Share

7. Racun Pepengeng

Penulis: Nandar Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-16 01:52:04

Orang-orang bertopeng bagai terlempar ke bawah. Prabarini menyaksikan dengan menahan napas. Ilmu Danurwenda yang satu ini cukup dahsyat.

Diam-diam gadis putri senapati ini semakin mengagumi Danurwenda.

Akan tetapi ada satu orang bertopeng yang masih bertahan. Kuda-kudanya begitu kuat bagaikan tertanam ke tanah. Sementara kedua tangannya memukul setiap gumpalan awan kecil.

Desss! Desss!

Danurwenda terperangah melihatnya, lalu dia hentikan Pukulan Awan Seribu. Para lelaki setengah baya yang berjumlah lima orang juga sudah berdiri di belakang si pemuda.

"Kau yang terhebat di antara mereka rupanya!" ujar Danurwenda.

Satu orang bertopeng yang tersisa ini membuat gerakan menguatkan diri, lalu sosoknya menerjang ke arah Danurwenda. Senjata goloknya berkelebat cepat.

Wutt!

"Jepitan Jari Dewa!" seru Danurwenda dengan sedikit menyeringai.

Tapp!

Dua jari tangan kanan Danurwenda berhasil menjepit bilah golok tepat waktu, sehingga senjata tersebut tertahan kuat bagai menacap di batu.

Sementara si topeng, karena mengerahkan tenaga yang cukup besar akibatnya membuat aliran hawa sakti di dalam tubuhnya menjadi kacau, karena merasaka seperti menabrak dinding raksasa.

Krakk!

Tangan yang memegang golok pun mengalami keretakan tulang. Seketika tubuhnya langsung lunglai. Danurwenda semakin menyeringai lebar.

"Rasakan!"

Bukk! Brugg!

Si topeng yang tersisa ini tak berkutik lagi ketika sebuah tendangan menghantam perut lalu tubuhnya terpental dan jatuh setelah menghantam sebuah pohon.

***

Lima lelaki setengah baya ini ternyata bersaudara. Wajah mereka mirip satu sama lainnya. Mereka adalah pembantu Ki Candala.

Atas jasa Danurwenda yang menyingkirkan orang-orang bertopeng, akhirnya si pemuda bersama Prabarini diperbolehkan bertamu.

"Saya memang sengaja datang ke sini untuk menanyakan sesuatu," ungkap Danurwenda.

"Aku kira kalian hendak memesan racun," timpal Ki Candala yang sudah nampak garis-garis ketuaannya.

"Tentunya berkenaan dengan racun juga, Ki!"

"Ada yang terkena racun, siapa dan di mana orangnya?" Ki Candala seperti mendapat rejeki besar.

Kemudian Danurwenda segera mengeluarkan bumbung bambu kecil yang berisi darah Senapati Mandura, lalu menyodorkan kepada Ki Candala.

"Orangnya sudah meninggal, ini darah yang saya ambil di bagian tubuh yang terluka. Mohon Aki memeriksanya dan kalau ada racun, maka apa nama dan jenis racunnya?"

Ki Candala menerima bumbung bambu kecil itu, lalu menuangkan isinya di atas sebuah daun yang cukup lebar. Dia memperhatikan lekat-lekat darah yang sudah membeku itu.

Danurwenda dan Prabarini terkejut ketika dua jari Ki Candala berani menyentuh dan mengambil darah tersebut lalu mendekatkan ke mata.

"Hati-hati, Ki. Bisa terkena racun!" seru Danurwenda.

"Tidak akan!" Ki Candala seperti menggumam. "Racun ini akan bekerja kalau mendengar suara serangga malam."

"Serangga malam?" Danurwenda ingat sebelum Senapati Mandura tewas, terdengar suara aneh yang mirip serangga.

"Ya, ini namanya Racun Pepengeng!"

"Racun Pepengeng?" ulang Danurwenda berbarengan dengan Prabarini.

"Seperti aku bilang tadi, racun akan bekerja menyerang sasaran yang dituju bila ada suara serangga malam. Racun Pepengeng sangat ganas sekali, tidak ada yang bisa selamat dari racun ini. Bahkan aku pun belum atau tidak bisa membuat penawarnya!"

"Aki tahu siapa pemilik atau pembuat racun ini?" Kali ini Prabarini yang bertanya.

"Pantas saja...." Ki Candala malah berkata lain, membuat sepasang pemuda itu penasaran.

Lalu dia menjelaskan orang-orang bertopeng yang menyerang tadi rupanya bermaksud melenyapkan keterangan. Mereka tahu Danurwenda dan Prabarini akan menemuinya.

"Aki tahu siapa mereka?" tanya Danurwenda semakin penasaran.

"Aku menduga mereka suruhan atau mungkin kelompok Macan Ucul!"

"Macan Ucul?" ulang Danurwenda lagi. "Saya baru mendengar kelompok ini!"

"Kelompok Macan Ucul dipimpin oleh Birawayaksa, dialah satu-satunya yang bisa membuat Racun Pepengeng!"

Mulut Danurwenda terbuka, tapi tidak bersuara. Sedangkan Prabarini malah terkatup.

Sekarang sudah ada petunjuk sedikit tentang pelaku pembunuhan Senapati Mandura yang sebenarnya. Danurwenda cukup girang mendengarnya.

"Akhirnya!" ucap si pemuda tampan ini.

"Dia sangat kuat, kesaktiannya tidak bisa diukur. Apa kau hendak balas dendam atas kematian orang ini?" tanya Ki Candala.

"Saya dijebak. Aki tentu tahu cara meracuni sasarannya, bukan?"

Ki Candala tampak merenung beberapa saat, lalu angguk-angguk kepala. Keterangan Danurwenda yang sangat singkat tadi cukup membuat dia mengerti dan membayangkan bagaimana kejadiannya.

"Tapi dia sangat hebat!" ujar Ki Candala lagi.

"Saya tidak peduli, yang penting bisa membuktikan bahwa saya bukan pembunuh!"

"Baiklah, aku tidak akan ikut campur soal ini. Aku sudah memberikan keterangan,"

"Satu lagi, Ki!" kata Danurwenda.

"Ya?"

"Di mana markas Kelompok Macan Ucul?"

"Kalau itu mohon maaf, aku tidak mau celaka seperti tadi lagi. Silakan cari sendiri!"

"Oh, maaf!" Danurwenda garuk-garuk kepala bagian belakang.

"Kita cari keterangan di luar saja," kata Prabarini.

"Baiklah!" sahut Danurwenda.

"Nah, karena sudah larut malam, maka lebih baik kalian istirahat di sini saja. Biar besok pagi turun bukit!"

"Terima masih, Ki!" ucap Prabarini.

***

Pagi-pagi buta Danurwenda bersama Prabarini sudah meninggalkan bukit Gronggong. Mereka kembali menunggangi kuda yang sebelumnya ditambatkan di lereng bukit.

Sekarang Danurwenda akan mencari seseorang yang bernama Birawayaksa pemimpin Kelompok Macan Ucul.

Jadi, orang-orang bertopeng yang beberapa hari ini selalu mengganggu mereka merupakan anggota Kelompok Macan Ucul.

Untuk mengetahui markas mereka, maka harus menemukan orang-orang bertopeng tersebut. Baik itu memaksanya agar memberitahukan tempat mereka, atau diam-diam menguntit mereka sampai ke markasnya.

Akan tetapi, kapankah Danurwenda bertemu lagi dengan orang-orang Macam Ucul tersebut?

"Sekarang mereka pasti sudah tahu kita mencarinya, jadi tidak akan muncul di hadapanku!" tebak Danurwenda.

Seperti biasa, pemuda ini duduk di belakang Prabarini di atas punggung kuda.

"Aku akan membantumu menemukan markas mereka!" ujar Prabarini.

Ketika melewati sebuah jalan besar di perkampungan, sekitar sepuluh tombak ke depan ada sebuah perempatan jalan.

Di tengah perempatan jalan itu tampak berdiri seorang lelaki tinggi besar berpakaian prajurit kerajaan Galuh dengan ciri pangkat yang cukup tinggi.

Lelaki tinggi besar ini memegang sebuah tombak di tangan kanannya. Panjang tombaknya ini melebihi tinggi badannya. Kalau diukur panjangnya kira-kira satu setengah tombak biasa.

Sudah tinggi besar, tombaknya lebih tinggi pula.

Danurwenda merasa ada yang tidak beres, sepertinya orang ini sengaja menghadangnya. Maka, lima tombak sebelum ke perempatan jalan, Danurwenda menghentikan kudanya.

"Kau tunggu di sini saja," katanya kepada Prabarini setelah menepikan kuda ke pinggir jalan. Gadis cantik itu masih duduk di atas kuda.

Kemudian Danurwenda melangkah mendekati orang tinggi besar yang membawa tombak tersebut. Dia berdiri sejauh tiga tombak dari orang itu.

Sementara warga desa yang berlalu-lalang tampak keheranan melihat dua orang saling berdiri di tengah jalan.

"Kau Danurwenda?" Sudah tinggi besar, suaranya besar juga bagai gemuruh angin. Terasa bergetar sampai ke dada Danurwenda, pertanda dilapisi tenaga dalam.

"Benar, kenapa repot-repot menghadangku di tengah jalan? Apa tidak ada tempat lain lagi?"

Bab terkait

  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   8. Pertarungan Di Perempatan

    Orang tinggi besar ini menunjukkan muka dingin. Kedua matanya menyorot seperti elang. Hawa sakti memancar kuat dari tubuhnya."Aku Bardasora, senapati pengawal Rahyang Sempakwaja. Akan menangkapmu, pembunuh Senapati Mandura!"Danurwenda pikir tidak bisa tawar menawar dengan si tinggi besar ini. Senapati pengawal bernama Bardasora ini pasti tidak akan menerima penjelasan tentang pembunuhan Senapati Mandura."Dan juga, kembalikan Putri Prabarini!"Si pemuda hampir lupa bahwa dia juga dituduh sebagai penculik putri Senapati. Dia melirik sejenak ke arah gadis itu."Tidak perlu basa-basi, kau tahu sendiri, bukan?" Ucapan Danurwenda ini jelas merupakan tantangan.Derrr!Bardasora menghantamkan gagang tombak ke tanah sampai menimbulkan getaran. Hawa sakti semakin menyeruak seolah hendak mengikat tubuh Danurwenda.Namun, bukan Danurwenda kalau tidak bisa melawan serangan tak kasat mata ini. Bardasora pun sudah menduganya, si pemuda ini memang bukan pendekar rendahan.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-17
  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   9.Ilmu Napak Tilas

    Sepasang petani itu tampak ketakutan sampai terlihat gemetar. Walau tidak terlihat wajahnya, tapi tiga orang bertopeng ini bertindak menekan mereka."Ampun, Ki Sanak. Kami tidak membawa apa-apa karena ladang kami belum panen!" Si petani lelaki memelas. Wajahnya sudah penuh peluh."Iya, Den. Kami hanya merapikan kebun kami. Lihat saja, tidak ada yang kami bawa!" timpal istrinya."Bohong, kalian pasti sudah menjualnya. Berikan kepeng hasil penjualannya!" Bentak salah satu orang bertopeng.Sring!Tiga golok sudah mengancam jiwa sepasang petani ini. Wajah keduanya semakin seputih kapas. Mereka saling pandang seolah sedang berdiskusi."Ayo cepat keluarkan, atau nyawa kalian sebagai gantinya!"Akan tetapi sepasang petani ini menjadi kelu. Bingung dan takut. Apa yang harus mereka lakukan? Sedangkan mustahil kalau melawan."Ah, habisi saja mereka lalu ambil kepengnya!" teriak si topeng yang lain.Kemudian dua di antaranya segera m

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-18
  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   10. Pengalaman Pertama

    Tidak lama kemudian lewatlah dua orang lelaki menunggang kuda yang berjalan pelan. Pakaian mereka tampak sederhana seperti rakyat biasa, tapi kuda yang ditunggangi terlalu mewah untuk orang kasta rendah.Tubuh keduanya terlihat tegap dan gagah, wajah bersih memancarkan kewibawaan. Jelas mereka bukan rakyat jelata, tapi orang berpangkat di istana."Kau kenal mereka?" tanya Danurwenda setelah melihat sinar mata Prabarini ketika menatap dua orang tadi."Mereka keluarga istana,""Oh..."Danurwenda memang mempunyai teman yang mempunyai jabatan di kerajaan Galuh, tapi bukan berarti tahu tentang keluarga istana."Yang sebelah kanan adalah Sang Jalantara alias Raden Amara, putra bungsu Prabu Wretikandayun. Yang satu lagi kakaknya Rahyang Jantaka!""Rupanya putra raja, apa mereka juga turun tangan demi membalas kematian ayahmu?""Entahlah, tapi sepertinya mereka ada urusan lain. Mana mungkin kematian ayahku sampai melibatkan mereka. Oh,

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-18
  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   11. Dua Pendekar Bayaran

    Dua orang ini perawakannya sama tegap dan kekar. Pendekar Tongkat Merah memiliki wajah bulat dengan sedikit berewok.Tongkat dari bahan rotan berwarna merah panjangnya setinggi badannya. Dengan senjatanya ini dia bisa menjangkau lawan lebih jauh.Yang sebelahnya berwajah agak lonjong dan kelimis, hanya rambutnya gimbal dibiarkan tanpa ikat kepala. Dia dijuluki Si Pecut Guludug.Danurwenda tahu dua pendekar ini mengincar dirinya demi bayaran tinggi."Menyerah baik-baik saja. Agar kami tidak banyak keluar tenaga!" kata Pendekar Tongkat Merah."Enak saja, harus bekerja dulu biar setimpal dengan upahnya!" hardik Danurwenda."Huh, jumawa!" maki Si Pecut Guludug."Kalian berdua yang mengambil resiko besar, apa itu juga bukan sombong?" balas Danurwenda dengan menyeringai yang membuat kedua orang di depannya naik pitam."Hari ini adalah waktu naasmu, Danurwenda!" teriak Pendekar Tongkat Merah yang sifatnya lebih temperamen dari kawanny

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-27
  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   12. Penunggu Hutan

    Ketika memasuki hutan tadi, hari baru lewat tengah hari. Di luar sana udara terasa terik. Anehnya setelah masuk ke hutan mendadak suasana berubah seperti malam hari.Benar-benar bagaikan di malam hari. Gelap dengan iringan suara serangga malam. Ramai, tapi terasa sunyi.Prabarini eratkan pegangan, bahkan sampai merangkul ke pinggang Danurwenda. Gadis ini tidak bisa melihat apa-apa, hanya kegelapan yang tampak.Berbeda dengan Danurwenda, dengan mengerahkan tenaga dalam, menjadikan kedua bola matanya mampu menerawang dalam gelap."Hutan ini aneh, tadi di luar masih siang. Kenapa di sini jadi malam? Apa kita tidak salah jalan?""Kalau lewat jalan lain, maka akan membutuhkan waktu lebih lama lagi. Ini jalan pintas menuju gunung Kunci!""Apa kau sanggup melewati hutan aneh ini?" Prabarini khawatir."Tenang saja!"Danurwenda melangkah sedang saja. Dia menyusuri jalan setapak yang berliku-liku. Tidak lupa dia tingkatkan kewaspadaan.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-01
  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   13. Asmara Menggelora

    Seolah lupa dengan tujuan mereka, sepasang manusia ini malah memadu asmara sambil berendam di air sungai yang dingin.Namun, mereka tidak merasakan dinginnya air karena terpanaskan oleh tubuh mereka yang mengeluarkan hawa panas saat saling menyatu tanpa penghalang.Gejolak nafsu telah menguasai kedua manusia yang sedang dilanda kasmaran berat ini. Yang ingin dirasakan saat ini adalah mengecap keindahan gelora dalam cinta."Ow! pekik Danurwenda tertahan ketika Prabarini melakukan hal yang berani. Rasanya seperti melayang ke awang-awang. Tubuhnya sedikit menegang."Waktu itu aku belum sempat, sekarang aku ingin memegangnya!" Prabarini mengulas senyum manja malah cenderung nakal. Dia memainkan jari-jari tangannya, membuat Danurwenda mengerang"Aku jadi tidak kuat!" ujar Danurwenda membalas perlakuan si gadis dengan cara yang sama, malah dengan dua tangannya meraba di tubuh indah bagian atas milik Prabarini.Keduanya mendesah tertahan mera

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-03
  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   14. Wakil Ketua Selatan

    Sudah diduga sebelumnya, Danurwenda bakal mendapat sambutan yang tidak menyenangkan. Belasan orang bertopeng ini langsung berhamburan menyerang Danurwenda."Hah, di markas sendiri masih malu-malu nunjukin muka! Wajah kalian jelek-jelek, ya!"Danurwenda langsung gunakan Jurus Benteng Seribu sambil meloncat, menghindar serbuan lawan. Dia berniat menerobos masuk, bahkan kalau bisa langsung ke gua yang berada di atas.Namun, anggota Kelompok Macan Ucul yang berada di sini ternyata lebih tangguh daripada yang pernah dia hadapi sebelumnya.Pendekar muda ini harus mengerahkan tenaga dalam lebih besar pula. Serangan lawan lebih cepat dan banyak variasi yang tidak dapat ditebak.Lima pukulan dan tendangan datang bersamaan mengincar titik berbeda. Untungnya Danurwenda sudah menambahkan Ilmu Hampang Awak guna membantu gerakannya.Dalam sekali elak saja, kelima serangan tersebut bisa dihindari dengan mulus walaupun pada kejap berikutnya tujuh serangan l

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-05
  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   15. Mimpi Masa Lalu

    Danurwenda terpental jauh hingga jatuh ke lereng. Wakil Ketua Selatan menyangka pemuda itu tidak akan bertahan lama begitu jatuh ke bawah karena pukulannya begitu kuat dan selama ini belum ada yang selamat dari pukulannya tersebut.Padahal Danurwenda sudah memperhitungkan seakurat mungkin. Dia memang terluka parah di bagian dalam, tetapi dia masih bisa menyelamatkan diri dengan posisi jatuh yang tepat. Kebetulan tidak jauh dari tempat Prabarini.Prabarini segera berlari menghampiri Danurwenda yang sedang berusaha bangkit. Gadis ini sangat panik."Kita kembali ke gua itu!" kata Danurwenda lirih menahan panas yang bergejolak di dalam.Untungnya Kelompok Macan Ucul tidak mengejar karena mengira Danurwenda tidak akan bertahan lama. Sehingga Prabarini bisa membawa pemuda itu tanpa hambatan.Danurwenda dibaringkan di atas batu datar. Kondisinya sekarang antara sadar dan tidak. Sementara Prabarini kebingungan harus berbuat apa karena tidak mengerti harus

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-07

Bab terbaru

  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   119. Pulang

    Tubuh senapati terlempar lalu ambruk. Dadanya terasa sangat sesak bagai dihimpit batu raksasa. Tenaga dalamnya seketika buyar, malah ada yang menghantam diri sendiri.Akibatnya tubuh sang Senapati tak bisa digerakkan lagi seperti lumpuh. Selain sesak, di bagian dalamnya terasa remuk dan panas menyengat.Pada saat itulah Sang Prabu keluar, meloncat dan langsung mendarat di depan senapati yang tergeletak tak berdaya."Kau ditangkap karena merencanakan tindakan makar!" seru Sang Raja.Para prajurit langsung terdiam begitu tahu siapa yang muncul."Jika kalian masih membela dia, maka kalian dianggap pembangkang!" teriak Sang Raja.Semua prajurit tidak ada yang berani bergerak. Sementara sang senapati sudah kehilangan harapan. Dia sangat dendam kepada Danurwenda, tetapi apa daya sekarang dia hanya manusia biasa tanpa kekuatan.Kemudian Sang Raja memerintahkan agak senapati ditangkap dan dibawa ke istana.Pagi-pagi buta di istana Nunuk. Danurwenda diundang ke kamarnya Nila Saroya. Kamar yang

  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   118. Kembalinya Sang Raja

    Sang Prabu membuat gerakan mendorong dengan satu tangan ke arah mulut gua. Sekelebat angin lembut menderu membelah air sungai sehingga membentuk sebuah jalan."Mari!" ajak Sang Raja.Danurwenda dan Nila Saroya mengikuti Sang Raja melangkah di jalan air yang terbentuk secara ajaib ini sampai berada di sisi sungai sebelah barat. Setelah itu jalan air ini menutup kembali.Ternyata di luar sudah hampir gelap. Sang Raja yang mengenakan pakaian resi terus berjalan ke tengah hutan di dekat hulu sungai itu.Sampai di suatu tempat yang agak lapang, Sang Prabu berhenti lalu kedua tangannya bertepuk pelan. Tiba-tiba dari kegelapan muncul sebuah kereta kuda tanpa kusir dan berhenti di depan Sang Raja."Silakan naik," kata Sang Raja.Danurwenda langsung menjura. "Silakan Gusti Prabu dan Tuan Putri yang naik duluan, biar saya yang menjadi kusir!"Sang Raja tersenyum lalu naik ke kereta diikuti Nila Saroya yang agak ragu-ragu. Kereta kuda pun berangkat setelah Danurwenda duduk di tempat kusir dan me

  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   117. Pertapaan Raja

    Nila Saroya ingat kemarin hampir menikah dengan lelaki yang tak dicintainya. Sekarang setelah bersama Danurwenda dia lupa kalau sudah punya kekasih yang sangat dicintainya. Entah bagaimana kabar sang kekasih saat ini setelah ada kabar tentang ayahnya ini."Kau mau di bawah atau di atas?" Pertanyaan Danurwenda membuyarkan lamunan dan mengejutkannya."Ap- apa?""Kau mau tidur di mana, di atas dipan atau di lantai?" ulang Danurwenda."Kau di mana?" Nila Saroya balik tanya."Terserah kamu yang duluan, atau mau bareng-bareng saja di atas?" Danurwenda lemparkan kerlingan mata yang memikat.Dari awal dia tahu sifat gadis ini pendiam dan pemalu, tapi dia tahu apa yang dirasakan di dalam hati Nila Saroya."Ap-, tid-, eh. Aku di sini saja!" Nila Saroya segera naik ke atas dipan. Dia tak bisa menyembunyikan kegugupannya.Kemudian Nila Saroya berbaring membelakangi Danurwenda. Cukup lama keduanya saling diam. Akhirnya Danurwenda merebahkan diri di sebelah Nila Saroya.Nila Saroya kaget ketika mer

  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   116. Menyamar

    "Ayo lari!"Danurwenda membawa dua orang yang jadi buruan ini masuk ke bukit, menyelinap ke balik bebatuan besar sehingga dalam waktu singkat jejak mereka hilang."Siapa yang melarikan mereka?" tanya si pemimpin di atas kuda setelah sampai di sana."Danurwenda!""Pendekar yang jadi kepercayaan istana Galuh itu?""Benar, Ketua!"Si pemimpin langsung maklum kenapa lima anak buahnya ini tidak menyerang."Cari terus, biar aku yang menghadapi Danurwenda!" perintah si pemimpin.Sementara itu Danurwenda sudah menyelinap ke tempat yang sulit di jangkau. Dengan kepiawaiannya dia bisa membawa dua orang yang sedang dilindunginya.Akhirnya mereka sampai ke sebuah gua kecil tersembunyi di lereng bukit. Lelaki setengah baya itu tergopoh-gopoh sambil mengatur napasnya.Sementara si gadis yang tidak lain Tuan Putri bernama Nila Saroya sudah duduk menyandar ke dinding gua."Terima kasih, Anak muda!" ujar lelaki setengah baya. Danurwenda hanya mengangguk pelan dengan tersenyum."Ki Narya, sebenarnya si

  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   115. Pembantaian

    Di sebuah desa di wilayah kekuasaan Kerajaan Nunuk. Di dalam kamar sebuah rumah besar, tampak seorang gadis cantik sedang merenung menyendiri."Ini hari pernikahan Tuan Putri, kenapa masih menyendiri di sini, tukas rias sudah menunggu di kamar Tuan Putri!" kata seorang gadis lain yang merupakan pembantu di rumah ini."Aku tidak mau dijodohkan dengan dia, orangnya jelek, perangainya buruk lagi. Terus kenapa ayah belum juga pulang dari istana. Semakin kesal saja, aku mau kabur saja!""Heh, jangan, Tuan Putri!"Gadis yang dipanggil Tuan Putri ini tiba-tiba berbinar matanya begitu melihat sosok pembantunya. Bentuk tubuh dia dengan pembantunya ini hampir mirip, hanya wajah saja yang berbeda.Lalu si Tuan Putri ini tiba-tiba menarik si pembantu keluar menuju kamarnya yang sudah ada beberapa orang tukang rias. Dia ingat semua tukang rias tidak ada yang mengenali dirinya."Ini Tuan Putri yang akan dirias!" kata Si Tuan Putri sambil mendorong pembantunya. Si pembantu tampak bingung."Sudah, ik

  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   114. Asmara Satu Malam

    Setelah ada pesta menyambut kemenangan atas bebasnya desa Cipeundeuy dari penindasan Raksana dan Gumara.Delapan orang pemanah diangkat menjadi kelompok keamanan desa. Beberapa orang sesepuh juga diminta untuk menjadi pejabat pengurus desa.Suasana di rumah itu sudah sepi. Tinggal Danurwenda bersama gadis berkulit hitam manis itu. Setelah diperhatikan, Kinasih cantik juga.Tubuh gadisnya sudah matang sehingga membentuk lekuk yang membuat para lelaki menelan ludah."Setelah tahu siapa kamu, aku tidak bisa menahanmu pergi!" ujar Kinasih sambil menatap tajam penuh arti. Bola mata gadis ini seakan ingin meloncat menembus kedua mata si pemuda."Padahal aku ingin kau lebih lama di sini, bahkan tetap tinggal di sini!" Lanjut si gadis mengharap."Mungkin lain kali, aku akan tinggal lebih lama. Apalagi bersama gadis secantik kamu!""Jangan mudah berjanji!" Kinasih tersipu. "Mungkin kau akan lupa, apalagi di kota raja banyak gadis-gadis cantik!"Danurwenda menatap gadis itu lekat. Tidak dapat d

  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   113. Desa Terbebas

    Gumara kaget, segera menghampiri anak buahnya yang jatuh itu. Sebuah anak panah menancap tepat di dada menusuk jantung."Pembokong sialan!""Ada apa, Anakku?""Lihatlah, Pak!"Gumara menyapukan pandangan, tak ada yang mencurigakan. Bahkan seolah-olah angin pun diam tak bergerak."Apa rencana mereka?" gumam Raksana sambil memandang anak panah yang sudah dicabutnya."Aaah!"Brukk!Satu lagi di tempat lainnya tampak terpental lalu ambruk tak berkutik. Setelah diperiksa juga sama terpanah tepat di jantungnya. Semakin marah Gumara dan ayahnya melihat kejadian ini."Setan alas!""Bedebah!"Apa yang terjadi sebenarnya?Selama tiga hari menghilang, Danurwenda dan Kinasih secara sembunyi-sembunyi menemui warga-warga desa. Mereka mengajak warga untuk melawan Raksana.Namun, kebanyakan menolak karena takut dan tak punya kemampuan. Hingga akhirnya Danurwenda punya gagasan mencari dan menemui orang-orang yang suka berburu.Kebanyakan mereka ahli dalam memanah buruan di hutan. Setelah diajak dan di

  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   112. Menolong Sebuah Desa

    "Tunggu pembalasan kami, bocah!" seru salah satunya."Siapa mereka?" tanya Danurwenda setelah kelima orang itu lenyap."Mereka anak buahnya Raksana," jawab si gadis berkulit aga gelap, tapi manis."Raksana?"Kemudian si gadis menceritakan keadaan desanya yang dilanda kekacauan atas ulah seorang warga berilmu tinggi yang menggunakannya untuk menindas warga yang lain."Bahkan Raksana dan Gumara, anaknya, telah membunuh Ki Kuwu. Desa Cipeundeuy dikuasai mereka dan anak buahnya, berbuat sewenang-wenang. Memungut upeti panen seenaknya kepada warga,""Tidak ada yang memberitahukan ke kerajaan?""Setiap ada yang mau ke kerajaan selalu ketahuan, ditangkap, disiksa bahkan dibunuh!""Wah, kejam sekali mereka!""Lebih biadab lagi, Gumara selalu melecehkan gadis-gadis desa. Jika ada yang disukainya, akan ditangkap dan dijadikan budak nafsunya."Naluri Danurwenda yang baik ingin berbuat sesuatu untuk menolong desa ini dari kesewenang-wenangan. Tidak mengapa perjalanan pulangnya terhambat kalau unt

  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   111. Sang Pahlawan

    Rupanya Danurwenda tidak tahan melihat tubuh indah Dewi Kalajenget sejak tidak sengaja menyentuh buah montoknya. Sintal, sepasang gunung yang besar. Lebih besar dari wanita yang pernah dia temui sebelumnya.Padahal usia Dewi Kalajenget jauh lebih tua, tapi lekuk tubuhnya masih menggoda. Kulit mulus dan kencang. Dia ingat Putri Angin yang memiliki kecantikan sempurna, tapi tidak sesekal wanita ini.Entah kenapa akhir-akhir ini Danurwenda seperti gampang haus asmara. Kerinduan kepada Setyawati membuatnya mencari pelampiasan kepada wanita lain.Wanita itu menggelinjang kegelian. Bahkan kedua tangannya bergerak menarik punggung Danurwenda sehingga pemuda ini menindih tubuhnya.Kembennya telah terlepas begitu saja sehingga bagian atas tubuhnya terpampang bebas tanpa penghalang. Danurwenda mengatur perasaannya. Kulit tubuh Dewi Kalajenget memberikan sensasi nikmat yang beda. Apalagi dua bulatan yang mengganjal di dada."Aku akan mengabulkan keinginanmu," bisik Danurwenda di telinga Dewi Kal

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status