Beranda / Romansa / Crazy Zee / Bab 5. Let's Play The Game

Share

Bab 5. Let's Play The Game

Penulis: Raf
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Rai memacu mobil dengan santai. Meski marah ia berusaha tetap tenang. Saat ini ia tak ingin kemana-mana. Tujuannya cuma satu. Pulang. Hari ini ia merasa sangat konyol karena berhasil dikecoh dengan mudah oleh seorang anak perempuan. Ia, Raihan si Jagoan, dibuat tampak bodoh gara-gara gadis kecil dengan tinggi tak sampai sedadanya yang bidang. Jika Dre tahu, anak itu pasti tertawa puas atas segala penderitaannya.

“What? Lu dikibulin bocah?” Seketika wajah jail Dre terbayang di depan matanya.

“Lu harus lebih manusiawi sama cewek. Peran pangeran berhati dingin itu udah gak jaman. Nyesal lu gak sempat senang-senang di masa muda bersama cewek-cewek cantik.” Dre yang playboy cap kampak selalu berusaha mengajak Rai masuk ke dunianya yang hingar bingar dan sering gonta ganti cewek. Tapi Rai tak tertarik dengan gaya hidup Dre yang hedon. Ia lebih suka menghabiskan waktu berlatih dan melatih karate di dojo milik salah seorang sahabatnya.

“Ganteng-ganteng es batu.” Dre memberi ia julukan yang sangat kurang ajar. Tapi Rai tak pernah bisa marah pada sepupu yang sejak kecil selalu menjadi sahabat terbaiknya.

Sekarang, jika anak itu tahu ia dikecoh dengan mudah orang seorang gadis tomboy, Dre akan tertawa terpingkal-pingkal. Belum ada sejarahnya Raihan Sukmadilaga diperlakukan semena-mena oleh perempuan. Apalagi oleh anak ingusan usia dua puluh satu tahun.

“Dimana harga diriku.” Tanpa sadar ia bergumam sendiri.

Sepanjang jalan ia merenung tentang perjalanan yang membawanya hingga berakhir menjadi seorang pengawal tak diinginkan.

Ia juga tak pernah membayangkan akan berlarian kesana kemari mengintai seorang gadis tomboy yang membuat ia nyaris kehilangan harga diri. Jika bukan karena taruhan konyol sang ayah, ia sudah meninggalkan pekerjaan bodoh itu.

“Papa taruhan kamu tidak akan bisa mengalahkan Zee.” Sepatah kata yang membuat darahnya mendidih seketika.

“Memangnya anak itu sehebat apa?” Pertanyaan yang dijawab dengan tawa lebar oleh Sam, sang ayah.

“Kamu harus mencari tahu sendiri. Dan jadi pengawal dia adalah cara paling efektif.” Laki-laki itu menggoda anak kesayangannya.

“Menjadi pengawal?” Ia menatap laki-laki yang ia panggil Papa dengan wajah tercengang.

“Aku kuliah di luar negeri hingga master, hanya untuk menjadi pengawal?” Ia memastikan sang ayah sedang tidak mabuk atau dalam pengaruh obat.

“Bukan sembarang pengawal.” Sang ayah balik menatapnya dengan senyum lebar.

“Dia calon istri kamu.”

“What? Calon istri?” Ia makin terhenyak heran.

“Sejak kapan keluarga kita menjadi kolot dan ikut campur dalam perjodohan?”

“Kamu kenal dulu aja. Anaknya cantik dan unik.” Sang Papa tetap menampakkan muka gembira. Ia mengenal Rai dan yakin anak itu akan menyukai Zee, putri sahabatnya sejak masa muda.

“Lagipula kenapa ayahnya gak sewa pengawal profesional aja sih? Bikin susah aja.” Ia tidak habis pikir dengan orang tuanya.

“Sudah sejak kecil dia dikasih pengawal. Tapi gak ada yang bertahan lebih dari tiga bulan. Dan dia pemegang DAN Tiga Karate, lho.” Ayahnya menambahkan info yang membuat kuping Rai berdiri tegak. Ia mulai tertarik.

“Dan Tiga Karate dan diberi pengawal?” Baginya semakin terdengar aneh gadis yang akan dijodohkan dengannya.

“Dan dia tidak menyukai apapun bentuk kemewahan.” Sang ayah menambahkan info yang kian membuat Rai makin penasaran dengan gadis itu.

“Kedengarannya anak itu kok tidak normal.” Ia menyeletuk yang membuat sang ayah tertawa terpingkal-pingkal.

“Hush, anak orang dibilang tidak normal. Pokoknya kamu kenalan dulu aja. Jadi pengawal dia cara paling efektif untuk mengenalnya. Nanti urusan perjodohan terserah, setuju apa tidak, Papa serahkan ke kamu.” Ayahnya mengedipkan mata ke arah Rai dengan senyum tak pernah lepas dari wajahnya.

“Atau Papa ajak kamu taruhan, berani gak?

“Taruhan apaan?”

“Kalo kamu mampu bertahan enam bulan jadi pengawal Zee, Papa mau pensiun. Kamu yang ambil alih semua usaha kita.”

Rai terpana. Tak menyangka sang ayah mempertaruhkan perusahaan kebanggaannya hanya demi seorang gadis.

“Papa bercanda? Aku gak salah dengar nih?”

Seringai sang ayah dan cara ia mengajak taruhan benar-benar membuat Rai merasa dilecehkan.

“Papa serius. Papa ingin istirahat, jika kamu memang mampu menghadapi Zee.”

 “Demi seorang gadis, Papa mau kehilangan perusahaan?” Ia menatap tak percaya laki-laki berusia lima puluh delapan tahun yang masih gagah itu.

“Bukan sembarang gadis, Rai. Zee gadis istimewa.” Sang ayah kembali melemparkan senyum lebar untuk menggodanya.

“Percaya lah. Kamu gak akan menyesal menjadi pengawalnya.”

Akhirnya ia menerima taruhan itu, bukan karena ingin mengambil alih perusahaan, tetapi lebih kepada ego yang tersentil atas tantangan sang ayah. Harga diri dan egonya meronta. Ia ingin tahu gadis seperti apa yang akan ia kawal dan ingin dijodohkan dengan seorang Rai Sukmadilaga. Apa hebatnya gadis itu sehingga ia yang harus menjadi pengawalnya. Ia merasa adrenalinnya meluap membayangkan betapa melecehkan tantangan sang ayah.

“Para orang tua memang konyol dan tidak masuk akal.” Ia bergumam sehingga membuat Sam Sukmadilaga tertawa terpingkal-pingkal.

“Kalian anak muda memang harus belajar banyak.” Ia membalas dengan wajah ceria.

“Tapi Papa senang kamu berani menerima taruhan.” Ia melanjutkan dengan tetap menahan rasa geli melihat ekspresi anaknya yang tampak kesal.

“Papa juga gak percaya kamu tidak mampu menundukkan seorang anak perempuan yang bakal menjadi calon istrimu kelak.” Ia tak henti-henti mengucapkan kata-kata yang justru membuat Rai bertekad ingin membalas gadis yang telah membuatnya merasa sangat dilecehkan.

Dan di sinilah ia sekarang. Memburu seorang gadis tomboy yang benar-benar berperilaku di luar dugaannya. Diperlakukan semena-mena dan dikecoh dengan mudahnya. Meski sangat kesal dengan ulah Zee, tapi ia pun tidak mau kalah taruhan.

“Perjalanan baru dimulai.” Ia bertekad membuat gadis itu takluk dalam genggamannya. Apa kata dunia jika ia, Raihan Sukmadilaga, gagal menjadi pengawal seorang bocah perempuan meski hanya untuk enam bulan saja.

“Urusan calon istri, itu nomor sekian. Toh tak ada kewajiban aku harus menerima.” Ia merasa jauh lebih tertantang untuk memenangkan taruhan dengan ayahnya. Ia harus membuktikan bahwa seorang Rai tak semudah itu menyerah hanya karena  perlakuan dan reputasi seorang gadis tomboy.

"Jangankan satu gadis tomboy. Dikasih sepuluh gue gak bakal kalah. Kamu akan bertekuk lutut pada Rai Sukmadilaga, Nona Lizzy. I Promise you!" Ia menyeringai dengan penuh percaya diri.

“You wanna play a game, let’s do it then. And I will teach you how to become a good girl.”

***

Bab terkait

  • Crazy Zee   Bab 6. I Will Be With You

    Sesampai di rumah Rai membereskan koper dan menukar mobil dengan motor. Salmah sang asisten rumah tangga heran melihat tuan mudanya menyeret tas besar menuju motor.“Mau kemana, Mas?” Kok pake motor?”‘Dinas.” Ia menjawab singkat.‘Dinas kemana?”“Ke bulan.” Rai tidak suka ditanya-tanya.“Ke bulan kok naik motor.” Sang asisten yang sudah lama bekerja di rumah Rai sama cuek dengan majikan mudanya.“Nanti kalau Ibu tanya bilang kemana?” Ia masih penasaran.“Bilang pergi tugas. Sudah! Gak usah cerewet kamu.”“Ih, ditanya baik-baik juga. Kenapa marah-marah?” Salmah yang agak ganjen tak pernah merasa sungkan pada tuan mudanya yang tampan. Terkadang ia sengaja menggoda Rai. Namun Rai tidak pernah menggubris kelakuan minus asistennya.“Mau dibantuin gak bawa kopernya?” Ia masih berusaha cari perhatian.Rai me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Crazy Zee   Bab 7. Pengawal 24 Jam

    Zack menyambut kedatangan kedua sahabatnya dengan heboh. Masih menggunakan celana pendek dan kaos, ia menarik kedua gadis cantik itu ke dalam rumah.“Kalian ketemu dimana? Zee lu kenapa penuh rahasia banget tadi ngomongnya? Gue sempat kesel banget. Lu ngomong kayak orang ketakutan gitu. Lagian telpon gak diaktifin. Nyebelin tau. Ada apa sih?” Ia memberondong kedua sahabatnya dengan berbagai pertanyaan.“Gak ada apa-apa.” Zee menjawab santai.“Iya, Zee kayak orang ketakutan. Gue juga berasa begitu. Tapi dia gak mau cerita.” Dena menambahkan dan dibalas dengan mata mendelik oleh Zack.“Feeling gue bener. Gue juga berasa Zee begitu. Dan itu sangat menjengkelkan.” Zack merasa dapat support dari Dena.“Sembarangan. Mana ada dalam kamus Lizzy takut seperti begitu.” Ia menatap Zack dengan pandangan tidak terima."Tapi lu emang gak biasanya, Zee. Lu aneh dan jadi nyebelin.” Dena menim

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Crazy Zee   Bab 8. Anggota Keluarga

    Zee melayangkan tangan ingin menampar Rai yang membuatnya sangat marah. Namun Rai kembali menangkap tangan mungil itu dengan pandangan sinis dan meremehkan.“Cukup, Nona. Ini tengah malam. Anda mau menampar saya lagi di tengah malam buta begini? Anda mau bikin drama? Ingin menjadi topik berita?” Rai menggenggam tangan Zee dan bicara dengan suara pelan sambil membungkukkan tubuh di hadapan Zee.“Sebaiknya anda bersiap-siap untuk istirahat. Ini sudah hampir pukul setengah tiga. Besok pagi anda harus ke mall lagi. Saya tunggu anda pukul tujuh pagi untuk mengantar anda ke sana.”“Heh! Siapa bilang gue mau diantarin sama kamu? Jangan lancang kamu!” Zee masih belum bisa terima perlakuan Rai, namun ia pun tak tahu harus bagaimana bersikap menghadapi pengawal lancang dan kurang ajar itu.“Saya tidak mau berdebat di tengah malam dengan anak perempuan berkelakuan seperti bayi. Jadi sekarang silahkan istirahat. Sampai jumpa besok pagi.” Rai melepaskan tangan Zee dan ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Crazy Zee   Bab 1. Sang Pengawal

    Zee mengintip dari balik tiang besar di sebuah mall megah.“Huh… pengawal resek! Disuruh jauh-jauh malah nempel kayak perangko.” Ia tersengal-sengal setelah berhasil kabur dari adegan petak umpet dengan pengawal baru yang dikirim ayahnya.Tiang besar mall itu membuatnya merasa aman dari intaian sang pengawal. Meski jantungnya berdetak kencang dan pipi memerah, namun ia puas saat melihat pria bersafari hitam itu celingak-celinguk kebingungan mencari sosok mungilnya di antara pengunjung mall yang ramai.Dengan santai ia duduk ngedeprok di lantai, menyandar pada tiang, berusaha menstabilkan kembali denyut jantungnya yang terasa mau meledak. Senyum jail tersungging di sudut bibirnya.“Welcome to the jungle.”Gadis bermata belo itu sehari-hari tampil cuek dengan kaos vintage dan leather jacket warna hitam beserta celana jeans belel kesukaannya. Rambutnya tertutup topi yang dipakai menghadap ke belak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Crazy Zee   Bab 2. Inspeksi

    “Neng Zee ngapain sih tiap hari ke mall?” Joni si tukang parkir hampir selalu menanyakan pertanyaan yang sama saat didatangi gadis itu. Sudah nyaris sebulan ia melihat Zee mondar mandir di mall.Dulu Zee malah ikut membantunya memarkirkan mobil-mobil yang keluar masuk. Tapi Joni melarang. “Nanti saya yang kena skors, Neng. Tukang parkir di mari harus pakai seragam.” Ia khawatir ditegur atasannya jika melihat Zee ikut memarkirkan mobil-mobil tamu. Sejak itu Zee berhenti memarkirkan mobil. Ia sadar tamu pasti tak nyaman jika dilayani tukang parkir layaknya di pinggir jalan. Tapi ia masih sering nongkrong ke tempat Joni di saat-saat tertentu.“Neng….!” Joni mengagetkan Zee yang sedang celingukan mencari Rai, pengawalnya yang menyebalkan itu.“Inspeksi.” Ia menjawab singkat.“Yaelah si Neng. Inspeksi segala. Kayak pejabat aja.” Joni tertawa mendengar jawaban Zee yang lucu.“Inspeksi Kang Parkir. Biar gak kerja sembarangan.” Zee tertawa menanggapi kome

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Crazy Zee   Bab 3. Kabur

    Dena bergelayut manja di lengan Zee. Ia memang sangat menyayangi sahabat tomboy-nya itu. Meski tomboy, ia tahu persis, Zee adalah pribadi humble dan lembut hati. Empat tahun ia mengenal Zee, gadis itu selalu ada saat Dena membutuhkan. Meski tampak cuek, tapi Zee sangat perhatian dan peduli jika terjadi sesuatu pada teman-teman, terutama pada Dena. Mereka saling menyayangi, apalagi Zee dan Dena sama-sama anak tunggal.Mereka memiliki seorang sahabat lain, Zack, salah satu cowok idola dan atlit serba bisa pemegang sabuk hitam taekwondo. Bertiga mereka dijuluki Double ZD. Mereka hampir selalu bersama semasa kuliah. Dena satu-satunya yang tidak bisa bela diri, sehingga menjadi anak manja yang selalu diproteksi oleh Double Z.Kini hampir sebulan ia tidak bertemu Zee. Ia kangen berat, namun Zee sulit dihubungi. Ia pun tak menyangka bertemu Zee hari ini di mall. Dena sangat senang dan tak henti-henti menanyai Zee ini itu.“Zee, seriusan. Tadi ngapain sih di mall ini? Tadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Crazy Zee   Bab 4. Balas Dendam

    Zee mendapat kesempatan kabur dari Rai. Saat film sedang tayang, ia sengaja ke luar dan mencari tahu keberadaan Rai. Setelah celingukan mencari laki-laki itu di seputar bioskop dan turun satu lantai di bawahnya, tak juga terlihat si pengawal sombong. Tiba-tiba ia menemukan ide untuk membalas dendam atas perlakuan kurang ajar Rai tadi siang.Bergegas ia kembali masuk dan memaksa Dena keluar. Dena yang tengah asik menikmati film, protes. Tapi Zee ngotot.“Kenapa sih Zee. Kan lagi seru ini filmnya.” Dena cemberut ditarik-tarik Zee untuk keluar.“Ayolah Na. Kita jalan ke luar. Ajak Zack.” Ia berbisik di kuping Dena.Begitu mendengar nama Zack, Dena langsung semangat.“Eh iya. Gue juga kangen sama Zack. Yuk.” Dena otomatis beranjak dari tempat duduk. Mereka berjalan merunduk di antara deretan kursi bioskop agar tidak menghalangi penonton lain.Zee setengah berlari menarik tangan Dena agar cepat sampai ke parkir. Ia ingin ngumpet di mobil Dena dan seger

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Crazy Zee   Bab 8. Anggota Keluarga

    Zee melayangkan tangan ingin menampar Rai yang membuatnya sangat marah. Namun Rai kembali menangkap tangan mungil itu dengan pandangan sinis dan meremehkan.“Cukup, Nona. Ini tengah malam. Anda mau menampar saya lagi di tengah malam buta begini? Anda mau bikin drama? Ingin menjadi topik berita?” Rai menggenggam tangan Zee dan bicara dengan suara pelan sambil membungkukkan tubuh di hadapan Zee.“Sebaiknya anda bersiap-siap untuk istirahat. Ini sudah hampir pukul setengah tiga. Besok pagi anda harus ke mall lagi. Saya tunggu anda pukul tujuh pagi untuk mengantar anda ke sana.”“Heh! Siapa bilang gue mau diantarin sama kamu? Jangan lancang kamu!” Zee masih belum bisa terima perlakuan Rai, namun ia pun tak tahu harus bagaimana bersikap menghadapi pengawal lancang dan kurang ajar itu.“Saya tidak mau berdebat di tengah malam dengan anak perempuan berkelakuan seperti bayi. Jadi sekarang silahkan istirahat. Sampai jumpa besok pagi.” Rai melepaskan tangan Zee dan ber

  • Crazy Zee   Bab 7. Pengawal 24 Jam

    Zack menyambut kedatangan kedua sahabatnya dengan heboh. Masih menggunakan celana pendek dan kaos, ia menarik kedua gadis cantik itu ke dalam rumah.“Kalian ketemu dimana? Zee lu kenapa penuh rahasia banget tadi ngomongnya? Gue sempat kesel banget. Lu ngomong kayak orang ketakutan gitu. Lagian telpon gak diaktifin. Nyebelin tau. Ada apa sih?” Ia memberondong kedua sahabatnya dengan berbagai pertanyaan.“Gak ada apa-apa.” Zee menjawab santai.“Iya, Zee kayak orang ketakutan. Gue juga berasa begitu. Tapi dia gak mau cerita.” Dena menambahkan dan dibalas dengan mata mendelik oleh Zack.“Feeling gue bener. Gue juga berasa Zee begitu. Dan itu sangat menjengkelkan.” Zack merasa dapat support dari Dena.“Sembarangan. Mana ada dalam kamus Lizzy takut seperti begitu.” Ia menatap Zack dengan pandangan tidak terima."Tapi lu emang gak biasanya, Zee. Lu aneh dan jadi nyebelin.” Dena menim

  • Crazy Zee   Bab 6. I Will Be With You

    Sesampai di rumah Rai membereskan koper dan menukar mobil dengan motor. Salmah sang asisten rumah tangga heran melihat tuan mudanya menyeret tas besar menuju motor.“Mau kemana, Mas?” Kok pake motor?”‘Dinas.” Ia menjawab singkat.‘Dinas kemana?”“Ke bulan.” Rai tidak suka ditanya-tanya.“Ke bulan kok naik motor.” Sang asisten yang sudah lama bekerja di rumah Rai sama cuek dengan majikan mudanya.“Nanti kalau Ibu tanya bilang kemana?” Ia masih penasaran.“Bilang pergi tugas. Sudah! Gak usah cerewet kamu.”“Ih, ditanya baik-baik juga. Kenapa marah-marah?” Salmah yang agak ganjen tak pernah merasa sungkan pada tuan mudanya yang tampan. Terkadang ia sengaja menggoda Rai. Namun Rai tidak pernah menggubris kelakuan minus asistennya.“Mau dibantuin gak bawa kopernya?” Ia masih berusaha cari perhatian.Rai me

  • Crazy Zee   Bab 5. Let's Play The Game

    Rai memacu mobil dengan santai. Meski marah ia berusaha tetap tenang. Saat ini ia tak ingin kemana-mana. Tujuannya cuma satu. Pulang. Hari ini ia merasa sangat konyol karena berhasil dikecoh dengan mudah oleh seorang anak perempuan. Ia, Raihan si Jagoan, dibuat tampak bodoh gara-gara gadis kecil dengan tinggi tak sampai sedadanya yang bidang. Jika Dre tahu, anak itu pasti tertawa puas atas segala penderitaannya.“What? Lu dikibulin bocah?” Seketika wajah jail Dre terbayang di depan matanya.“Lu harus lebih manusiawi sama cewek. Peran pangeran berhati dingin itu udah gak jaman. Nyesal lu gak sempat senang-senang di masa muda bersama cewek-cewek cantik.” Dre yang playboy cap kampak selalu berusaha mengajak Rai masuk ke dunianya yang hingar bingar dan sering gonta ganti cewek. Tapi Rai tak tertarik dengan gaya hidup Dre yang hedon. Ia lebih suka menghabiskan waktu berlatih dan melatih karate di dojo milik salah seorang sahabatnya.“Gan

  • Crazy Zee   Bab 4. Balas Dendam

    Zee mendapat kesempatan kabur dari Rai. Saat film sedang tayang, ia sengaja ke luar dan mencari tahu keberadaan Rai. Setelah celingukan mencari laki-laki itu di seputar bioskop dan turun satu lantai di bawahnya, tak juga terlihat si pengawal sombong. Tiba-tiba ia menemukan ide untuk membalas dendam atas perlakuan kurang ajar Rai tadi siang.Bergegas ia kembali masuk dan memaksa Dena keluar. Dena yang tengah asik menikmati film, protes. Tapi Zee ngotot.“Kenapa sih Zee. Kan lagi seru ini filmnya.” Dena cemberut ditarik-tarik Zee untuk keluar.“Ayolah Na. Kita jalan ke luar. Ajak Zack.” Ia berbisik di kuping Dena.Begitu mendengar nama Zack, Dena langsung semangat.“Eh iya. Gue juga kangen sama Zack. Yuk.” Dena otomatis beranjak dari tempat duduk. Mereka berjalan merunduk di antara deretan kursi bioskop agar tidak menghalangi penonton lain.Zee setengah berlari menarik tangan Dena agar cepat sampai ke parkir. Ia ingin ngumpet di mobil Dena dan seger

  • Crazy Zee   Bab 3. Kabur

    Dena bergelayut manja di lengan Zee. Ia memang sangat menyayangi sahabat tomboy-nya itu. Meski tomboy, ia tahu persis, Zee adalah pribadi humble dan lembut hati. Empat tahun ia mengenal Zee, gadis itu selalu ada saat Dena membutuhkan. Meski tampak cuek, tapi Zee sangat perhatian dan peduli jika terjadi sesuatu pada teman-teman, terutama pada Dena. Mereka saling menyayangi, apalagi Zee dan Dena sama-sama anak tunggal.Mereka memiliki seorang sahabat lain, Zack, salah satu cowok idola dan atlit serba bisa pemegang sabuk hitam taekwondo. Bertiga mereka dijuluki Double ZD. Mereka hampir selalu bersama semasa kuliah. Dena satu-satunya yang tidak bisa bela diri, sehingga menjadi anak manja yang selalu diproteksi oleh Double Z.Kini hampir sebulan ia tidak bertemu Zee. Ia kangen berat, namun Zee sulit dihubungi. Ia pun tak menyangka bertemu Zee hari ini di mall. Dena sangat senang dan tak henti-henti menanyai Zee ini itu.“Zee, seriusan. Tadi ngapain sih di mall ini? Tadi

  • Crazy Zee   Bab 2. Inspeksi

    “Neng Zee ngapain sih tiap hari ke mall?” Joni si tukang parkir hampir selalu menanyakan pertanyaan yang sama saat didatangi gadis itu. Sudah nyaris sebulan ia melihat Zee mondar mandir di mall.Dulu Zee malah ikut membantunya memarkirkan mobil-mobil yang keluar masuk. Tapi Joni melarang. “Nanti saya yang kena skors, Neng. Tukang parkir di mari harus pakai seragam.” Ia khawatir ditegur atasannya jika melihat Zee ikut memarkirkan mobil-mobil tamu. Sejak itu Zee berhenti memarkirkan mobil. Ia sadar tamu pasti tak nyaman jika dilayani tukang parkir layaknya di pinggir jalan. Tapi ia masih sering nongkrong ke tempat Joni di saat-saat tertentu.“Neng….!” Joni mengagetkan Zee yang sedang celingukan mencari Rai, pengawalnya yang menyebalkan itu.“Inspeksi.” Ia menjawab singkat.“Yaelah si Neng. Inspeksi segala. Kayak pejabat aja.” Joni tertawa mendengar jawaban Zee yang lucu.“Inspeksi Kang Parkir. Biar gak kerja sembarangan.” Zee tertawa menanggapi kome

  • Crazy Zee   Bab 1. Sang Pengawal

    Zee mengintip dari balik tiang besar di sebuah mall megah.“Huh… pengawal resek! Disuruh jauh-jauh malah nempel kayak perangko.” Ia tersengal-sengal setelah berhasil kabur dari adegan petak umpet dengan pengawal baru yang dikirim ayahnya.Tiang besar mall itu membuatnya merasa aman dari intaian sang pengawal. Meski jantungnya berdetak kencang dan pipi memerah, namun ia puas saat melihat pria bersafari hitam itu celingak-celinguk kebingungan mencari sosok mungilnya di antara pengunjung mall yang ramai.Dengan santai ia duduk ngedeprok di lantai, menyandar pada tiang, berusaha menstabilkan kembali denyut jantungnya yang terasa mau meledak. Senyum jail tersungging di sudut bibirnya.“Welcome to the jungle.”Gadis bermata belo itu sehari-hari tampil cuek dengan kaos vintage dan leather jacket warna hitam beserta celana jeans belel kesukaannya. Rambutnya tertutup topi yang dipakai menghadap ke belak

DMCA.com Protection Status