Braga adalah cowok dengan jiwa kebebasan tinggi yang enggan dikekang, terlahir dari keluarga terkaya di negaranya, tak merasa membuatnya berrhasil memiliki segalanya. Buktinya ia masih belum bisa mendapatkan Dipsha, karena keputusan kakeknya, yang lebih memilih Arkan yang cucunya untuk bertunangan dengan Dipsha. Arkan sendiri tak lain juga sepupu Braga, Arkan juga tahu jika Braga menyukai Dipsha, namun dia malah bersenang-senang dengan keputusan kakeknya. Hingga di hari ulang tahunnya, Braga menerima hadiah sebuah unit apartemen dari mamanya, dan memutuskan tinggal disana sendiri, demi keluar dari tirani kekuasaan kakeknya, dan juga hegemoni keangkuhan Arkan. Hingga harinya berubah saat Mamanya meminta Braga untuk menjemput seorang gadis di Bandara, cewek polos yang membuat Braga perlahan mulai melupakan Dipsha, benarkah?
View MoreBraga, Orion, Rigel dan Alastair sedang bermain basket di jam istirahat ini, mereka berempat menjadi pemandangan yang paling indah bagi siswi-siswi Labschool Bina Persada, empat cowok tampan, yang masa depannya sudah terprogam sejak orok bahwa mereka nantinya akan menjadi generasi penerus pemimpin di perusahaan keluarga mereka masing-masing. Cewek-cewek halu yang menatap mereka dari pinggir lapangan maupun di sepanjang koridor sekolah selalu berangan-angan jika mereka bisa memacari salah satu diantara pasukan inti geng Badblood itu, sudah bisa dipastikan maka masa depan mereka akan tenang, secara lahir dan batin karena ketampanan dan kemapanannya. Namun apa boleh buat, mereka sadar serbuk berlian tidak akan pernah setara dengan rontokan pisgor --pisang goreng--. Terlebih saat mereka tahu bahwa Arkan si Jenius sepupu Braga di jodohkan dengan Dipsha si selebgram cantik nan populer yang sama-sama berasal dari keluarga
Saat ini pelajaran Matematika sedang berlangsung, Pak Randu tampak menuliskan beberapa rumus njelimet di papan tulis, membuat kepala Braga semakin pusing saja. Namun tiba-tiba pintu kelas berderit dan menampakkan Bu Dina wali kelas mereka masuk menemui Pak Randu guru Matematika yang sedang mengajar di depan kelas. Bu Dina dan Pak Randu terlihat sedang bisik-bisik sambil sesekali mengedarkan pandangannya ke seusia kelas, memastikan mereka tidak gaduh. Tak lama kemudian Pak Randu manggut-manggut, dan Bu Dina tiba-tiba berseru mempersilakan siswi di depan pintu kelas itu untuk masuk. Mata Dipsha seketika melotot, cewek yang ia lihat pagi ini datang ke rumah Braga, ternyata masuk di kelas ini. Mereka akan menjadi teman sekelas. Ini sangat menjengkelkan baginya. "Maaf Pak, saya terlambat, tadi saya salah naik angkot," ucap Titania, Braga mengangkat wajahnya begitu me
Malam ini Titania terjaga dari tidurnya, hari pertamanya tinggal jauh dari kedua orang tua, membuatnya overthingking. Gadis tersebut beringsut membuka selimut karena merasa haus, ia membuka pintu kamar dan matanya menyipit begitu keluar dari ruangannya. Braga rupanya tertidur dengan lampu dan TV yang masih menyala, ia mengabaikannya dan langsung melangkah menuju dapur untuk mengambil minum. Sesuai dengan tujuannya. Titania membawa gelasnya yang telah berisi air putih dingin, berjalan menuju ruang tengah, ia mengambil remote TV dari genggaman tangan Braga. Ia tekan tombol power dan TV menghitam. "Dasar cowok aneh, aku yang baru perjalanan jauh Bali-Jakarta, kena jetlag, harusnya aku yang lelah malah dia yang kelihatan lelah," ucap Titania lantas meneguk air dalam gelas di tangannya, sambil mengamati Braga yang tidur pulas dengan mulut sedikit terbuka. Titania kembali ke dapur mele
Braga malam ini sedang berpacu di lintasan, dia harus tiba di garis finish lebih dulu, Braga tidak mau jika sampai dia dan teman-temannya harus bertekuk lutut di bawah naungan Roxy yang angkuh dan licik itu. Dia melewatkan satu ritual penting sebelum balapan, yaitu mengecek kondisi lintasan, entah untuk sekedar melihat infrastruktur jalan, ataupun kemungkinan sabotase dari kubu lawan. Malam ini Braga tidak sempat melakukannya karena harus menjemput Titania di Bandara tadi, dia pun juga datang paling akhir ke lokasi. Satu tikungan lagi dia akan tiba di garis finish, dari kejauhan Braga telah melihat lampu-lampu motor anak-anak Badblood dan juga anak-anak Enemy Coffin yang berpendar. Saat ia sedang fokus melihat kedepan, tepatnya kearah Orion dan Rigel yang sedang menyemangatinya --Alastair tidak pernah ikut diacara seperti ini dia lagi sibuk menghafal rumus-- Tiba-tiba sebuah balok kayu terbang melayang kearah tengkukn
"Malam ini?! Jam berapa?!" tanya Braga setengah berbisik, sambil mendekatkan handphone di telinganya, ia sedang menerima telepon dari Rigel masalah tantangan Roxy waktu itu. "Jam 11 Boss, di lintasan kemarin, Roxy sudah siap katanya," jawab Rigel di seberang telepon dengan cukup jelas "Oke," ujar Braga singkat, sambil melirik kearah jam dinding yang tertempel di tembok kamarnya. Masih ada waktu satu jam lagi. "Gue butuh bantuan lo," imbuh Braga lagi. "Bantuan apa Boss?" respon Rigel cepat. "Lo jemput gue! Bilang ke nyokap kalau kita mau ngerjain tugas, ok?" Braga memberikan instruksi. "Siap Boss, yakin berhasil?" ucap Rigel di seberang telepon sedikit ragu. "Berhasil atau nggak, mending lo datang dulu ke rumah, sisanya biar gue yang urus." Braga langsung mematikan sambungan telepon. 
"Bill," Dipsha sedang memanggil Billa sang bendahara kelas yang baru saja berlalu. Ia menyusul cewek itu kembali ke kelas, setelah melihat pemandangan yang meresahkan hatinya tadi di kantin. "Hmm? Iya Sha, kenapa?" tanya cewek berwajah oriental tersebut. Nabilla Azkia. "Eng, enggak ada apa-apa sih, itu, gue cuma mau tanya, tadi lo nagih uang kas ya ke Braga dan anak-anak Badblood yang lain?" tanya Dipsha basa-basi, ya tentu saja, itu terjadi karena dia jarang dan bahkan hampir tidak pernah ngobrol sama Billa, sebagai informasi, di SMA Labschooll Bina Persada ini ada sistem hirarki yang tidak kasat mata, yaitu pembentukan kasta yang sudah terjadi turun-temurun dari berbagai angkatan. Kasta pertama, disandang oleh anak-anak para donatur sekolah, yang terdiri dari anak para pengusaha kaya dan anak para pesohor seperti artis papan atas. Kasta kedua, diberikan kepada anak-anak penyand
Dipsha meneguk segelas susu cokelat sambil memainkan hp, memeriksa notifikasi terbaru media sosialnya. Mamanya juga bilang, "Dipsha bisa sarapan pakai apa saja, asalkan lauknya hp." Dipsha adalah seorang selebgram remaja yang terkenal di kota ini, tawaran endorse-an selalu datang menghampirinya, setiap hari. Jadi hampir semua model pakaian, cemilan, skincare, makeup, produk tas dan sepatu terkini sudah masuk semua ke koleksi Dipsha, berkat endorse, tanpa harus meminta pada orang tuanya. Namun karena dia tidak menggeluti secara serius bidang itu, makanya, semua Dipsha handle sendiri tanpa merekrut asisten dan sebagainya, mulai dari menjawab email endorse, melakukan photoshoot produk, hingga posting ia tangani sendiri. Begitu rutinitas sarapan paginya, selalu sibuk memeriksa email, namun pagi ini berbeda, ia sedang menunggu balasan chat dari Braga semalam, yang tak kunjung muncul di layarnya. "Dipsha
Dinginnya angin malam yang menusuk tulang dan kelembapan udara yang semakin menurun, tidak melunturkan semangat gerombolan remaja, usia sekolah itu untuk melakukan aksinya. "Braga!! Braga!! Braga!!" "Come on Ga, You must be a winner tonight!!!" teriakan-teriakan penyemangat dan pengecoh mental kubu lawan semakin kencang terdengar dari pinggir lintasan. Dan menguar begitu saja bersama hembusan angin malam. Sekelompok geng motor yang menasbihkan dirinya sebagai geng 'Bad Blood' tengah berada dalam event kebanggaan mereka, apalagi jika bukan balap liar, dan tentu saja bersama musuh besarnya geng 'Enemy Coffin'. Gelaran event terlarang itu meraka laksanakan di kawasan tol yang masih dalam tahap loading proses pembangunan. Mereka dengan sengaja mengecoh petugas developer tol demi menghindari razia dan kejaran polisi lalu lintas. Putaran demi putaran ajang balap liar sel
Dinginnya angin malam yang menusuk tulang dan kelembapan udara yang semakin menurun, tidak melunturkan semangat gerombolan remaja, usia sekolah itu untuk melakukan aksinya. "Braga!! Braga!! Braga!!" "Come on Ga, You must be a winner tonight!!!" teriakan-teriakan penyemangat dan pengecoh mental kubu lawan semakin kencang terdengar dari pinggir lintasan. Dan menguar begitu saja bersama hembusan angin malam. Sekelompok geng motor yang menasbihkan dirinya sebagai geng 'Bad Blood' tengah berada dalam event kebanggaan mereka, apalagi jika bukan balap liar, dan tentu saja bersama musuh besarnya geng 'Enemy Coffin'. Gelaran event terlarang itu meraka laksanakan di kawasan tol yang masih dalam tahap loading proses pembangunan. Mereka dengan sengaja mengecoh petugas developer tol demi menghindari razia dan kejaran polisi lalu lintas. Putaran demi putaran ajang balap liar sel...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments