Danurwenda terpental jauh hingga jatuh ke lereng. Wakil Ketua Selatan menyangka pemuda itu tidak akan bertahan lama begitu jatuh ke bawah karena pukulannya begitu kuat dan selama ini belum ada yang selamat dari pukulannya tersebut.
Padahal Danurwenda sudah memperhitungkan seakurat mungkin. Dia memang terluka parah di bagian dalam, tetapi dia masih bisa menyelamatkan diri dengan posisi jatuh yang tepat. Kebetulan tidak jauh dari tempat Prabarini.
Prabarini segera berlari menghampiri Danurwenda yang sedang berusaha bangkit. Gadis ini sangat panik.
"Kita kembali ke gua itu!" kata Danurwenda lirih menahan panas yang bergejolak di dalam.
Untungnya Kelompok Macan Ucul tidak mengejar karena mengira Danurwenda tidak akan bertahan lama. Sehingga Prabarini bisa membawa pemuda itu tanpa hambatan.
Danurwenda dibaringkan di atas batu datar. Kondisinya sekarang antara sadar dan tidak. Sementara Prabarini kebingungan harus berbuat apa karena tidak mengerti harus
Sekarang Danurwenda tahu bayi yang dibawa sepasang suami istri itu adalah dirinya sewaktu kecil. Dia juga tahu kalau orang tuanya adalah pasangan pendekar yang dijuluki Sepasang Rajawali Sakti."Aku terima Danurwenda menjadi muridku!" ujar Eyang di dalam gua.Bayi yang tergeletak itu tiba-tiba terangkat ke udara, lalu melayang masuk ke dalam gua. Sementara Sepasang Rajawali Sakti terkulai jatuh ke tanah dengan posisi berbaring."Akan kusempurnakan kalian mencapai nirwana!"Wutt!Dari dalam gua melesat dua sinar merah berbentuk bola. Sinar ini menempel dan menyelimuti tubuh pasangan pendekar tersebut. Semakin lama semakin menyala.Beberapa saat kemudian kedua jasad orang tua Danurwenda berubah menjadi debu, mengapung ke udara terus ke langit lalu lenyap.Kejap berikutnya Danurwenda tersadar dari semedinya. Rupanya dia bermimpi, tapi bukan sembarang mimpi. Seperti yang dikatakan oleh Eyangnya itu.Dari kecil sampai sekarang Danur
Lebih aneh dan terkejut lagi Danurwenda mendapati dirinya juga sudah tak berpakaian. Dia hendak menutup benda terlarang miliknya dengan tangan, tapi terlanjur sudah dilihat.Perasaan pemuda ini jadi campur aduk. Malu, gugup dan bergelora. Aliran darahnya terasa begitu cepat. Hanya lelaki yang memiliki kelainan yang tidak tertarik pada tubuh Putri Angin."Apakah harus?" Suara Danurwenda tercekat. Dari tadi kedua matanya tak berkedip melihat kemolekan tubuh Putri Angin.Lebih padat dan lebih mulus daripada Prabarini. Putri Senapati yang menurutnya sudah cantik luar biasa, ternyata masih ada yang lebih cantik lagi. Mungkinkah wanita yang ada di hadapannya ini seorang bidadari?"Harus," jawab Putri Angin lembut. Sedikit saja tubuhnya bergerak, seribu hasrat langsung meronta dalam jiwa Danurwenda."Untuk apa?" Entah kenapa Danurwenda masih melontarkan tanya. Padahal kesempatan sudah di depan mata. Apa lagi yang dipikirkan?Prabarini? Gadis itu ti
Serentak semua anggota yang berkumpul di sana langsung mengepung pendekar muda itu.Danurwenda sudah menghitung jumlah lawannya, menyiapkan jurus yang akan dia gunakan dan memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.Tatkala beberapa orang sudah melancarkan serangan dengan golok masing-masing, mereka dibuat terkejut karena sosok Danurwenda tiba-tiba lenyap begitu saja.Tahu-tahu satu orang paling belakang sudah terjatuh dengan leher hampir putus.Brukk!Danurwenda menggunakan Jurus Raga Angin. Pada saat sosoknya lenyap, dia menerjang ke orang paling belakang, merebut goloknya lalu ditebaskan ke leher orang tersebut.Semua itu dilakukan dalam sekejap saja. Kejap selanjutnya Danurwenda sudah berdiri lagi di tempat semua dengan mengulas senyum."Kurang ajar!"Sett! Crasss! Crasss!Baru juga melepaskan serangan lagi, kini dua orang telah tumbang lagi. Kejadian ini membuat mereka bergidik ngeri. Kapan saja salah s
Meski demikian Danurwenda tetap tenang lalu berbalik dengan santai. Dia melihat ke arah mulut gua.Ada tiga orang berdiri yang pakaiannya serupa dengan Wakil Ketua Selatan. Mereka juga memakai topeng dengan warna berbeda, merah, hitam dan kuning. Danurwenda ingat warna topeng Wakil Ketua Selatan yaitu hijau.Ini artinya tiga orang ini masih Wakil Ketua juga. Satu wakil saja ilmunya sudah tinggi, apalagi tiga. Lantas seberapa tinggi ilmunya Birawayaksa?"Kalian pasti Wakil Ketua Barat, Timur dan Utara!" tunjuk Danurwenda tanpa rasa takut apa pun walaupun batinnya meraba-raba seberapa besar kesaktian mereka."Hari ini nyawamu tidak akan tertolong lagi!" teriak Wakil Ketua bertopeng merah. "Bahkan sukmamu pun tak akan bisa menemui ketua kami!""Jangan cuma sesumbar, buktikan!" tantang Danurwenda. "Kalian yang sudah tua-tua, sudah saatnya menjadi penghuni liang lahat!"Danurwenda merasa nyaman dengan ilmu baru yang dia dapat dari Pustaka Putri A
Tempat ini tampak sepi, tidak ada satu pun anggota Kelompok Macan Ucul yang terlihat. Bahkan Danurwenda tidak mendapatkan sedikit pun hawa sakti seperti sebelumnya."Tidak ada siapa-siapa!" kata Prabarini."Kita periksa ke dalam!"Danurwenda melangkah masuk. Tangannya masih menggandeng Prabarini. Walaupun tidak terasa ada hawa sakti, tapi dia tetap waspada.Orang yang sudah sangat sakti biasanya bisa menyembunyikan hawa saktinya. Mungkinkah Birawayaksa masih bersarang di sini.Hanya sedikit cahaya yang masuk ke dalam gua, tapi sudah cukup untuk menerangi isinya. Ternyata kosong, bahkan satu benda pun tidak tertinggal di sana."Mereka sudah meninggalkan markasnya!" ujar Prabarini."Kita cari lagi ke bawah. Selain gua tempat Wakil Ketua Selatan, masih ada tiga lagi sesuai arahnya!" kata Danurwenda.Mereka keluar lagi, lalu turun ke batas puncak yang merupakan gundukan batu. Kedua orang ini memutari puncak gunung yang cukup luas i
Bekel Udayana menjerit keras sambil memegang wajahnya. Tubuhnya limbung seperti orang yang sedang mabuk. Sang istri langsung masuk ke ruangan ini karena mendengar jeritan suaminya."Apa yang terjadi?" Istri sang bekel terbelalak kaget langsung menubruk suaminya yang kini terkapar di lantai. "Oh, Kakang, tidaaak!"Wanita ini menjerit pula. Prabarini merapat ke tubuh Danurwenda, dia tahu benar apa yang terjadi pada Bekel Udayana. Ciri-ciri terkena Racun Pepengeng."Bagaimana ini?" tanya Prabarini bingung dan ketakutan.Tiba-tiba datang beberapa prajurit ke tempat itu. Hal ini tentu saja aneh, sebab tadi di luar tampak sepi. Tidak ada satu pun prajurit di sekitar rumah Bekel Udayana."Ada apa?" tanya salah satu prajurit."Apa yang terjadi dengan Gusti Bekel?" tanya yang lainnya."Pembunuh! seru istri bekel sambil menatap ke arah Danurwenda. "Dia membunuh suamiku!" lanjutnya dengan menunjuk pemuda tersebut."Hah, Danurwenda. Buronan kerajaan, tangkap
Prabarini dan Danurwenda disambut baik oleh tuan rumah yang hanya tinggal sendirian di sana. Ki Dirah cukup kaget dengan kedatangan gadis itu."Aku menyesal tidak bisa menghadiri penguburan ayahmu," kata Ki Dirah ketika semuanya sudah berkumpul di ruang tengah dan tersaji hidangan alakadarnya."Aku juga tidak sempat, Ki," sahut Prabarini lalu menoleh ke Danurwenda.Ki Dirah juga tentu tahu kabar yang beredar sejak kematian Senapati Mandura. Maka Prabarini segera memberitahu pemuda yang sedang bersamanya ini serta menceritakan kejadian yang sebenarnya."Rupanya begitu," ujar Ki Dirah, "semoga urusan ini bisa cepat selesai dan kau Anak muda, bisa kembali mendapatkan nama baikmu,""Terima kasih, Ki!" ucap Danurwenda.Penampilan Ki Dirah layaknya lelaki tua biasa yang berumur enam puluh tahun. Badannya agak bungkuk kalau sedang berdiri. Sebagian rambutnya sudah berwarna putih, bahkan kumis dan jenggot yang agak tebal sudah memutih se
Belum juga sampai di rumah tujuan, masih di jalan perbatasan desa, Danurwenda melihat Senapati Jayana tengah bertarung melawan beberapa orang bertopeng yang tidak lain anggota Kelompok Macan Ucul.Senapati Jayana dibantu empat orang prajurit. Sepertinya sang senapati baru saja dari Kota Raja dan sedang dalam perjalanan pulang, tetapi ketika sebentar lagi menuju rumah, dia sudah dihadang orang-orang ini.Tanpa pikir panjang Danurwenda segera berkelebat membantu Senapati Jayana. Belum sampai ke tempat pertarungan, si pemuda sudah lepaskan Pukulan Awan Seribu.Puluhan benda putih berbentuk awan sebesar kepalan tangan menderu bagai hujan memukul mundur Kelompok Macan Ucul.Senapati Jayana dan prajuritnya yang hampir kewalahan karena kalah jumlah seperti mendapat angin segar dan kembali semangat menghadapi musuhnya.Sang senapati tahu ada orang yang membantunya, tapi dia baru tahu setelah di penolong berdiri di dekatnya. Dia mengenal betul ora