Share

BAB 7

Penulis: Milky
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-04 14:25:27

"Kak Morgan!" panggil Clara sambil berlari ke arah seorang pria yang bernama Morgan. Clara memeluknya dengan erat-erat.

Meida terbelalak saat melihat Morgan. "Jadi... pemilik kafe ini... adalah Morgan?" batin Meida.

Tiba-tiba perasaan aneh yang selama ini mengikuti Meida muncul lagi dengan memberikan efek yang bertambah besar. Tubuhnya gemetar.

Fane menyadari Meida bertingkah aneh. "Hei, Meida? Kau tidak apa-apa, 'kan?"

"Tidak apa-apa, Fane," balas Meida. "Orang itu... yang aku maksud tadi."

Fane melihat Morgan. Orang yang dimaksud Meida sedang dipeluk oleh Clara. "Jadi kamu merasakan perasaan aneh itu saat sudah mengenal dia, 'kan?" tanya Fane.

Meida menganggukkan kepalanya. Fane menatap Morgan bersama Meida yang masih gemetar. Tetapi, Fane melihat keanehan pada Morgan. Fane menyadari bahwa Morgan sedikit gemetar, sama seperti Meida, namun Meida tidak menyadarinya.

"Morgan... gemetar seperti Meida?" Fane

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Are You... My Destiny?   BAB 8

    Meida menatap lembaran yang diberikan kepada Morgan. "Banyak juga menunya, tapi yang dipilih cuma 1 saja." Meida memandanginya sangat lama. "Hei, Meida. Ayo keluar." Clara memanggil Meida, dan mengajaknya keluar dari kafe milik Morgan. Meida menoleh ke arah Clara, mengangguk. "Ayo, Fane." Meida mengajak Fane. Meida dan kedua temannya keluar dari kafe, meninggalkan para pengunjung kafe yang terlihat masih ingin menikmati keindahan suasana di dalamnya. "Syukurlah, kita masih ada kesempatan untuk memiliki pekerjaan," ujar Fane. Clara menatap Fane. "Iya, kau benar. Tapi... apa pun yang terjadi, pokoknya kita harus lolos dari ujian ini. Kafenya bagus juga, aku yakin kita bisa betah di sana daripada di pabrik dulu. Kita juga bisa menambah keahlian memasak kita di sini seiring dengan berjalannya waktu." Fane mengangguk kepada Clara, lalu menatap Meida. Meida masih mengamati lembaran yang diberikan oleh Morgan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-05
  • Are You... My Destiny?   BAB 9

    "Kenapa ini bisa terjadi? Kenapa harus Meida? Apakah ada sesuatu dengan Meida? Sampai kapan perasaan aneh ini akan berakhir?" Flashback "Gadis tadi lucu juga, tapi bahaya juga jika pulang malam-malam. Apakah aku antar dia pulang saja, ya?" ujar Morgan. Morgan mengerem motornya, dan putar balik menuju ke supermarket tadi. *** "Oh, ternyata dia sudah tidak ada di sini?" Morgan melihat-lihat di sekitar area parkiran supermarket untuk mencari Meida. "Eh? Kenapa aku peduli padanya? Seharusnya aku pulang, bukan berada di sini." Morgan berpikir keras. "Apakah aku... mencintainya?" Morgan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak, tidak. Aku kan sudah punya pacar. Mana mungkin aku menyukai Meida?" Morgan hanya berdiri di samping motornya. Tiba-tiba, seseorang menghampiri Morgan. "Loh, Nak? Kenapa berdiri saja? Ada yang bisa saya bantu?" Ternyata yang memanggil Morgan adalah

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-07
  • Are You... My Destiny?   BAB 10

    Morgan dan Jennifer ngobrol di tengah perjalanan menuju kafe. "Hei, sayang. Kapan kita akan menikah? Aku tidak sabar menunggu waktunya," kata Jennifer. Mendengar Jennifer memanggil 'sayang' membuat Morgan terlihat jijik padanya. Entah kenapa Morgan tiba-tiba menjadi jijik dengan panggilan 'sayang' yang hampir setiap hari Jennifer ucapkan. Apa yang terjadi dengan Morgan? "Kenapa diam saja? Jawab aku dong, sayang!" Jennifer meninggikan suaranya. Morgan tersesat dalam pikirannya. Padahal dia sudah menjadi pacar Jennifer, tapi kenapa dia merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan? Sepertinya ada yang salah. Apakah karena Morgan terpaksa menuruti saran Daniel untuk berpacaran dengan Jennifer? Apakah putus dengan Jennifer, lalu menjalani hidup melajang adalah solusi terbaik? Jennifer menepuk pundak Morgan dengan sangat keras, sampai menyadarkan Morgan. "Hei!" "A-ah!" Morgan sadar dari pikirannya. "Ada apa?" Jennifer geram dengan Morga

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-09
  • Are You... My Destiny?   BAB 11

    "Oh, dia Clara." Morgan menjawab dengan tenang. "Siapa dia? Pacar simpananmu, 'kan?" Jennifer masih menuduh Morgan. "Tidak, Jennifer. Dia adalah adik sepupu aku. Coba lihat saja pesannya, kami juga jarang menghubungi satu sama lain." Morgan bersabar menghadapi Jennifer yang dari terus curiga kepadanya. Jennifer mencoba melihat pesan antara Morgan dengan Clara. Satu per satu pesan yang ia baca. Tidak ada pesan romantis, dan hanya berisi tentang hal-hal biasa. "Bagaimana? Masih ingin mencari pacar simpananku? Silakan saja. Sudah kuberitahu bahwa aku tidak punya, tapi kamu malah tidak percaya denganku," kata Morgan. Morgan menyeringai karena merasa menang. Ia membuktikan bahwa tuduhan Jennifer kepadanya adalah salah. Jennifer dibuat sebal olehnya. Ia merasa sebal karena Morgan terbukti tidak punya pacar simpanan. "Sekarang... bolehkah aku melihat isi telepon genggam milikmu?" tanya Morgan, masih menyeringai. Jennifer pucat seketik

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30
  • Are You... My Destiny?   BAB 12

    Robert adalah seorang pria berusia 24 tahun sama seperti Antonio. Robert dan Antonio adalah saudara kembar seiras. Bentuk wajah mereka berdua sangat mirip, namun perbedaan antara Robert dan Antonio terletak pada rambut mereka. Robert memiliki rambut gondrong yang lurus dengan panjang sebahu. Tugas Robert adalah menyiapkan hidangan untuk pelanggan. Lalu ada Tania. Gadis berusia 23 tahun dengan kulit berwarna putih cerah, dan bermata sipit. Rambut Tania lurus, dan panjangnya sampai di bawah telinga. Tania bertugas sebagai seorang kasir. Tania, Robert, dan juga Antonio adalah teman. Mereka saling mengenal satu sama lain dari restoran lama tempat mereka bekerja dulu. Mereka mengundurkan diri dari restoran mereka yang dulu karena mereka tidak betah kerja di sana. "Aku pergi dulu, ya?" Morgan pamit. Ia ingin pergi ke ruangan khusus miliknya atau bisa disebut kantornya. Letak kantornya berada di belakang dapur. "Baik, Bos!" jawab Robert dan Tania bersamaan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Are You... My Destiny?   BAB 13

    Morgan masih berdiri di samping jendela. Dia mengintip Meida dan kedua temannya lagi. Dan ternyata mereka sudah mengendarai motor menuju pintu keluar area kafe. Morgan menghela napas. "Apakah aku hanya terlalu banyak pikiran? Yah, mana mungkin aku menyukai Meida? Aku kan sudah punya Jennifer," batin Morgan. Lalu Morgan berjalan menuju teras kafe untuk mencari udara segar. Namun dia jadi teringat sesuatu. "Jennifer? Entah kenapa akhir-akhir ini dia seperti sudah berubah. Aku jadi curiga padanya, biasanya dia ikut aku pergi ke kafe. Tapi kali ini dia tidak ikut, dan juga dia tidak menghubungiku," batin Morgan. Sesampainya di teras kafe, Morgan memejamkan matanya erat-erat, dan menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. "Haaah, rumit sekali." Morgan membuka matanya. Morgan tidak menyangka usaha kafenya berjalan dengan lancar. Lalu dia menatap ke arah sebuah kertas. Kertas yang berisi tentang lowongan pekerjaan. "Ak

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • Are You... My Destiny?   BAB 14

    Morgan membuka pintu. Dia ingin bertanya dengan Tania tentang data yang Tania tulis. Dia melewati Robert dan Antonio di dapur. Robert dan Antonio menyadari ada yang aneh dengan raut wajah Morgan. "Hei, Antonio," panggil Robert. "Ya? Ada apa?" tanya Antonio. "Apakah kau melihat raut wajah Bos Morgan? Sepertinya ada masalah." tanya Robert. "Iya, aku melihatnya," jawab Antonio. "Apakah kita perlu bertanya apa masalahnya kepada Bos Morgan?" "Tidak perlu. Ini kan belum tentu ada masalah. Aku hanya menduganya saja. Kayaknya kita tidak perlu ikut campur urusan dia," kata Robert. "Ah, baiklah," balas Antonio singkat. Robert dan Antonio melanjutkan pekerjaan mereka kembali *** "Tania," panggil Morgan. Tania menoleh ke arah Morgan. "Iya, Bos? Ada apa?" tanya Tania. "Tadi aku mengecek data yang kamu letakkan di meja ruanganku. Data yang kamu berikan tidak sama dengan uang hasil penjualan menu kafe k

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-23
  • Are You... My Destiny?   BAB 15

    Meida melihat sekelilingnya, terutama tempat duduk yang tadi ia duduki. Tapi, dia tidak melihat kuncinya di sana. Lalu dia terus berjalan menuju ke kasir. Kasir tersebut terlihat melamun dan agak kesal. Berbeda dari awal saat Meida berkunjung ke sini bersama Clara dan Fane. Meida mencoba bertanya kepadanya. "Uhm... halo, Kak," panggil Meida. Si kasir tersentak, sadar dari lamunannya. "O-oh?! I-iya? Ada yang... eh? Bukankah Anda yang tadi berkunjung ke kafe ini, 'kan? Apakah Anda mencari sebuah kunci?" tanya kasir tersebut. Ekspresi wajah kasir tersebut berubah menjadi bahagia. Meida bingung. "Kok tahu jika saya sedang mencari kunci?" Meida balik bertanya. "Tadi bos saya menemukan sebuah kunci. Kata bos saya tadi beliau menemukannya di tempat duduk di bagian sana," jawab kasir tersebut sambil menunjuk ke arah yang ia maksud. "Itu kan tempat Anda tadi duduk dengan kedua teman Anda. Iya, 'kan?" "Oh, iya benar. Tadi saya duduk di sana. Sek

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-24

Bab terbaru

  • Are You... My Destiny?   BAB 18

    Meida bangun dari tidur siangnya. Ia segera pergi menuju dapur. "Tidur siang adalah salah satu nikmat yang diinginkan oleh para orang dewasa," kata Meida, meregangkan tubuhnya. Kebanyakan orang dewasa yang sudah memasuki dunia kerja, mereka menginginkan istirahat yang cukup. Capek di dunia kerja memang hal yang wajar. Terkadang rasanya ingin kembali ke masa anak-anak atau remaja, masa-masa tidak terlalu memikirkan hal berat. Meida mencampur bahan yang ia beli tadi. Pertama-tama ia ingin memasak waffle. Bahan sudah tercampur," ujar Meida. "Di mana aku menyiman alat pemanggang waffle, ya?" Meida melihat-lihat ke arah lemari pernyimpanan, lalu Meida menghampirinya. "Nah, ketemu." Meida mengambil pemanggang waffle. Penggunaan benda tersebut cukup mudah, yakni dengan cara mencolokkannya ke listrik. Meida menuangkan adonan ke pemanggang waffle. Pemanggang waffle tersebut memiliki bentuk atau wadah yang bisa mencetak 4 waffle sekaligus. "Oke, tinggal menungg

  • Are You... My Destiny?   BAB 17

    Meida merasakan perasaan aneh itu kembali. Ia langsung reflek melihat ke arah kanan dan ke arah kiri. Dan ternyata, Morgan sudah ada disampingnya. Meida tidak bisa berkata-kata saat melihat Morgan berada disampingnya. Perasaan aneh yang ia alami, menghilang entah kemana layaknya dibawa pergi oleh angin yang berada di sekitarnya. Meida ingin bicara, tapi entah kenapa dirinya hanya membeku seperti es batu. Morgan juga. Dia sama membekunya seperti Meida. Tetapi, Morgan langsung mencairkan suasana tersebut dengan memulai obrolan. "Eh? Meida? Kenapa kamu ada di sini?" tanya Morgan. Pertanyaan Morgan membuat Meida yang tadinya membeku, menjadi cair layaknya es batu yang terkena panasnya matahari siang hari. Meida menjadi sedikit lebih rileks. "Saya belanja bahan-bahan untuk membuat hidangan yang akan saya buat besok. Bukankah tadi saya sudah bilang ke Anda tentang hal ini? Apakah Anda lupa?" kata Meida, dan bertanya kembali. Morgan ingat bah

  • Are You... My Destiny?   BAB 16

    Morgan yang melihat Meida tersandung, segera berlari ke arahnya. Ia pun menangkap Meida yang hampir terjatuh. "K-kamu tidak apa-apa, Meida?" tanya Morgan, khawatir. Morgan menahan Meida dengan menempelkan lengan kanannya di bagian perut Meida. Meida terbelalak, kaget karena hampir terjatuh. Untung saja Morgan segera menangkapnya. Kalau tidak, bisa menambah masalah lagi nantinya. Meida segera berdiri tegak. "S-saya tidak apa-apa. T-terima kasih sudah menahan saya." Meida gugup. Morgan tersenyum tipis. "Sama-sama," balas Morgan. "Oh, ini kuncimu," lanjut Morgan, memberi Meida sebuah kunci. Meida mengambil kunci. "Syukurlah, saya menemukan kunci ini di sini. Terima kasih karena Anda menyimpannya. Saya tadi sempat panik saat kunci ini tidak berada di saku saya." "Benarkah? Sudah berapa lama kamu mencari kunci ini?" tanya Morgan. "Sepertinya... sekitar 45 menitan, saya mengendarai motor dengan lambat supaya kuncinya bisa saya

  • Are You... My Destiny?   BAB 15

    Meida melihat sekelilingnya, terutama tempat duduk yang tadi ia duduki. Tapi, dia tidak melihat kuncinya di sana. Lalu dia terus berjalan menuju ke kasir. Kasir tersebut terlihat melamun dan agak kesal. Berbeda dari awal saat Meida berkunjung ke sini bersama Clara dan Fane. Meida mencoba bertanya kepadanya. "Uhm... halo, Kak," panggil Meida. Si kasir tersentak, sadar dari lamunannya. "O-oh?! I-iya? Ada yang... eh? Bukankah Anda yang tadi berkunjung ke kafe ini, 'kan? Apakah Anda mencari sebuah kunci?" tanya kasir tersebut. Ekspresi wajah kasir tersebut berubah menjadi bahagia. Meida bingung. "Kok tahu jika saya sedang mencari kunci?" Meida balik bertanya. "Tadi bos saya menemukan sebuah kunci. Kata bos saya tadi beliau menemukannya di tempat duduk di bagian sana," jawab kasir tersebut sambil menunjuk ke arah yang ia maksud. "Itu kan tempat Anda tadi duduk dengan kedua teman Anda. Iya, 'kan?" "Oh, iya benar. Tadi saya duduk di sana. Sek

  • Are You... My Destiny?   BAB 14

    Morgan membuka pintu. Dia ingin bertanya dengan Tania tentang data yang Tania tulis. Dia melewati Robert dan Antonio di dapur. Robert dan Antonio menyadari ada yang aneh dengan raut wajah Morgan. "Hei, Antonio," panggil Robert. "Ya? Ada apa?" tanya Antonio. "Apakah kau melihat raut wajah Bos Morgan? Sepertinya ada masalah." tanya Robert. "Iya, aku melihatnya," jawab Antonio. "Apakah kita perlu bertanya apa masalahnya kepada Bos Morgan?" "Tidak perlu. Ini kan belum tentu ada masalah. Aku hanya menduganya saja. Kayaknya kita tidak perlu ikut campur urusan dia," kata Robert. "Ah, baiklah," balas Antonio singkat. Robert dan Antonio melanjutkan pekerjaan mereka kembali *** "Tania," panggil Morgan. Tania menoleh ke arah Morgan. "Iya, Bos? Ada apa?" tanya Tania. "Tadi aku mengecek data yang kamu letakkan di meja ruanganku. Data yang kamu berikan tidak sama dengan uang hasil penjualan menu kafe k

  • Are You... My Destiny?   BAB 13

    Morgan masih berdiri di samping jendela. Dia mengintip Meida dan kedua temannya lagi. Dan ternyata mereka sudah mengendarai motor menuju pintu keluar area kafe. Morgan menghela napas. "Apakah aku hanya terlalu banyak pikiran? Yah, mana mungkin aku menyukai Meida? Aku kan sudah punya Jennifer," batin Morgan. Lalu Morgan berjalan menuju teras kafe untuk mencari udara segar. Namun dia jadi teringat sesuatu. "Jennifer? Entah kenapa akhir-akhir ini dia seperti sudah berubah. Aku jadi curiga padanya, biasanya dia ikut aku pergi ke kafe. Tapi kali ini dia tidak ikut, dan juga dia tidak menghubungiku," batin Morgan. Sesampainya di teras kafe, Morgan memejamkan matanya erat-erat, dan menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. "Haaah, rumit sekali." Morgan membuka matanya. Morgan tidak menyangka usaha kafenya berjalan dengan lancar. Lalu dia menatap ke arah sebuah kertas. Kertas yang berisi tentang lowongan pekerjaan. "Ak

  • Are You... My Destiny?   BAB 12

    Robert adalah seorang pria berusia 24 tahun sama seperti Antonio. Robert dan Antonio adalah saudara kembar seiras. Bentuk wajah mereka berdua sangat mirip, namun perbedaan antara Robert dan Antonio terletak pada rambut mereka. Robert memiliki rambut gondrong yang lurus dengan panjang sebahu. Tugas Robert adalah menyiapkan hidangan untuk pelanggan. Lalu ada Tania. Gadis berusia 23 tahun dengan kulit berwarna putih cerah, dan bermata sipit. Rambut Tania lurus, dan panjangnya sampai di bawah telinga. Tania bertugas sebagai seorang kasir. Tania, Robert, dan juga Antonio adalah teman. Mereka saling mengenal satu sama lain dari restoran lama tempat mereka bekerja dulu. Mereka mengundurkan diri dari restoran mereka yang dulu karena mereka tidak betah kerja di sana. "Aku pergi dulu, ya?" Morgan pamit. Ia ingin pergi ke ruangan khusus miliknya atau bisa disebut kantornya. Letak kantornya berada di belakang dapur. "Baik, Bos!" jawab Robert dan Tania bersamaan.

  • Are You... My Destiny?   BAB 11

    "Oh, dia Clara." Morgan menjawab dengan tenang. "Siapa dia? Pacar simpananmu, 'kan?" Jennifer masih menuduh Morgan. "Tidak, Jennifer. Dia adalah adik sepupu aku. Coba lihat saja pesannya, kami juga jarang menghubungi satu sama lain." Morgan bersabar menghadapi Jennifer yang dari terus curiga kepadanya. Jennifer mencoba melihat pesan antara Morgan dengan Clara. Satu per satu pesan yang ia baca. Tidak ada pesan romantis, dan hanya berisi tentang hal-hal biasa. "Bagaimana? Masih ingin mencari pacar simpananku? Silakan saja. Sudah kuberitahu bahwa aku tidak punya, tapi kamu malah tidak percaya denganku," kata Morgan. Morgan menyeringai karena merasa menang. Ia membuktikan bahwa tuduhan Jennifer kepadanya adalah salah. Jennifer dibuat sebal olehnya. Ia merasa sebal karena Morgan terbukti tidak punya pacar simpanan. "Sekarang... bolehkah aku melihat isi telepon genggam milikmu?" tanya Morgan, masih menyeringai. Jennifer pucat seketik

  • Are You... My Destiny?   BAB 10

    Morgan dan Jennifer ngobrol di tengah perjalanan menuju kafe. "Hei, sayang. Kapan kita akan menikah? Aku tidak sabar menunggu waktunya," kata Jennifer. Mendengar Jennifer memanggil 'sayang' membuat Morgan terlihat jijik padanya. Entah kenapa Morgan tiba-tiba menjadi jijik dengan panggilan 'sayang' yang hampir setiap hari Jennifer ucapkan. Apa yang terjadi dengan Morgan? "Kenapa diam saja? Jawab aku dong, sayang!" Jennifer meninggikan suaranya. Morgan tersesat dalam pikirannya. Padahal dia sudah menjadi pacar Jennifer, tapi kenapa dia merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan? Sepertinya ada yang salah. Apakah karena Morgan terpaksa menuruti saran Daniel untuk berpacaran dengan Jennifer? Apakah putus dengan Jennifer, lalu menjalani hidup melajang adalah solusi terbaik? Jennifer menepuk pundak Morgan dengan sangat keras, sampai menyadarkan Morgan. "Hei!" "A-ah!" Morgan sadar dari pikirannya. "Ada apa?" Jennifer geram dengan Morga

DMCA.com Protection Status