara 7 tahun dan denda 250 juta."Sorak-sorai par
Tanpa sadar Andre mengucapkan harapannya dengan lirih. Levi yang ada di samping lelaki itu segera menepuk pundaknya. Menatap wajah yang familiar penuh pengertian dan mata sedikit memerah karena dirundung rasa bersalah. "Ada." Tangan lelaki itu menepuk sekali lagi pundah Andre. "Kali ini kesempatanmu terbuka sangat lebar Ndre. Maafkan aku," bisik Levi berusaha menahan isakan. Netra Andre melebar karena tak menyangkan mendapat respon dari orang lain dikala ia berusa menyembunyikan suara hatinya. Ditambah permintaan maaf yang mendadak ini. Rasanya dunia sedang berpihak padanya. "B-beneran Mas?" tanya Andre terbata-bata.Levi segera mengangguk. "Beneran! Aku akan membantumu," ucap Levi penuh keyakinan. "Kali ini aku benar-benar akan membantumu!"Dea yang selesai berpelukan dengan Rita tanpa sengaja melihat kakak dan Andre. Levi yang menyadari tatapan adiknya segera berdeham, "ekhem!"Andre melihat ke arah yang disorot Levi, kemudian senyum lebar ia berikan pada pujaan hatinya. Bagaimana
Kevin keluar penjara dengan tertatih. Tak ada yang salah dengan tubuhnya, tetapi psikologisnya saat ini sedang down. Emosi terasa bercampur aduk menjadi satu tanpa bisa dikontrol. Tanpa sadar ia sudah sampai ke sel tahanan khusus wanita. Teriakan Seno berhasil membuatnya bertemu dengan Icha, istri sirinya."Mas! Akhirnya kamu menemui aku," ucap Icha yang uforia. Kevin sangat jengah berada di situasi menyebalkan ini. Bahkan wajah yang biasanya terlihat menggairahkan, hari ini tak bisa memancing kejiwaannya sebagai lelaki."Pak Seno dipenjara seumur hidup karena kasus korupsi, penganiayaan, penipuan, pencucian uang, dan lainnya. Dia di denda 10 Milyar. Sedangkan Bu Maya dipenjara karena melakukan penipuan dan pencucian uang, dia juga dikenakan denda. Entah berapa aku lupa. Keduanya sama-sama di denda, jadi harta kalian tak bersisa."Senyum lebar yang ada di wajah Icha langsung sirna begitu mendengar ucapan suaminya. Ia merasa bumi runtuh seketika di atas kepalanya. Tanpa banyak waktu, K
"Langsung minum obat ya De," ucap Andre setelah membukakan pintu mobil. Mereka sudah berada di rumah Dea. Nala yang menyadari ada tamu segera keluar. Ekspresi penuh tanda tanya ia tujukan pada putri dan Andre, dan satu lagi orang yang mengendarai sepeda Dea."Ada apa ya Nak Andre?" tanya Nala. Ia tak berani bertanya pada putrinya. Dea tampak kebingungan, jadi langsung masuk ke kamar tanpa berbasa-basi."Tadi Dea melihat Kevin di taman Bu. Jadi..." ucapan Andre menggantung. Dia tak tau harus berbicara apa."Mereka bertemu?" selidik Nala sangat waspada."Tidak Bu. Hanya Dea yang melihat Kevin. Kebetulan saya lagi olahraga di taman, jadi saya buru-buru ajak Dea pulang sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan.""Ah begitu." Ekspresi Nala tampak lega mendengar penjelasan Andre. "Kalau begitu saya pamit dulu Bu." Lelaki itu mencium tangan Nala sangat sopan."Tidak mampir dulu Nak?" tawar Nala tak enak hati karena menodong pertanyaan pada tamunya. Padahal ia belum mempersilakan lelaki itu