Sepasang petani itu tampak ketakutan sampai terlihat gemetar. Walau tidak terlihat wajahnya, tapi tiga orang bertopeng ini bertindak menekan mereka.
"Ampun, Ki Sanak. Kami tidak membawa apa-apa karena ladang kami belum panen!" Si petani lelaki memelas. Wajahnya sudah penuh peluh.
"Iya, Den. Kami hanya merapikan kebun kami. Lihat saja, tidak ada yang kami bawa!" timpal istrinya.
"Bohong, kalian pasti sudah menjualnya. Berikan kepeng hasil penjualannya!" Bentak salah satu orang bertopeng.
Sring!Tiga golok sudah mengancam jiwa sepasang petani ini. Wajah keduanya semakin seputih kapas. Mereka saling pandang seolah sedang berdiskusi.
"Ayo cepat keluarkan, atau nyawa kalian sebagai gantinya!"
Akan tetapi sepasang petani ini menjadi kelu. Bingung dan takut. Apa yang harus mereka lakukan? Sedangkan mustahil kalau melawan.
"Ah, habisi saja mereka lalu ambil kepengnya!" teriak si topeng yang lain.
Kemudian dua di antaranya segera m
Tidak lama kemudian lewatlah dua orang lelaki menunggang kuda yang berjalan pelan. Pakaian mereka tampak sederhana seperti rakyat biasa, tapi kuda yang ditunggangi terlalu mewah untuk orang kasta rendah.Tubuh keduanya terlihat tegap dan gagah, wajah bersih memancarkan kewibawaan. Jelas mereka bukan rakyat jelata, tapi orang berpangkat di istana."Kau kenal mereka?" tanya Danurwenda setelah melihat sinar mata Prabarini ketika menatap dua orang tadi."Mereka keluarga istana,""Oh..."Danurwenda memang mempunyai teman yang mempunyai jabatan di kerajaan Galuh, tapi bukan berarti tahu tentang keluarga istana."Yang sebelah kanan adalah Sang Jalantara alias Raden Amara, putra bungsu Prabu Wretikandayun. Yang satu lagi kakaknya Rahyang Jantaka!""Rupanya putra raja, apa mereka juga turun tangan demi membalas kematian ayahmu?""Entahlah, tapi sepertinya mereka ada urusan lain. Mana mungkin kematian ayahku sampai melibatkan mereka. Oh,
Dua orang ini perawakannya sama tegap dan kekar. Pendekar Tongkat Merah memiliki wajah bulat dengan sedikit berewok.Tongkat dari bahan rotan berwarna merah panjangnya setinggi badannya. Dengan senjatanya ini dia bisa menjangkau lawan lebih jauh.Yang sebelahnya berwajah agak lonjong dan kelimis, hanya rambutnya gimbal dibiarkan tanpa ikat kepala. Dia dijuluki Si Pecut Guludug.Danurwenda tahu dua pendekar ini mengincar dirinya demi bayaran tinggi."Menyerah baik-baik saja. Agar kami tidak banyak keluar tenaga!" kata Pendekar Tongkat Merah."Enak saja, harus bekerja dulu biar setimpal dengan upahnya!" hardik Danurwenda."Huh, jumawa!" maki Si Pecut Guludug."Kalian berdua yang mengambil resiko besar, apa itu juga bukan sombong?" balas Danurwenda dengan menyeringai yang membuat kedua orang di depannya naik pitam."Hari ini adalah waktu naasmu, Danurwenda!" teriak Pendekar Tongkat Merah yang sifatnya lebih temperamen dari kawanny
Ketika memasuki hutan tadi, hari baru lewat tengah hari. Di luar sana udara terasa terik. Anehnya setelah masuk ke hutan mendadak suasana berubah seperti malam hari.Benar-benar bagaikan di malam hari. Gelap dengan iringan suara serangga malam. Ramai, tapi terasa sunyi.Prabarini eratkan pegangan, bahkan sampai merangkul ke pinggang Danurwenda. Gadis ini tidak bisa melihat apa-apa, hanya kegelapan yang tampak.Berbeda dengan Danurwenda, dengan mengerahkan tenaga dalam, menjadikan kedua bola matanya mampu menerawang dalam gelap."Hutan ini aneh, tadi di luar masih siang. Kenapa di sini jadi malam? Apa kita tidak salah jalan?""Kalau lewat jalan lain, maka akan membutuhkan waktu lebih lama lagi. Ini jalan pintas menuju gunung Kunci!""Apa kau sanggup melewati hutan aneh ini?" Prabarini khawatir."Tenang saja!"Danurwenda melangkah sedang saja. Dia menyusuri jalan setapak yang berliku-liku. Tidak lupa dia tingkatkan kewaspadaan.
Seolah lupa dengan tujuan mereka, sepasang manusia ini malah memadu asmara sambil berendam di air sungai yang dingin.Namun, mereka tidak merasakan dinginnya air karena terpanaskan oleh tubuh mereka yang mengeluarkan hawa panas saat saling menyatu tanpa penghalang.Gejolak nafsu telah menguasai kedua manusia yang sedang dilanda kasmaran berat ini. Yang ingin dirasakan saat ini adalah mengecap keindahan gelora dalam cinta."Ow! pekik Danurwenda tertahan ketika Prabarini melakukan hal yang berani. Rasanya seperti melayang ke awang-awang. Tubuhnya sedikit menegang."Waktu itu aku belum sempat, sekarang aku ingin memegangnya!" Prabarini mengulas senyum manja malah cenderung nakal. Dia memainkan jari-jari tangannya, membuat Danurwenda mengerang"Aku jadi tidak kuat!" ujar Danurwenda membalas perlakuan si gadis dengan cara yang sama, malah dengan dua tangannya meraba di tubuh indah bagian atas milik Prabarini.Keduanya mendesah tertahan mera
Sudah diduga sebelumnya, Danurwenda bakal mendapat sambutan yang tidak menyenangkan. Belasan orang bertopeng ini langsung berhamburan menyerang Danurwenda."Hah, di markas sendiri masih malu-malu nunjukin muka! Wajah kalian jelek-jelek, ya!"Danurwenda langsung gunakan Jurus Benteng Seribu sambil meloncat, menghindar serbuan lawan. Dia berniat menerobos masuk, bahkan kalau bisa langsung ke gua yang berada di atas.Namun, anggota Kelompok Macan Ucul yang berada di sini ternyata lebih tangguh daripada yang pernah dia hadapi sebelumnya.Pendekar muda ini harus mengerahkan tenaga dalam lebih besar pula. Serangan lawan lebih cepat dan banyak variasi yang tidak dapat ditebak.Lima pukulan dan tendangan datang bersamaan mengincar titik berbeda. Untungnya Danurwenda sudah menambahkan Ilmu Hampang Awak guna membantu gerakannya.Dalam sekali elak saja, kelima serangan tersebut bisa dihindari dengan mulus walaupun pada kejap berikutnya tujuh serangan l
Danurwenda terpental jauh hingga jatuh ke lereng. Wakil Ketua Selatan menyangka pemuda itu tidak akan bertahan lama begitu jatuh ke bawah karena pukulannya begitu kuat dan selama ini belum ada yang selamat dari pukulannya tersebut.Padahal Danurwenda sudah memperhitungkan seakurat mungkin. Dia memang terluka parah di bagian dalam, tetapi dia masih bisa menyelamatkan diri dengan posisi jatuh yang tepat. Kebetulan tidak jauh dari tempat Prabarini.Prabarini segera berlari menghampiri Danurwenda yang sedang berusaha bangkit. Gadis ini sangat panik."Kita kembali ke gua itu!" kata Danurwenda lirih menahan panas yang bergejolak di dalam.Untungnya Kelompok Macan Ucul tidak mengejar karena mengira Danurwenda tidak akan bertahan lama. Sehingga Prabarini bisa membawa pemuda itu tanpa hambatan.Danurwenda dibaringkan di atas batu datar. Kondisinya sekarang antara sadar dan tidak. Sementara Prabarini kebingungan harus berbuat apa karena tidak mengerti harus
Sekarang Danurwenda tahu bayi yang dibawa sepasang suami istri itu adalah dirinya sewaktu kecil. Dia juga tahu kalau orang tuanya adalah pasangan pendekar yang dijuluki Sepasang Rajawali Sakti."Aku terima Danurwenda menjadi muridku!" ujar Eyang di dalam gua.Bayi yang tergeletak itu tiba-tiba terangkat ke udara, lalu melayang masuk ke dalam gua. Sementara Sepasang Rajawali Sakti terkulai jatuh ke tanah dengan posisi berbaring."Akan kusempurnakan kalian mencapai nirwana!"Wutt!Dari dalam gua melesat dua sinar merah berbentuk bola. Sinar ini menempel dan menyelimuti tubuh pasangan pendekar tersebut. Semakin lama semakin menyala.Beberapa saat kemudian kedua jasad orang tua Danurwenda berubah menjadi debu, mengapung ke udara terus ke langit lalu lenyap.Kejap berikutnya Danurwenda tersadar dari semedinya. Rupanya dia bermimpi, tapi bukan sembarang mimpi. Seperti yang dikatakan oleh Eyangnya itu.Dari kecil sampai sekarang Danur
Lebih aneh dan terkejut lagi Danurwenda mendapati dirinya juga sudah tak berpakaian. Dia hendak menutup benda terlarang miliknya dengan tangan, tapi terlanjur sudah dilihat.Perasaan pemuda ini jadi campur aduk. Malu, gugup dan bergelora. Aliran darahnya terasa begitu cepat. Hanya lelaki yang memiliki kelainan yang tidak tertarik pada tubuh Putri Angin."Apakah harus?" Suara Danurwenda tercekat. Dari tadi kedua matanya tak berkedip melihat kemolekan tubuh Putri Angin.Lebih padat dan lebih mulus daripada Prabarini. Putri Senapati yang menurutnya sudah cantik luar biasa, ternyata masih ada yang lebih cantik lagi. Mungkinkah wanita yang ada di hadapannya ini seorang bidadari?"Harus," jawab Putri Angin lembut. Sedikit saja tubuhnya bergerak, seribu hasrat langsung meronta dalam jiwa Danurwenda."Untuk apa?" Entah kenapa Danurwenda masih melontarkan tanya. Padahal kesempatan sudah di depan mata. Apa lagi yang dipikirkan?Prabarini? Gadis itu ti