Share

Lexa 2

Author: GABNALIV
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Saat dalam perjalan pulang di dalam mobil Marcus, tidak ada yang memulai pembicaraan. Semuanya sibuk dengan pemikiran masing-masing. Sampai ponsel Lexa berbunyi nyaring.

Kring! Kring!

Mommy calling….

“Siapa yang nelpon?”

“Mommy.” Lexa segera menggeser icon hijau untuk menerima panggilan Alyicia.

“Hi, honey. Kamu lagi aa dimana?”

“Hi, mom. Alex baru jalan pulang sama Marcus dari kampus. Ada apa mom?”

“Kamu nginep di rumah Marcus saja ya, karena mendadak mommy sama daddy harus pergi urusan bisnis selama seminggu.” Lexa yang mendengar ucapan Alyicia merasa senang karena sebenarnya Lexa gak mau pisah sama Marcus. Tanpa sadar sambil senyum-senyum sendiri.

“Emang mommy mau pergi kemana?”

“Mommy sama daddy ma uke Swiss karena teman bisnis daddy ngadain acara ulang taun perusahaan. Daddy merasa gak enak kalo gak hadir.”

Swiss! Lexa sedikit kecewa gak bisa ikut karena kegiatan kampus sudah dimulai dengan berat hati untuk sementara waktu Lexa harus sendiri, selama seminggu pertama menyandang status baru sebagai mahasiswa.

“Yaudah deh Alex nginep di rumah Marcus. Bye mommy, safe flight.”

“Bye honey, take care okay.”

Tut.

“So? Kamu disuruh sama tante Alyicia buat nginep di rumah aku?” Marcus pura-pura bodoh saja sebenarnya. Walaupun dalam hati bersorak riang karena bisa ….

“Iya. Mommy sama daddy pergi seminggu.” Lexa jawab lesu karena awal kuliah dia harus sendiri gak ada yang bertanya tentang kegiatan kampus. Kasihan sekali.

Lexa tertidur selama perjalanan karena merasa letih, hingga sampai di rumah Marcus. Marcus yang tidak tega membangunkan Lexa, akhirnya mengangkat tubuh mungil Lexa masuk ke dalam rumah nya dan membaringkan Lexa di kamar Marcus.

Setelah mebaringkan Lexa di kamar, Marcus berjalan menuju ruang TV karena disana ada Fanny. “Lexa masih tidur?”

“Masih mom.”

“Yasudah kebetulan pakaiannya Lexa sudah dianterin sama supirnya jadi dia gak perlu ke rumah buat ambil keperluan.” Jelas Fanny.

“Thanks mom.” Marcus memutuskan untuk Kembali ke kamarnya untuk mandi karena badannya terasa lengket. Samapi di depan pintu kamar, Marcus membuka pintunya secara perlahan melihat Lexa masih tidur pulas meringkuk dibawah selimut. Marcus tak kuas menahan senyumnya. Ternyata ada yang lebih menggemaskan. Lexa yang terkenal tomboy dan apa adanya, bisa menggemaskan Ketika tidur. Marcus mengurungkan niatnya untuk mandi dan memilih untuk ikutan tidur di sebelah Lexa masuk ke dalam satu selimut. Marcus menyampirkan helaian rambut yang menutupi wajah Lexa. Manis. Batin Marcus. Sambil sesekali memberikan kecupan ringan di kening Lexa.

Lexa yang merasa terganggu waktu tidurnya, menggeliat dan perlahan kedua matanya terbuka. Pendangan pertama yang dilihat adalah wajah Marcus ada di depannya. “Hey.. Tidurmu nyenyak?”

“Hm… lumayan.” Lexa mengedarkan pandangannya ke kiri dan kanan. “Ini dimana?”

Marcus tersenyum simpul sambil menarik Lexa ke dalam dekapan Marcus. “Ini di kamarku sayang. Sekarang kamu mandi ya ini udah mau sore.”

“Kamarmu? Kenapa aku disini?”

Sepertinya Lexa lupa kalau dia akan menginap di rumah Marcus sampai minggu depan atau lebih tepatnya sampai acara pengenalan kampus selesai.

“Kan kamu bakal nginap di rumahku sayang.” Jawab Marcus gemas karena pertanyaan Lexa.

“Astaga. Aku lupa.”

“Sekarang kamu mandi, barang-barang kamu sudah dibawa sama Bang Birin-supir Lexa.”

Bukannya Lexa beranjak justru semakin mengeratkan pelukannya di dada Marcus. “Kenapa hm?”

“Begini dulu ya. Aku masih pengen peluk.” Astaga apakah setiap bangun tidur Lexa akan seperti ini? Marcus bertanya-tanya dalam hati. “Yasudah sebentar saja, habis ini mandi kemudian kita pergi ke toko buku buat beli perlengkapan kamu besok. Ingat, besok acaranya sudah dimulai.”

“Iya bawel.”

“Kok bawel?” Ya ampun ini pertama kalinya seorang Marcus yang dulunya terkenal dingin di sekolah ada yang memanggilnya bawel.

“Iya kamu lebih bawel dari papa mama aku sendiri.” Jawab Lexa sebelum mencebik. Dasar pasangan yang menggemaskan.

Setelah selesai acara pelukan, Lexa beranjak dari tempat tidur untuk membersihkan diri sedangkan Marcus menunggu di ruang keluarga sambil memainkan ponsel untuk mengurangi rasa bosan.

Beberapa menit kemudian suara derap Langkah kaki dari tangga terdengar, Lexa telah selesai dari ritual mandi.

Marcus beranjak dari tempat duduknya ke kamar untuk mandi. “Kamu ngapain?” Lexa lihat Marcus yang berjalan kea rah dirinya.

“Mau mandi sayang.”

“Lah kamu belum mandi?”

“Belum sayang. Kan aku sibuk bangunin kamu yang susah bangun.” Terbitlah senyuman jahil dari wajah Marcus. Lexa langsung melotot tidak terima dengan ucapan Marcus.

“Aku gak susah ya kalo di bangunin! Dasar bawel.” Lexa mukul punggung lebar Marcus yang langsung disambut dengan ringisan.

“Sakit sayang.” Wajah Marcus langsung memelas.

“I don’t care.” Lexa pergi ke ruang TV dimana disitu ada Fanny-ibu Marcus. Sedangkan Marcus hanya terkekeh sambil menggeleng pelan, kemudian melanjutkan langkahnya menuju kamar.

“Halo tante Fanny.” Sapa Lexa Ketika sampai di ruang TV.

“Hallo sayang, bagaimana tidurmu?”

“Nyenyak tante.”

“Kamu sudah makan? Tante barusan selesai masak pasta.”

“Gak usah tante gapapa. Tadi siang aku sudah makan di kantin kampus, ini juga mau pergi sebentar buat persiapan besok.”

“Pergi sama Marcus kan?”

“Iya tante.”

“Yasudah, temani Marcus ya. Maafin Marcus kalo dia suka jahil sama kamu. Karena sebelum kalian bertemu, Marcus hampir gak pernah senyum.” Lexa yang dibuat bingung mau menanyakan apa maksud Fanny bicarakan sebelum suara Marcus menginterupsi pembicaraan mereka.

“Kalian bicara apa?”

“Gapapa sayang yasudah kalian berangkat saja, harus pulang sebelum jam makan malam ya.”

Lexa dan Marcus pamit pergi dan memasuki mobil Marcus kemudian pergi meninggalkan perkarangan rumah mereka.

Tidak butuh waktu lama, sekarang mereka sedang berada di toko buku untuk mencari perlengkapan Lexa untuk acara perkenalan kampus. Keduanya tampak Bahagia di sela-sela mencari bahan sampai sekarang mereka tiba di rak buku novel fiksi. Salah satu hobi Lexa tentunya. Marcus memandangi Lexa yang sedang fokus baca synopsis novel yang menarik, merasa hangat hatinya karena mereka berdua punya hobi yang sama yaitu membaca buku walaupun bidangnya berbeda fiksi dan bisnis.

Lexa yang sedang asik membaca sambil berpikir keras mana yang akan dia beli karena semuanya menarik untuk dibaca. Saking terlalu kerasnya berpikir, sampai lamunannya hilang karena ada yang mendekapnya dari belakang. Marcus pelakunya.

“Kenapa melamun sayang?”

“Ah.. gapapa kok. Aku cuman bingung mau beli yang mana, semuanya menarik.”

“Ambil aja semuanya kenapa harus bingung.”

“Aku takut nanti keteteran sama kuliah kalo beli banyak novel.” Tanpa menggubris ucapan Lexa, Marcus langsung mengambil semua novel yang ada di tangan Lexa dan masuk ke keranjang langsung menggiring mereka menuju kasir untuk bayar.

“Bahan-bahannya sudah lengkap semua kan?”

“Sudah.” Lexa tidak habis pikir, kenapa Marcus mau membelikan semua novel yang dia ingin beli, padahal Lexa sendiri sudah bertekad kalo dia akan giat belajar selama kuliah supaya cepat lulus sarjana. Tapi baru saja tekad itu dibangun, sudah ada godaan lagi yang muncul.

“Ada lagi yang mau di datangi gak?” tanya Marcus setelah mereka keluar dari toko buku. Lexa hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Setelah itu, mereka memutuskan untuk Kembali ke dalam mobil.

Saat masuk ke dalam mobil, Marcus langsung menarik Lexa ke dalam pangkuannya dan menyerang Lexa yang menggebu sekaligus bergairah. Saling mencecap bibir, dan bertukar saliva. Tangan Marcus tidak tinggal diam, tangan kiri meremas pelan bokong sintal Lexa sedangkan tangan kanannya meremas salah satu gundukan kenyal Lexa yang dibarengi dengan lenguhan dan desahan yang lolos dari mulut Lexa. Keduanya terhanyut dalam cumbuan yang begitu menggairahkan, sampai tangan Marcus melesak membuka kemeja Lexa dengan tergesa-gesa, mengangkat bra hitam Lexa sampai menunjukkan gundukan kembar yang montok pas ditangan lebar Marcus.

Marcus meneguk kasar ludahnya Ketika melihat gundukan milik Lexa, juniornya langsung terbangun dan menatap intens ke manik mata Lexa. “May i?”

Lexa hanya mengangguk pasrah. Marcus langsung meraup putting yang sudah tegang minta dikulum. Untungnya tempat parkir yang mobil mereka tempati sepi, dan kaca film yang gelap sehingga bisa leluasa untuk bercumbu.

Lexa yang berada di pangkuan Marcus hanya mengeluarkan desahan erotis, kepalanya semakin pening akibat perlakuan Marcus. Marcus menghentikan cumbuan di gundukan Lexa, beralih ke leher jenjang Lexa menjilat, mencium, dan menghisap. Ketika Marcus mulai menghisap leher putih Lexa, Lexa langsung mendorong Marcus. “Jangan disini, nanti keliatan.”

Marcus mengangguk dan beralih ke belahan payudara Lexa untuk menghisap sampai menimbulkan ruam kemerahan hingga ungu di belahan payudara Lexa, yang hanya bisa melenguh.

Sebelum melanjutkan cumbuannya, terdengar bunyi yang tidak enak diantara tubuh mereka. Lexa hanya menunduk malu. “Maaf .. aku lapar…”

Marcus terkekeh pelan gemas dengan tingkah malu-malu Lexa. Ingin sekali Marcus mencubit pipi Lexa tapi takut dapat bogeman dari Lexa yang oerlu diingat kalau Lexa sempat belajar bela diri. Bayangin saja sudah bikin kulitnya merinding.

Mobil mereka sudah sampai di tempat restoran ramen yang berada di Kawasan Gading Serpong. Restoran nya cukup apik dan terdapat bar juga dikarenakan restoran ini juga menjual minuman alcohol seperti sake.

“Kamu ingin makan apa?” Marcus mulai percakapan setelah seorang pelayan memberikan buku menu kepada mereka berdua.

“Aku ingin ramen BBQ Pork, minyaknya sedikit lebih banyak, dan aku minta beef yakiniku.” Pelayan mulai menulis pesanan yang dibacakan Lexa.

“Saya samakan dengan dia ramennya.”

“Aku ingin pesan sake.” Marcus langsung melotot apa yang diinginkan Lexa.

“Sekali saja ya? Please…” Lexa memohon dan jangan lupa dengan puppy eyes nya. Yang Marcus bisa lakukan hanya dengan helaan nafas dan mengangguk lemah. Kalo gak diturutin bisa gawat. Batin Marcus.

Akhirnya Lexa pesan minuman sake dengan syarat hanya satu kaleng saja tidak boleh lebih. Karena waktu masih sore hari untuk minum alcohol. Begitu pula dengan Marcus yang hanya pesan satu beer kaleng dengan kadar alcohol yang kecil. Perlu diingat Marcus salah satu orang yang termasuk kuat minum, perlu 4 botol wine untuk membuat kepala Marcus yang mulai pusing.

Setelah menikmati makan sore, mereka tiba di pekarangan rumah Marcus yang sudah ditunggu Fanny-ibu Marcus di teras rumah.

“Malam tante.”

“Malam sayang, yuk taro barangnya di ruang TV dulu kita langsung makan aja, abis itu baru mandi okay?”

“Iya tante.”

“Sayang tadi kan kita baru aja makan. Kamu udah lapar lagi emangnya?” Marcus tentu saja bingung belum ada satu jam mereka makan Lexa sudah mau makan lagi. Astaga itu perut mengalahkan porsi kuli sepertinya. Batin Marcus.

Lexa hanya nyengir dengan tangan bentuk V, yang hanya dibalas gelengan kepala oleh Marcus. “Loh kalian sebelumnya udah makan.”

“Sudah ma, waktu keluar dari toko buku perut lexa bunyi kenceng banget jadi kita mampir makan dulu.” Marcus menjawab sambil terkikik dan dibalas delikan tajam oleh Lexa. Dasar ember. Batin Lexa.

Pagi Kembali menjelang, Lexa tengah bersiap-siap untuk hari pertama perkenalan kampus. Saat dirinya sudah rapi dengan handbag yang dibawa di tangan kanannya, Lexa menekan tuas pintu kamarnya dan bersamaan dengan Marcus yang baru saja keluar dari kamarnya dengan jas almamater, Lexa begitu terpesona dengan Marcus yang kelihatan jauh lebih tampan dengan nametag panitia pekenalan kampus yang mengalungi lehernya.

Marcus yang merasa diperhatikan, menghampiri Lexa mencuri satu kecupan. “Morning sayang.” Sapa Marcus.

Semburat merah muncul di pipi Lexa dan malu. “Morning too.”

Lexa dan Marcus jalan bergandeng tangan menuju lantai dasar untuk sarapan bersama. Setibanya di ruang makan, Fanny dan Dirk sudah berkumpul lebih dulu di meja makan. “Morning dad, morning mom.” Sapa Marcus sambil mencium pipi kedua orang tuanya.

“Morning Marc.” Sapa Fanny dan Dirk bersamaan.

“Pagi tante, pagi om.”

“Morning honey.” Sapa Fanny dan Dirk bersamaan pula.

“Mulai sekarang, Lexa cukup manggil dad sama mom juga ya. Mommy sudah anggap Lexa anak mommy juga.” Jawab Fanny dengan senyuman hangat.

“I-iya m-mom.” Jawab Lexa malu.

“Jangan sungkan sama kita Lexa, daddy juga senang kalau Lexa sering menginap disini. Sering-seringlah main ke rumah.” Dirk tahu jika Lexa belum terbiasa manggil mereka dengan sebutan yang sama seperti orang tua Lexa sendiri. Tapi Dirk juga tidak keberatan jika menganggap Lexa sebagai putri mereka juga. Mengingat kedua orang tua Lexa dan Marcus juga berhubungan dekat layaknya saudara. Mereka mulai acara sarapan yang dengan suasana hening.

Satu jam berlalu, Lexa dan Marcus sudah tiba di kampus dan mulai kegiatan perkenalan kampus. Marcus yang berkumpul dengan panitia lain, sedangkan Lexa masuk ke dalam kelas. Mengingat Lexa juga belum sempat berkenalan dengan teman-teman sekelas yang lain, maka Lexa mulai memberanikan diri untuk ikut bergabung dengan yang lainnya.

“Ha-hai… bolehkah aku bergabung dengan kalian?” tanya Lexa gugup Ketika ia mencoba dekat dengan beberapa gerombolan orang yang ada di dekatnya.

“Hai! Gabunglah dengan kami! Gua Selin. Semoga kita cepat akrab.”

“Halo Selin..Gua Lexa, salam kenal juga.”

“Hola, gua Cally. Semoga cepat akrab ya.” Well, Lexa lega karena ia bisa bergaul dengan teman-teman baru yang bisa langsung lihat first impression Lexa teman barunya. Selain Selin dengan tingkah lumayan heboh dan Cally yang terbuka dengan teman baru, ada juga beberapa orang lain yang berkenalan dengannya. Anna, dengan sikap yang lumayan pendiam tapi bersikap manly (seperti cowok) dengan rambut pendek seleher. Letty, yang suka bergosip dengan Selin. Robin, miskin ekspresi bisa dibilang wajah datar dan paling pendiam dari semuanya. Dan terakhir Albert, terlihat yang paling jahil dari semuanya. Dan yang terakhir Lauren, yang paling manis menurut Lexa dari semuanya dengan mulut pedas.

Selagi berbincang dan mendengar humor yang dilontarkan oleh Albert dan Letty, dosen pendamping datang ke kelas mereka yang menandakan haru perkenalan kampus akan dimulai.

Lexa hanya menatap bosan dengan apa yang disampaikan oleh dosen pendamping, lamunannya teralihkan dengan ponselnya yang bergetar singkat menandakan ada pesan yang masuk. Lexa buka ponselnya secara diam-diam. Membaca pesan singkat dari Marcus.

Keluarlah sebentar. Aku menunggumu.

-Marcus-

Lexa meminta ijin pada dosen pendamping untuk ke toilet sebentar. Setelah mendapatkan ijin, Lexa langsung jalan keluar dan mencari dimana keberadaan Marcus. Sampai di Lorong, Lexa melihat Marcus duduk santai di kursi panjang sambil membawa dua botol air mineral.

“Ada apa?” tanya Lexa setelah ia mengambil tempat duduk di sebelah Marcus.

Marcus menoleh ke arah Lexa yang baru saja menjatuhkan pantatnya di kursi langsung menarik tengkuk Lexa untuk mencium bibir ranum yang sudah menjadi candu nya beberapa bulan ini. “Nothing.. I miss you bunny.” Kata Marcus sambil menyerukan wajahnya di ceruk leher Lexa seketika bulu kuduk Lexa meremang karena terpaan nafas hangat Marcus.

“Astaga Marcus, jam makan siang nanti kita juga akan ketemu.” Lexa mendengus kesal. Kenapa Marcus jadi manja seperti ini sih. Batin Lexa.

Sudah sepuluh menit mereka berpelukan seperti hari terakhir mereka bertemu. Dan Lexa mulai buka pembicaraan lagi. “Aku harus Kembali ke kelas, bisa kena hukuman kalau aku kabur.”

Dengan tidak rela, Marcus mengurai pelukannya dan memberi kecupan di bibir Lexa. “Baiklah, sampai ketemu siang nanti. Jangan melamun di kelas, daritadi aku perhatiin kamu loh ya.” Kata Marcus sambil memberikan air mineral yang baru saja ia beli di kantin. “Bawalah, biar gak melamun lagi di kelas.”

“Hehehe. Tidak lagi bawel.” Lexa memutuskan untuk Kembali ke kelas, namun sebelum sampai di pintu kelas, Lexa dihalangi oleh beberapa senior yang menatapnya jengkel.

“Mau apa kalian?” tanya Lexa datar karena ia sendiri tidak takut dengan kelakuan senior yang ada di depannya, perlu diingat Lexa sempat belajar bela diri saat masih sekolah menengah.

“Seharusnya gua yang tanya sama lo, lo mau apa dekat-dekat sama Marcus, hah!?” Tanya senior dengan nama Nesa di name tag panitia. Lexa akan mengingat nama itu. Oh ternyata mereka fans fanatic Marcus. Jawab Lexa dalam hati.

“Maksud lo apa ya? Gua gak paham?” tanya Lexa berani, untuk apa dia takut dengan geng cewek yang ada di depannya.

“Heh, anak kecil. Lo gak ada sopan santunnya ya sama kakak tingkat, gua ini senior lo!” Jawab senior yang lain dengan nama Amanda, sambil mendorong bahu Lexa yang tetap bergeming di tempat. Namun Lexa tetap tidak takut dengan ancaman mereka, dengan wajah datar dengan tatapan yang semakin tajam.

Related chapters

  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 3

    “Heh, anak kecil. Lo gak ada sopan santunnya ya sama kakak tingkat, gua ini senior lo!” Jawab senior yang lain dengan nama Amanda, sambil mendorong bahu Lexa yang tetap bergeming di tempat. Namun Lexa tetap tidak takut dengan ancaman mereka, dengan wajah datar dengan tatapan yang semakin tajam.Astaga mau nya apa sih para jalang ini. Batin Lexa teriak. Lexa berusaha untuk menahan diri supay tidak melayangkan bogeman ke para wajah senior yang tebar pesona dihadapannya. Sebelum Nesa melayangkan tamparan ke pipi Lexa, tangan Nesa sudah ditahan lebih dulu oleh Lexa dengan smirknya.“Lepasin tangan gue!” Nesa berteriak sambil meringis karena cengkraman kuat yang di

    Last Updated : 2024-10-29
  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 4

    Marcus dan Lexa kini sudah sampai di rumah Marcus, jam sudah menunjukan pukul 12 malam tapi rasa kantuk belum dirasakan oleh keduanya. Setelah sampai di kamar Marcus, tak lupa mengunci pintu kamar. Lexa kaget dengan reaksi Marcus mencium bibir Lexa dengan menggebu-gebu tak lupa tubuh Lexa makin terpojok karena Marcus mendorong Lexa hingga tubuh mereka saling menempel satu sama lain.Dengan tidak rela Marcus melepas pagutan bibirnya karena ia merasakan Lexa membutuhkan pasokan udara. Nafas keduanya tersengal dengan kening yang saling menempel dan kedua pasang mata masih terpejam.“Sekarang kita mandi ya?” tanya Marcus lembut. Lexa semakin mnegeratkan pelukannya di leher Ma

    Last Updated : 2024-10-29
  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 5

    Selama minggu pertama kuliah, Marcus dan Lexa selalu pergi dan pulang bersama bahkan tak jarang mereka berkumpul dengan teman-teman lainnya yang yang sudah akrab sejak pesta di club.Kini, Lexa dan Marcus sedang berada di stan pendaftaran organisasi Akuntansi, alias Marcus yang menyuruh Lexa untuk mendaftarkan diri karena hanya Lexa yang belum mendaftarkan diri. Awalnya Lexa tidak ingin gabung, karena emang dirinya malas ikut organisasi. Tapi karena Marcus yang selalu menakuti Lexa dengan berbagai macam alasan seperti, dipersulit dosen saat skripsi atau susah mendapat nilai A waktu ujian. Sehingga mau tidak mau Lexa mendaftarkan diri.Selagi Lexa sedang mengisi form pendaftaran via I

    Last Updated : 2024-10-29
  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 6

    Setelah belasan menit, akhirnya tangisan Marcus berangsur berhenti. Kini posisi mereka saling berpelukan, Marcus terus menyerukan wajahnya di ceruk leher Lexa menghirup aroma tubuh Lexa yang mengeluarkan wangi mawar membuatnya Kembali tenang. Bulu kuduk Lexa terus meremang karena lehernya diterpa nafas hangat Marcus.Lexa sudah beberapa kali mencoba melepaskan pelukan Marcus tapi Marcus terus menolak. Marcus merasa malu karena ini pertama kalinya ia menangis di depan seorang wanita. Betapa lucunya tingkah Marcus yang terus menempel kepada Lexa seperti koala.“Sayang … kita gak mau pulang?” tanya Lexa setelah memecah keheningan.Marcus hanya bergumam pelan tapi set

    Last Updated : 2024-10-29
  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 7

    Berbagai macam alat terpasang di tubuh Marvin. Monitor yang sedang menampilkan grafis tentang kinerja organ tubuh, misalnya detak jantung, kadar oksigen di dalam darah, atau tekanan darah. Ventilator untuk membantu bernapas, infus serta selang makanan yang tertancap di tubuh Marvin semakin membuat Dirk, Fanny, dan Marcus semakin tidak tega. Sudah dua hari sejak kejadian kecelakaan itu dan pemberitahuan diagnose pada Marvin. Tetapi, seluruh anggota keluarga belum ada yang merelakan kepergian Marvin secepat ini. Setiap 6 jam sekali, Fanny, Dirk, dan Marcus bergantian untuk menemani Marvin di ICU. Sekarang, Marcus sedang menemani Marvin. Marcus menatap wajah sang kakak yang masih terl

    Last Updated : 2024-10-29
  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 8

    Tit. Tit. Tit. Tit. Tit. Alat monitor hemodinamik dan saturasi bunyi lebih cepat dari biasanya, Marcus yang baru saja terlelap terlonjak bangun sontak membola melihat Marvin kejang-kejang. Marcus langsung menekan tombol emergency berkali-kali yang ada di atas bankar rumah sakit, seketika dokter Felix dan dua orang perawat lainnya berlari masuk ke kamar inap Marvin. Suasana panik dan tegang terjadi Fanny menangis di dalam dekapan Dirk. Cobaan apalagi yang mereka hadapi. Marcus terus berdoa untuk Marvin supaya Kembali sadar. “Ambil defribrilator!” titah dokter Felix kepada salah satu suster. Suster langsung menyiapkan defribrilator sedangkan suster yang lainnya mengoleskan gel dingin di sekita dadanya. Sedngkan yang lainnya men

    Last Updated : 2024-10-29
  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 9

    Author POV Setelah mendengar cerita Marcus tentang mendiang Marvin, Lexa langsung memeluk Marcus dengan erat. Pecahlah tangis Marcus saat itu juga, sudah lama ia tidak mengeluarkan seluruh beban pikirannya dengan orang yang ia cintai. Bukan berarti ia tidak mencintai Fanny dan Dirk, tapi ia tidak ingin bagi bebannya dengan orang tuanya karena Marcus tahu terkadang Fanny masih suka sedih jika mengingat kematian Marvin dan itu tidak jauh berbeda dengan Dirk. Ia semakin tidak tega dengan itu. “Sayang …” panggil Marcus pelan sambil mengurai pelukannya pada Lexa. Lexa melihat wajah Marcus yang dipenuhi buliran air mata di sekitar mata, Lexa merangkum wajah Marcu dengan tangan kecilnya sambil menghapus air mata Marcus dengan ibu jarinya. “Kenapa?” tanya Lexa pelan. Marcus merangkum wajah Lexa, bibi

    Last Updated : 2024-10-29
  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 10

    Marcus POV CONT “Ahh…” James bingung harus bagaimana ngomongnya. “Ini tentang Selin.” Jawab James ragu. “Ada apalagi?” tanyaku heran. Sebenarnya aku paham dengan bagaimana paham James, ia ragu sekaligus takut karena keluarganya yang kurang harmonis yang menyebabkan hati james seolah keras dan dingin yang sulit dicairkan. Sehingga ia merasa jika cinta seseorang tidak akan pernah ada padahal teori itu sama sekali tidak ada. James yang mendengar perkataan Marcus mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan perlahan sambil menatap Marcus ragu. “Entahlah… gue juga bingung sebenernya. Menurut lu gimana?” “Ikutin kata hati lu lah. Oh ya hati lu kan beku gak bisa denger lu ngomong apa.” Jawab Marcus cuek.

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 47

    LEXA 47 Tepat pukul delapan pagi mobilku sudah menunggu di area hotel tempat aku menginap. James sudah siap dengan tas tangan yang berisi map tebal untuk dibahas hari ini tak lupa dengan ipad yang selalu menempel di tangannya. “Lo sudah dapat lengkap informasinya?” “Sudah. Dia adalah Kim Min Young sudah tahun ke enam tinggal di Korea dengan gelar sarjana Akuntansi lulus predikat cumlaude yang sekarang bekerja di Royale Company sebagai desainer khusus di bagian perhiasan. Tidak terlalu jelas di bagian latar belakang keluarga. Dari visual aku bisa nebak jika Kim Min Young bukan warga negara asli Korea tapi dia salah satu alumni dari salah satu universitas negeri disini dari jalur beasiswa. Hanya itu yang bisa gue sampaikan.” Jelas James. “Kabarin info lanjutnya.” Aku langsung masuk ke dalam mobil menuju Royale Company untuk melanjutkan rapat mengenai desain yang harus diperbaiki. Tepat setengah jam kemudian. Mobilku sudah tiba di depan lobby Roy

  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 46

    LEXA 46Kessokan harinya Lexa sudah tiba di meja kerjanya dan duduk dibalik kubikel setelah meletakan tas dan melepaskan coat panjangnya.Tok tok tok"Oh? Jaehyun-ssi.. ada apa?" Tanya Lexa setelah melihat siapa yang mengetuk kubikelnya."Setelah jam makan siang, ada rapat pertemuan investor dari perusahaan cabang Amerika. Jangan lupa persiapin berkas desain yang sudah kamu buat untuk perluncuran model terbaru di musim semi nanti." Jelas Jeahyun."Arraseo. Gomawoyeo.." balas Lexa seraya tersenyum."Tidak masalah. Oh ya banana milk untukkmu. Selamat bekerja Minyoung-ssi." Pamit Jaehyun setelah memberikan sebotol susu rasa pisang.Lexa tersenyum sambil memandang Jaehyun pergi dari ruangannya. Untungnya beberapa desain sudah jadi beberapa karena ia menyicil dengan membawa beberapa pekerjaan ke flatnya jika ia tidak ada rencana di malam hari sehingga tidak terlalu terburu-buru dalam mempersiapkan rapat nanti siang.Notifikasi pesan

  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 45

    Lexa 45 “Tolong lepaskan Tuan.” Sahut Lexa datar. Namun bukannya menyingkir, Marcus semakin menghimpit tubuh Lexa dengan seringai yang mampu membuat jantung Lexa mencelos. *Sekarang Marcus dan Lexa sudah berada di tangga darurat setelah adegan pemaksaan yang membuat Lexa semakin jengkel dengan tindakan Marcus tapi tetap aja Lexa diseret hingga sekarang mereka berdiri saling berhadapan di tengah lampu yang cukup kurang penerangannya. “Apa mau anda tuuan Leander? Saya harus segera ke kampus karena saya punya jadwal kuliah.” Terang Lexa seraya mendesis tak lupa dengan tatapan yang datar namun menusuk. “Alex-“ “Jangan sebut nama itu selama anda bukan siapa-siapa bagi saya.” Tekan Lexa yang membuat Marcus Kembali terdiam. Hatinya seperti ditikam dengan belati saat mendengar perkataan Lexa. Sebesar itukah kesalahannya beberapa minggu yang lalu? Belum sempat Marcus melanjutkan kata-katanya, Lexa

  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 44

    Lexa 44"Bisa kau jelaskan apa maksud dari pembicaraan di telpon tadi?"***Deg!Lexa meneguk ludahnya kasar. Shit! Kenapa ia bisa lupa memberitahukan Marcus tentang ini!? Kedua mata Lexa bergerak tidak fokus bahkan kedua tangannya meremat satu sama lain."Ma-Marcus... a-aku bisa jelaskan semuanya... itu.. aku...""Jelaskan semuanya tanpa pengecualian!" Amarah Marcus benar-benar tidak bisa dibendung lagi. Bahkan wajahnya sudah mulai merag karena menahan geraman.Lexa menarik napas secara perlahan kemudian membasahi bibirnya yang terasa kering. "Aku melamar kerja di beberapa perusahaan sebagai karyawan magang..." sebelum Marcus kembali bersuara Lexa sudah menyela lebih cepat. "Tolong dengarkan aku sebelum kamu angkat bicara." Marcus hanya mengangguk menyetujui sebelum Lexa kembali bersuara."Aku melakukan ini karena aku tidak ingin membebani daddy lebih berat lagi, terutama membebani kamu ... maafkan aku karena aku

  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 43

    “Baiklah sekarang balik ke topik awal.” Semuanya Kembali hening menunggu Marcus Kembali bersuara. “James sekarang giliran anda yag membuka konferensi virtual ini dengan menjelaskan bagaimana hubungan kalian berdua sekarang.” Jelas Marcus yang membuat Seline Kembali salah tingkah padahal ia sudah berharap jika mereka melupakan kejadian tadi.“Ya kami sudah official.” Jawab James singkat dengan senyuman yang begitu lebar sarat sudah menjelaskan semua rasa penasaran teman-temannya. Namun, tanpa disadari yang wajah Seline semakin merah seperti tomat karena menahan malu.“Wah ditunggu traktirannya.” Canda Reynard. “Berarti tingal gue doang nih yang masih sendiri diantara kalian? Sungguh kejam.” Gerutunya.“Ayolah jangan seperti itu, harusnya kau yang serius mencari pasanganmu Rey.” Canda Ben.“Dikira cari beras apa segampang itu” gerutu Reynard. “Sudah sele

  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 42

    LEXA 42 Setelah adegan romantic yang secara mendadak pdisertai dengan isak tangis Bahagia sekaligus melegakan, dua sejoli yang baru saja dihinggapi mabuk asmara berjalan beriringan dengan tangan yang saling bertaut sambil memamerkan senyum pepsodent yang menandakan betapa bahagianya mereka sekarang. Mereka sepakat Kembali ke penthouse Seline dan James Kembali memutukan untuk menginap di tempat Seline beberapa hari kedepan. Tapi sebelum mereka sampai James mengajak Seline terlebih dahulu menuju supermarket terdekat. James ingin merayakan hari kebahagiaan mereka secara kecil-kecilan mungkin ditemani muffin dan masakan khas Spanyol akan s

  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 41

    Lexa 41 Dugaan Lexa tepat. Pagi Ketika terbangun, salah satu matanya sedikit membengkak. Ia menggeser tangan Marcus yang terletak di atas perutnya kemudian beranjak dari tempat tidur untuk mencari obat mata yang selama ini ia pakai jika matanya mengalami bengkak. Tepat setelah Lexa selesai mengoleskan salah satu matanya, sepasang tangan kekar melingkar di pinggangnya. “Mata kamu beneran bengkak?” seakan tahu apa yang sedang Lexa lakukan Marcus hanya menumpukan dagunya di bahu kanan Lexa mencium pundaknya yang terekspos karena mereka selalu tidur dalam keadaan bugil.

  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 40

    Persiapan acara Accounting Event sudah semakin dekat begitu pun dengan hari lomba. Para panitia sudah membuka pendaftaran baik itu seminar online atau lomba paper dengan Lexa sebagai contact person. Saat ini Lexa sedang tiduran malas di apartemennya kerjaan revisi menumpuk sudah lima hari tidak ia sentuh sejak ia pulang dari rumah sakit. Beberapa pesan masuk berasal dari nomor yang tidak dikenal, rata-rata adalah mereka yang tertarik untuk mendaftar sebagai peserta webinar atau peserta lomba. Sampai Lexa terpaksa harus mengubah notifikasi menjadi vibrate saking banyaknya pesan yang masuk dan harus ia balas satu per satu.

  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 39

    “Sayang … sudah dong jangan nangis lagi..” Ya. Sejak Lexa mengetahui penyakit yang disembunyikan Alyicia dirinya Kembali terguncang dengan perasaan bersalah yang tidak berujung. Lexa benar-benar menganggap dirinya bodoh dan durhaka terhadap Alyicia. Marcus terus mendekap tubuh Lexa sambil mengecup puncak kepalanya yang masih belum berhenti bergetar karena menangis. Namun karena tangisan Lexa tak kunjung berhenti, Marcus memutuskan untuk mengurai paksa pelukannya dan langsung meraup bibir Lexa dan caranya ternyata sukses membuat tangisan Lexa berhenti dan Marcus melepas pagutan bibirnya.

DMCA.com Protection Status