Share

6. Pukulan Awan Seribu

Penulis: Nandar Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-14 17:07:27

Serentak puluhan prajurit langsung mengepung ke sekeliling bangunan, tetapi sayang sosok Danurwenda sudah lenyap di kegelapan malam.

"Kurang ajar, dia lagi!" bentak Sutasena menyesali tidak bisa menangkap Danurwenda. "Segera edarkan kabar bahwa Danurwenda telah menculik putri senapati, sebagian yang lain tetap cari dia, mungkin saja masih sembunyi di sekitar sini!"

"Baik!"

Karena Sutasena anaknya Senapati Mandura, maka untuk sementara dia menggantikan posisi ayahnya sampai turun senapati baru.

Sementara itu, Danurwenda langsung membawa jauh Prabarini ke tempat yang tersembunyi. Walaupun gelap, tetapi Danurwenda mampu melihat dengan mengerahkan tenaga dalam ke bagian mata.

Untuk kedua kalinya Prabarini merasakan digendong yang menurutnya ada sensasi seperti terbang saat Danurwenda melesat menggunakan Ilmu Hampang Awak.

Setelah dirasa cukup aman, akhirnya Danurwenda mendarat dengan mantap. Prabarini masih keenakan dalam gendongan si pemuda sampai Danurwenda menurunkannya dengan pelan.

"Sudah aman," ujar Danurwenda.

"Gelap sekali di sini, aku tidak bisa melihat apapun," kata Prabarini.

"Nanti aku buat perapian. Sekarang, sampai urusan ini selesai kau harus tetap bersamaku."

Dalam waktu singkat Danurwenda sudah mengumpulkan ranting-ranting kering. Lalu dengan teknik mengubah tenaga dalam menjadi api, dia membakar ranting-ranting tersebut sehingga tempat itu menjadi terang. Kedua orang ini sudah duduk di dekat perapian.

"Apa rencanamu selanjutnya?" tanya Prabarini.

"Menemui Ki Candala, seorang ahli racun. Aku akan menanyakan darah ayahmu ini apakah mengandung racun atau tidak?"

"Baiklah, aku ikut rencanamu saja,"

"Kamu tenang saja, soal makan atau ganti baju biar aku yang tanggung. Biar begini juga aku bukan pendekar melarat!" Danurwenda menggerak-gerakkan kedua alisnya dan bibirnya sedikit melengkung.

"Tidak apa-apa, aku juga masih membawa bekal beberapa kepeng emas."

Prabarini menggeser duduknya hingga menempel dengan Danurwenda. Si pemuda sempat tersirap darahnya merasakan kulit hangat dan lembut.

"Api ini masih kurang hangat," ujar Prabarini, "aku ingin istirahat sambil bersandar di bahumu, boleh, kan?"

"Bo- boleh!"

Tetap saja Danurwenda gugup. Urusan kependekaran dengan urusan wanita sangat berbeda. Dia bisa tegas, keras atau kasar dalam menghadapi lawan, tetapi urusan wanita tidak seperti itu dan dia belum pengalaman.

Akhirnya dengan hati deg-degan Danurwenda membiarkan kepala Prabarini bersandar di bahunya sampai gadis ini terlelap.

Esok harinya di waktu 'Balebat' (subuh) kedua orang ini sudah siap berangkat. Danurwenda belum sempat pejamkan mata karena menahan perasaannya, tetapi hal ini sudah biasa baginya. Seorang pendekar sering 'lelaku' melek demi mendapatkan sebuah ilmu.

"Di mana tempat tinggal Ki Candala?" tanya Prabarini.

"Lumayan jauh di sebelah timur sana, di bukit Grongngong,"

Perjalanan mereka tentu saja tidak melalui jalan umum atau ramai, karena sudah tersiar kabar Danurwenda menculik putri senapati.

Ketika melewati sebuah pasar kecil, selain membeli makanan untuk bekal, mereka juga membeli caping agak lebar yang bisa menghalangi muka ketika dipakai.

Mereka juga membeli seekor kuda untuk tunggangan berdua agar lebih cepat sampai ke tempat tujuan.

Namun, belum setengah jalan mereka sudah mendapat hambatan.

"Mereka lagi, berapa banyak jumlah mereka? Sepertinya selalu mengikuti ke mana kita pergi!" umpat Danurwenda.

Kira-kira ada sebelas orang bertopeng kayu yang bentuknya mirip dengan orang-orang bertopeng kemarin. Sudah pasti mereka masih satu komplotan dengan yang terus mengincar Danurwenda atau Prabarini.

"Kau pergi duluan, biar aku atasi mereka!" Danurwenda kemudian menepuk pinggang kuda bersamaan dengan sosoknya melenting ke udara.

Kuda yang membawa Prabarini langsung lari menerobos barisan orang bertopeng. Beberapa di antara mereka hendak menghentikannya dengan segala cara. Namun, Danurwenda tidak membiarkannya. Di atas udara dia lepaskan pukulan jarak jauh dari ilmunya yang lain.

"Awas kalian!" teriak si pemuda.

Wushh!

Dia menggunakan Ilmu Pukulan Awan Seribu. Dari kedua tangannya melesat puluhan gumpalan putih kecil sekali pukul, bentuknya seperti awan.

Dess! Dess! Dess!

Gumpalan putih ini menghantam beberapa orang yang hendak menghambat lari kuda sampai terjengkang kembali ke belakang.

Prabarini selamat, Danurwenda sudah menukik ke bawah sambil kembali memukulkan kedua tangan di udara.

Wushh! Wushh!

Plak! Plak! Plak!

Belasan orang bertopeng kerepotan dihujani benda mirip awan putih berukuran segenggaman tangan ini. Soalnya benda ini begitu keras bagai batu.

Begitu mendarat, Danurwenda berlari ke depan sambil terus mengeluarkan ilmunya ini.

"Sial! Ilmunya selalu tak terduga!" rutuk salah seorang bertopeng.

"Hahaha... rasakan!" seru Danurwenda.

Orang-orang bertopeng dibuat tak berkutik, mereka memilih menjauh ketika Danurwenda mendekat.

Kali ini Danurwenda tidak memberikan serangan yang sampai membikin cacat, dia hanya memukul mundur lawan saja.

Setelah terbuka jalan, segera dia melesat dengan Ilmu Hampang Awak meninggalkan mereka karena ada yang lebih penting untuk segera dilakukan.

Prabarini terkejut tahu-tahu Danurwenda sudah duduk di belakangnya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Danurwenda.

"Tadi aku panik karena tidak bisa mengendalikan kuda ini, lalu aku mencoba tenang membiarkan saja dia lari ke mana. Untungnya kau cepat datang."

"Baiklah, ayo kita lanjutkan!"

Jika dengan berjalan kaki membutuhkan waktu hingga tiga hari, maka dengan berkuda hanya membutuhkan satu hari lebih sedikit saja.

Bukit Grongngong tampak sepi karena jauh dari pemukiman warga. Danurwenda memacu kuda menaiki jalan kecil ke lereng bukit.

Saat itu hari sudah gelap, si kuda tidak bisa lagi berjalan di kegelapan. Akhirnya mereka berhenti lalu menambatkan kuda ke sebuah pohon.

"Mau digendong lagi?" tawar Danurwenda.

Si gadis tersenyum manja dengan tatapan penuh arti. Danurwenda langsung menggendongnya lagi, lalu melesat membelah gelapnya malam menuju lereng bukit.

Belum juga sampai ke sana, dari kejauhan sudah terdengar ribut-ribut seperti suara perkelahian.

"Ada apa, kenapa berhenti di sini?" tanya Prabarini yang pendengarannya tidak setajam telinga Danurwenda.

"Ada sesuatu yang terjadi di sana!"

Danurwenda menggandeng tangan Prabarini, lalu melangkah mendekati tempat kejadian.

Di lereng bukit tanahnya sebagian ada yang mendatar terdapat sebuah rumah yang diterangi beberapa obor di setiap sudutnya.

Di halaman rumah itu tengah terjadi pertarungan beberapa orang bertopeng melawan beberapa laki-laki setengah baya.

"Mereka lagi!" dengus Danurwenda.

Tanpa pikir panjang, pemuda ini langsung berkelebat ke arena pertarungan seraya mengirimkan pukulan jarak jauh dari Ilmu Pukulan Awan Seribu.

"Enyahlah kalian!" teriak Danurwenda.

Wushh! Wushh!

Dess! Dess!

Hujan awan kecil seketika membuat sekelompok orang bertopeng kayu ini kocar-kacir.

"Kurang ajar! Dia datang disaat yang tepat!" maki salah satu orang bertopeng.

Mereka mencoba terus bertahan dengan menghalau hujan awan kecil tersebut menggunakan senjata masing-masing.

Begitu Danurwenda sudah berada di antara para lelaki setengah baya, dia terus memukul mundur kelompok bertopeng, menghujani mereka dengan Pukulan Awan Seribu.

"Haha... Kalian belum merasakan ilmuku yang satu ini!" seru Danurwenda.

***

Jangan lupa vote-nya....

Wutt! Wushh!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Selyn Horo
Mantapp novelnya ke nonton film aja
goodnovel comment avatar
Andi Suka
pindah kemana kang? pindah kesini aja ya.......
goodnovel comment avatar
Nandar Hidayat
lanjut, tapi mau pindah kayanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   7. Racun Pepengeng

    Orang-orang bertopeng bagai terlempar ke bawah. Prabarini menyaksikan dengan menahan napas. Ilmu Danurwenda yang satu ini cukup dahsyat.Diam-diam gadis putri senapati ini semakin mengagumi Danurwenda.Akan tetapi ada satu orang bertopeng yang masih bertahan. Kuda-kudanya begitu kuat bagaikan tertanam ke tanah. Sementara kedua tangannya memukul setiap gumpalan awan kecil.Desss! Desss!Danurwenda terperangah melihatnya, lalu dia hentikan Pukulan Awan Seribu. Para lelaki setengah baya yang berjumlah lima orang juga sudah berdiri di belakang si pemuda."Kau yang terhebat di antara mereka rupanya!" ujar Danurwenda.Satu orang bertopeng yang tersisa ini membuat gerakan menguatkan diri, lalu sosoknya menerjang ke arah Danurwenda. Senjata goloknya berkelebat cepat.Wutt!"Jepitan Jari Dewa!" seru Danurwenda dengan sedikit menyeringai.Tapp!Dua jari tangan kanan Danurwenda berhasil menjepit bilah golok tepat waktu, sehi

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-16
  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   8. Pertarungan Di Perempatan

    Orang tinggi besar ini menunjukkan muka dingin. Kedua matanya menyorot seperti elang. Hawa sakti memancar kuat dari tubuhnya."Aku Bardasora, senapati pengawal Rahyang Sempakwaja. Akan menangkapmu, pembunuh Senapati Mandura!"Danurwenda pikir tidak bisa tawar menawar dengan si tinggi besar ini. Senapati pengawal bernama Bardasora ini pasti tidak akan menerima penjelasan tentang pembunuhan Senapati Mandura."Dan juga, kembalikan Putri Prabarini!"Si pemuda hampir lupa bahwa dia juga dituduh sebagai penculik putri Senapati. Dia melirik sejenak ke arah gadis itu."Tidak perlu basa-basi, kau tahu sendiri, bukan?" Ucapan Danurwenda ini jelas merupakan tantangan.Derrr!Bardasora menghantamkan gagang tombak ke tanah sampai menimbulkan getaran. Hawa sakti semakin menyeruak seolah hendak mengikat tubuh Danurwenda.Namun, bukan Danurwenda kalau tidak bisa melawan serangan tak kasat mata ini. Bardasora pun sudah menduganya, si pemuda ini memang bukan pendekar rendahan.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-17
  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   9.Ilmu Napak Tilas

    Sepasang petani itu tampak ketakutan sampai terlihat gemetar. Walau tidak terlihat wajahnya, tapi tiga orang bertopeng ini bertindak menekan mereka."Ampun, Ki Sanak. Kami tidak membawa apa-apa karena ladang kami belum panen!" Si petani lelaki memelas. Wajahnya sudah penuh peluh."Iya, Den. Kami hanya merapikan kebun kami. Lihat saja, tidak ada yang kami bawa!" timpal istrinya."Bohong, kalian pasti sudah menjualnya. Berikan kepeng hasil penjualannya!" Bentak salah satu orang bertopeng.Sring!Tiga golok sudah mengancam jiwa sepasang petani ini. Wajah keduanya semakin seputih kapas. Mereka saling pandang seolah sedang berdiskusi."Ayo cepat keluarkan, atau nyawa kalian sebagai gantinya!"Akan tetapi sepasang petani ini menjadi kelu. Bingung dan takut. Apa yang harus mereka lakukan? Sedangkan mustahil kalau melawan."Ah, habisi saja mereka lalu ambil kepengnya!" teriak si topeng yang lain.Kemudian dua di antaranya segera m

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-18
  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   10. Pengalaman Pertama

    Tidak lama kemudian lewatlah dua orang lelaki menunggang kuda yang berjalan pelan. Pakaian mereka tampak sederhana seperti rakyat biasa, tapi kuda yang ditunggangi terlalu mewah untuk orang kasta rendah.Tubuh keduanya terlihat tegap dan gagah, wajah bersih memancarkan kewibawaan. Jelas mereka bukan rakyat jelata, tapi orang berpangkat di istana."Kau kenal mereka?" tanya Danurwenda setelah melihat sinar mata Prabarini ketika menatap dua orang tadi."Mereka keluarga istana,""Oh..."Danurwenda memang mempunyai teman yang mempunyai jabatan di kerajaan Galuh, tapi bukan berarti tahu tentang keluarga istana."Yang sebelah kanan adalah Sang Jalantara alias Raden Amara, putra bungsu Prabu Wretikandayun. Yang satu lagi kakaknya Rahyang Jantaka!""Rupanya putra raja, apa mereka juga turun tangan demi membalas kematian ayahmu?""Entahlah, tapi sepertinya mereka ada urusan lain. Mana mungkin kematian ayahku sampai melibatkan mereka. Oh,

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-18
  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   11. Dua Pendekar Bayaran

    Dua orang ini perawakannya sama tegap dan kekar. Pendekar Tongkat Merah memiliki wajah bulat dengan sedikit berewok.Tongkat dari bahan rotan berwarna merah panjangnya setinggi badannya. Dengan senjatanya ini dia bisa menjangkau lawan lebih jauh.Yang sebelahnya berwajah agak lonjong dan kelimis, hanya rambutnya gimbal dibiarkan tanpa ikat kepala. Dia dijuluki Si Pecut Guludug.Danurwenda tahu dua pendekar ini mengincar dirinya demi bayaran tinggi."Menyerah baik-baik saja. Agar kami tidak banyak keluar tenaga!" kata Pendekar Tongkat Merah."Enak saja, harus bekerja dulu biar setimpal dengan upahnya!" hardik Danurwenda."Huh, jumawa!" maki Si Pecut Guludug."Kalian berdua yang mengambil resiko besar, apa itu juga bukan sombong?" balas Danurwenda dengan menyeringai yang membuat kedua orang di depannya naik pitam."Hari ini adalah waktu naasmu, Danurwenda!" teriak Pendekar Tongkat Merah yang sifatnya lebih temperamen dari kawanny

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-27
  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   12. Penunggu Hutan

    Ketika memasuki hutan tadi, hari baru lewat tengah hari. Di luar sana udara terasa terik. Anehnya setelah masuk ke hutan mendadak suasana berubah seperti malam hari.Benar-benar bagaikan di malam hari. Gelap dengan iringan suara serangga malam. Ramai, tapi terasa sunyi.Prabarini eratkan pegangan, bahkan sampai merangkul ke pinggang Danurwenda. Gadis ini tidak bisa melihat apa-apa, hanya kegelapan yang tampak.Berbeda dengan Danurwenda, dengan mengerahkan tenaga dalam, menjadikan kedua bola matanya mampu menerawang dalam gelap."Hutan ini aneh, tadi di luar masih siang. Kenapa di sini jadi malam? Apa kita tidak salah jalan?""Kalau lewat jalan lain, maka akan membutuhkan waktu lebih lama lagi. Ini jalan pintas menuju gunung Kunci!""Apa kau sanggup melewati hutan aneh ini?" Prabarini khawatir."Tenang saja!"Danurwenda melangkah sedang saja. Dia menyusuri jalan setapak yang berliku-liku. Tidak lupa dia tingkatkan kewaspadaan.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-01
  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   13. Asmara Menggelora

    Seolah lupa dengan tujuan mereka, sepasang manusia ini malah memadu asmara sambil berendam di air sungai yang dingin.Namun, mereka tidak merasakan dinginnya air karena terpanaskan oleh tubuh mereka yang mengeluarkan hawa panas saat saling menyatu tanpa penghalang.Gejolak nafsu telah menguasai kedua manusia yang sedang dilanda kasmaran berat ini. Yang ingin dirasakan saat ini adalah mengecap keindahan gelora dalam cinta."Ow! pekik Danurwenda tertahan ketika Prabarini melakukan hal yang berani. Rasanya seperti melayang ke awang-awang. Tubuhnya sedikit menegang."Waktu itu aku belum sempat, sekarang aku ingin memegangnya!" Prabarini mengulas senyum manja malah cenderung nakal. Dia memainkan jari-jari tangannya, membuat Danurwenda mengerang"Aku jadi tidak kuat!" ujar Danurwenda membalas perlakuan si gadis dengan cara yang sama, malah dengan dua tangannya meraba di tubuh indah bagian atas milik Prabarini.Keduanya mendesah tertahan mera

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-03
  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   14. Wakil Ketua Selatan

    Sudah diduga sebelumnya, Danurwenda bakal mendapat sambutan yang tidak menyenangkan. Belasan orang bertopeng ini langsung berhamburan menyerang Danurwenda."Hah, di markas sendiri masih malu-malu nunjukin muka! Wajah kalian jelek-jelek, ya!"Danurwenda langsung gunakan Jurus Benteng Seribu sambil meloncat, menghindar serbuan lawan. Dia berniat menerobos masuk, bahkan kalau bisa langsung ke gua yang berada di atas.Namun, anggota Kelompok Macan Ucul yang berada di sini ternyata lebih tangguh daripada yang pernah dia hadapi sebelumnya.Pendekar muda ini harus mengerahkan tenaga dalam lebih besar pula. Serangan lawan lebih cepat dan banyak variasi yang tidak dapat ditebak.Lima pukulan dan tendangan datang bersamaan mengincar titik berbeda. Untungnya Danurwenda sudah menambahkan Ilmu Hampang Awak guna membantu gerakannya.Dalam sekali elak saja, kelima serangan tersebut bisa dihindari dengan mulus walaupun pada kejap berikutnya tujuh serangan l

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-05

Bab terbaru

  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   119. Pulang

    Tubuh senapati terlempar lalu ambruk. Dadanya terasa sangat sesak bagai dihimpit batu raksasa. Tenaga dalamnya seketika buyar, malah ada yang menghantam diri sendiri.Akibatnya tubuh sang Senapati tak bisa digerakkan lagi seperti lumpuh. Selain sesak, di bagian dalamnya terasa remuk dan panas menyengat.Pada saat itulah Sang Prabu keluar, meloncat dan langsung mendarat di depan senapati yang tergeletak tak berdaya."Kau ditangkap karena merencanakan tindakan makar!" seru Sang Raja.Para prajurit langsung terdiam begitu tahu siapa yang muncul."Jika kalian masih membela dia, maka kalian dianggap pembangkang!" teriak Sang Raja.Semua prajurit tidak ada yang berani bergerak. Sementara sang senapati sudah kehilangan harapan. Dia sangat dendam kepada Danurwenda, tetapi apa daya sekarang dia hanya manusia biasa tanpa kekuatan.Kemudian Sang Raja memerintahkan agak senapati ditangkap dan dibawa ke istana.Pagi-pagi buta di istana Nunuk. Danurwenda diundang ke kamarnya Nila Saroya. Kamar yang

  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   118. Kembalinya Sang Raja

    Sang Prabu membuat gerakan mendorong dengan satu tangan ke arah mulut gua. Sekelebat angin lembut menderu membelah air sungai sehingga membentuk sebuah jalan."Mari!" ajak Sang Raja.Danurwenda dan Nila Saroya mengikuti Sang Raja melangkah di jalan air yang terbentuk secara ajaib ini sampai berada di sisi sungai sebelah barat. Setelah itu jalan air ini menutup kembali.Ternyata di luar sudah hampir gelap. Sang Raja yang mengenakan pakaian resi terus berjalan ke tengah hutan di dekat hulu sungai itu.Sampai di suatu tempat yang agak lapang, Sang Prabu berhenti lalu kedua tangannya bertepuk pelan. Tiba-tiba dari kegelapan muncul sebuah kereta kuda tanpa kusir dan berhenti di depan Sang Raja."Silakan naik," kata Sang Raja.Danurwenda langsung menjura. "Silakan Gusti Prabu dan Tuan Putri yang naik duluan, biar saya yang menjadi kusir!"Sang Raja tersenyum lalu naik ke kereta diikuti Nila Saroya yang agak ragu-ragu. Kereta kuda pun berangkat setelah Danurwenda duduk di tempat kusir dan me

  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   117. Pertapaan Raja

    Nila Saroya ingat kemarin hampir menikah dengan lelaki yang tak dicintainya. Sekarang setelah bersama Danurwenda dia lupa kalau sudah punya kekasih yang sangat dicintainya. Entah bagaimana kabar sang kekasih saat ini setelah ada kabar tentang ayahnya ini."Kau mau di bawah atau di atas?" Pertanyaan Danurwenda membuyarkan lamunan dan mengejutkannya."Ap- apa?""Kau mau tidur di mana, di atas dipan atau di lantai?" ulang Danurwenda."Kau di mana?" Nila Saroya balik tanya."Terserah kamu yang duluan, atau mau bareng-bareng saja di atas?" Danurwenda lemparkan kerlingan mata yang memikat.Dari awal dia tahu sifat gadis ini pendiam dan pemalu, tapi dia tahu apa yang dirasakan di dalam hati Nila Saroya."Ap-, tid-, eh. Aku di sini saja!" Nila Saroya segera naik ke atas dipan. Dia tak bisa menyembunyikan kegugupannya.Kemudian Nila Saroya berbaring membelakangi Danurwenda. Cukup lama keduanya saling diam. Akhirnya Danurwenda merebahkan diri di sebelah Nila Saroya.Nila Saroya kaget ketika mer

  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   116. Menyamar

    "Ayo lari!"Danurwenda membawa dua orang yang jadi buruan ini masuk ke bukit, menyelinap ke balik bebatuan besar sehingga dalam waktu singkat jejak mereka hilang."Siapa yang melarikan mereka?" tanya si pemimpin di atas kuda setelah sampai di sana."Danurwenda!""Pendekar yang jadi kepercayaan istana Galuh itu?""Benar, Ketua!"Si pemimpin langsung maklum kenapa lima anak buahnya ini tidak menyerang."Cari terus, biar aku yang menghadapi Danurwenda!" perintah si pemimpin.Sementara itu Danurwenda sudah menyelinap ke tempat yang sulit di jangkau. Dengan kepiawaiannya dia bisa membawa dua orang yang sedang dilindunginya.Akhirnya mereka sampai ke sebuah gua kecil tersembunyi di lereng bukit. Lelaki setengah baya itu tergopoh-gopoh sambil mengatur napasnya.Sementara si gadis yang tidak lain Tuan Putri bernama Nila Saroya sudah duduk menyandar ke dinding gua."Terima kasih, Anak muda!" ujar lelaki setengah baya. Danurwenda hanya mengangguk pelan dengan tersenyum."Ki Narya, sebenarnya si

  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   115. Pembantaian

    Di sebuah desa di wilayah kekuasaan Kerajaan Nunuk. Di dalam kamar sebuah rumah besar, tampak seorang gadis cantik sedang merenung menyendiri."Ini hari pernikahan Tuan Putri, kenapa masih menyendiri di sini, tukas rias sudah menunggu di kamar Tuan Putri!" kata seorang gadis lain yang merupakan pembantu di rumah ini."Aku tidak mau dijodohkan dengan dia, orangnya jelek, perangainya buruk lagi. Terus kenapa ayah belum juga pulang dari istana. Semakin kesal saja, aku mau kabur saja!""Heh, jangan, Tuan Putri!"Gadis yang dipanggil Tuan Putri ini tiba-tiba berbinar matanya begitu melihat sosok pembantunya. Bentuk tubuh dia dengan pembantunya ini hampir mirip, hanya wajah saja yang berbeda.Lalu si Tuan Putri ini tiba-tiba menarik si pembantu keluar menuju kamarnya yang sudah ada beberapa orang tukang rias. Dia ingat semua tukang rias tidak ada yang mengenali dirinya."Ini Tuan Putri yang akan dirias!" kata Si Tuan Putri sambil mendorong pembantunya. Si pembantu tampak bingung."Sudah, ik

  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   114. Asmara Satu Malam

    Setelah ada pesta menyambut kemenangan atas bebasnya desa Cipeundeuy dari penindasan Raksana dan Gumara.Delapan orang pemanah diangkat menjadi kelompok keamanan desa. Beberapa orang sesepuh juga diminta untuk menjadi pejabat pengurus desa.Suasana di rumah itu sudah sepi. Tinggal Danurwenda bersama gadis berkulit hitam manis itu. Setelah diperhatikan, Kinasih cantik juga.Tubuh gadisnya sudah matang sehingga membentuk lekuk yang membuat para lelaki menelan ludah."Setelah tahu siapa kamu, aku tidak bisa menahanmu pergi!" ujar Kinasih sambil menatap tajam penuh arti. Bola mata gadis ini seakan ingin meloncat menembus kedua mata si pemuda."Padahal aku ingin kau lebih lama di sini, bahkan tetap tinggal di sini!" Lanjut si gadis mengharap."Mungkin lain kali, aku akan tinggal lebih lama. Apalagi bersama gadis secantik kamu!""Jangan mudah berjanji!" Kinasih tersipu. "Mungkin kau akan lupa, apalagi di kota raja banyak gadis-gadis cantik!"Danurwenda menatap gadis itu lekat. Tidak dapat d

  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   113. Desa Terbebas

    Gumara kaget, segera menghampiri anak buahnya yang jatuh itu. Sebuah anak panah menancap tepat di dada menusuk jantung."Pembokong sialan!""Ada apa, Anakku?""Lihatlah, Pak!"Gumara menyapukan pandangan, tak ada yang mencurigakan. Bahkan seolah-olah angin pun diam tak bergerak."Apa rencana mereka?" gumam Raksana sambil memandang anak panah yang sudah dicabutnya."Aaah!"Brukk!Satu lagi di tempat lainnya tampak terpental lalu ambruk tak berkutik. Setelah diperiksa juga sama terpanah tepat di jantungnya. Semakin marah Gumara dan ayahnya melihat kejadian ini."Setan alas!""Bedebah!"Apa yang terjadi sebenarnya?Selama tiga hari menghilang, Danurwenda dan Kinasih secara sembunyi-sembunyi menemui warga-warga desa. Mereka mengajak warga untuk melawan Raksana.Namun, kebanyakan menolak karena takut dan tak punya kemampuan. Hingga akhirnya Danurwenda punya gagasan mencari dan menemui orang-orang yang suka berburu.Kebanyakan mereka ahli dalam memanah buruan di hutan. Setelah diajak dan di

  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   112. Menolong Sebuah Desa

    "Tunggu pembalasan kami, bocah!" seru salah satunya."Siapa mereka?" tanya Danurwenda setelah kelima orang itu lenyap."Mereka anak buahnya Raksana," jawab si gadis berkulit aga gelap, tapi manis."Raksana?"Kemudian si gadis menceritakan keadaan desanya yang dilanda kekacauan atas ulah seorang warga berilmu tinggi yang menggunakannya untuk menindas warga yang lain."Bahkan Raksana dan Gumara, anaknya, telah membunuh Ki Kuwu. Desa Cipeundeuy dikuasai mereka dan anak buahnya, berbuat sewenang-wenang. Memungut upeti panen seenaknya kepada warga,""Tidak ada yang memberitahukan ke kerajaan?""Setiap ada yang mau ke kerajaan selalu ketahuan, ditangkap, disiksa bahkan dibunuh!""Wah, kejam sekali mereka!""Lebih biadab lagi, Gumara selalu melecehkan gadis-gadis desa. Jika ada yang disukainya, akan ditangkap dan dijadikan budak nafsunya."Naluri Danurwenda yang baik ingin berbuat sesuatu untuk menolong desa ini dari kesewenang-wenangan. Tidak mengapa perjalanan pulangnya terhambat kalau unt

  • DANURWENDA - Rahasia Putri Senapati   111. Sang Pahlawan

    Rupanya Danurwenda tidak tahan melihat tubuh indah Dewi Kalajenget sejak tidak sengaja menyentuh buah montoknya. Sintal, sepasang gunung yang besar. Lebih besar dari wanita yang pernah dia temui sebelumnya.Padahal usia Dewi Kalajenget jauh lebih tua, tapi lekuk tubuhnya masih menggoda. Kulit mulus dan kencang. Dia ingat Putri Angin yang memiliki kecantikan sempurna, tapi tidak sesekal wanita ini.Entah kenapa akhir-akhir ini Danurwenda seperti gampang haus asmara. Kerinduan kepada Setyawati membuatnya mencari pelampiasan kepada wanita lain.Wanita itu menggelinjang kegelian. Bahkan kedua tangannya bergerak menarik punggung Danurwenda sehingga pemuda ini menindih tubuhnya.Kembennya telah terlepas begitu saja sehingga bagian atas tubuhnya terpampang bebas tanpa penghalang. Danurwenda mengatur perasaannya. Kulit tubuh Dewi Kalajenget memberikan sensasi nikmat yang beda. Apalagi dua bulatan yang mengganjal di dada."Aku akan mengabulkan keinginanmu," bisik Danurwenda di telinga Dewi Kal

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status