Home / Romansa / Crazy Zee / Bab 4. Balas Dendam

Share

Bab 4. Balas Dendam

Author: Raf
last update Last Updated: 2021-05-08 11:53:54

Zee mendapat kesempatan kabur dari Rai. Saat film sedang tayang, ia sengaja ke luar dan mencari tahu keberadaan Rai. Setelah celingukan mencari laki-laki itu di seputar bioskop dan turun satu lantai di bawahnya, tak juga terlihat si pengawal sombong. Tiba-tiba ia menemukan ide untuk membalas dendam atas perlakuan kurang ajar Rai tadi siang.

Bergegas ia kembali masuk dan memaksa Dena keluar. Dena yang tengah asik menikmati film, protes. Tapi Zee ngotot.

“Kenapa sih Zee. Kan lagi seru ini filmnya.” Dena cemberut ditarik-tarik Zee untuk keluar.

“Ayolah Na. Kita jalan ke luar. Ajak Zack.” Ia berbisik di kuping Dena.

Begitu mendengar nama Zack, Dena langsung semangat.

“Eh iya. Gue juga kangen sama Zack. Yuk.” Dena otomatis beranjak dari tempat duduk. Mereka berjalan merunduk di antara deretan kursi bioskop agar tidak menghalangi penonton lain.

Zee setengah berlari menarik tangan Dena agar cepat sampai ke parkir. Ia ingin ngumpet di mobil Dena dan segera keluar dari mall.

“Ih sabar apa, Zee.” Gue kan pake sepatu tinggi, gak kayak lu yang pake sneakers gitu.”

“Iya. Tapi buruan.” Zee khawatir Rai memergoki mereka sebelum sampai ke mobil Dena.

Begitu Dena membunyikan alarm pembuka pintu, Zee berlari masuk ke mobil Dena.

“Huff, akhirnya!” Ia manarik nafas lega.

“Kenapa sih Zee, kayak orang lagi dikuntit gitu. Takut amat.”

“Eitts. Lizzy gak pernah takut ya. Gue cuma pengen cepat ketemu Zack.” Ia ngeles tidak mau Dena curiga.

“Gue telpon Zack ya. Lu nyetir aja. Yuk buruan keluar.” Zee benar-benar khawatir Rai memergoki mereka.

Di panggilan ketiga, Zack mengangkat telpon dengan suara riang.

“Hai Lizzy Bizzy Dizzy. Kamu kemana aja? Sombong amat. Gue telpon beberapa kali dicuekin.” Lagi-lagi sahabatnya protes karena ia memang jarang memegang ponsel. Zee tidak termasuk anak muda penggila gadget. Ia lebih senang interaksi langsung dengan orang di dunia nyata daripada sibuk bermain gadget dan tidak peduli pada lingkungan.

“Zack. Lu dimana?” Ia langsung menyela Zack yang kalau dibiarkan bisa ngoceh panjang lebar.

“Di rumah lah. Lagi malas kemana-mana. Abis gak ada lu.”

“Good. Tunggu gue sama Dena di rumah ya. Jangan lupa, mandi dulu. Gue gak mau nyium aroma lu yang sengit itu.” Zee memang biasa bicara cuek pada Zack. Begitu pun Zack padanya.

“Eh, tumben. Kok bisa ketemu Dena? Kalian lagi dimana?” Zack mengabaikan komplain Zee.

“Udah gak usah banyak tanya dulu. Siap-siap gih. Setengah jam lagi gue sama Dena sampai di sana. Oya, nanti kalo mau telpon, ke ponsel Dena aja. Baterai gue lowbat. Udah dulu ya.” Zee ingin segera mengakhiri pembicaraan dan mematikan ponsel biar Rai tidak bisa melacak keberadaannya.

“Hei.. ntar dulu apa. Main udahan aja.” Zack terdengar sebal.

“Udah pokoknya siap-siap. Telpon mau gue matiin, keburu nol nanti susah dinyalain.” Zee langsung menutup pembicaraan dan mematikan ponsel.

Dena melirik Zee, Lagi-lagi ia heran melihat ulah sahabatnya yang biasa cuek dan masa bodo. Kali ini ia benar-benar tampak aneh di matanya.

“Biar gue tanya, lu pasti gak mau jawab kan?” Ia tak mau lagi bertanya karena yakin Zee akan jawab asal.

“Tanya apaan, Na?” Zee terdengar mulai rileks.

“Lu gak kayak biasanya. Serba terburu-buru, bikin gue deg-degan jadinya.”

Zee tertawa. Ia takjub karena Dena bisa merasakan apa yang sedang ia rasakan.

“Deg-degan kenapa? Gue santai kok.” Ia berusaha ngeles.

Dena “mengangkat bahu”. Ia sebal pada Zee yang tiba-tiba seperti penuh rahasia.

Mereka sampai di portal pembayaran parkir. Tiba-tiba Zee teringat janji pada Joni mau membawakan makanan. Terbayang ekspresi Joni yang penuh harap, ia merasa sangat bersalah. Untungnya Mamat, salah satu tukang parkir teman Joni, sedang berada di dekat situ. Zee berteriak memanggil. Mamat berlari mendekat begitu melihat Zee.

“Eh, mbak Zee mau kemana?” Ia heran melihat Zee sudah keluar dari mall. Biasa gadis itu baru meninggalkan mall setelah gelap.

“Ada perlu!” Ia bergegas membuka dompet.

“Mat, gue minta tolong ya. Tadi gue janji bawaain Joni makanan sekalian buat lu dan Udin. Tapi gue harus jalan sekarang. Gak sempat beli. Tolong kasihin ini ke Joni ya. Buat bertiga.” Zee menyerahkan tiga lembar uang lima puluh ribu pada Mamat.

“Eh, apaan nih mbak Zee?” Ia tampak heran.

“Udah kasihin Joni, dia ngerti. Gue cabut ya.” Gadis itu langsung menaikkan kaca mobil.

Lagi-lagi Dena dibuat heran dengan ulah si tomboy kesayangannya.

“Gue juga gak perlu tanya kenapa lu kenal mereka kan?” Dena kembali melontarkan pernyataan yang membuat Zee tertawa senang.

“Hahah…Iya! Lu gak usah tanya kenapa gue kenal mereka dan apa yang terjadi. Daripada jawaban gue bikin lu kaget lagi.” Zee memang tidak ada niat bercerita pada Dena tentang kesehariannya di mall.

“Mendingan kita bikin rencana, ntar mau kemana kalau udah ada Zack.” Ia mengalihkan pembicaraan.

Dena cuek. Pura-pura tidak mendengar ucapan sahabatnya.

Begitu keluar mall, Zee langsung menurunkan sandaran kursi dan rebahan dengan santai.

“Gue boleh tidur gak, Na?” Tiba-tiba ia merasa sangat capek.

“Ih, masa gue jadi supir sih, Zee?” Dena cemberut.

“Ya udah. Kalo gitu, lu ngobrol, gue dengerin.”

Namun nyatanya, sepanjang perjalanan kedua gadis itu tampak riang ngobrol ngalor ngidul tentang berbagai hal. Tak terasa mobil sudah sampai di rumah Zack, sahabat kesayangan mereka.

***

Rai merasa kecolongan dengan ulah Zee. Ia tak menyangka si tomboy memanfaatkan kelalaiannya untuk kabur dari pantauan.

“Huh. Benar-benar anak kecil bernyali gede. Belum tahu dia siapa gue.” Ia komat kamit sendiri, kesal karena tidak berhasil menghubungi nomor ponsel Zee. 

Sejenak ia terdiam, memikirkan cara paling menyenangkan untuk memberi pelajaran pada gadis itu.

“Baiklah, kalau kamu ingin bermain, ayo kita mulai main sungguhan.” Seulas senyum tersungging di bibirnya ketika menemukan ide cemerlang.

Rai memutar sebuah nomor telpon, setelah sedikit basa-basi, ia menyampaikan keinginannya pada seseorang, dan senyum puas kembali mencuat di sudut bibirnya ketika suara di seberang setuju dengan apa yang ia sampaikan.

“All right, Baby. You are mine, now!.” Ia membayangkan wajah Zee saat dapat  kejutan nanti. “Kamu jelas salah pilih lawan!” gegas ia menuju mobil yang terparkir di sudut basement mall.  

“Aku ingin tahu sehebat apa Zee yang katanya Dan Tiga karate itu!” Perlahan ia menyalakan mesin mobil dan beranjak keluar dari mall yang beberapa hari ini sangat akrab dengannya, bahkan hingga ke sudut-sudut paling tak terlihat.

***

Related chapters

  • Crazy Zee   Bab 5. Let's Play The Game

    Rai memacu mobil dengan santai. Meski marah ia berusaha tetap tenang. Saat ini ia tak ingin kemana-mana. Tujuannya cuma satu. Pulang. Hari ini ia merasa sangat konyol karena berhasil dikecoh dengan mudah oleh seorang anak perempuan. Ia, Raihan si Jagoan, dibuat tampak bodoh gara-gara gadis kecil dengan tinggi tak sampai sedadanya yang bidang. Jika Dre tahu, anak itu pasti tertawa puas atas segala penderitaannya.“What? Lu dikibulin bocah?” Seketika wajah jail Dre terbayang di depan matanya.“Lu harus lebih manusiawi sama cewek. Peran pangeran berhati dingin itu udah gak jaman. Nyesal lu gak sempat senang-senang di masa muda bersama cewek-cewek cantik.” Dre yang playboy cap kampak selalu berusaha mengajak Rai masuk ke dunianya yang hingar bingar dan sering gonta ganti cewek. Tapi Rai tak tertarik dengan gaya hidup Dre yang hedon. Ia lebih suka menghabiskan waktu berlatih dan melatih karate di dojo milik salah seorang sahabatnya.“Gan

    Last Updated : 2021-05-18
  • Crazy Zee   Bab 6. I Will Be With You

    Sesampai di rumah Rai membereskan koper dan menukar mobil dengan motor. Salmah sang asisten rumah tangga heran melihat tuan mudanya menyeret tas besar menuju motor.“Mau kemana, Mas?” Kok pake motor?”‘Dinas.” Ia menjawab singkat.‘Dinas kemana?”“Ke bulan.” Rai tidak suka ditanya-tanya.“Ke bulan kok naik motor.” Sang asisten yang sudah lama bekerja di rumah Rai sama cuek dengan majikan mudanya.“Nanti kalau Ibu tanya bilang kemana?” Ia masih penasaran.“Bilang pergi tugas. Sudah! Gak usah cerewet kamu.”“Ih, ditanya baik-baik juga. Kenapa marah-marah?” Salmah yang agak ganjen tak pernah merasa sungkan pada tuan mudanya yang tampan. Terkadang ia sengaja menggoda Rai. Namun Rai tidak pernah menggubris kelakuan minus asistennya.“Mau dibantuin gak bawa kopernya?” Ia masih berusaha cari perhatian.Rai me

    Last Updated : 2021-05-23
  • Crazy Zee   Bab 7. Pengawal 24 Jam

    Zack menyambut kedatangan kedua sahabatnya dengan heboh. Masih menggunakan celana pendek dan kaos, ia menarik kedua gadis cantik itu ke dalam rumah.“Kalian ketemu dimana? Zee lu kenapa penuh rahasia banget tadi ngomongnya? Gue sempat kesel banget. Lu ngomong kayak orang ketakutan gitu. Lagian telpon gak diaktifin. Nyebelin tau. Ada apa sih?” Ia memberondong kedua sahabatnya dengan berbagai pertanyaan.“Gak ada apa-apa.” Zee menjawab santai.“Iya, Zee kayak orang ketakutan. Gue juga berasa begitu. Tapi dia gak mau cerita.” Dena menambahkan dan dibalas dengan mata mendelik oleh Zack.“Feeling gue bener. Gue juga berasa Zee begitu. Dan itu sangat menjengkelkan.” Zack merasa dapat support dari Dena.“Sembarangan. Mana ada dalam kamus Lizzy takut seperti begitu.” Ia menatap Zack dengan pandangan tidak terima."Tapi lu emang gak biasanya, Zee. Lu aneh dan jadi nyebelin.” Dena menim

    Last Updated : 2021-05-28
  • Crazy Zee   Bab 8. Anggota Keluarga

    Zee melayangkan tangan ingin menampar Rai yang membuatnya sangat marah. Namun Rai kembali menangkap tangan mungil itu dengan pandangan sinis dan meremehkan.“Cukup, Nona. Ini tengah malam. Anda mau menampar saya lagi di tengah malam buta begini? Anda mau bikin drama? Ingin menjadi topik berita?” Rai menggenggam tangan Zee dan bicara dengan suara pelan sambil membungkukkan tubuh di hadapan Zee.“Sebaiknya anda bersiap-siap untuk istirahat. Ini sudah hampir pukul setengah tiga. Besok pagi anda harus ke mall lagi. Saya tunggu anda pukul tujuh pagi untuk mengantar anda ke sana.”“Heh! Siapa bilang gue mau diantarin sama kamu? Jangan lancang kamu!” Zee masih belum bisa terima perlakuan Rai, namun ia pun tak tahu harus bagaimana bersikap menghadapi pengawal lancang dan kurang ajar itu.“Saya tidak mau berdebat di tengah malam dengan anak perempuan berkelakuan seperti bayi. Jadi sekarang silahkan istirahat. Sampai jumpa besok pagi.” Rai melepaskan tangan Zee dan ber

    Last Updated : 2021-05-29
  • Crazy Zee   Bab 1. Sang Pengawal

    Zee mengintip dari balik tiang besar di sebuah mall megah.“Huh… pengawal resek! Disuruh jauh-jauh malah nempel kayak perangko.” Ia tersengal-sengal setelah berhasil kabur dari adegan petak umpet dengan pengawal baru yang dikirim ayahnya.Tiang besar mall itu membuatnya merasa aman dari intaian sang pengawal. Meski jantungnya berdetak kencang dan pipi memerah, namun ia puas saat melihat pria bersafari hitam itu celingak-celinguk kebingungan mencari sosok mungilnya di antara pengunjung mall yang ramai.Dengan santai ia duduk ngedeprok di lantai, menyandar pada tiang, berusaha menstabilkan kembali denyut jantungnya yang terasa mau meledak. Senyum jail tersungging di sudut bibirnya.“Welcome to the jungle.”Gadis bermata belo itu sehari-hari tampil cuek dengan kaos vintage dan leather jacket warna hitam beserta celana jeans belel kesukaannya. Rambutnya tertutup topi yang dipakai menghadap ke belak

    Last Updated : 2021-05-05
  • Crazy Zee   Bab 2. Inspeksi

    “Neng Zee ngapain sih tiap hari ke mall?” Joni si tukang parkir hampir selalu menanyakan pertanyaan yang sama saat didatangi gadis itu. Sudah nyaris sebulan ia melihat Zee mondar mandir di mall.Dulu Zee malah ikut membantunya memarkirkan mobil-mobil yang keluar masuk. Tapi Joni melarang. “Nanti saya yang kena skors, Neng. Tukang parkir di mari harus pakai seragam.” Ia khawatir ditegur atasannya jika melihat Zee ikut memarkirkan mobil-mobil tamu. Sejak itu Zee berhenti memarkirkan mobil. Ia sadar tamu pasti tak nyaman jika dilayani tukang parkir layaknya di pinggir jalan. Tapi ia masih sering nongkrong ke tempat Joni di saat-saat tertentu.“Neng….!” Joni mengagetkan Zee yang sedang celingukan mencari Rai, pengawalnya yang menyebalkan itu.“Inspeksi.” Ia menjawab singkat.“Yaelah si Neng. Inspeksi segala. Kayak pejabat aja.” Joni tertawa mendengar jawaban Zee yang lucu.“Inspeksi Kang Parkir. Biar gak kerja sembarangan.” Zee tertawa menanggapi kome

    Last Updated : 2021-05-06
  • Crazy Zee   Bab 3. Kabur

    Dena bergelayut manja di lengan Zee. Ia memang sangat menyayangi sahabat tomboy-nya itu. Meski tomboy, ia tahu persis, Zee adalah pribadi humble dan lembut hati. Empat tahun ia mengenal Zee, gadis itu selalu ada saat Dena membutuhkan. Meski tampak cuek, tapi Zee sangat perhatian dan peduli jika terjadi sesuatu pada teman-teman, terutama pada Dena. Mereka saling menyayangi, apalagi Zee dan Dena sama-sama anak tunggal.Mereka memiliki seorang sahabat lain, Zack, salah satu cowok idola dan atlit serba bisa pemegang sabuk hitam taekwondo. Bertiga mereka dijuluki Double ZD. Mereka hampir selalu bersama semasa kuliah. Dena satu-satunya yang tidak bisa bela diri, sehingga menjadi anak manja yang selalu diproteksi oleh Double Z.Kini hampir sebulan ia tidak bertemu Zee. Ia kangen berat, namun Zee sulit dihubungi. Ia pun tak menyangka bertemu Zee hari ini di mall. Dena sangat senang dan tak henti-henti menanyai Zee ini itu.“Zee, seriusan. Tadi ngapain sih di mall ini? Tadi

    Last Updated : 2021-05-08

Latest chapter

  • Crazy Zee   Bab 8. Anggota Keluarga

    Zee melayangkan tangan ingin menampar Rai yang membuatnya sangat marah. Namun Rai kembali menangkap tangan mungil itu dengan pandangan sinis dan meremehkan.“Cukup, Nona. Ini tengah malam. Anda mau menampar saya lagi di tengah malam buta begini? Anda mau bikin drama? Ingin menjadi topik berita?” Rai menggenggam tangan Zee dan bicara dengan suara pelan sambil membungkukkan tubuh di hadapan Zee.“Sebaiknya anda bersiap-siap untuk istirahat. Ini sudah hampir pukul setengah tiga. Besok pagi anda harus ke mall lagi. Saya tunggu anda pukul tujuh pagi untuk mengantar anda ke sana.”“Heh! Siapa bilang gue mau diantarin sama kamu? Jangan lancang kamu!” Zee masih belum bisa terima perlakuan Rai, namun ia pun tak tahu harus bagaimana bersikap menghadapi pengawal lancang dan kurang ajar itu.“Saya tidak mau berdebat di tengah malam dengan anak perempuan berkelakuan seperti bayi. Jadi sekarang silahkan istirahat. Sampai jumpa besok pagi.” Rai melepaskan tangan Zee dan ber

  • Crazy Zee   Bab 7. Pengawal 24 Jam

    Zack menyambut kedatangan kedua sahabatnya dengan heboh. Masih menggunakan celana pendek dan kaos, ia menarik kedua gadis cantik itu ke dalam rumah.“Kalian ketemu dimana? Zee lu kenapa penuh rahasia banget tadi ngomongnya? Gue sempat kesel banget. Lu ngomong kayak orang ketakutan gitu. Lagian telpon gak diaktifin. Nyebelin tau. Ada apa sih?” Ia memberondong kedua sahabatnya dengan berbagai pertanyaan.“Gak ada apa-apa.” Zee menjawab santai.“Iya, Zee kayak orang ketakutan. Gue juga berasa begitu. Tapi dia gak mau cerita.” Dena menambahkan dan dibalas dengan mata mendelik oleh Zack.“Feeling gue bener. Gue juga berasa Zee begitu. Dan itu sangat menjengkelkan.” Zack merasa dapat support dari Dena.“Sembarangan. Mana ada dalam kamus Lizzy takut seperti begitu.” Ia menatap Zack dengan pandangan tidak terima."Tapi lu emang gak biasanya, Zee. Lu aneh dan jadi nyebelin.” Dena menim

  • Crazy Zee   Bab 6. I Will Be With You

    Sesampai di rumah Rai membereskan koper dan menukar mobil dengan motor. Salmah sang asisten rumah tangga heran melihat tuan mudanya menyeret tas besar menuju motor.“Mau kemana, Mas?” Kok pake motor?”‘Dinas.” Ia menjawab singkat.‘Dinas kemana?”“Ke bulan.” Rai tidak suka ditanya-tanya.“Ke bulan kok naik motor.” Sang asisten yang sudah lama bekerja di rumah Rai sama cuek dengan majikan mudanya.“Nanti kalau Ibu tanya bilang kemana?” Ia masih penasaran.“Bilang pergi tugas. Sudah! Gak usah cerewet kamu.”“Ih, ditanya baik-baik juga. Kenapa marah-marah?” Salmah yang agak ganjen tak pernah merasa sungkan pada tuan mudanya yang tampan. Terkadang ia sengaja menggoda Rai. Namun Rai tidak pernah menggubris kelakuan minus asistennya.“Mau dibantuin gak bawa kopernya?” Ia masih berusaha cari perhatian.Rai me

  • Crazy Zee   Bab 5. Let's Play The Game

    Rai memacu mobil dengan santai. Meski marah ia berusaha tetap tenang. Saat ini ia tak ingin kemana-mana. Tujuannya cuma satu. Pulang. Hari ini ia merasa sangat konyol karena berhasil dikecoh dengan mudah oleh seorang anak perempuan. Ia, Raihan si Jagoan, dibuat tampak bodoh gara-gara gadis kecil dengan tinggi tak sampai sedadanya yang bidang. Jika Dre tahu, anak itu pasti tertawa puas atas segala penderitaannya.“What? Lu dikibulin bocah?” Seketika wajah jail Dre terbayang di depan matanya.“Lu harus lebih manusiawi sama cewek. Peran pangeran berhati dingin itu udah gak jaman. Nyesal lu gak sempat senang-senang di masa muda bersama cewek-cewek cantik.” Dre yang playboy cap kampak selalu berusaha mengajak Rai masuk ke dunianya yang hingar bingar dan sering gonta ganti cewek. Tapi Rai tak tertarik dengan gaya hidup Dre yang hedon. Ia lebih suka menghabiskan waktu berlatih dan melatih karate di dojo milik salah seorang sahabatnya.“Gan

  • Crazy Zee   Bab 4. Balas Dendam

    Zee mendapat kesempatan kabur dari Rai. Saat film sedang tayang, ia sengaja ke luar dan mencari tahu keberadaan Rai. Setelah celingukan mencari laki-laki itu di seputar bioskop dan turun satu lantai di bawahnya, tak juga terlihat si pengawal sombong. Tiba-tiba ia menemukan ide untuk membalas dendam atas perlakuan kurang ajar Rai tadi siang.Bergegas ia kembali masuk dan memaksa Dena keluar. Dena yang tengah asik menikmati film, protes. Tapi Zee ngotot.“Kenapa sih Zee. Kan lagi seru ini filmnya.” Dena cemberut ditarik-tarik Zee untuk keluar.“Ayolah Na. Kita jalan ke luar. Ajak Zack.” Ia berbisik di kuping Dena.Begitu mendengar nama Zack, Dena langsung semangat.“Eh iya. Gue juga kangen sama Zack. Yuk.” Dena otomatis beranjak dari tempat duduk. Mereka berjalan merunduk di antara deretan kursi bioskop agar tidak menghalangi penonton lain.Zee setengah berlari menarik tangan Dena agar cepat sampai ke parkir. Ia ingin ngumpet di mobil Dena dan seger

  • Crazy Zee   Bab 3. Kabur

    Dena bergelayut manja di lengan Zee. Ia memang sangat menyayangi sahabat tomboy-nya itu. Meski tomboy, ia tahu persis, Zee adalah pribadi humble dan lembut hati. Empat tahun ia mengenal Zee, gadis itu selalu ada saat Dena membutuhkan. Meski tampak cuek, tapi Zee sangat perhatian dan peduli jika terjadi sesuatu pada teman-teman, terutama pada Dena. Mereka saling menyayangi, apalagi Zee dan Dena sama-sama anak tunggal.Mereka memiliki seorang sahabat lain, Zack, salah satu cowok idola dan atlit serba bisa pemegang sabuk hitam taekwondo. Bertiga mereka dijuluki Double ZD. Mereka hampir selalu bersama semasa kuliah. Dena satu-satunya yang tidak bisa bela diri, sehingga menjadi anak manja yang selalu diproteksi oleh Double Z.Kini hampir sebulan ia tidak bertemu Zee. Ia kangen berat, namun Zee sulit dihubungi. Ia pun tak menyangka bertemu Zee hari ini di mall. Dena sangat senang dan tak henti-henti menanyai Zee ini itu.“Zee, seriusan. Tadi ngapain sih di mall ini? Tadi

  • Crazy Zee   Bab 2. Inspeksi

    “Neng Zee ngapain sih tiap hari ke mall?” Joni si tukang parkir hampir selalu menanyakan pertanyaan yang sama saat didatangi gadis itu. Sudah nyaris sebulan ia melihat Zee mondar mandir di mall.Dulu Zee malah ikut membantunya memarkirkan mobil-mobil yang keluar masuk. Tapi Joni melarang. “Nanti saya yang kena skors, Neng. Tukang parkir di mari harus pakai seragam.” Ia khawatir ditegur atasannya jika melihat Zee ikut memarkirkan mobil-mobil tamu. Sejak itu Zee berhenti memarkirkan mobil. Ia sadar tamu pasti tak nyaman jika dilayani tukang parkir layaknya di pinggir jalan. Tapi ia masih sering nongkrong ke tempat Joni di saat-saat tertentu.“Neng….!” Joni mengagetkan Zee yang sedang celingukan mencari Rai, pengawalnya yang menyebalkan itu.“Inspeksi.” Ia menjawab singkat.“Yaelah si Neng. Inspeksi segala. Kayak pejabat aja.” Joni tertawa mendengar jawaban Zee yang lucu.“Inspeksi Kang Parkir. Biar gak kerja sembarangan.” Zee tertawa menanggapi kome

  • Crazy Zee   Bab 1. Sang Pengawal

    Zee mengintip dari balik tiang besar di sebuah mall megah.“Huh… pengawal resek! Disuruh jauh-jauh malah nempel kayak perangko.” Ia tersengal-sengal setelah berhasil kabur dari adegan petak umpet dengan pengawal baru yang dikirim ayahnya.Tiang besar mall itu membuatnya merasa aman dari intaian sang pengawal. Meski jantungnya berdetak kencang dan pipi memerah, namun ia puas saat melihat pria bersafari hitam itu celingak-celinguk kebingungan mencari sosok mungilnya di antara pengunjung mall yang ramai.Dengan santai ia duduk ngedeprok di lantai, menyandar pada tiang, berusaha menstabilkan kembali denyut jantungnya yang terasa mau meledak. Senyum jail tersungging di sudut bibirnya.“Welcome to the jungle.”Gadis bermata belo itu sehari-hari tampil cuek dengan kaos vintage dan leather jacket warna hitam beserta celana jeans belel kesukaannya. Rambutnya tertutup topi yang dipakai menghadap ke belak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status