Share

Lexa 5

Penulis: GABNALIV
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Selama minggu pertama kuliah, Marcus dan Lexa selalu pergi dan pulang bersama bahkan tak jarang mereka berkumpul dengan teman-teman lainnya yang yang sudah akrab sejak pesta di club.

Kini, Lexa dan Marcus sedang berada di stan pendaftaran organisasi Akuntansi, alias Marcus yang menyuruh Lexa untuk mendaftarkan diri karena hanya Lexa yang belum mendaftarkan diri. Awalnya Lexa tidak ingin gabung, karena emang dirinya malas ikut organisasi. Tapi karena Marcus yang selalu menakuti Lexa dengan berbagai macam alasan seperti, dipersulit dosen saat skripsi atau susah mendapat nilai A waktu ujian. Sehingga mau tidak mau Lexa mendaftarkan diri.

Selagi Lexa sedang mengisi form pendaftaran via Ipad yang disediakan oleh senior di meja pendaftaran, Marcus sesekali menanyakan progress selama periode pendaftaran bagi mahasiswa baru. Dan untuk tahun ini, hampir 50% mahasiswa Akuntansi mendaftarkan diri ke organisasi, entah mereka memang antusias mengikuti organisasi atau memang karena banyak cowok ganteng di angkatan senior mereka untuk sekedar cari muka.

Antara sadar atau tidak, Amanda adalah salah satu panitia sekaligus anggota organisasi yang sedang berjaga di meja pendaftaran.

Tapi Lexa benar- benar tidak peduli dengan itu semua karena ia daftar hanya untuk memenuhi kriteria pada saat skripsi nanti. Terserah apa kata senior nanti kalau ia dan Marcus adalah sepasang kekasih, ia benar-benar tidak peduli. Amanda yang melihat Lexa sedang sibuk mengisi form menatap sinis. Apakah Amanda bisa menyingkir satu junior ini? Amanda tidak peduli Lexa ada kekasih Marcus. Intinya Marcus yang milik Amanda seorang, Amanda akan memikirkan seribu cara untuk mendapatkan hati Marcus. Persetan dengan harga dirinya yang nanti akan diinjak.

Setelah Lexa selesai, Marcus dan Lexa memutuskan untuk menyusul teman-teman mereka yang sedang bersantai di kafe sebrang kampus.

Selagi mereka menyebrang, Marcus menoleh kesamping matanya melotot ketika seorang pengendara motor melaju ke arah mereka dengan sangat kencang. Dengan cepat ia menarik lengan Lexa kencang sampai menubruk dada bidang Marcus.

Lexa begitu shock atas kejadian yang hampir menimpanya. Ia sendiri tidak sadar ada pengendara motor yang akan menabrak mereka. Marcus yang peka bagaimana perasaan Lexa, ia masih mendekap erat tubuh mungil Lexa mengelus punggungnya dengan pelan sambil bergumam 'it's okay' sampai Lexa kembali tenang.

"A-a-apa yang terjadi?" Tanya Lexa terbata.

"Sstt... it's sekarang sudah aman. Nanti biar aku mencari tau sendiri dengan teman aku. Sekarang kita lanjut jalan ke kafe ya."

Lexa mengangguk pelan sambil melepaskan pelukan Marcus dengan perlahan. Kemudian mereka kembali berjalan sampai akhirnya mereka masuk ke kafe dimana tempat teman-teman mereka berkumpul.

-The X Cafe-

Seluruh teman-teman Lexa dan Marcus menyapa mereka ketika mereka masuk ke dalam kafe tersebut.

Kafe yang dibilang cukup elite di kawasan Sudirman ini sekaligus restoran dimana memiliki menu makanan yang sangat enak dimulai dari side dish, breakfast, signature dish, bahkan sampai dessert.

"Kamu mau pesan apa?" Tanya Marcus sambil buka buku menu yang baru saja disodorkan oleh pelayan.

"Aku mau Mushrooms Tagliatelles, Whit Truffles Cream, Black Truffles. Minumnya Macchiato."

"Saya samakan dengan dia." Marxus memberikan kembali buku menu kepada pelayan setelah sang pelayan membacakan pesanan mereka.

"So, what's your decision?" Tanya Lauren membuka percakapan mereka.

"Yah, seperti yang kalian bayangkan kalau saja aku tidak ikut mendaftarkan diri." Ujar Lexa sambil melirik Marcus sekilas lewat ujung mata elangnya setelah mengucapkan kata sindiran yang memang benar adanya.

Semua teman-teman Marcus tidak kaget lagi dengan sifat posesifnya terhadap Lexa setelah mendiang sang kakak, Marcus merasakan kehilangan yang amat dalam sejak saat itu ia memutuskan untuk melindungi istrinya kelak dengan segenap hati. Sebelum sang kakak meninggal, Marcus bersikap acuh tak acuh terhadap sang kakak memiliki gengsi yang tinggi untuk menunjukan sikap melindungi secara langsung sehingga ia lebih memilih untuk melakukan perlindungan dari jarak jauh, namun kejadian tak terdugapun terjadi. Sebuah kecelakaan menimpa sang kakak di jalan tol sewaktu pulang dari liburan perpisahan setelah sang kakak melaksanakan wisuda Magister Menejemen yang mengakibatkan cider parah di bagian kepala, namun setelah ditindak lanjuti otaknya sudah mati sehingga tidak ada harapan apapun sampai hembusan nafas terakhirnya.

Marvin Leander

Singapore, 21 Januari 1995 - Jakarta, 25 Juli 2018

Putra dari Dirk Hosea Leander dan Fanny Ainsley Parker

Tulisan terukir indah di atas batu nisan makam Marvin -kakak Marcus- akan selalu diingat oleh Marcus seorang.

“Hey, kamu mikir apa?” tanya Lexa yang langsung teralihkan dari pikiran Marcus.

“ Hah? Tadi kamu ngomong apa?”

“Makanannya udah dateng. Ayo dimakan, keburu dingin sayang.” Tutur Lexa dengan senyuman manis yang terpatri di wajahnya. Marcus membalas senyuman Lexa tak kalah manisnya. You are always my sunrise, baby. Batin Marcus.

Mereka semua menyantap makanan masing-masing sambil diselingi canda tawa dan membahas Random topics.

Tak terasa waktu menunjukan pukul 5 sore kini, Marcus dan Lexa sedang dalam perjalanan pulang tapi tiba-tiba Marcus mengambil arah jalan pulang yang berbeda bukan ke arah rumah Marcus dan Lexa melainkan sebuah taman komplek, yang sering Marcus kunjungi dengan Marvin sewaktu mereka masih berusia sekitar 4 atau 5 tahun.

Marcus mengajak Lexa duduk di salah satu bangku yang disoroti lampu jalan, mereka duduk bersisian sambil memandang ke arah langit yang dihiasi beberapa bintang serta bulan sabit yang mulai menampakan diri.

“Ada yang ingin aku ceritakan.” Ujar Marcus sembari menautkan jari Lexa di atas paha kirinya.

“Ada apa?” tanya Lexa pelan, ia sangat tahu kalau suasana hati Marcus sedang tidak seperti biasanya. Marcus menarik nafas dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Entahlah, seluruh kata yang sudah ia susun rapi kini menguap entah kemana. Dadanya terasa sakit sekaligus sesak yang dirasakan ketika harus menggali kembali kenangan masa peñesalan yang sudah ia kubur sejak 2 tahun silam. Lidahnya kelu untuk mengeluarkan satu kalimat, tengoorkannya terasa kering. Bulir sebesar jagung mulai bermunculan di sekitar pelipis.

Lexa yang mengamati perubahan tingkah Marcus seakan paham dan mulai menyeka keringat Marxus. “sstt… tidak apa-apa. Kalau memang belum siap untuk cerita. Aku paham sayang.” Lexa membawa kepala Marcus untuk bersandar di bahu kanan Lexa sambil mengelus punggungnya pelan, tangannya yang di genggam erat, ia mengelus jempol Marcus dengan jempolnya.

Beberapa saat kemudian terdengarlah suara isakan yang berasalh dari mulut Marcus, Lexa semakin bingung ada apa dengan Marcus, yang setiap harinya pria itu selalu tersenyum manis dan jahil tapi sekarang, Marcus menunjukan sisi rapuhnya.

“Tenanglah,, everything is gonna be okay.” Lexa terus menenangkan Marxus yang semakin menangis pilu di bahu Lexa.

Bab terkait

  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 6

    Setelah belasan menit, akhirnya tangisan Marcus berangsur berhenti. Kini posisi mereka saling berpelukan, Marcus terus menyerukan wajahnya di ceruk leher Lexa menghirup aroma tubuh Lexa yang mengeluarkan wangi mawar membuatnya Kembali tenang. Bulu kuduk Lexa terus meremang karena lehernya diterpa nafas hangat Marcus.Lexa sudah beberapa kali mencoba melepaskan pelukan Marcus tapi Marcus terus menolak. Marcus merasa malu karena ini pertama kalinya ia menangis di depan seorang wanita. Betapa lucunya tingkah Marcus yang terus menempel kepada Lexa seperti koala.“Sayang … kita gak mau pulang?” tanya Lexa setelah memecah keheningan.Marcus hanya bergumam pelan tapi set

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 7

    Berbagai macam alat terpasang di tubuh Marvin. Monitor yang sedang menampilkan grafis tentang kinerja organ tubuh, misalnya detak jantung, kadar oksigen di dalam darah, atau tekanan darah. Ventilator untuk membantu bernapas, infus serta selang makanan yang tertancap di tubuh Marvin semakin membuat Dirk, Fanny, dan Marcus semakin tidak tega. Sudah dua hari sejak kejadian kecelakaan itu dan pemberitahuan diagnose pada Marvin. Tetapi, seluruh anggota keluarga belum ada yang merelakan kepergian Marvin secepat ini. Setiap 6 jam sekali, Fanny, Dirk, dan Marcus bergantian untuk menemani Marvin di ICU. Sekarang, Marcus sedang menemani Marvin. Marcus menatap wajah sang kakak yang masih terl

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 8

    Tit. Tit. Tit. Tit. Tit. Alat monitor hemodinamik dan saturasi bunyi lebih cepat dari biasanya, Marcus yang baru saja terlelap terlonjak bangun sontak membola melihat Marvin kejang-kejang. Marcus langsung menekan tombol emergency berkali-kali yang ada di atas bankar rumah sakit, seketika dokter Felix dan dua orang perawat lainnya berlari masuk ke kamar inap Marvin. Suasana panik dan tegang terjadi Fanny menangis di dalam dekapan Dirk. Cobaan apalagi yang mereka hadapi. Marcus terus berdoa untuk Marvin supaya Kembali sadar. “Ambil defribrilator!” titah dokter Felix kepada salah satu suster. Suster langsung menyiapkan defribrilator sedangkan suster yang lainnya mengoleskan gel dingin di sekita dadanya. Sedngkan yang lainnya men

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 9

    Author POV Setelah mendengar cerita Marcus tentang mendiang Marvin, Lexa langsung memeluk Marcus dengan erat. Pecahlah tangis Marcus saat itu juga, sudah lama ia tidak mengeluarkan seluruh beban pikirannya dengan orang yang ia cintai. Bukan berarti ia tidak mencintai Fanny dan Dirk, tapi ia tidak ingin bagi bebannya dengan orang tuanya karena Marcus tahu terkadang Fanny masih suka sedih jika mengingat kematian Marvin dan itu tidak jauh berbeda dengan Dirk. Ia semakin tidak tega dengan itu. “Sayang …” panggil Marcus pelan sambil mengurai pelukannya pada Lexa. Lexa melihat wajah Marcus yang dipenuhi buliran air mata di sekitar mata, Lexa merangkum wajah Marcu dengan tangan kecilnya sambil menghapus air mata Marcus dengan ibu jarinya. “Kenapa?” tanya Lexa pelan. Marcus merangkum wajah Lexa, bibi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 10

    Marcus POV CONT “Ahh…” James bingung harus bagaimana ngomongnya. “Ini tentang Selin.” Jawab James ragu. “Ada apalagi?” tanyaku heran. Sebenarnya aku paham dengan bagaimana paham James, ia ragu sekaligus takut karena keluarganya yang kurang harmonis yang menyebabkan hati james seolah keras dan dingin yang sulit dicairkan. Sehingga ia merasa jika cinta seseorang tidak akan pernah ada padahal teori itu sama sekali tidak ada. James yang mendengar perkataan Marcus mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan perlahan sambil menatap Marcus ragu. “Entahlah… gue juga bingung sebenernya. Menurut lu gimana?” “Ikutin kata hati lu lah. Oh ya hati lu kan beku gak bisa denger lu ngomong apa.” Jawab Marcus cuek.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 11

    Mature Content 21++ bagi yang belum mencapai umur, silahkan skip bab ini yaa. Author POV Hari sudah beranjak malam dan Lexa memutuskan untuk menginap di rumah Marcus karena esoknya mereka ada jadwal kuliah di jam yang sama. Sekarang mereka berada di kamar yang ditempati Lexa, Marcus bersandar pada kepala ranjang sedangkan Lexa duduk di dalam pangkuan Marcus kedua tangannya mengalung di leher Marcus sambil bersandar manja di dada bidangnya. “Sayang..” panggil Marcus sambil mencium puncuk kepala Lexa, yang hanya dibalas dengan gumaman pelan Lexa dengan mata terpejam. Lexa sedang malas karena terlalu menikmati detak jantung Marcus yang tenang. “Aku ada kabar baik buat kamu.” Perkataan Marcus sukses membuat Lexa mendongakan kepalanya menatap wajah Marcus dengan pandangan bertanya-tanya. Marcus yang melihat raut wajah Lexa tersenyum geli dan mencur

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 12

    Lexa 12 Pagi hari menjelang dengan sinar matahari yang menyentrik masuk dibalik celah gorden kamar Lexa dan Marcus terlelap. Setelah menyelesaikan pergulatan panas yang terjadi diantara mereka, Lexa dan Marcus belum juga terbangun dengan keadaan saling mendekap tanpa busana yang melekat dianatar tubuh mereka selain selimut tebal yang membungkus. Marcus pertama kali membuka matanya secara perlahan seketika tersenyum melihat pemandangan indah di depannya. Wajah polos Lexa yang terlihat lucu dan polos belum lagi terdapat beberapa hiasan di bagian leher dan belahan dadanya. Kissmark. Salah satu kegiatan favorite Marcus. Marcus mulai mencium Lexa dimulai dari puncak kepala, kening, kedua mata, hidung mancung, kedua pipi, dan terakhir di bibir ranum Lexa kemudian melumatnya pelan menikmati rasa manis di bibir Lexa. “Bangun sayang..” kata Marcus tepat di depan telinga Lexa sambil meniup dan menjilat seluruh

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 13

    Hari menjelang seleksi tahap dua semakin dekat. Kini Lexa beserta para sahabatnya sedang berbelanja keperluan selama tiga hari dua malam di supermarket daerah Jakarta. Mereka sibuk menulis notes apa aja yang dibutuhkan, yang sudah dibeli dan yang masih harus dicari. Mereka sibuk berpencar ke daerah sabun, shampoo, snack, dan minuman ringan sesuai dengan agenda yang akan dibawa nanti. “Crackers nya masih belum ketemu nih. Mau cari dimana ya?” gerutu Lauren. Benar-benar selama briefing tadi ia dibuat emosi karena melihat list barang yang perlu dibawa. Bahkan masih ada beberapa yang belum ketemu. Itu membuatnya kesal setengah mati. “Yasudah coba nanti gua cari di Warung gua siapa tau ada. Kita masih ada waktu empat hari lagi kok. Jadi kalo mau beli online masih keburu.” Sahut Anna dari belakang yang sibuk mengambil botol air mineral berukuran besar memasukannya satu per sat uke dalam kereta mereka.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 47

    LEXA 47 Tepat pukul delapan pagi mobilku sudah menunggu di area hotel tempat aku menginap. James sudah siap dengan tas tangan yang berisi map tebal untuk dibahas hari ini tak lupa dengan ipad yang selalu menempel di tangannya. “Lo sudah dapat lengkap informasinya?” “Sudah. Dia adalah Kim Min Young sudah tahun ke enam tinggal di Korea dengan gelar sarjana Akuntansi lulus predikat cumlaude yang sekarang bekerja di Royale Company sebagai desainer khusus di bagian perhiasan. Tidak terlalu jelas di bagian latar belakang keluarga. Dari visual aku bisa nebak jika Kim Min Young bukan warga negara asli Korea tapi dia salah satu alumni dari salah satu universitas negeri disini dari jalur beasiswa. Hanya itu yang bisa gue sampaikan.” Jelas James. “Kabarin info lanjutnya.” Aku langsung masuk ke dalam mobil menuju Royale Company untuk melanjutkan rapat mengenai desain yang harus diperbaiki. Tepat setengah jam kemudian. Mobilku sudah tiba di depan lobby Roy

  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 46

    LEXA 46Kessokan harinya Lexa sudah tiba di meja kerjanya dan duduk dibalik kubikel setelah meletakan tas dan melepaskan coat panjangnya.Tok tok tok"Oh? Jaehyun-ssi.. ada apa?" Tanya Lexa setelah melihat siapa yang mengetuk kubikelnya."Setelah jam makan siang, ada rapat pertemuan investor dari perusahaan cabang Amerika. Jangan lupa persiapin berkas desain yang sudah kamu buat untuk perluncuran model terbaru di musim semi nanti." Jelas Jeahyun."Arraseo. Gomawoyeo.." balas Lexa seraya tersenyum."Tidak masalah. Oh ya banana milk untukkmu. Selamat bekerja Minyoung-ssi." Pamit Jaehyun setelah memberikan sebotol susu rasa pisang.Lexa tersenyum sambil memandang Jaehyun pergi dari ruangannya. Untungnya beberapa desain sudah jadi beberapa karena ia menyicil dengan membawa beberapa pekerjaan ke flatnya jika ia tidak ada rencana di malam hari sehingga tidak terlalu terburu-buru dalam mempersiapkan rapat nanti siang.Notifikasi pesan

  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 45

    Lexa 45 “Tolong lepaskan Tuan.” Sahut Lexa datar. Namun bukannya menyingkir, Marcus semakin menghimpit tubuh Lexa dengan seringai yang mampu membuat jantung Lexa mencelos. *Sekarang Marcus dan Lexa sudah berada di tangga darurat setelah adegan pemaksaan yang membuat Lexa semakin jengkel dengan tindakan Marcus tapi tetap aja Lexa diseret hingga sekarang mereka berdiri saling berhadapan di tengah lampu yang cukup kurang penerangannya. “Apa mau anda tuuan Leander? Saya harus segera ke kampus karena saya punya jadwal kuliah.” Terang Lexa seraya mendesis tak lupa dengan tatapan yang datar namun menusuk. “Alex-“ “Jangan sebut nama itu selama anda bukan siapa-siapa bagi saya.” Tekan Lexa yang membuat Marcus Kembali terdiam. Hatinya seperti ditikam dengan belati saat mendengar perkataan Lexa. Sebesar itukah kesalahannya beberapa minggu yang lalu? Belum sempat Marcus melanjutkan kata-katanya, Lexa

  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 44

    Lexa 44"Bisa kau jelaskan apa maksud dari pembicaraan di telpon tadi?"***Deg!Lexa meneguk ludahnya kasar. Shit! Kenapa ia bisa lupa memberitahukan Marcus tentang ini!? Kedua mata Lexa bergerak tidak fokus bahkan kedua tangannya meremat satu sama lain."Ma-Marcus... a-aku bisa jelaskan semuanya... itu.. aku...""Jelaskan semuanya tanpa pengecualian!" Amarah Marcus benar-benar tidak bisa dibendung lagi. Bahkan wajahnya sudah mulai merag karena menahan geraman.Lexa menarik napas secara perlahan kemudian membasahi bibirnya yang terasa kering. "Aku melamar kerja di beberapa perusahaan sebagai karyawan magang..." sebelum Marcus kembali bersuara Lexa sudah menyela lebih cepat. "Tolong dengarkan aku sebelum kamu angkat bicara." Marcus hanya mengangguk menyetujui sebelum Lexa kembali bersuara."Aku melakukan ini karena aku tidak ingin membebani daddy lebih berat lagi, terutama membebani kamu ... maafkan aku karena aku

  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 43

    “Baiklah sekarang balik ke topik awal.” Semuanya Kembali hening menunggu Marcus Kembali bersuara. “James sekarang giliran anda yag membuka konferensi virtual ini dengan menjelaskan bagaimana hubungan kalian berdua sekarang.” Jelas Marcus yang membuat Seline Kembali salah tingkah padahal ia sudah berharap jika mereka melupakan kejadian tadi.“Ya kami sudah official.” Jawab James singkat dengan senyuman yang begitu lebar sarat sudah menjelaskan semua rasa penasaran teman-temannya. Namun, tanpa disadari yang wajah Seline semakin merah seperti tomat karena menahan malu.“Wah ditunggu traktirannya.” Canda Reynard. “Berarti tingal gue doang nih yang masih sendiri diantara kalian? Sungguh kejam.” Gerutunya.“Ayolah jangan seperti itu, harusnya kau yang serius mencari pasanganmu Rey.” Canda Ben.“Dikira cari beras apa segampang itu” gerutu Reynard. “Sudah sele

  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 42

    LEXA 42 Setelah adegan romantic yang secara mendadak pdisertai dengan isak tangis Bahagia sekaligus melegakan, dua sejoli yang baru saja dihinggapi mabuk asmara berjalan beriringan dengan tangan yang saling bertaut sambil memamerkan senyum pepsodent yang menandakan betapa bahagianya mereka sekarang. Mereka sepakat Kembali ke penthouse Seline dan James Kembali memutukan untuk menginap di tempat Seline beberapa hari kedepan. Tapi sebelum mereka sampai James mengajak Seline terlebih dahulu menuju supermarket terdekat. James ingin merayakan hari kebahagiaan mereka secara kecil-kecilan mungkin ditemani muffin dan masakan khas Spanyol akan s

  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 41

    Lexa 41 Dugaan Lexa tepat. Pagi Ketika terbangun, salah satu matanya sedikit membengkak. Ia menggeser tangan Marcus yang terletak di atas perutnya kemudian beranjak dari tempat tidur untuk mencari obat mata yang selama ini ia pakai jika matanya mengalami bengkak. Tepat setelah Lexa selesai mengoleskan salah satu matanya, sepasang tangan kekar melingkar di pinggangnya. “Mata kamu beneran bengkak?” seakan tahu apa yang sedang Lexa lakukan Marcus hanya menumpukan dagunya di bahu kanan Lexa mencium pundaknya yang terekspos karena mereka selalu tidur dalam keadaan bugil.

  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 40

    Persiapan acara Accounting Event sudah semakin dekat begitu pun dengan hari lomba. Para panitia sudah membuka pendaftaran baik itu seminar online atau lomba paper dengan Lexa sebagai contact person. Saat ini Lexa sedang tiduran malas di apartemennya kerjaan revisi menumpuk sudah lima hari tidak ia sentuh sejak ia pulang dari rumah sakit. Beberapa pesan masuk berasal dari nomor yang tidak dikenal, rata-rata adalah mereka yang tertarik untuk mendaftar sebagai peserta webinar atau peserta lomba. Sampai Lexa terpaksa harus mengubah notifikasi menjadi vibrate saking banyaknya pesan yang masuk dan harus ia balas satu per satu.

  • DEAR DIARY INDONESIA   Lexa 39

    “Sayang … sudah dong jangan nangis lagi..” Ya. Sejak Lexa mengetahui penyakit yang disembunyikan Alyicia dirinya Kembali terguncang dengan perasaan bersalah yang tidak berujung. Lexa benar-benar menganggap dirinya bodoh dan durhaka terhadap Alyicia. Marcus terus mendekap tubuh Lexa sambil mengecup puncak kepalanya yang masih belum berhenti bergetar karena menangis. Namun karena tangisan Lexa tak kunjung berhenti, Marcus memutuskan untuk mengurai paksa pelukannya dan langsung meraup bibir Lexa dan caranya ternyata sukses membuat tangisan Lexa berhenti dan Marcus melepas pagutan bibirnya.

DMCA.com Protection Status