Sudah diduga sebelumnya, Danurwenda bakal mendapat sambutan yang tidak menyenangkan. Belasan orang bertopeng ini langsung berhamburan menyerang Danurwenda.
"Hah, di markas sendiri masih malu-malu nunjukin muka! Wajah kalian jelek-jelek, ya!"
Danurwenda langsung gunakan Jurus Benteng Seribu sambil meloncat, menghindar serbuan lawan. Dia berniat menerobos masuk, bahkan kalau bisa langsung ke gua yang berada di atas.
Namun, anggota Kelompok Macan Ucul yang berada di sini ternyata lebih tangguh daripada yang pernah dia hadapi sebelumnya.
Pendekar muda ini harus mengerahkan tenaga dalam lebih besar pula. Serangan lawan lebih cepat dan banyak variasi yang tidak dapat ditebak.
Lima pukulan dan tendangan datang bersamaan mengincar titik berbeda. Untungnya Danurwenda sudah menambahkan Ilmu Hampang Awak guna membantu gerakannya.
Dalam sekali elak saja, kelima serangan tersebut bisa dihindari dengan mulus walaupun pada kejap berikutnya tujuh serangan l
Danurwenda terpental jauh hingga jatuh ke lereng. Wakil Ketua Selatan menyangka pemuda itu tidak akan bertahan lama begitu jatuh ke bawah karena pukulannya begitu kuat dan selama ini belum ada yang selamat dari pukulannya tersebut.Padahal Danurwenda sudah memperhitungkan seakurat mungkin. Dia memang terluka parah di bagian dalam, tetapi dia masih bisa menyelamatkan diri dengan posisi jatuh yang tepat. Kebetulan tidak jauh dari tempat Prabarini.Prabarini segera berlari menghampiri Danurwenda yang sedang berusaha bangkit. Gadis ini sangat panik."Kita kembali ke gua itu!" kata Danurwenda lirih menahan panas yang bergejolak di dalam.Untungnya Kelompok Macan Ucul tidak mengejar karena mengira Danurwenda tidak akan bertahan lama. Sehingga Prabarini bisa membawa pemuda itu tanpa hambatan.Danurwenda dibaringkan di atas batu datar. Kondisinya sekarang antara sadar dan tidak. Sementara Prabarini kebingungan harus berbuat apa karena tidak mengerti harus
Sekarang Danurwenda tahu bayi yang dibawa sepasang suami istri itu adalah dirinya sewaktu kecil. Dia juga tahu kalau orang tuanya adalah pasangan pendekar yang dijuluki Sepasang Rajawali Sakti."Aku terima Danurwenda menjadi muridku!" ujar Eyang di dalam gua.Bayi yang tergeletak itu tiba-tiba terangkat ke udara, lalu melayang masuk ke dalam gua. Sementara Sepasang Rajawali Sakti terkulai jatuh ke tanah dengan posisi berbaring."Akan kusempurnakan kalian mencapai nirwana!"Wutt!Dari dalam gua melesat dua sinar merah berbentuk bola. Sinar ini menempel dan menyelimuti tubuh pasangan pendekar tersebut. Semakin lama semakin menyala.Beberapa saat kemudian kedua jasad orang tua Danurwenda berubah menjadi debu, mengapung ke udara terus ke langit lalu lenyap.Kejap berikutnya Danurwenda tersadar dari semedinya. Rupanya dia bermimpi, tapi bukan sembarang mimpi. Seperti yang dikatakan oleh Eyangnya itu.Dari kecil sampai sekarang Danur
Lebih aneh dan terkejut lagi Danurwenda mendapati dirinya juga sudah tak berpakaian. Dia hendak menutup benda terlarang miliknya dengan tangan, tapi terlanjur sudah dilihat.Perasaan pemuda ini jadi campur aduk. Malu, gugup dan bergelora. Aliran darahnya terasa begitu cepat. Hanya lelaki yang memiliki kelainan yang tidak tertarik pada tubuh Putri Angin."Apakah harus?" Suara Danurwenda tercekat. Dari tadi kedua matanya tak berkedip melihat kemolekan tubuh Putri Angin.Lebih padat dan lebih mulus daripada Prabarini. Putri Senapati yang menurutnya sudah cantik luar biasa, ternyata masih ada yang lebih cantik lagi. Mungkinkah wanita yang ada di hadapannya ini seorang bidadari?"Harus," jawab Putri Angin lembut. Sedikit saja tubuhnya bergerak, seribu hasrat langsung meronta dalam jiwa Danurwenda."Untuk apa?" Entah kenapa Danurwenda masih melontarkan tanya. Padahal kesempatan sudah di depan mata. Apa lagi yang dipikirkan?Prabarini? Gadis itu ti
Serentak semua anggota yang berkumpul di sana langsung mengepung pendekar muda itu.Danurwenda sudah menghitung jumlah lawannya, menyiapkan jurus yang akan dia gunakan dan memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.Tatkala beberapa orang sudah melancarkan serangan dengan golok masing-masing, mereka dibuat terkejut karena sosok Danurwenda tiba-tiba lenyap begitu saja.Tahu-tahu satu orang paling belakang sudah terjatuh dengan leher hampir putus.Brukk!Danurwenda menggunakan Jurus Raga Angin. Pada saat sosoknya lenyap, dia menerjang ke orang paling belakang, merebut goloknya lalu ditebaskan ke leher orang tersebut.Semua itu dilakukan dalam sekejap saja. Kejap selanjutnya Danurwenda sudah berdiri lagi di tempat semua dengan mengulas senyum."Kurang ajar!"Sett! Crasss! Crasss!Baru juga melepaskan serangan lagi, kini dua orang telah tumbang lagi. Kejadian ini membuat mereka bergidik ngeri. Kapan saja salah s
Meski demikian Danurwenda tetap tenang lalu berbalik dengan santai. Dia melihat ke arah mulut gua.Ada tiga orang berdiri yang pakaiannya serupa dengan Wakil Ketua Selatan. Mereka juga memakai topeng dengan warna berbeda, merah, hitam dan kuning. Danurwenda ingat warna topeng Wakil Ketua Selatan yaitu hijau.Ini artinya tiga orang ini masih Wakil Ketua juga. Satu wakil saja ilmunya sudah tinggi, apalagi tiga. Lantas seberapa tinggi ilmunya Birawayaksa?"Kalian pasti Wakil Ketua Barat, Timur dan Utara!" tunjuk Danurwenda tanpa rasa takut apa pun walaupun batinnya meraba-raba seberapa besar kesaktian mereka."Hari ini nyawamu tidak akan tertolong lagi!" teriak Wakil Ketua bertopeng merah. "Bahkan sukmamu pun tak akan bisa menemui ketua kami!""Jangan cuma sesumbar, buktikan!" tantang Danurwenda. "Kalian yang sudah tua-tua, sudah saatnya menjadi penghuni liang lahat!"Danurwenda merasa nyaman dengan ilmu baru yang dia dapat dari Pustaka Putri A
Tempat ini tampak sepi, tidak ada satu pun anggota Kelompok Macan Ucul yang terlihat. Bahkan Danurwenda tidak mendapatkan sedikit pun hawa sakti seperti sebelumnya."Tidak ada siapa-siapa!" kata Prabarini."Kita periksa ke dalam!"Danurwenda melangkah masuk. Tangannya masih menggandeng Prabarini. Walaupun tidak terasa ada hawa sakti, tapi dia tetap waspada.Orang yang sudah sangat sakti biasanya bisa menyembunyikan hawa saktinya. Mungkinkah Birawayaksa masih bersarang di sini.Hanya sedikit cahaya yang masuk ke dalam gua, tapi sudah cukup untuk menerangi isinya. Ternyata kosong, bahkan satu benda pun tidak tertinggal di sana."Mereka sudah meninggalkan markasnya!" ujar Prabarini."Kita cari lagi ke bawah. Selain gua tempat Wakil Ketua Selatan, masih ada tiga lagi sesuai arahnya!" kata Danurwenda.Mereka keluar lagi, lalu turun ke batas puncak yang merupakan gundukan batu. Kedua orang ini memutari puncak gunung yang cukup luas i
Bekel Udayana menjerit keras sambil memegang wajahnya. Tubuhnya limbung seperti orang yang sedang mabuk. Sang istri langsung masuk ke ruangan ini karena mendengar jeritan suaminya."Apa yang terjadi?" Istri sang bekel terbelalak kaget langsung menubruk suaminya yang kini terkapar di lantai. "Oh, Kakang, tidaaak!"Wanita ini menjerit pula. Prabarini merapat ke tubuh Danurwenda, dia tahu benar apa yang terjadi pada Bekel Udayana. Ciri-ciri terkena Racun Pepengeng."Bagaimana ini?" tanya Prabarini bingung dan ketakutan.Tiba-tiba datang beberapa prajurit ke tempat itu. Hal ini tentu saja aneh, sebab tadi di luar tampak sepi. Tidak ada satu pun prajurit di sekitar rumah Bekel Udayana."Ada apa?" tanya salah satu prajurit."Apa yang terjadi dengan Gusti Bekel?" tanya yang lainnya."Pembunuh! seru istri bekel sambil menatap ke arah Danurwenda. "Dia membunuh suamiku!" lanjutnya dengan menunjuk pemuda tersebut."Hah, Danurwenda. Buronan kerajaan, tangkap
Prabarini dan Danurwenda disambut baik oleh tuan rumah yang hanya tinggal sendirian di sana. Ki Dirah cukup kaget dengan kedatangan gadis itu."Aku menyesal tidak bisa menghadiri penguburan ayahmu," kata Ki Dirah ketika semuanya sudah berkumpul di ruang tengah dan tersaji hidangan alakadarnya."Aku juga tidak sempat, Ki," sahut Prabarini lalu menoleh ke Danurwenda.Ki Dirah juga tentu tahu kabar yang beredar sejak kematian Senapati Mandura. Maka Prabarini segera memberitahu pemuda yang sedang bersamanya ini serta menceritakan kejadian yang sebenarnya."Rupanya begitu," ujar Ki Dirah, "semoga urusan ini bisa cepat selesai dan kau Anak muda, bisa kembali mendapatkan nama baikmu,""Terima kasih, Ki!" ucap Danurwenda.Penampilan Ki Dirah layaknya lelaki tua biasa yang berumur enam puluh tahun. Badannya agak bungkuk kalau sedang berdiri. Sebagian rambutnya sudah berwarna putih, bahkan kumis dan jenggot yang agak tebal sudah memutih se
Tubuh senapati terlempar lalu ambruk. Dadanya terasa sangat sesak bagai dihimpit batu raksasa. Tenaga dalamnya seketika buyar, malah ada yang menghantam diri sendiri.Akibatnya tubuh sang Senapati tak bisa digerakkan lagi seperti lumpuh. Selain sesak, di bagian dalamnya terasa remuk dan panas menyengat.Pada saat itulah Sang Prabu keluar, meloncat dan langsung mendarat di depan senapati yang tergeletak tak berdaya."Kau ditangkap karena merencanakan tindakan makar!" seru Sang Raja.Para prajurit langsung terdiam begitu tahu siapa yang muncul."Jika kalian masih membela dia, maka kalian dianggap pembangkang!" teriak Sang Raja.Semua prajurit tidak ada yang berani bergerak. Sementara sang senapati sudah kehilangan harapan. Dia sangat dendam kepada Danurwenda, tetapi apa daya sekarang dia hanya manusia biasa tanpa kekuatan.Kemudian Sang Raja memerintahkan agak senapati ditangkap dan dibawa ke istana.Pagi-pagi buta di istana Nunuk. Danurwenda diundang ke kamarnya Nila Saroya. Kamar yang
Sang Prabu membuat gerakan mendorong dengan satu tangan ke arah mulut gua. Sekelebat angin lembut menderu membelah air sungai sehingga membentuk sebuah jalan."Mari!" ajak Sang Raja.Danurwenda dan Nila Saroya mengikuti Sang Raja melangkah di jalan air yang terbentuk secara ajaib ini sampai berada di sisi sungai sebelah barat. Setelah itu jalan air ini menutup kembali.Ternyata di luar sudah hampir gelap. Sang Raja yang mengenakan pakaian resi terus berjalan ke tengah hutan di dekat hulu sungai itu.Sampai di suatu tempat yang agak lapang, Sang Prabu berhenti lalu kedua tangannya bertepuk pelan. Tiba-tiba dari kegelapan muncul sebuah kereta kuda tanpa kusir dan berhenti di depan Sang Raja."Silakan naik," kata Sang Raja.Danurwenda langsung menjura. "Silakan Gusti Prabu dan Tuan Putri yang naik duluan, biar saya yang menjadi kusir!"Sang Raja tersenyum lalu naik ke kereta diikuti Nila Saroya yang agak ragu-ragu. Kereta kuda pun berangkat setelah Danurwenda duduk di tempat kusir dan me
Nila Saroya ingat kemarin hampir menikah dengan lelaki yang tak dicintainya. Sekarang setelah bersama Danurwenda dia lupa kalau sudah punya kekasih yang sangat dicintainya. Entah bagaimana kabar sang kekasih saat ini setelah ada kabar tentang ayahnya ini."Kau mau di bawah atau di atas?" Pertanyaan Danurwenda membuyarkan lamunan dan mengejutkannya."Ap- apa?""Kau mau tidur di mana, di atas dipan atau di lantai?" ulang Danurwenda."Kau di mana?" Nila Saroya balik tanya."Terserah kamu yang duluan, atau mau bareng-bareng saja di atas?" Danurwenda lemparkan kerlingan mata yang memikat.Dari awal dia tahu sifat gadis ini pendiam dan pemalu, tapi dia tahu apa yang dirasakan di dalam hati Nila Saroya."Ap-, tid-, eh. Aku di sini saja!" Nila Saroya segera naik ke atas dipan. Dia tak bisa menyembunyikan kegugupannya.Kemudian Nila Saroya berbaring membelakangi Danurwenda. Cukup lama keduanya saling diam. Akhirnya Danurwenda merebahkan diri di sebelah Nila Saroya.Nila Saroya kaget ketika mer
"Ayo lari!"Danurwenda membawa dua orang yang jadi buruan ini masuk ke bukit, menyelinap ke balik bebatuan besar sehingga dalam waktu singkat jejak mereka hilang."Siapa yang melarikan mereka?" tanya si pemimpin di atas kuda setelah sampai di sana."Danurwenda!""Pendekar yang jadi kepercayaan istana Galuh itu?""Benar, Ketua!"Si pemimpin langsung maklum kenapa lima anak buahnya ini tidak menyerang."Cari terus, biar aku yang menghadapi Danurwenda!" perintah si pemimpin.Sementara itu Danurwenda sudah menyelinap ke tempat yang sulit di jangkau. Dengan kepiawaiannya dia bisa membawa dua orang yang sedang dilindunginya.Akhirnya mereka sampai ke sebuah gua kecil tersembunyi di lereng bukit. Lelaki setengah baya itu tergopoh-gopoh sambil mengatur napasnya.Sementara si gadis yang tidak lain Tuan Putri bernama Nila Saroya sudah duduk menyandar ke dinding gua."Terima kasih, Anak muda!" ujar lelaki setengah baya. Danurwenda hanya mengangguk pelan dengan tersenyum."Ki Narya, sebenarnya si
Di sebuah desa di wilayah kekuasaan Kerajaan Nunuk. Di dalam kamar sebuah rumah besar, tampak seorang gadis cantik sedang merenung menyendiri."Ini hari pernikahan Tuan Putri, kenapa masih menyendiri di sini, tukas rias sudah menunggu di kamar Tuan Putri!" kata seorang gadis lain yang merupakan pembantu di rumah ini."Aku tidak mau dijodohkan dengan dia, orangnya jelek, perangainya buruk lagi. Terus kenapa ayah belum juga pulang dari istana. Semakin kesal saja, aku mau kabur saja!""Heh, jangan, Tuan Putri!"Gadis yang dipanggil Tuan Putri ini tiba-tiba berbinar matanya begitu melihat sosok pembantunya. Bentuk tubuh dia dengan pembantunya ini hampir mirip, hanya wajah saja yang berbeda.Lalu si Tuan Putri ini tiba-tiba menarik si pembantu keluar menuju kamarnya yang sudah ada beberapa orang tukang rias. Dia ingat semua tukang rias tidak ada yang mengenali dirinya."Ini Tuan Putri yang akan dirias!" kata Si Tuan Putri sambil mendorong pembantunya. Si pembantu tampak bingung."Sudah, ik
Setelah ada pesta menyambut kemenangan atas bebasnya desa Cipeundeuy dari penindasan Raksana dan Gumara.Delapan orang pemanah diangkat menjadi kelompok keamanan desa. Beberapa orang sesepuh juga diminta untuk menjadi pejabat pengurus desa.Suasana di rumah itu sudah sepi. Tinggal Danurwenda bersama gadis berkulit hitam manis itu. Setelah diperhatikan, Kinasih cantik juga.Tubuh gadisnya sudah matang sehingga membentuk lekuk yang membuat para lelaki menelan ludah."Setelah tahu siapa kamu, aku tidak bisa menahanmu pergi!" ujar Kinasih sambil menatap tajam penuh arti. Bola mata gadis ini seakan ingin meloncat menembus kedua mata si pemuda."Padahal aku ingin kau lebih lama di sini, bahkan tetap tinggal di sini!" Lanjut si gadis mengharap."Mungkin lain kali, aku akan tinggal lebih lama. Apalagi bersama gadis secantik kamu!""Jangan mudah berjanji!" Kinasih tersipu. "Mungkin kau akan lupa, apalagi di kota raja banyak gadis-gadis cantik!"Danurwenda menatap gadis itu lekat. Tidak dapat d
Gumara kaget, segera menghampiri anak buahnya yang jatuh itu. Sebuah anak panah menancap tepat di dada menusuk jantung."Pembokong sialan!""Ada apa, Anakku?""Lihatlah, Pak!"Gumara menyapukan pandangan, tak ada yang mencurigakan. Bahkan seolah-olah angin pun diam tak bergerak."Apa rencana mereka?" gumam Raksana sambil memandang anak panah yang sudah dicabutnya."Aaah!"Brukk!Satu lagi di tempat lainnya tampak terpental lalu ambruk tak berkutik. Setelah diperiksa juga sama terpanah tepat di jantungnya. Semakin marah Gumara dan ayahnya melihat kejadian ini."Setan alas!""Bedebah!"Apa yang terjadi sebenarnya?Selama tiga hari menghilang, Danurwenda dan Kinasih secara sembunyi-sembunyi menemui warga-warga desa. Mereka mengajak warga untuk melawan Raksana.Namun, kebanyakan menolak karena takut dan tak punya kemampuan. Hingga akhirnya Danurwenda punya gagasan mencari dan menemui orang-orang yang suka berburu.Kebanyakan mereka ahli dalam memanah buruan di hutan. Setelah diajak dan di
"Tunggu pembalasan kami, bocah!" seru salah satunya."Siapa mereka?" tanya Danurwenda setelah kelima orang itu lenyap."Mereka anak buahnya Raksana," jawab si gadis berkulit aga gelap, tapi manis."Raksana?"Kemudian si gadis menceritakan keadaan desanya yang dilanda kekacauan atas ulah seorang warga berilmu tinggi yang menggunakannya untuk menindas warga yang lain."Bahkan Raksana dan Gumara, anaknya, telah membunuh Ki Kuwu. Desa Cipeundeuy dikuasai mereka dan anak buahnya, berbuat sewenang-wenang. Memungut upeti panen seenaknya kepada warga,""Tidak ada yang memberitahukan ke kerajaan?""Setiap ada yang mau ke kerajaan selalu ketahuan, ditangkap, disiksa bahkan dibunuh!""Wah, kejam sekali mereka!""Lebih biadab lagi, Gumara selalu melecehkan gadis-gadis desa. Jika ada yang disukainya, akan ditangkap dan dijadikan budak nafsunya."Naluri Danurwenda yang baik ingin berbuat sesuatu untuk menolong desa ini dari kesewenang-wenangan. Tidak mengapa perjalanan pulangnya terhambat kalau unt
Rupanya Danurwenda tidak tahan melihat tubuh indah Dewi Kalajenget sejak tidak sengaja menyentuh buah montoknya. Sintal, sepasang gunung yang besar. Lebih besar dari wanita yang pernah dia temui sebelumnya.Padahal usia Dewi Kalajenget jauh lebih tua, tapi lekuk tubuhnya masih menggoda. Kulit mulus dan kencang. Dia ingat Putri Angin yang memiliki kecantikan sempurna, tapi tidak sesekal wanita ini.Entah kenapa akhir-akhir ini Danurwenda seperti gampang haus asmara. Kerinduan kepada Setyawati membuatnya mencari pelampiasan kepada wanita lain.Wanita itu menggelinjang kegelian. Bahkan kedua tangannya bergerak menarik punggung Danurwenda sehingga pemuda ini menindih tubuhnya.Kembennya telah terlepas begitu saja sehingga bagian atas tubuhnya terpampang bebas tanpa penghalang. Danurwenda mengatur perasaannya. Kulit tubuh Dewi Kalajenget memberikan sensasi nikmat yang beda. Apalagi dua bulatan yang mengganjal di dada."Aku akan mengabulkan keinginanmu," bisik Danurwenda di telinga Dewi Kal