Home / Romansa / Crazy Zee / Bab 2. Inspeksi

Share

Bab 2. Inspeksi

Author: Raf
last update Last Updated: 2021-05-06 15:53:16

“Neng Zee ngapain sih tiap hari ke mall?” Joni si tukang parkir hampir selalu menanyakan pertanyaan yang sama saat didatangi gadis itu. Sudah nyaris sebulan ia melihat Zee mondar mandir di mall.

Dulu Zee malah ikut membantunya memarkirkan mobil-mobil yang keluar masuk. Tapi Joni melarang. “Nanti saya yang kena skors, Neng. Tukang parkir di mari harus pakai seragam.” Ia khawatir ditegur atasannya jika melihat Zee ikut memarkirkan mobil-mobil tamu. Sejak itu Zee berhenti memarkirkan mobil. Ia sadar tamu pasti tak nyaman jika dilayani tukang parkir layaknya di pinggir jalan. Tapi ia masih sering nongkrong ke tempat Joni di saat-saat tertentu.

“Neng….!” Joni mengagetkan Zee yang sedang celingukan mencari Rai, pengawalnya yang menyebalkan itu.

“Inspeksi.” Ia menjawab singkat.

“Yaelah si Neng. Inspeksi segala. Kayak pejabat aja.” Joni tertawa mendengar jawaban Zee yang  lucu.

“Inspeksi Kang Parkir. Biar gak kerja sembarangan.” Zee tertawa menanggapi komentar Joni.

Sekilas matanya menangkap sosok Rai sedang berbicara dengan satpam di dekat pintu masuk.  Mata mereka berserobok. Buru-buru ia membuang pandangan. Ia merasa menang karena laki-laki itu patuh mengikuti perintahnya untuk menjauh lebih dari tiga ratus meter.

“Saya serius Neng. Tiap hari saya liat Neng bolak-balik, bolak balik. Kayak setrikaan aje.” Joni masih penasaran dengan kehadiran Zee. Kadang ia melihat gadis itu asik berbincang dengan satpam. Kapan tau ia lihat Zee sedang bercanda dengan cleaning service.

“Kalo saya perhatiin, Neng ini mestinya anak orang kaya.” Joni memberi penilaian setelah mengamati penampilan Zee yang menurutnya keren abis.

“Noh liat dah. Semua yang Neng Zee pake tampak mahal semua.” Ia mempermainkan uang ribuan di tangannya, sambil matanya seskali berpindah dari Zee ke mobil-mobil yang keluar masuk.

“Syet dah. Kaya dari mana? Pakaian gue compang camping begini. Apanya yang mahal?” Zee menunjukkan celana jeans belelnya pada Joni.

"Bagusan juga seragam kamu, Jon." 

Laki-laki itu tertawa senang. Merasa tak berjarak dengan gadis tomboy cantik itu. Joni lebih muda dari Zee, namun tampak lebih tua dari umurnya. Zee selalu bicara informal dengan para pekerja di level bawah agar mereka merasa nyaman saat bersamanya. Terlebih lagi, ia tidak ingin mereka mengetahui siapa dirinya. Ia pun sudah mewanti-wanti papa dan top management mall agar tidak membocorkan identitasnya.

“Jadi Neng ngapain di mall ini tiap hari?” Joni masih penasaran.

“Mak gue jualan di food court. Tugas gue ngabisin makanan Emak kalo gak laku.” Zee menyeringai jail padanya.

Joni tampak geli mendengar jawaban Zee. “Nah, kalo gitu Neng boleh berbagi tugas sama saya dah. Kalo gak abis, bawa aja makanannya di mari. Saya bantuin.”

“Iya nanti ya. Sekalian bagiin buat Udin dan Mamat.”

“Eh, beneran, Neng?” Joni tampak girang. "Lumayan banget itu, menghemat uang makan saya."

“Iyalah. Masa gue bo’ong.” Zee menyeringai.

“Wah semoga jualan Emak hari ini gak laku ya Neng.”

“Hush. Doa tuh gak boleh yang jelek. Tetap doain laku, biar nanti tambah banyak duit Emak, biar bikin makanan lebih banyak. Biar makin rajin juga bagi-bagi rejekinya.”

“Eh, iya. Maap ya Neng. Semoga dagangan Maknya Neng Zee laku. Tapi sisain buat Joni yak.” Joni memandang Zee sambil cengegesan.

Zee menepuk pundak Joni. “Nah gitu dong. Ya sudah, nanti gue bawain ya. Cabut dulu.” Ia pamit pada Joni yang tampak senang mendengar janji Zee. Bagi Joni dan pekerja rendahan di mall itu, menghemat sekali uang makan berarti kesempatan langka yang membuat mereka sangat bahagia. Apalagi harga-harga makanan di sekitar mall tidak ada yang murah.

“See you Neng. Terima kasih yak.” Ia melambaikan tangan sekalian pamer bahasa Inggris yang pernah diajarkan Zee.

Zee tersenyum memberi dua jempol ke arah Joni.

“See you, Jon. Good Job.”

Joni tampak sumringah dengan seulas senyum tersungging di wajah hitamnya yang sering terkena sinar matahari.

Rai, sang pengawal tak pernah melepas pandangannya dari kedua anak muda itu. Ia takjub melihat betapa santai sang gadis berbincang dengan tukang parkir. Berkali-kali ia melihat mereka tertawa. Zee tidak tampak canggung sedikit pun saat berinteraksi dengan tukang parkir itu. Ia malah terlihat riang dan tertawa senang.

Rai tak habis pikir, bagaimana mungkin anak seorang pemilik mall mewah yang kaya raya mampu bergaul dan tidak menunjukkan sedikitpun arogansi saat bersama pegawai rendahan. Sebaliknya ia tampak sangat membaur, seakan seumur hidup terbiasa berada di antara kaum marginal. Meskipun gadis itu sangat menjengkelkan saat di dekatnya, tapi ia kagum dengan kerendahan hatinya.

“Gadis unik.” Ia bergumam, sambil melangkah mengikuti Zee yang berjalan ke arah samping mall. Kali ini ia menjaga jarak, takut Zee kabur lagi dan membuat ia kewalahan mencarinya. 

Zee melangkah dengan gerakan cepat seperti biasa. Ia bermaksud melanjutkan inspeksi ke bagian belakang mall yang jarang dikunjungi para pengelola. Ia memutar melalui samping mall. Ia lebih suka mengambil jalur-jalur yang tidak biasa dilalui pengunjung. Terkadang ia menemui para pekerja yang jarang terlihat dari luar, dan mengajak mereka berbincang. Ia senang mendengar cerita para pekerja di mall itu. Para supir yang tengah menunggu majikan, atau sopir dan kenek mobil box yang tengah mengaso. Selalu saja ada cerita menarik saat ia berbincang dengan mereka.  

Tiba-tiba sebuah teriakan mengagetkannya.

"Zee...! Hei.... Zee....!"

Ia mencari sumber suara. 

Dari kejauhan Dena, sahabat masa kuliahnya berlari mengejar Zee. Ia menghentikan langkah dan mengernyitkan kening, heran melihat Dena ada di mall dan terengah-engah mengejarnya. 

"Astaga... ternyata beneran elu, Zee. Tadi gue pikir gue salah liat." Dena memegang tangan Zee dan menatap sahabatnya itu dengan nafas masih memburu.

"Ngapain Na? Kok ada di sini?"

“Pertanyaan yang sama buat lu. Ngapain sih Zee? Tadi gue liat lu ngobrol sama tukang parkir. Tapi gue gak yakin. Gue mau brenti tapi mobil gue diklasonin mobil belakang. Terpaksa cari parkir dulu. Mana lagi penuh gini. Tadi gue lari-larian ngejar ke tempat lu nongkrong, eh elunya malah jalan ke sini.” Wajah Dena tampak masih memerah.

Zee memeluk sahabatnya. “Duh kasian amat sahabatku. Gue gak liat, Na. Sorry ya.”

“Iya. Gak apa-apa. Tapi lu mau kemana kok lewat sini?” Dena menatap Zee penuh selidik.

“Mau ke dalam. Tapi nyasar ke sini.” Ia tersenyum jail ke arah Dena.

“Hish.. ada-ada aja. Yuk, lewat depan aja.” Dena menarik tangan Zee.

Rai menghentikan langkah ketika Zee dan teman perempuannya berbalik menuju ke arahnya. Ia pura-pura sibuk memainkan ponsel ketika Zee dan gadis cantik berpenampilam modis dan anggun itu melewatinya.

Zee mendelikkan mata ke arah Rai dan berlalu pura-pura tidak mengenalnya.

Rai balas melototkan mata ke arah Zee, dan tersenyum ketika mendengar pembicaraan kedua gadis itu.

“Gue kangen banget sama lu, Zee. Gue telpon gak pernah diangkat sih.”

“Masak sih? Gue lagi sibuk cari kerja.” Zee menjawab sekenanya.

Kedua gadis itu berjalan menjauhinya. Ia kembali geleng-geleng kepala memandang kedua gadis yang tampak benar-benar bertolak belakang di lihat dari sudut manapun.

***

Related chapters

  • Crazy Zee   Bab 3. Kabur

    Dena bergelayut manja di lengan Zee. Ia memang sangat menyayangi sahabat tomboy-nya itu. Meski tomboy, ia tahu persis, Zee adalah pribadi humble dan lembut hati. Empat tahun ia mengenal Zee, gadis itu selalu ada saat Dena membutuhkan. Meski tampak cuek, tapi Zee sangat perhatian dan peduli jika terjadi sesuatu pada teman-teman, terutama pada Dena. Mereka saling menyayangi, apalagi Zee dan Dena sama-sama anak tunggal.Mereka memiliki seorang sahabat lain, Zack, salah satu cowok idola dan atlit serba bisa pemegang sabuk hitam taekwondo. Bertiga mereka dijuluki Double ZD. Mereka hampir selalu bersama semasa kuliah. Dena satu-satunya yang tidak bisa bela diri, sehingga menjadi anak manja yang selalu diproteksi oleh Double Z.Kini hampir sebulan ia tidak bertemu Zee. Ia kangen berat, namun Zee sulit dihubungi. Ia pun tak menyangka bertemu Zee hari ini di mall. Dena sangat senang dan tak henti-henti menanyai Zee ini itu.“Zee, seriusan. Tadi ngapain sih di mall ini? Tadi

    Last Updated : 2021-05-08
  • Crazy Zee   Bab 4. Balas Dendam

    Zee mendapat kesempatan kabur dari Rai. Saat film sedang tayang, ia sengaja ke luar dan mencari tahu keberadaan Rai. Setelah celingukan mencari laki-laki itu di seputar bioskop dan turun satu lantai di bawahnya, tak juga terlihat si pengawal sombong. Tiba-tiba ia menemukan ide untuk membalas dendam atas perlakuan kurang ajar Rai tadi siang.Bergegas ia kembali masuk dan memaksa Dena keluar. Dena yang tengah asik menikmati film, protes. Tapi Zee ngotot.“Kenapa sih Zee. Kan lagi seru ini filmnya.” Dena cemberut ditarik-tarik Zee untuk keluar.“Ayolah Na. Kita jalan ke luar. Ajak Zack.” Ia berbisik di kuping Dena.Begitu mendengar nama Zack, Dena langsung semangat.“Eh iya. Gue juga kangen sama Zack. Yuk.” Dena otomatis beranjak dari tempat duduk. Mereka berjalan merunduk di antara deretan kursi bioskop agar tidak menghalangi penonton lain.Zee setengah berlari menarik tangan Dena agar cepat sampai ke parkir. Ia ingin ngumpet di mobil Dena dan seger

    Last Updated : 2021-05-08
  • Crazy Zee   Bab 5. Let's Play The Game

    Rai memacu mobil dengan santai. Meski marah ia berusaha tetap tenang. Saat ini ia tak ingin kemana-mana. Tujuannya cuma satu. Pulang. Hari ini ia merasa sangat konyol karena berhasil dikecoh dengan mudah oleh seorang anak perempuan. Ia, Raihan si Jagoan, dibuat tampak bodoh gara-gara gadis kecil dengan tinggi tak sampai sedadanya yang bidang. Jika Dre tahu, anak itu pasti tertawa puas atas segala penderitaannya.“What? Lu dikibulin bocah?” Seketika wajah jail Dre terbayang di depan matanya.“Lu harus lebih manusiawi sama cewek. Peran pangeran berhati dingin itu udah gak jaman. Nyesal lu gak sempat senang-senang di masa muda bersama cewek-cewek cantik.” Dre yang playboy cap kampak selalu berusaha mengajak Rai masuk ke dunianya yang hingar bingar dan sering gonta ganti cewek. Tapi Rai tak tertarik dengan gaya hidup Dre yang hedon. Ia lebih suka menghabiskan waktu berlatih dan melatih karate di dojo milik salah seorang sahabatnya.“Gan

    Last Updated : 2021-05-18
  • Crazy Zee   Bab 6. I Will Be With You

    Sesampai di rumah Rai membereskan koper dan menukar mobil dengan motor. Salmah sang asisten rumah tangga heran melihat tuan mudanya menyeret tas besar menuju motor.“Mau kemana, Mas?” Kok pake motor?”‘Dinas.” Ia menjawab singkat.‘Dinas kemana?”“Ke bulan.” Rai tidak suka ditanya-tanya.“Ke bulan kok naik motor.” Sang asisten yang sudah lama bekerja di rumah Rai sama cuek dengan majikan mudanya.“Nanti kalau Ibu tanya bilang kemana?” Ia masih penasaran.“Bilang pergi tugas. Sudah! Gak usah cerewet kamu.”“Ih, ditanya baik-baik juga. Kenapa marah-marah?” Salmah yang agak ganjen tak pernah merasa sungkan pada tuan mudanya yang tampan. Terkadang ia sengaja menggoda Rai. Namun Rai tidak pernah menggubris kelakuan minus asistennya.“Mau dibantuin gak bawa kopernya?” Ia masih berusaha cari perhatian.Rai me

    Last Updated : 2021-05-23
  • Crazy Zee   Bab 7. Pengawal 24 Jam

    Zack menyambut kedatangan kedua sahabatnya dengan heboh. Masih menggunakan celana pendek dan kaos, ia menarik kedua gadis cantik itu ke dalam rumah.“Kalian ketemu dimana? Zee lu kenapa penuh rahasia banget tadi ngomongnya? Gue sempat kesel banget. Lu ngomong kayak orang ketakutan gitu. Lagian telpon gak diaktifin. Nyebelin tau. Ada apa sih?” Ia memberondong kedua sahabatnya dengan berbagai pertanyaan.“Gak ada apa-apa.” Zee menjawab santai.“Iya, Zee kayak orang ketakutan. Gue juga berasa begitu. Tapi dia gak mau cerita.” Dena menambahkan dan dibalas dengan mata mendelik oleh Zack.“Feeling gue bener. Gue juga berasa Zee begitu. Dan itu sangat menjengkelkan.” Zack merasa dapat support dari Dena.“Sembarangan. Mana ada dalam kamus Lizzy takut seperti begitu.” Ia menatap Zack dengan pandangan tidak terima."Tapi lu emang gak biasanya, Zee. Lu aneh dan jadi nyebelin.” Dena menim

    Last Updated : 2021-05-28
  • Crazy Zee   Bab 8. Anggota Keluarga

    Zee melayangkan tangan ingin menampar Rai yang membuatnya sangat marah. Namun Rai kembali menangkap tangan mungil itu dengan pandangan sinis dan meremehkan.“Cukup, Nona. Ini tengah malam. Anda mau menampar saya lagi di tengah malam buta begini? Anda mau bikin drama? Ingin menjadi topik berita?” Rai menggenggam tangan Zee dan bicara dengan suara pelan sambil membungkukkan tubuh di hadapan Zee.“Sebaiknya anda bersiap-siap untuk istirahat. Ini sudah hampir pukul setengah tiga. Besok pagi anda harus ke mall lagi. Saya tunggu anda pukul tujuh pagi untuk mengantar anda ke sana.”“Heh! Siapa bilang gue mau diantarin sama kamu? Jangan lancang kamu!” Zee masih belum bisa terima perlakuan Rai, namun ia pun tak tahu harus bagaimana bersikap menghadapi pengawal lancang dan kurang ajar itu.“Saya tidak mau berdebat di tengah malam dengan anak perempuan berkelakuan seperti bayi. Jadi sekarang silahkan istirahat. Sampai jumpa besok pagi.” Rai melepaskan tangan Zee dan ber

    Last Updated : 2021-05-29
  • Crazy Zee   Bab 1. Sang Pengawal

    Zee mengintip dari balik tiang besar di sebuah mall megah.“Huh… pengawal resek! Disuruh jauh-jauh malah nempel kayak perangko.” Ia tersengal-sengal setelah berhasil kabur dari adegan petak umpet dengan pengawal baru yang dikirim ayahnya.Tiang besar mall itu membuatnya merasa aman dari intaian sang pengawal. Meski jantungnya berdetak kencang dan pipi memerah, namun ia puas saat melihat pria bersafari hitam itu celingak-celinguk kebingungan mencari sosok mungilnya di antara pengunjung mall yang ramai.Dengan santai ia duduk ngedeprok di lantai, menyandar pada tiang, berusaha menstabilkan kembali denyut jantungnya yang terasa mau meledak. Senyum jail tersungging di sudut bibirnya.“Welcome to the jungle.”Gadis bermata belo itu sehari-hari tampil cuek dengan kaos vintage dan leather jacket warna hitam beserta celana jeans belel kesukaannya. Rambutnya tertutup topi yang dipakai menghadap ke belak

    Last Updated : 2021-05-05

Latest chapter

  • Crazy Zee   Bab 8. Anggota Keluarga

    Zee melayangkan tangan ingin menampar Rai yang membuatnya sangat marah. Namun Rai kembali menangkap tangan mungil itu dengan pandangan sinis dan meremehkan.“Cukup, Nona. Ini tengah malam. Anda mau menampar saya lagi di tengah malam buta begini? Anda mau bikin drama? Ingin menjadi topik berita?” Rai menggenggam tangan Zee dan bicara dengan suara pelan sambil membungkukkan tubuh di hadapan Zee.“Sebaiknya anda bersiap-siap untuk istirahat. Ini sudah hampir pukul setengah tiga. Besok pagi anda harus ke mall lagi. Saya tunggu anda pukul tujuh pagi untuk mengantar anda ke sana.”“Heh! Siapa bilang gue mau diantarin sama kamu? Jangan lancang kamu!” Zee masih belum bisa terima perlakuan Rai, namun ia pun tak tahu harus bagaimana bersikap menghadapi pengawal lancang dan kurang ajar itu.“Saya tidak mau berdebat di tengah malam dengan anak perempuan berkelakuan seperti bayi. Jadi sekarang silahkan istirahat. Sampai jumpa besok pagi.” Rai melepaskan tangan Zee dan ber

  • Crazy Zee   Bab 7. Pengawal 24 Jam

    Zack menyambut kedatangan kedua sahabatnya dengan heboh. Masih menggunakan celana pendek dan kaos, ia menarik kedua gadis cantik itu ke dalam rumah.“Kalian ketemu dimana? Zee lu kenapa penuh rahasia banget tadi ngomongnya? Gue sempat kesel banget. Lu ngomong kayak orang ketakutan gitu. Lagian telpon gak diaktifin. Nyebelin tau. Ada apa sih?” Ia memberondong kedua sahabatnya dengan berbagai pertanyaan.“Gak ada apa-apa.” Zee menjawab santai.“Iya, Zee kayak orang ketakutan. Gue juga berasa begitu. Tapi dia gak mau cerita.” Dena menambahkan dan dibalas dengan mata mendelik oleh Zack.“Feeling gue bener. Gue juga berasa Zee begitu. Dan itu sangat menjengkelkan.” Zack merasa dapat support dari Dena.“Sembarangan. Mana ada dalam kamus Lizzy takut seperti begitu.” Ia menatap Zack dengan pandangan tidak terima."Tapi lu emang gak biasanya, Zee. Lu aneh dan jadi nyebelin.” Dena menim

  • Crazy Zee   Bab 6. I Will Be With You

    Sesampai di rumah Rai membereskan koper dan menukar mobil dengan motor. Salmah sang asisten rumah tangga heran melihat tuan mudanya menyeret tas besar menuju motor.“Mau kemana, Mas?” Kok pake motor?”‘Dinas.” Ia menjawab singkat.‘Dinas kemana?”“Ke bulan.” Rai tidak suka ditanya-tanya.“Ke bulan kok naik motor.” Sang asisten yang sudah lama bekerja di rumah Rai sama cuek dengan majikan mudanya.“Nanti kalau Ibu tanya bilang kemana?” Ia masih penasaran.“Bilang pergi tugas. Sudah! Gak usah cerewet kamu.”“Ih, ditanya baik-baik juga. Kenapa marah-marah?” Salmah yang agak ganjen tak pernah merasa sungkan pada tuan mudanya yang tampan. Terkadang ia sengaja menggoda Rai. Namun Rai tidak pernah menggubris kelakuan minus asistennya.“Mau dibantuin gak bawa kopernya?” Ia masih berusaha cari perhatian.Rai me

  • Crazy Zee   Bab 5. Let's Play The Game

    Rai memacu mobil dengan santai. Meski marah ia berusaha tetap tenang. Saat ini ia tak ingin kemana-mana. Tujuannya cuma satu. Pulang. Hari ini ia merasa sangat konyol karena berhasil dikecoh dengan mudah oleh seorang anak perempuan. Ia, Raihan si Jagoan, dibuat tampak bodoh gara-gara gadis kecil dengan tinggi tak sampai sedadanya yang bidang. Jika Dre tahu, anak itu pasti tertawa puas atas segala penderitaannya.“What? Lu dikibulin bocah?” Seketika wajah jail Dre terbayang di depan matanya.“Lu harus lebih manusiawi sama cewek. Peran pangeran berhati dingin itu udah gak jaman. Nyesal lu gak sempat senang-senang di masa muda bersama cewek-cewek cantik.” Dre yang playboy cap kampak selalu berusaha mengajak Rai masuk ke dunianya yang hingar bingar dan sering gonta ganti cewek. Tapi Rai tak tertarik dengan gaya hidup Dre yang hedon. Ia lebih suka menghabiskan waktu berlatih dan melatih karate di dojo milik salah seorang sahabatnya.“Gan

  • Crazy Zee   Bab 4. Balas Dendam

    Zee mendapat kesempatan kabur dari Rai. Saat film sedang tayang, ia sengaja ke luar dan mencari tahu keberadaan Rai. Setelah celingukan mencari laki-laki itu di seputar bioskop dan turun satu lantai di bawahnya, tak juga terlihat si pengawal sombong. Tiba-tiba ia menemukan ide untuk membalas dendam atas perlakuan kurang ajar Rai tadi siang.Bergegas ia kembali masuk dan memaksa Dena keluar. Dena yang tengah asik menikmati film, protes. Tapi Zee ngotot.“Kenapa sih Zee. Kan lagi seru ini filmnya.” Dena cemberut ditarik-tarik Zee untuk keluar.“Ayolah Na. Kita jalan ke luar. Ajak Zack.” Ia berbisik di kuping Dena.Begitu mendengar nama Zack, Dena langsung semangat.“Eh iya. Gue juga kangen sama Zack. Yuk.” Dena otomatis beranjak dari tempat duduk. Mereka berjalan merunduk di antara deretan kursi bioskop agar tidak menghalangi penonton lain.Zee setengah berlari menarik tangan Dena agar cepat sampai ke parkir. Ia ingin ngumpet di mobil Dena dan seger

  • Crazy Zee   Bab 3. Kabur

    Dena bergelayut manja di lengan Zee. Ia memang sangat menyayangi sahabat tomboy-nya itu. Meski tomboy, ia tahu persis, Zee adalah pribadi humble dan lembut hati. Empat tahun ia mengenal Zee, gadis itu selalu ada saat Dena membutuhkan. Meski tampak cuek, tapi Zee sangat perhatian dan peduli jika terjadi sesuatu pada teman-teman, terutama pada Dena. Mereka saling menyayangi, apalagi Zee dan Dena sama-sama anak tunggal.Mereka memiliki seorang sahabat lain, Zack, salah satu cowok idola dan atlit serba bisa pemegang sabuk hitam taekwondo. Bertiga mereka dijuluki Double ZD. Mereka hampir selalu bersama semasa kuliah. Dena satu-satunya yang tidak bisa bela diri, sehingga menjadi anak manja yang selalu diproteksi oleh Double Z.Kini hampir sebulan ia tidak bertemu Zee. Ia kangen berat, namun Zee sulit dihubungi. Ia pun tak menyangka bertemu Zee hari ini di mall. Dena sangat senang dan tak henti-henti menanyai Zee ini itu.“Zee, seriusan. Tadi ngapain sih di mall ini? Tadi

  • Crazy Zee   Bab 2. Inspeksi

    “Neng Zee ngapain sih tiap hari ke mall?” Joni si tukang parkir hampir selalu menanyakan pertanyaan yang sama saat didatangi gadis itu. Sudah nyaris sebulan ia melihat Zee mondar mandir di mall.Dulu Zee malah ikut membantunya memarkirkan mobil-mobil yang keluar masuk. Tapi Joni melarang. “Nanti saya yang kena skors, Neng. Tukang parkir di mari harus pakai seragam.” Ia khawatir ditegur atasannya jika melihat Zee ikut memarkirkan mobil-mobil tamu. Sejak itu Zee berhenti memarkirkan mobil. Ia sadar tamu pasti tak nyaman jika dilayani tukang parkir layaknya di pinggir jalan. Tapi ia masih sering nongkrong ke tempat Joni di saat-saat tertentu.“Neng….!” Joni mengagetkan Zee yang sedang celingukan mencari Rai, pengawalnya yang menyebalkan itu.“Inspeksi.” Ia menjawab singkat.“Yaelah si Neng. Inspeksi segala. Kayak pejabat aja.” Joni tertawa mendengar jawaban Zee yang lucu.“Inspeksi Kang Parkir. Biar gak kerja sembarangan.” Zee tertawa menanggapi kome

  • Crazy Zee   Bab 1. Sang Pengawal

    Zee mengintip dari balik tiang besar di sebuah mall megah.“Huh… pengawal resek! Disuruh jauh-jauh malah nempel kayak perangko.” Ia tersengal-sengal setelah berhasil kabur dari adegan petak umpet dengan pengawal baru yang dikirim ayahnya.Tiang besar mall itu membuatnya merasa aman dari intaian sang pengawal. Meski jantungnya berdetak kencang dan pipi memerah, namun ia puas saat melihat pria bersafari hitam itu celingak-celinguk kebingungan mencari sosok mungilnya di antara pengunjung mall yang ramai.Dengan santai ia duduk ngedeprok di lantai, menyandar pada tiang, berusaha menstabilkan kembali denyut jantungnya yang terasa mau meledak. Senyum jail tersungging di sudut bibirnya.“Welcome to the jungle.”Gadis bermata belo itu sehari-hari tampil cuek dengan kaos vintage dan leather jacket warna hitam beserta celana jeans belel kesukaannya. Rambutnya tertutup topi yang dipakai menghadap ke belak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status