Ketika memasuki hutan tadi, hari baru lewat tengah hari. Di luar sana udara terasa terik. Anehnya setelah masuk ke hutan mendadak suasana berubah seperti malam hari.
Benar-benar bagaikan di malam hari. Gelap dengan iringan suara serangga malam. Ramai, tapi terasa sunyi.
Prabarini eratkan pegangan, bahkan sampai merangkul ke pinggang Danurwenda. Gadis ini tidak bisa melihat apa-apa, hanya kegelapan yang tampak.
Berbeda dengan Danurwenda, dengan mengerahkan tenaga dalam, menjadikan kedua bola matanya mampu menerawang dalam gelap.
"Hutan ini aneh, tadi di luar masih siang. Kenapa di sini jadi malam? Apa kita tidak salah jalan?"
"Kalau lewat jalan lain, maka akan membutuhkan waktu lebih lama lagi. Ini jalan pintas menuju gunung Kunci!"
"Apa kau sanggup melewati hutan aneh ini?" Prabarini khawatir.
"Tenang saja!"
Danurwenda melangkah sedang saja. Dia menyusuri jalan setapak yang berliku-liku. Tidak lupa dia tingkatkan kewaspadaan.
Seolah lupa dengan tujuan mereka, sepasang manusia ini malah memadu asmara sambil berendam di air sungai yang dingin.Namun, mereka tidak merasakan dinginnya air karena terpanaskan oleh tubuh mereka yang mengeluarkan hawa panas saat saling menyatu tanpa penghalang.Gejolak nafsu telah menguasai kedua manusia yang sedang dilanda kasmaran berat ini. Yang ingin dirasakan saat ini adalah mengecap keindahan gelora dalam cinta."Ow! pekik Danurwenda tertahan ketika Prabarini melakukan hal yang berani. Rasanya seperti melayang ke awang-awang. Tubuhnya sedikit menegang."Waktu itu aku belum sempat, sekarang aku ingin memegangnya!" Prabarini mengulas senyum manja malah cenderung nakal. Dia memainkan jari-jari tangannya, membuat Danurwenda mengerang"Aku jadi tidak kuat!" ujar Danurwenda membalas perlakuan si gadis dengan cara yang sama, malah dengan dua tangannya meraba di tubuh indah bagian atas milik Prabarini.Keduanya mendesah tertahan mera
Sudah diduga sebelumnya, Danurwenda bakal mendapat sambutan yang tidak menyenangkan. Belasan orang bertopeng ini langsung berhamburan menyerang Danurwenda."Hah, di markas sendiri masih malu-malu nunjukin muka! Wajah kalian jelek-jelek, ya!"Danurwenda langsung gunakan Jurus Benteng Seribu sambil meloncat, menghindar serbuan lawan. Dia berniat menerobos masuk, bahkan kalau bisa langsung ke gua yang berada di atas.Namun, anggota Kelompok Macan Ucul yang berada di sini ternyata lebih tangguh daripada yang pernah dia hadapi sebelumnya.Pendekar muda ini harus mengerahkan tenaga dalam lebih besar pula. Serangan lawan lebih cepat dan banyak variasi yang tidak dapat ditebak.Lima pukulan dan tendangan datang bersamaan mengincar titik berbeda. Untungnya Danurwenda sudah menambahkan Ilmu Hampang Awak guna membantu gerakannya.Dalam sekali elak saja, kelima serangan tersebut bisa dihindari dengan mulus walaupun pada kejap berikutnya tujuh serangan l
Danurwenda terpental jauh hingga jatuh ke lereng. Wakil Ketua Selatan menyangka pemuda itu tidak akan bertahan lama begitu jatuh ke bawah karena pukulannya begitu kuat dan selama ini belum ada yang selamat dari pukulannya tersebut.Padahal Danurwenda sudah memperhitungkan seakurat mungkin. Dia memang terluka parah di bagian dalam, tetapi dia masih bisa menyelamatkan diri dengan posisi jatuh yang tepat. Kebetulan tidak jauh dari tempat Prabarini.Prabarini segera berlari menghampiri Danurwenda yang sedang berusaha bangkit. Gadis ini sangat panik."Kita kembali ke gua itu!" kata Danurwenda lirih menahan panas yang bergejolak di dalam.Untungnya Kelompok Macan Ucul tidak mengejar karena mengira Danurwenda tidak akan bertahan lama. Sehingga Prabarini bisa membawa pemuda itu tanpa hambatan.Danurwenda dibaringkan di atas batu datar. Kondisinya sekarang antara sadar dan tidak. Sementara Prabarini kebingungan harus berbuat apa karena tidak mengerti harus
Sekarang Danurwenda tahu bayi yang dibawa sepasang suami istri itu adalah dirinya sewaktu kecil. Dia juga tahu kalau orang tuanya adalah pasangan pendekar yang dijuluki Sepasang Rajawali Sakti."Aku terima Danurwenda menjadi muridku!" ujar Eyang di dalam gua.Bayi yang tergeletak itu tiba-tiba terangkat ke udara, lalu melayang masuk ke dalam gua. Sementara Sepasang Rajawali Sakti terkulai jatuh ke tanah dengan posisi berbaring."Akan kusempurnakan kalian mencapai nirwana!"Wutt!Dari dalam gua melesat dua sinar merah berbentuk bola. Sinar ini menempel dan menyelimuti tubuh pasangan pendekar tersebut. Semakin lama semakin menyala.Beberapa saat kemudian kedua jasad orang tua Danurwenda berubah menjadi debu, mengapung ke udara terus ke langit lalu lenyap.Kejap berikutnya Danurwenda tersadar dari semedinya. Rupanya dia bermimpi, tapi bukan sembarang mimpi. Seperti yang dikatakan oleh Eyangnya itu.Dari kecil sampai sekarang Danur
Lebih aneh dan terkejut lagi Danurwenda mendapati dirinya juga sudah tak berpakaian. Dia hendak menutup benda terlarang miliknya dengan tangan, tapi terlanjur sudah dilihat.Perasaan pemuda ini jadi campur aduk. Malu, gugup dan bergelora. Aliran darahnya terasa begitu cepat. Hanya lelaki yang memiliki kelainan yang tidak tertarik pada tubuh Putri Angin."Apakah harus?" Suara Danurwenda tercekat. Dari tadi kedua matanya tak berkedip melihat kemolekan tubuh Putri Angin.Lebih padat dan lebih mulus daripada Prabarini. Putri Senapati yang menurutnya sudah cantik luar biasa, ternyata masih ada yang lebih cantik lagi. Mungkinkah wanita yang ada di hadapannya ini seorang bidadari?"Harus," jawab Putri Angin lembut. Sedikit saja tubuhnya bergerak, seribu hasrat langsung meronta dalam jiwa Danurwenda."Untuk apa?" Entah kenapa Danurwenda masih melontarkan tanya. Padahal kesempatan sudah di depan mata. Apa lagi yang dipikirkan?Prabarini? Gadis itu ti
Serentak semua anggota yang berkumpul di sana langsung mengepung pendekar muda itu.Danurwenda sudah menghitung jumlah lawannya, menyiapkan jurus yang akan dia gunakan dan memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.Tatkala beberapa orang sudah melancarkan serangan dengan golok masing-masing, mereka dibuat terkejut karena sosok Danurwenda tiba-tiba lenyap begitu saja.Tahu-tahu satu orang paling belakang sudah terjatuh dengan leher hampir putus.Brukk!Danurwenda menggunakan Jurus Raga Angin. Pada saat sosoknya lenyap, dia menerjang ke orang paling belakang, merebut goloknya lalu ditebaskan ke leher orang tersebut.Semua itu dilakukan dalam sekejap saja. Kejap selanjutnya Danurwenda sudah berdiri lagi di tempat semua dengan mengulas senyum."Kurang ajar!"Sett! Crasss! Crasss!Baru juga melepaskan serangan lagi, kini dua orang telah tumbang lagi. Kejadian ini membuat mereka bergidik ngeri. Kapan saja salah s
Meski demikian Danurwenda tetap tenang lalu berbalik dengan santai. Dia melihat ke arah mulut gua.Ada tiga orang berdiri yang pakaiannya serupa dengan Wakil Ketua Selatan. Mereka juga memakai topeng dengan warna berbeda, merah, hitam dan kuning. Danurwenda ingat warna topeng Wakil Ketua Selatan yaitu hijau.Ini artinya tiga orang ini masih Wakil Ketua juga. Satu wakil saja ilmunya sudah tinggi, apalagi tiga. Lantas seberapa tinggi ilmunya Birawayaksa?"Kalian pasti Wakil Ketua Barat, Timur dan Utara!" tunjuk Danurwenda tanpa rasa takut apa pun walaupun batinnya meraba-raba seberapa besar kesaktian mereka."Hari ini nyawamu tidak akan tertolong lagi!" teriak Wakil Ketua bertopeng merah. "Bahkan sukmamu pun tak akan bisa menemui ketua kami!""Jangan cuma sesumbar, buktikan!" tantang Danurwenda. "Kalian yang sudah tua-tua, sudah saatnya menjadi penghuni liang lahat!"Danurwenda merasa nyaman dengan ilmu baru yang dia dapat dari Pustaka Putri A
Tempat ini tampak sepi, tidak ada satu pun anggota Kelompok Macan Ucul yang terlihat. Bahkan Danurwenda tidak mendapatkan sedikit pun hawa sakti seperti sebelumnya."Tidak ada siapa-siapa!" kata Prabarini."Kita periksa ke dalam!"Danurwenda melangkah masuk. Tangannya masih menggandeng Prabarini. Walaupun tidak terasa ada hawa sakti, tapi dia tetap waspada.Orang yang sudah sangat sakti biasanya bisa menyembunyikan hawa saktinya. Mungkinkah Birawayaksa masih bersarang di sini.Hanya sedikit cahaya yang masuk ke dalam gua, tapi sudah cukup untuk menerangi isinya. Ternyata kosong, bahkan satu benda pun tidak tertinggal di sana."Mereka sudah meninggalkan markasnya!" ujar Prabarini."Kita cari lagi ke bawah. Selain gua tempat Wakil Ketua Selatan, masih ada tiga lagi sesuai arahnya!" kata Danurwenda.Mereka keluar lagi, lalu turun ke batas puncak yang merupakan gundukan batu. Kedua orang ini memutari puncak gunung yang cukup luas i