Are You... My Destiny?

Are You... My Destiny?

last updateLast Updated : 2021-12-07
By:  MilkyOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
18Chapters
2.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Kehidupan Meida menjadi aneh sejak ia bertemu Morgan di sebuah supermarket. Dia menjadi memiliki perasaan kepada Morgan. Namun, beberapa hari kemudian, Meida dipecat dari pekerjaannya. Hal ini membuat ia sedih. Akhirnya, ia dan kedua temannya melamar pekerjaan di sebuah kafe yang baru buka sekitar 1 bulan. Namun siapa yang menyangka bahwa kafe tersebut ternyata milik Morgan? Pria yang disukai Meida.

View More

Chapter 1

BAB 1

Setelah pulang kerja dari pabrik sepatu, Meida mampir ke supermarket untuk membeli bubur ayam instan yang akan ia gunakan untuk sarapan besok pagi.

"Duh, sudah larut malam. Aku harus cepat-cepat mencari barang yang kubutuhkan," kata Meida pada dirinya sendiri. Dia pun segera memarkirkan motornya, dan berlari menuju pintu supermarket.

Saat dia memasuki supermarket, dia melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 11 malam. "Astaga, aku harus cepat!" ujar Meida yang tadinya berlari sekarang menjadi jalan cepat, dan merapikan rambut panjang sebahu miliknya yang diikat.

Meida berjalan ke arah rak yang memajang bubur ayam instan. Tetapi, dia menabrak seorang pria. Tabrakan tersebut membuat Meida terpental dan jatuh tersungkur sampai membuat kacamatanya jatuh ke lantai.

"Ah, ma-maafkan saya, saya tadi terburu-buru dan tidak sengaja menabrak Anda. Tolong, maafkan saya!" Meida meminta maaf dengan sopan sambil menundukan kepalanya yang menandakan ia tulus untuk meminta maaf. Kemudian Meida meraba-raba lantai untuk mengambil kacamatanya supaya penglihatannya normal kembali, dan bisa melihat sosok yang telah ia tabrak.

Sosok pria tersebut masih berdiri tanpa menjawab permintaan maaf Meida, lalu melihat Meida yang merangkak dan meraba-raba mencari kacamatanya selama kurang lebih 15 detik. Karena merasa kasihan dengan Meida, pria tersebut akhirnya mengambilkan kacamata milik Meida dan memberikannya padanya.

Ketika Meida masih meraba-raba, dia melihat ada tangan yang memberinya kacamata padanya, dan membuat ia berhenti meraba-raba lantai. "Ini kacamatamu," ucap pria tersebut dengan lembut sambil berposisi jongkok.

Tanpa ragu-ragu lagi, Meida mengambilnya dengan senang hati. "Terima kasih," kata Meida sambil memasang kacamatanya, dan dia melihat sosok pria tersebut dengan sangat jelas. Siapa dia?

Pria tersebut menjawab, "Sama-sama."

Meida hanya menatapnya dengan posisi berlutut dengan mulut setengah terbuka karena terkejut melihat pria tersebut. Pria tersebut sangat tampan dengan kulit berwarna sawo matang yang dimilikinya. Selain itu, dia juga memiliki rambut pendek berwarna hitam, dan juga badan atletis yang semakin menambah aura laki-laki miliknya. Meida masih menatapnya, dan dia juga melamun. Tetapi, dia disadarkan dari lamunannya oleh suara seseorang.

"Hei, kamu tidak apa-apa?"

Mata Meida berkedip dengan cepat saat mendengar suara tersebut menandakan dia sudah sadar dari lamunannya. "Saya ti-tidak apa-apa kok," jawab Meida sedikit tergagap. "saya mi-minta maaf ka-karena telah me-menabrak Anda." Meida meminta maaf lagi dengan menundukkan kepalanya.

"Haha, tidak apa-apa. Santai saja." Pria tersebut memafkan Meida lalu dia berdiri. "Ayo, berdiri." Pria tersebut menjulurkan tangan menawarkan bantuan kepada Meida agar berdiri.

Meida menatap uluran tangan pria tersebut beberapa detik, lalu menatap wajah pria tersebut dan menatap uluran tangannya lagi. Akhirnya, dia menerima tawaran bantuan pria tersebut untuk berdiri. "Te-terima kasih." Meida berterima kasih lagi.

"Sama-sama. Aku pergi dulu ya?" Pria tersebut pamit kepada Meida dan berbalik arah.

"Tu-tunggu sebentar," kata Meida menghentikan langkah pria tersebut. "si-siapa nama Anda?" tanya Meida dengan penuh penasaran.

"Morgan."

"Morgan?" Meida mengulangi apa yang dikatakan oleh pria tersebut.

"Iya. Itu namaku," jawab Morgan. "lalu, siapa namamu?" Morgan balik bertanya.

"Na-nama saya Meida," jawab Meida tergagap saat berhadapan dengan Morgan.

"Meida? nama yang unik," puji Morgan. "senang bertemu denganmu, Meida. Ngomong-ngomong, ini sudah malam. Tidak baik untuk gadis sepertimu di jam segini," jelas Morgan penuh perhatian kepada Meida.

Apa-apaan ini? Meida baru saja bertemu Morgan, tetapi Morgan bersikap baik pada Meida. Apakah dia juga bersikap baik seperti ini dengan orang lain? sungguh, dengan sifatnya ini, Morgan pasti banyak disukai wanita di luar sana. Apalagi dengan ketampanannya.

Mendengar pujian dan perhatian Morgan membuat pipi Meida memerah karena malu. "Te-terima kasih untuk pujian dan perhatiannya." Meida tidak bisa berhenti mengucapkan terima kasih. "Iya, benar. Saya baru pulang kerja dan hanya mau membeli bubur ayam instan untuk sarapan besok," lanjut Meida.

"Bubur ayam instan? haha, aku juga beli itu." Morgan menunjukkan bubur ayam instan yang ia beli. Itu sama seperti yang akan dibeli oleh Meida.

Meida tersenyum tipis sebagai tanggapan. "Nah, itu dia bubur ayamnya," kata Meida sambil menunjuk ke arah bubur ayam instan milik Morgan.

"Haha, baiklah. Aku pergi dulu ya? sampai jumpa, Meida. Hati-hati di jalan." Morgan berpamitan kepada Meida untuk kedua kalinya, dan berjalan menuju kasir.

"Baik," jawab Meida singkat.

Melihat Morgan dari belakang membuat Meida kagum dengan pria sekeren Morgan. Ia belum pernah menemui yang seperti Morgan. Ada apa ini? apakah Meida jatuh cinta dengan Morgan? ini membuat pikiran Meida penuh dengan tanda tanya di kepalanya.

Setelah Morgan selesai membayar di kasir dan keluar melewati pintu keluar, Meida ingat bahwa dia sedang terburu-buru. "Astaga, aku lupa harus pulang cepat malam ini," kata Meida pada dirinya sendiri. Lalu Meida mengambil bubur ayam instan sebanyak 5 bungkus, dan dia membawanya ke kasir untuk membayar barang yang ia beli. Setelah selesai membayar, ia keluar dari supermarket dan melihat Morgan sudah pergi dari area supermarket tersebut. 

"Kenapa aku tadi kagum dengan Morgan?" ujar Meida. "dan juga tadi aku merasakan sesuatu yang aneh saat menatapnya. Aku belum pernah merasakan ini sebelumnya ketika aku masih berpacaran dengan laki-laki lain. Hal ini belum pernah terjadi, apalagi sampai membuatku melamun," lanjut Meida, masih berdiri di teras supermarket, dan bingung apa yang telah terjadi tadi.

Ketika melihat jam tangan, Meida terkejut. "Oh, tidak! sudah jam 11 lebih 20 menit." Meida langsung berlari ke motor matic miliknya, dan segera meninggalkan supermarket.

***

Dalam perjalanan pulang, pikiran Meida melayang kemana-mana. Seketika ia dibangunkan oleh suara bel dari truk dari arah yang berlawanan karena Meida tidak sadar sudah melawati jalur lawan arah di jalan malam yang sepi tersebut.

TIIIIINNN!

Mendengar bel truk tersebut membuat Meida sadar, dan segera kembali ke jalurnya. Dia masih deg-degan karena suara bel truk tadi. Untung saja tidak terjadi tabrakan.

"Ah! ayolah, Meida. Kamu harus fokus saat berkendara." Meida memarahi dirinya sendiri.

Jarak rumah Meida dengan supermarket sekitar 4 km. Sebenarnya bukan rumah milik Meida, tetapi hanya rumah orang yang telah ia sewa, dan harganya cukup murah, yaitu 5 juta pertahun.

Lalu Meida melihat bulan di atasnya ketika ia melintasi area persawahan yang luas. "Indahnya, bulan purnama di malam hari," gumam Meida, merasa bahagia melihat bulan purnama. Suasana di sekitar sangat sepi karena sudah larut malam. Kemudian, mata Meida melihat tanaman padi yang terlihat jelas saat terkena cahaya rembulan. "Wah... indah sekali. Aku belum pernah melihat indahnya pemandangan waktu malam hari seperti ini," kata Meida mengagumi keindahan pemandangan malam hari. Kemudian, dia fokus berkendara menuju rumahnya.

***

Sesampainya di rumah, Meida masuk rumahnya dan mengunci pintu depan. Kemudian ia mengambil gelas kecil, lalu mengisinya dengan air dan meminumnya untuk menghilangkan rasa haus di dalam tubuhnya. Meida mulai mengganti pakaian kerjanya menjadi piyama, dan dia langsung menghantamkan seluruh tubuhnya ke kasurnya yang empuk guna menghilangkan rasa lelahnya saat bekerja tadi.

Tiba-tiba, ia merasakan perasaan aneh itu lagi saat bertemu dengan Morgan. "Lagi? ayolah... aku mau tidur. Jangan membuatku terjaga malam ini, aku sudah lelah," keluh Meida terhadap perasaan aneh tersebut.

Perlahan-lahan mata Meida tertutup pelan-pelan, dan dia merasakan kenyamanan di dalam dirinya. Beberapa detik kemudian, Meida sudah tertidur menuju dunia mimpi.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
18 Chapters
BAB 1
Setelah pulang kerja dari pabrik sepatu, Meida mampir ke supermarket untuk membeli bubur ayam instan yang akan ia gunakan untuk sarapan besok pagi. "Duh, sudah larut malam. Aku harus cepat-cepat mencari barang yang kubutuhkan," kata Meida pada dirinya sendiri. Dia pun segera memarkirkan motornya, dan berlari menuju pintu supermarket. Saat dia memasuki supermarket, dia melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 11 malam. "Astaga, aku harus cepat!" ujar Meida yang tadinya berlari sekarang menjadi jalan cepat, dan merapikan rambut panjang sebahu miliknya yang diikat. Meida berjalan ke arah rak yang memajang bubur ayam instan. Tetapi, dia menabrak seorang pria. Tabrakan tersebut membuat Meida terpental dan jatuh tersungkur sampai membuat kacamatanya jatuh ke lantai. "Ah, ma-maafkan saya, saya tadi terburu-buru dan tidak sengaja menabrak Anda. Tolong, maafkan saya!" Meida meminta maaf dengan sopan sambil menundukan kepalanya yang menandakan ia tulus untu
last updateLast Updated : 2021-05-16
Read more
BAB 2
Keesokan harinya, alarm berbunyi tepat pukul 6 lewat 30 menit membangunkan gadis berusia 23 tahun tersebut. Lalu gadis itu mematikan alarmnya sambil menguap dan mengucek matanya. "Sudah pagi ya?" tanyanya. "kukira aku baru saja tidur deh," lanjut gadis yang bernama Meida. Kemudian dia beranjak dari tempat tidur dan mengambil handuk lalu menuju ke arah kamar mandi.  Sesampainya di kamar mandi, Meida mulai menanggalkan pakaiannya. Kemudian dia menyalakan keran air. Dia mengambil gayung lalu mengisinya dengan air di bak dan mulai mengguyurkannya ke seluruh tubuhnya sampai semuanya terlihat basah. Meida memejamkan matanya. Tiba-tiba dia mengingat kejadian tadi malam saat bertemu dengan Morgan di supermarket. "Duh, kenapa jadi kepikiran dia sih?" Meida mengeluh, tetapi di sisi hatinya yang lain ia merasakan sebuah kegembiraan. Apakah Meida menyukai Morgan? "Tidak bisa dipungkiri lagi. Tapi aku benar-benar menyukai Morgan. Tapi juga aku tidak terlalu b
last updateLast Updated : 2021-05-22
Read more
BAB 3
Pagi telah tiba, dan Meida bangun tidur pukul 6 lewat 30 menit seperti kemarin. Mendengar alarmnya berbunyi, Meida langsung mematikannya dan ia mencari telepon genggam miliknya.  Mengingat kemarin ada informasi pemecatan 50 karyawan, Meida menjadi deg-degan saat akan membuka grupnya. Ketika Meida sudah membuka grupnya, ia langsung melihat daftar 50 orang yang dipecat. Ia mengarahkan layar telepon genggamnya dan membaca daftar 50 orang satu per satu. Tiba-tiba, matanya tertuju pada nomor urut 10 dan 11. Nomor 10 tertulis nama Clara dan nomor 11 tertulis nama Fane. "Oh, tidak. Teman-temanku... dipecat?" Meida tidak percaya. Ia semakin deg-degan. Apakah ia juga akan dipecat seperti kedua temannya? Setelah membaca satu per satu daftar tersebut, akhirnya Meida sedih. Dia tertulis di nomor 45. Air mata kesedihan mulai keluar dari pelupuk matanya. Ia menangis dalam sunyinya kamar miliknya. Lalu Meida mengambil bantal, dan berbaring di tempat tidurnya. "
last updateLast Updated : 2021-05-23
Read more
BAB 4
Meida mulai menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya. "Sabar... sabar, Meida." Meida memejamkan matanya. "Punya teman kok gak ada akhlak," canda Meida sambil membuka matanya. "Haha, iya maaf. Aku memang bisa memasak kok," ujar Fane. "tapi entah enak atau tidak itu tergantung yang merasakan. Yang kukira rasanya enak bukan berarti rasanya enak bagi orang lain." Fane selalu mengatakan sesuatu dengan sangat bijak. Perkataannya yang selalu bijak membuat Meida dan Clara menjadi betah berteman dengan Fane. "Ah, baguslah kalu begitu." Meida merasa lega. "Kalau kamu Clara? Kau bilang 'rebahan' lagi akan kupukul kau dengan spion motor," canda Meida agak marah, tapi juga tersenyum tipis. "Duh, galak amat, haha, Aku bisa memasak juga seperti kamu dan juga Fane," jawab Clara. Meida berpikir sejenak. Mereka bertiga memiliki kesamaan, yaitu memasak. Sepertinya mereka bertiga bisa melamar pekerjaan di sebuah restoran atau kafe. "Bagaimana kalau kita mel
last updateLast Updated : 2021-05-31
Read more
BAB 5
Sesampainya di kasir, Meida dan kedua temannya langsung disambut oleh kasir dengan ramah dan sopan. "Selamat siang! Ini daftar menu kami, kak." Kasir memberikan sebuah daftar menu berbentuk lembaran yang dilapisi plastik dan sebuah buku untuk mencatat menu yang akan dipesan. "Silahkan kakak mencari tempat duduk, lalu mengisi nomor tempat duduk pada kolom yang telah disediakan dan menulis menu yang akan kakak pesan," jelas kasir wanita yang cantik tersebut. "Baik kak," balas Meida dan kedua temannya secara bersamaan. Kemudian mereka bertiga mencari tempat duduk. "Kita cari tempat duduk di mana?" tanya Meida. "Kukira di pojokan dekat pintu masuk itu." Clara menunjuk tempat duduk di pojokan yang ia maksud. Fane tersenyum. "Aku baru saja mau bilang begitu. Menurutku di sana kita tidak akan menjadi pusat perhatian pengunjung lain," kata Fane menyetujui saran Clara. Meida juga menyetujuinya. "Baiklah, ayo ke sana." Pengunjung sudah tidak men
last updateLast Updated : 2021-06-01
Read more
BAB 6
"Pria itu... bernama Morgan, Clara," jawab Meida sambil mengunyah siomaynya. "M-Morgan?" Clara tergagap. Nama itu tidak asing lagi baginya. "Iya." Meida mengangguk "Kenapa kamu terkejut seperti itu?" "Sebentar, sebentar." Clara mengisyaratkan Meida untuk berhenti berbicara dulu. "Apakah pria tersebut berkulit sawo matang?" Meida mengangguk. "Benar." "Apakah dia juga berambut pendek?" Clara bertanya lagi. "Benar." "Apakah dia berbadan besar?" Clara masih melontarkan pertanyaan kepada Meida. "Hmm... benar. Kok kamu bisa tahu tentang ciri-cirinya Morgan?" Meida balik bertanya sambil mengambil siomay, dan memakannya lagi. "Astaga... dia kakak sepupuku, Meida," ungkap Clara. Mata Meida terbelalak. Dia segera mengunyah siomay dimulutnya dengan cepat, dan menelannya. Dia tidak percaya apa yang dikatakan Clara. "Hei, hei. Santai saja makannya, Meida," sahut Fane. Meida mengabaikan Fane. "Dia... d
last updateLast Updated : 2021-06-30
Read more
BAB 7
"Kak Morgan!" panggil Clara sambil berlari ke arah seorang pria yang bernama Morgan. Clara memeluknya dengan erat-erat. Meida terbelalak saat melihat Morgan. "Jadi... pemilik kafe ini... adalah Morgan?" batin Meida. Tiba-tiba perasaan aneh yang selama ini mengikuti Meida muncul lagi dengan memberikan efek yang bertambah besar. Tubuhnya gemetar. Fane menyadari Meida bertingkah aneh. "Hei, Meida? Kau tidak apa-apa, 'kan?" "Tidak apa-apa, Fane," balas Meida. "Orang itu... yang aku maksud tadi." Fane melihat Morgan. Orang yang dimaksud Meida sedang dipeluk oleh Clara. "Jadi kamu merasakan perasaan aneh itu saat sudah mengenal dia, 'kan?" tanya Fane. Meida menganggukkan kepalanya. Fane menatap Morgan bersama Meida yang masih gemetar. Tetapi, Fane melihat keanehan pada Morgan. Fane menyadari bahwa Morgan sedikit gemetar, sama seperti Meida, namun Meida tidak menyadarinya. "Morgan... gemetar seperti Meida?" Fane
last updateLast Updated : 2021-07-04
Read more
BAB 8
Meida menatap lembaran yang diberikan kepada Morgan. "Banyak juga menunya, tapi yang dipilih cuma 1 saja." Meida memandanginya sangat lama. "Hei, Meida. Ayo keluar." Clara memanggil Meida, dan mengajaknya keluar dari kafe milik Morgan. Meida menoleh ke arah Clara, mengangguk. "Ayo, Fane." Meida mengajak Fane. Meida dan kedua temannya keluar dari kafe, meninggalkan para pengunjung kafe yang terlihat masih ingin menikmati keindahan suasana di dalamnya. "Syukurlah, kita masih ada kesempatan untuk memiliki pekerjaan," ujar Fane. Clara menatap Fane. "Iya, kau benar. Tapi... apa pun yang terjadi, pokoknya kita harus lolos dari ujian ini. Kafenya bagus juga, aku yakin kita bisa betah di sana daripada di pabrik dulu. Kita juga bisa menambah keahlian memasak kita di sini seiring dengan berjalannya waktu." Fane mengangguk kepada Clara, lalu menatap Meida. Meida masih mengamati lembaran yang diberikan oleh Morgan.
last updateLast Updated : 2021-07-05
Read more
BAB 9
"Kenapa ini bisa terjadi? Kenapa harus Meida? Apakah ada sesuatu dengan Meida? Sampai kapan perasaan aneh ini akan berakhir?"   Flashback   "Gadis tadi lucu juga, tapi bahaya juga jika pulang malam-malam. Apakah aku antar dia pulang saja, ya?" ujar Morgan. Morgan mengerem motornya, dan putar balik menuju ke supermarket tadi. *** "Oh, ternyata dia sudah tidak ada di sini?" Morgan melihat-lihat di sekitar area parkiran supermarket untuk mencari Meida. "Eh? Kenapa aku peduli padanya? Seharusnya aku pulang, bukan berada di sini." Morgan berpikir keras. "Apakah aku... mencintainya?" Morgan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak, tidak. Aku kan sudah punya pacar. Mana mungkin aku menyukai Meida?" Morgan hanya berdiri di samping motornya. Tiba-tiba, seseorang menghampiri Morgan. "Loh, Nak? Kenapa berdiri saja? Ada yang bisa saya bantu?" Ternyata yang memanggil Morgan adalah
last updateLast Updated : 2021-07-07
Read more
BAB 10
Morgan dan Jennifer ngobrol di tengah perjalanan menuju kafe. "Hei, sayang. Kapan kita akan menikah? Aku tidak sabar menunggu waktunya," kata Jennifer. Mendengar Jennifer memanggil 'sayang' membuat Morgan terlihat jijik padanya. Entah kenapa Morgan tiba-tiba menjadi jijik dengan panggilan 'sayang' yang hampir setiap hari Jennifer ucapkan. Apa yang terjadi dengan Morgan? "Kenapa diam saja? Jawab aku dong, sayang!" Jennifer meninggikan suaranya. Morgan tersesat dalam pikirannya. Padahal dia sudah menjadi pacar Jennifer, tapi kenapa dia merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan? Sepertinya ada yang salah. Apakah karena Morgan terpaksa menuruti saran Daniel untuk berpacaran dengan Jennifer? Apakah putus dengan Jennifer, lalu menjalani hidup melajang adalah solusi terbaik? Jennifer menepuk pundak Morgan dengan sangat keras, sampai menyadarkan Morgan. "Hei!" "A-ah!" Morgan sadar dari pikirannya. "Ada apa?" Jennifer geram dengan Morga
last updateLast Updated : 2021-07-09
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status