Share

Comeback
Comeback
Author: Annchi Liem

Part 1

Author: Annchi Liem
last update Last Updated: 2021-09-08 21:23:00

Tidak ada yang kurang dari seorang Anya, wajah yang cantik seperti IU, berpendidikan tinggi, karir yang bagus di usia muda, ramah dan ceria. Sempurna bagi yang baru mengenal seorang Anya, tapi tanpa mereka ketahui bahwa banyak cacat yang disembunyikan di balik kesempurnaannya. 

Tok

Tok

Tok

“Anya! Selamat siang! Bagaimana hari ini?” sapa Gifa, senior sekaligus teman Anya di kantor. Bekerja di perusahaan ternama sekaligus besar, membuat kebanggan tersendiri bagi semua orang, termasuk Anya sendiri. Mendapat pekerjaan yang bagus dan lingkup pertemanan yang baik membuat Anya merasa lega sekaligus bersyukur. Meski dia tau bahwa banyak pihak yang hanya memanfaatkan dirinya, bagi Anya tidak masalah. 

“Waalaikumsalam, Mbak Gifa,” sahut Anya di balik layar komputer. Gifa hanya tertawa geli begitu mendengar jawaban dari Anya yang secara tidak langsung menyindir dirinya. 

“Aduh ... Bu manager, pintar banget, sih, nyindirnya.” Anya hanya tersenyum memandang Gifa yang duduk di kursi hadapannya padahal belum di persilahkan. Dalam hati Anya hanya memaklumi seniornya yang suka berperilaku seenaknya pada Anya di saat sedang berdua, tapi jika sudah bertemu di tempat umum maka yang ada hanya seperti rekan kerja kebanyakan. 

“Ada yang bisa Anya bantu, Mbak?” tanya Anya sembari memangku kedua tangannya di atas meja. 

“Udah makan siang? Kerja boleh, An, tapi makan jangan lupa! Udah makan belum? Obatnya udah diminum?” tanya Gifa. Anya hanya berdecak kesal. Memangnya dia anak kecil yang selalu diingatkan untuk makan siang, apa! Dan apalagi Gifa yang harus datang dari lantai 25 ke lantai 30 hanya untuk mengingatkan agar dia makan dan minum obat, Anya merengut mendengarnya. 

“Mbak Gifa rela naik ke lantai ini hanya untuk nanya apakah aku udah makan? Aku bukan anak kecil lagi, Mbak!” ketus Anya kesal. Duh, Anya bukan anak kecil lagi. 

“Maaf, An. Aku hanya menyampaikan pesan dari mamamu yang meminta aku mengingatkan kamu untuk makan siang. Jangan marahin aku, dong,” rengut Gifa lalu mengambil apel di atas meja dan menggigitnya. 

“Ck, kayak anak kecil aja!”

“Kamu ‘kan memang anak kecil! Kalau kamu udah dewasa udah pasti kamu bolak-balik punya pacar!” ketus Gifa, lalu dia segera menutup mulut kegat dengan apa yang dia katakan. ‘Gifa bodoh!’ maki Gifa dalam hati. Seharusnya dia tidak menyinggung hal yang sangat sensitif bagi Anya. 

Di balik kesempurnaan dan kesuksesan seorang Anya, ada hal gelap yang disembunyikan. Ibarat sebuah benda yang tertimpa sinar, semakin terang cahayanya maka semakin gelap pula bayangannya. Begitu pula dengan Anya, semakin sempurna dirinya maka semakin banyak pula cacatnya. Bukankah kesempurnaan itu hanya milik Sang Pencipta? 

“Maafin Mbak, An. Seharusnya Mbak nggak ngomong gitu,” tutur Gifa dengan rasa bersalah yang besar menggerogoti hati. Seharusnya dia tidak mengungkit alasan Anya masih single dan belum pernah pacaran hingga saat ini. 

Androphobia adalah kecemasan atau ketakutan yang ekstrem pada laki-laki. Biasanya penyakit ini ditemukan pada orang yang memiliki kejadian negatif seperti pemerkosaan, pelecehan dan lain sebagainya. Mirisnya Anya mengidap penyakit aneh itu. Sampai sekarang Gifa tidak tau apa yang menjadi penyebab wanita muda itu menderita penyakit itu karena Anya sangat tertutup pada kehidupan pribadinya, meski pada Gifa sekalipun. Yang Gifa ketahui hanyalah anggota keluarga Anya yang keturunan militer, berbeda dengan Anya yang lebih memilih menjadi seorang karyawan swasta daripada pengabdi negara seperti kedua orang tua dan saudaranya. 

Anya kembali mengetik dan fokus kembali ke layar komputernya, mencoba acuh dan melupakan apa yang dikatakan oleh Gifa. Suasana kembali hening, yang terdengar hanya suara jam yang berdenting dan ketikan dari keyboard Anya. 

“An, are you oke? Mbak minta maaf, An. Mbak keceplosan,” bujuk Gifa meminta maaf pada wanita itu, sedangkan Anya hanya diam sembari fokus mengetik untuk menutupi tangannya yang sudah bergetar hanya karena mendengar kata laki-laki. 

“An, jangan marah ... kalau kamu marah, siapa yang mau Mbak ajak nonton drama Korea terbaru bulan ini? Sedih Mbak kalau nonton sendirian,” tutur Gifa sedih. 

“Aku ‘kan nggak pernah nonton drakor kayak Henny, Mbak. Boro-boro nonton drakor, lihat cowoknya aja aku udah takut,” akui Anya lirih. Mungkin sampai kapan pun, dia tidak akan bisa seperti wanita-wanita lainnya yang bisa bebas menceritakan aktor tampan terkenal tahun ini, atau menonton drakor dengan pasangan. Terkadang Anya iri, tapi rasa takutnya mengalahkan semuanya. 

“Nah, itu dia! Kamu harus belajar nonton drakor dan kenal cogan meski lewat layar. Kalau lingkup pertemananmu yang cowok hanya Brian seorang, maka kamu nggak akan bisa tau bahwa cowok di dunia ini nggak Cuma satu! Tapi banyak!” ujar Gifa menggebu-gebu menyemangati Anya yang sudah mulai putus asa dengan penyakitnya ini. 

“Tapi, Mbak—“ 

“Husstt... aku baca di Mbah Gosong kalau nonton drakor itu bisa merefreshkan isi pikiran yang udah mulai ngajak berantem, jadi kamu harus coba! Kalau kamu nggak suka ama aktornya, kamu harus lihat aktrisnya! Cakep, loh, An! Ada yang kayak kamu!” teriak Gifa antusias hingga menggebrak meja kerja Anya. 

“Tapi ....”

“Please, An ... hanya kamu aja yang belum aku ajak nonton drakor. Anggap aja kamu lagi melawan phobia kamu itu,” bujuk Gifa dengan puppy eyes andalannya yang sering kali membuat karyawan pria lainnya muntah di tempat. Bayangkan saja wajah yang sangar seperti preman pasar tukang palak memasang wajah seimut mungkin, percayalah kalian akan merasa mual begitu saja. 

“Emm ... aku nggak berani, Mbak. Kalau aku kumat nanti gimana? Mbak nontonnya sendiri aja, ya? Atau mbak ajak teman yang lainnya,” tolak Anya halus, tidak berniat menyakiti hati Gifa yang selalu baik padanya. 

“Please, An ... hanya kamu yang aku mau, yang lain terserah mau apa. Mau mereka jungkir balik, salto hingga mewek sambil manjat pohon cabe, itu terserah mereka. Yang aku mau itu kamu. Mau, ya? Kumohon,” pinta Gifa sambil memasang wajah melas pasalnya membujuk Anya yang sedang ngambek itu bukanlah perkara yang mudah. 

“Nggak. Lain kali aja, Mbak, hari ini aku ada konsultasi ke Dokter Bintang. Maaf, Mbak.” Gifa hanya menunduk sambil memasang wajah sedih. Harapannya untuk menonton drakor dengan Anya hanya tinggal angan semata. 

Anya merasa tidak nyaman begitu melihat mimik wajah Gifa yang berubah murung. Sebenarnya bertemu dengan Dokter Bintang hanyalah alasan Anya untuk menolak ajakan Gifa, tapi begitu melihat ekspresi Gifa rasa tidak nyaman bersarang di hatinya. 

“Gimana kalau minggu depan aja aku usahakan buat nonton bareng Mbak? Kalau minggu ini aku nggak ada waktu,” usul Anya pelan, berharap wanita itu setuju dengan usulannya. 

“Aku maunya besok, An. Kalau minggu depan mah aku mau ke Surabaya, rindu masakan mamaku. Mau, ya, An ... sekali aja,” bujuk Gifa. 

“Kalau gitu nggak usah aja, Mbak.”

“Kamu mau lihat anak aku ngiler nanti pas lahirnya?!” Anya kaget begitu mendengar tutur Gifa yang terkesan ketus. 

“Mbak Gifa lagi hamil?” tanya Anya kaget. 

“Iya. Baru tiga bulan,” jawab Gifa santai sembari melahap apel lagi yang ada di meja. 

“Anak siapa?” tanya Anya bingung. Gifa menatap Anya dengan tatapan sengit. 

“Anak manusialah, masa anak Ji Chang-wook! Mimpi itu namanya!” hardik Gifa kesal. Entah kenapa dia merasa kesal dengan reaksi rekan-rekannya begitu mendengar dirinya sedang berbadan dua. Wajar jika rekan-rekannya bingung, pasalnya Gifa dan suaminya telah menjalani LDR. Dia di Jakarta sedangkan suaminya di Gowa, Sulsel. 

“Bukan, bukan gitu maksud aku. Mbak beneran hamil, kan? Nggak bohongin aku lagi?” 

“Kalau nggak percaya, kita periksa sekarang!” Gifa seketika menjadi kesal dengan junior satunya ini. Pura-pura hamil untungnya apa, coba? Seharusnya mereka senang karena anak yang telah diidam-idamkan oleh Gifa dan suaminya selama lima tahun pernikahan mereka akan segera hadir di antara mereka, bukan malah pasang muka seperti orang idiot yang beri soal seleksi profesor! Atau mungkin mereka tidak menyukai dengan berita kehamilannya ini. Duh, Gifa jadi sedih. Dengan perlahan dia mengusap air matanya yang mulai menetes di pipi. Semenjak hamil, dia jadi sangat sensitif terhadap banyak hal. Dibentak sedikit langsung nangis, lihat yang lucu sedikit langsung tertawa hingga menangis, jangan lupa dia sering marah-marah akan masalah sepele. 

“M... Mbak kenapa? Kok, jadi nangis!” teriak Anya panik. Dengan segera dia berjalan menuju Gifa yang sesegukan karena menangis. Anya panik! Sebelumnya dia tidak pernah menenangkan wanita hamil yang menangis. Kalau kata Clara, sahabatnya, menenangkan ibu hamil itu sama saja kamu lagi mencoba menjinakkan Singa. Terkadang mereka akan langsung berhenti atau ada yang langsung marah seperti akan menerkam kita jika bisa. 

“Mbak ... Mbak Gifa jangan nangis,” bujuk Anya setengah takut, takut jika diterkam oleh ibu hamil satu ini. 

“Kalian jahat! Seharusnya kalian senang begitu mendengar kehamilan aku setelah lima tahun aku menunggu, bukan malah kayak orang bodoh! Kalau nanti anak aku jadi bodoh begitu lihat wajah kalian kayak gitu, gimana?!” hardik Gifa kesal. Berhenti menangis tiba-tiba saja emosinya sudah tersulut. “Atau kalian nggak suka kalau aku hamil?! Kejam kalian!”

“Bu... bukan begitu, Mbak. Aku cuma kaget sekaligus senang dengar Mbak Gifa akhirnya hamil setelah banyak program yang Mbak dan suami jalani. Mbak jangan sedih, dong. Mbak mau minta apa? Biar nanti Anya coba turuti, anggap aja itu permintaan calon keponakan Anya. Gimana? Mau?” bujuk Anya takut karena melihat ekspresi Gifa yang sudah seperti akan menelan orang. Anya jadi merinding dibuatnya. 

“Beneran?! Kamu nggak bohong apalagi ingkar janji, kan? Atau ini akal-akalan kamu biar Mbak nggak nangis dan bikin berisik?” tuduh Gifa. Anya menggeleng kepala panik, belum sempat dia berkata Gifa sudah merengek seperti anak kecil yang diambil permennya. 

“Mbak, jangan nangis, dong. Anya minta maaf atas ucapan Anya tadi, Mbak. Mbak jangan nangis, dong, nanti cantiknya hilang.” 

Dalam hati Anya merutuki, seharusnya Gifa yang meminta maaf karena sempat menyinggung traumanya bukan Anya yang harus meminta maaf dari kesalahan yang bukan dia buat. Diam-diam Anya berdoa, semoga saja nanti anak dari wanita itu tidak menyebalkan seperti ibunya. Dengan segera Gifa menghentikan tangisannya lalu bercermin pada layar hpnya. Setelah cukup lama dia bercermin, dengan segera dia menatap Anya dengan angkuh dan penuh percaya diri. 

“Aku masih cantik, kok!” ujarnya penuh percaya diri. Anya segera memukul jidatnya sendiri karena kesal. Rasanya ingin mengusir wanita ini, tapi entah kenapa dia tidak ingin melakukannya. 

“Kalau gitu, besok kamu harus nonton drakor bersama di rumahku!” putus Gifa. Anya hanya melongo begitu mendengar putusan Gifa yang tidak meminta pendapatnya terlebih dahulu. “Tanpa alasan!” lanjut Gifa, lalu wanita itu pergi keluar ruangan itu meninggalkan Anya yang hanya memijit kepalanya yang pusing. Sepertinya dia tidak ada alasan lagi untuk menolak permintaan dari Gifa. 

___________$$$$$$___________

Dentingan garpu dan sendok beradu menghiasi 

 keheningan di meja makan. Makan malam bersama adalah rutinitas yang harus dilakukan setiap malam di keluarga Andi Bagaskara, terkecuali jika Andi dan istri harus ke luar kota untuk urusan pekerjaan. Menjaga tata krama dalam makan, tiada satu pun yang bersuara meski banyak hal yang ingin dibicarakan dari hal yang serius hingga hanya candaan semata. 

“Ujian kamu gimana, Dit? Kira-kira lulus atau nggak?” tanya Andi pada putra bungsunya, Aditya yang baru saja seleksi masuk akademi polisi. Berbeda dengan sang ayah yang merupakan anggota TNI, Aditya memilih menjadi polisi semenjak kejadian yang menimpa Kakak perempuannya sepuluh tahun yang lalu. 

“Papa,” tegur Diyah, sang istri pada Andi. Dia tidak setuju dengan tindakan Andi yang menanyakan masalah pendidikan di meja makan. Bagi Diyah yang dididik tata krama dengan ketat, berbicara di meja makan itu tidak sopan, terlebih lagi masalah masa depan anak-anaknya. Masih ada ruangan lain selain ruang makan. Tapi sepertinya Andi tidak peduli dengan hal itu. 

“Masih harus tes renang, Pa,” jawab Aditya juga tidak memperdulikan peringatan dari mamanya. Diyah mendengkus kesal. Anak dan Ayah sama aja, pikirnya. 

“Yakin bisa renang?” tanya Anya meledek adiknya. Diyah melotot ke arah Anya, mengode agar tidak ikut-ikutan seperti Andi dan Aditya. Tapi sepertinya Anya tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu akan kode dari Diyah hingga dia kembali meledek sang Adik. 

“Bisalah. Gini-gini pernah jadi juara kampung!” seru Aditya menepuk dadanya bangga seolah-olah telah berhasil menyelamatkan dunia dari marah bahaya. 

“Dih, juara kampung aja bangga! Yang jadi saingan kamu itu satu negara, bukan satu kampung!” ledek Anya masih tidak menghiraukan kode dari Diyah agar tidak memperpanjang perdebatan. 

“Oh, bukan hanya juara kampung. Kakak tau siapa yang mengukur kedalaman palung Mariana?” tanya Aditya menantang Anya berdebat. 

“Siapa? Kamu yang ngukur?”

“Ya bukanlah! Paling Mariana itu kedalamannya di teliti oleh kapal Angkatan Laut Britania, Challenger II, menggunakan kapal selam bernama Triste. Makanya kalau punya HP itu jangan Cuma buat bisnis ama main game aja, baca artikel juga perlu!”

“Dih, udah sok pinter! Padahal nilai pas ulangan harian aja pas-pasan.”

“Biarin. Yang penting bentar lagi jadi polisi,” sahut Aditya tidak peduli dengan ledekan sang Kakak. Diyah sudah yang sudah menahan emosi sedari tadi, sepertinya sudah akan meledak melihat perdebatan tidak penting dari kedua anaknya. Di saat akan memarahi kedua anaknya, Andi memegang tangan Diyah, mengkode agar sang istri tidak menghentikan perdebatan antara kakak dan adik itu yang hampir tidak pernah terjadi. Diyah pun menuruti permintaan suami. Dia kembali diam dan memperhatikan sangkalan hingga ejekan yang kakak adik itu lontarkan. Diam-diam dia tersenyum penuh syukur. Setelah sepuluh tahun masa kelam yang keluarga mereka alami, kini bisa tersenyum cerah layaknya mentari pagi. 

Tanpa mereka ketahui, bahwa semakin cerah cahaya maka akan semakin gelap pula bayangannya. Semakin tinggi suatu pohon, maka semakin kencang pula angin yang berhembus. Hanya waktu yang menunjukan kapan harus bertindak dan kapan harus berhenti. Itulah yang namanya takdir. 

TBC

Kalbar, 8 September 2021

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Comeback   Part 2

    Sebagai seorang anak, terlebih lagi anak perempuan tunggal, Anya selalu merasa bahwa Ayah dan Aditya terlalu posesif padanya. Dimulai dari sekolah yang dipilih oleh Anya hingga teman-temannya. Banyak aturan yang ditetapkan oleh sang Ayah terlebih lagi setelah kejadian yang menimpa Anya sepuluh tahun lalu. Sementara Anya tidak ambil pusing lagi, dia mengerti akan kekhawatiran keluarga besar perihal traumanya yang belum sembuh benar.“Pa, Anya mohon izin mau ke rumah Mbak Gifa, boleh?” tanya Anya malam itu di ruang santai keluarga. Ayahnya yang sedang bermesraan dengan sang Ibu terdiam sejenak.“Gifa yang penampilannya nyentrik itu, kan? Yang berhijab tapi kayak selebgram itu?” tanya Andi. Anya mengangguk membenarkan.Bisa dibilang awal pengenalan antara Gifa dan keluarga besar Anya bukanlah perkara mudah, terlebih lagi Gifa itu memiliki saudara laki-laki. Entah apa hubungannya, yang jelas Ayah dan Aditya sangat-sangat tid

    Last Updated : 2021-09-09
  • Comeback   Part 3

    Suasana Bandara Halim Perdana Kusuma begitu sibuk, kepergian dan kedatangan silih berganti dimulai dari domisili hingga internasional. Ada yang menjemput hingga mengantarkan kerabat sampai teman menuju tempat yang diinginkan. Sungguh sibuk, seperti tidak ada istirahatnya.Seorang pria dewasa berjalan dengan langkah penuh percaya diri sambil menyeret koper menuju pintu keluar. Menjadi pusat perhatian bagi semua orang terlebih lagi wanita yang berdecak kagum akan ketampanannya, sekilas mirip seperti Chris Hemsworth. Dengan rahang yang terkesan tegas dan bulu halus di sepanjang rahang, semakin membuat daya tarik tersendiri bagi para wanita. Ditambah lagi dengan setelan mahal yang melekat di tubuh pria itu yang harganya bisa mencekik bagi yang mengetahui mereknya. Tidak jarang wanita melirik dua kali ke arah pria itu.“Selamat siang, Tuan Sean. Saya Eliandro, asisten Tuan besar untuk menjemput Tuan,” sapa pria paruh baya, Eliandro pada pria it

    Last Updated : 2021-09-11
  • Comeback   Part 4

    Berkali-kali Anya berteriak meminta tolong, hingga membuat semua penghuni rumah bangun di tengah malam dan berlari ke dalam kamar wanita itu dengan segera. Takut terjadi hal yang tidak diinginkan terjadi pada putrinya, Andi dengan sigap mendobrak pintu kamar Anya dibantu oleh Aditya. Begitu pintu terbuka, dengan segera mereka memasuki kamar tersebut. Memeriksa adanya bahaya yang menimpa Anya. Tapi yang mereka temui bukanlah hal yang mereka pikirkan, pasalnya Anya berteriak meminta tolong dengan mata masih terpejam dan keringat membasahi seluruh tubuhnya.“Anya! Anya!” panggil Diyah panik, mencoba menyadarkan Anya yang masih berteriak meminta tolong dalam keadaan tertidur. Memukul pipi wanita itu berharap agar lekas tersadar, namun hasilnya nihil. Anya tetap tidur dan berteriak meminta tolong sambil memanggil anggota keluarganya. Diyah semakin panik melihat keadaan putrinya.“Anya! Vania Kananya Bagaskara Putri!” teriak Diyah memanggil nama lengk

    Last Updated : 2021-09-13
  • Comeback   Part 5

    Suasana di rumah Dirgantara pagi itu kacau. Sangat kacau. Seluruh penghuni rumah berkeliling rumah menuruti perintah sang tuan rumah yang sedari tadi heboh sendiri. Tidak ada yang membantah perintah dari Nyonya besar yang heboh karena kehilangan putra bungsunya.“Cari Dave sampai ketemu! Atau kalian tidak aku gaji sampai seumur hidup!” ancam Irina pada setiap maid yang lewat di hadapannya untuk mencari Tuan Muda mereka.“Kau tidak perlu sepanik itu, Irina. Mungkin saja Dave sudah pergi ke sekolah bersama teman-temannya sekarang,” ujar Andrew menuruni tangga sembari memasang dasi sendiri. Dia itu tidak ubahnya seperti saat masih membujang, padahal sudah menikah dan memiliki anak. Tapi semuanya dia lakukan sendiri, dimulai dari menyiapkan pakaian hingga memasang dasi, semua Andrew lakukan sendiri. Sedangkan Irina seolah tidak peduli dengan sang suami.Sebenarnya mereka ini adalah korban dari pernikahan bisnis antara

    Last Updated : 2021-09-19
  • Comeback   Part 6

    Masa lalu pasti akan terulang kembali. Itu yang ada di pikiran Anya setelah sadar dari pingsannya begitu melihat Sean di antara banyak orang yang mengerubunginya.________________________________________Pingsannya Anya membuat satu kantor heboh, terlebih lagi setelah melihat atasan baru mereka, Sean dengan cepat menggendong Anya tanpa memperbolehkan orang lain melakukannya. Para karyawan hingga Gifa merasa aneh melihat Sean melarang siapa pun menjenguk Anya di ruangannya selain dokter yang dipanggil. Gifa yang notabene telah mengenal Anya dan keluarganya cukup lama merasa penasaran dengan atasan baru mereka itu, tapi dia tahan untuk sementara sambil menunggu Anya sadar dari pingsannya.“Kau seharusnya tidak melakukan itu, Son. Mereka bisa curiga denganmu dan Anya,” celetuk Andrew begitu melihat Sean yang masih menggenggam tangan Anya erat, seolah-olah tidak akan melepaskannya sejengkal saja, sementara Anya m

    Last Updated : 2021-09-25
  • Comeback   Part 7

    Setiap wanita pasti akan merasa iri hanya dengan melihat Anya. Memiliki wajah yang cantik, mata bulat dan hitam, hidung bangir, bibir tipis dan merona, alis yang tegas, pipi tirus, kulit putih pucat, bulu mata lentik, rambut panjang terurai, tinggi dan berat badan ideal. Tidak hanya itu saja, karir Anya juga cemerlang. Baru bergabung di D'Star Corporation, posisi manager pemasaran telah dia duduki tanpa adanya campur tangan orang lain. Hal itu semakin membuat Anya terkenal di antara para karyawan, terlebih lagi kejadian ketika penyambutan CEO baru kemarin.Bagaimana tidak heboh jika CEO baru mereka sendirilah yang langsung menggendong Anya, tidak memperbolehkan seorang pun untuk menyentuh wanita itu selain dirinya. Bahkan beliau mengancam mereka yang akan menyentuh Anya meski hanya seujung kuku. Siapa yang tidak akan iri di perlakukan istimewa seperti itu.“An, mereka ngomongin kamu lagi,” bisik Gifa pada Anya yang asyik menyantap semangkuk bakso yang baru

    Last Updated : 2021-09-27
  • Comeback   Part 8

    Tubuh Anya merosot ke lantai begitu dia sampai di ruangannya. Dengan tubuh bergetar, dia bersandar di balik pintu masuk sambil menormalkan nafasnya yang terputus-putus. Jantungnya berdegup kencang seolah-olah akan meledak, nafasnya memburu seperti dikejar orang, kepalanya pusing dan perutnya mual dan dia tahan dengan menutup mulutnya menuju wc yang tersedia di ruangannya. Semua makan siang yang dia santap tadi seketika keluar semua hingga membuat tubuhnya lemas.Ketakutannya kembali kepermukaan. Setelah sekian lama, kini penyakitnya kembali kambuh. Meski pun sering konsultasi dengan psikolog pribadi, Anya tidak pernah merasa sakit seperti ini. Ketakutan di masa lalu kembali muncul semenjak pemicunya kembali setelah sekian lama menghilang tanpa jejak dan tanpa pertanggungjawaban setelah membuat Anya seperti sekarang. Tidak ada orang yang rela berada di posisi Anya. Di saat anak muda sibuk bergonta-ganti pasangan, Anya hanya sibuk mengobati traumanya yang mendera di ingatannya.

    Last Updated : 2021-10-05
  • Comeback   Part 9

    Gigi Sean bergemeletuk, rahangnya mengeras, kepalan tangannya menguat, geraman juga terdengar darinya begitu melihat Anya pergi dari hadapannya dengan seorang pria yang tertutup helm. Tanpa basa basi, Sean segera masuk ke dalam mobilnya lalu membuntuti Anya dari kejauhan. Dia tidak rela bila ada pria lain yang mendekati Anya selain dirinya. Bahkan dia sekarang mulai melakukan penyelidikan terhadap siapa saja pria yang sedang dekat dengan Anya, entah itu di kantor atau di luar sana.Sementara itu Aditya dan Anya hanya berdiam diri sepanjang perjalanan pulang. Tidak ada yang ingin membuka percakapan seperti biasa bila bersama, padahal banyak pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi kepala mereka berdua, tapi tidak ada yang berniat untuk bertanya. Mereka tenggelam pada pemikiran masing-masing. Aditya yang bertanya-tanya siapa pria yang memegang tangan sang kakak, sedangkan Anya was-was apabila Aditya bertemu dan mengenali Sean sebagai kisah kelam yang menyebabkan dia seperti ini.

    Last Updated : 2021-10-09

Latest chapter

  • Comeback   Part 15

    Tidak ada yang dilakukan oleh Senja selain memaki atasannya yang tiba-tiba menghilang setelah dia memanggil Oscar untuk ke kantor dengan menurunkan egonya sedikit karena dia masih berpikir perlu uang untuk menghidupi ibunya dan sang adik yang masih bersekolah. Tapi apa yang didapatinya setelah memanggil Oscar, Sean pergi entah kemana tanpa memberi kabar darinya. Bahkan rapat dengan investor asal Dubai saja harus diundur besok setelah mengalami perdebatan alot antara dirinya dan investor itu hingga membuat kepalanya sakit dan ingin pecah di saat bersamaan. Ingatkan Senja untuk melaporkan bosnya itu ke Pak Andrew agar dipecat menjadi bos.“Aku ragu apakah bos yang ingin bertemu denganku atau kau?” sindir Oscar yang duduk di sofa ruangannya dengan menaikkan sebelah kaki ke atas meja. Senja hanya memutar mata malas, dia tidak menghiraukan sindiran Oscar yang hanya buang-buang waktu berharganya. Lebih baik dia melanjutkan pekerjaan Sean dan Oscar yang terbengkalai. Ter

  • Comeback   Part 14

    Senja memutar mata malas begitu melihat seringai yang terlukis di bibir tipis bosnya itu, hingga membuat para karyawan yang rapat berkeringat dingin dibuatnya. Senja tahu bahwa semenjak mereka pindah ke perusahaan ini, mood bosnya itu mulai aneh dan hal itu membuat Senja penasaran apa yang membuat bos mereka yang terkenal dengan raut dingin kini mulai menampakkan seringai usil, terlebih lagi manager pemasaran sudah melakukan presentasi di depan apabila ada rapat.“Perkembangan pada pemasaran memang mengalami peningkatan begitu melihat grafik yang ditampilkan oleh Ibu Anya. Tapi tolong diperbaiki lagi soal grafiknya, saya sedikit merasa pusing dengan warna itu-itu saja. Bisa lain kali diubah lagi menjelang rapat yang akan datang?”Lagi-lagi Senja harus menghela napas lelah begitu mendengar alasan tidak masuk akal dari Sean. Dia merasa geram dengan tingkah laku pria itu untuk menarik perhatian wanita yang tengah berdiri di depan dengan cara alasan konyol. Tid

  • Comeback   Part 13

    Anya hanya diam seribu bahasa. Permukaan tanah kini terasa lebih menarik daripada pria di hadapannya kini. Tanpa berniat menampakkan wajah ayunya, Anya senantiasa menunduk atau membuang pandangan enggan begitu melihat tatapan elang dari pria itu. Terkecuali jika saat sedang rapat. Selebihnya Anya hanya menunduk, tidak ingin menatap lebih lama.Sementara Sean masih setia menghimpit tubuh ringkih Anya yang berdiri di antara dia dan meja pastry dengan segelas kopi dua ribuan yang ada di toko. Diam-diam Sean mengernyitkan kening bingung dengan selera Anya yang sedari dulu memang merakyat meski hidup bergelimang harta dan jabatan tinggi sang ayah seorang jendral.“Bisakah Bapak mundur sedikit? Saya mau lewat,” pinta Anya ketus. Percayalah, dia mati-matian menahan ketakutan yang menerpa dirinya jika berhadapan dengan Sean. Entah secara langsung ataupun tidak. Katakan saja Anya itu pengecut karena selalu lari dari pemicu sakitnya tanpa ada niatan untuk mengobati.

  • Comeback   Part 12

    Aditya menatap kertas di tangannya dengan tatapan nanar. Entah kenapa dia merasa tidak rela dan berat untuk meninggalkan rumah ini, termasuk Anya. Rasa penasarannya atas pria yang dia temui beberapa hari lalu saat menjemput Anya masih saja bersarang di kepalanya, tapi bahkan Anya pun sepertinya tidak ada niatan untuk memberitahu siapa pria itu. Wajah yang tidak asing dan tatapan familiar yang dilemparkan pria itu sangat mengusik Aditya. Deheman Andi membuat Aditya kaget sekaligus membuyarkan lamunannya. Dengan segera dia menatap sang ayah yang berdiri di ambang pintu. Tanpa persetujuan dari sang anak, Andi masuk ke dalam putranya itu. Di liriknya tas dan koper yang sudah disiapkan Dian untuk kepergian Aditya ke Akademi polisi, jenjang pendidikan yang akan ditempuh sang anak. “Kau sudah bilang pada kakakmu?” tanya Andi pelan sambil menepuk bahu tegap putranya itu. Aditya hanya menghela napas, dia bingung sekaligus ragu untuk memberitahu perihal lolosnya di

  • Comeback   Part 11

    Sean yang Oscar ketahui adalah seorang pria yang sangat dingin dan tidak tersentuh meski para wanita berlomba untuk menggapainya. Sean bahkan tidak melirik wanita yang hanya menggunakan bikini atau bahkan tidak berbusana yang berusaha menggoda dirinya dengan terang-terangan, hingga Oscar berasumsi bahwa Sean adalah seorang gay. Tidak jarang Oscar merasa waspada bila berdekatan dengan Sean. Tapi kini asumsinya seolah dipatahkan setelah Sean memerintahnya menyelidiki keluarga hingga orang terdekat dari seorang wanita bernama Anya.Kini Oscar merasa bahwa bukan Sean yang tidak tertarik dengan wanita, tapi memang selera seorang Sean itu sangat tinggi. Tinggi sekali seperti puncak gunung yang selalu dinyanyikan keponakannya di taman kanak-kanak. Harus Oscar akui, Anya memang wanita yang sempurna, bukan hanya wajah, keluarga hingga karier juga sangat sempurna. Siapa yang tidak tertarik pada wanita itu, terkecuali orang buta atau gila saja yang menolak. Oscar saja hampir jatuh hati

  • Comeback   Part 10

    Suara tawa Sean menggelegar hingga terdengar sampai luar ruangan itu, membuat sekertaris yang berada di depan pintu itu memgkerut takut. Bukan hanya sekretaris, para karyawan yang akan melaporkan perkembangan perusahaan juga menciut tidak berani. Pasalnya, bos besar mereka saat ini terkenal akan kekejamannya, hingga mereka yang awalnya memberanikan diri ingin menemui Sean mendadak takut dan ciut.Sementara di dalam ruangan, Sean tertawa terbahak-bahak begitu membaca laporan yang diinginkan hingga dia tidak bisa tidur, dari asistennya. Dalam hati dia tidak menyangka bahwa pria yang menjemput Anya kemarin adalah adik dari wanita itu sendiri. Seharusnya dia tidak merasa cemburu pada bocah yang sepuluh tahun lalu mengibarkan bendera perang padanya.Flashback onSiang itu, Sean nekad mengantarkan Anya pulang meski berulang kali Anya menolak dengan alasan dia tidak mau merepotkan pria itu. Dengan motor sport terbaru hadiah dari sang kakek bulan lalu, dia mengantarkan

  • Comeback   Part 9

    Gigi Sean bergemeletuk, rahangnya mengeras, kepalan tangannya menguat, geraman juga terdengar darinya begitu melihat Anya pergi dari hadapannya dengan seorang pria yang tertutup helm. Tanpa basa basi, Sean segera masuk ke dalam mobilnya lalu membuntuti Anya dari kejauhan. Dia tidak rela bila ada pria lain yang mendekati Anya selain dirinya. Bahkan dia sekarang mulai melakukan penyelidikan terhadap siapa saja pria yang sedang dekat dengan Anya, entah itu di kantor atau di luar sana.Sementara itu Aditya dan Anya hanya berdiam diri sepanjang perjalanan pulang. Tidak ada yang ingin membuka percakapan seperti biasa bila bersama, padahal banyak pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi kepala mereka berdua, tapi tidak ada yang berniat untuk bertanya. Mereka tenggelam pada pemikiran masing-masing. Aditya yang bertanya-tanya siapa pria yang memegang tangan sang kakak, sedangkan Anya was-was apabila Aditya bertemu dan mengenali Sean sebagai kisah kelam yang menyebabkan dia seperti ini.

  • Comeback   Part 8

    Tubuh Anya merosot ke lantai begitu dia sampai di ruangannya. Dengan tubuh bergetar, dia bersandar di balik pintu masuk sambil menormalkan nafasnya yang terputus-putus. Jantungnya berdegup kencang seolah-olah akan meledak, nafasnya memburu seperti dikejar orang, kepalanya pusing dan perutnya mual dan dia tahan dengan menutup mulutnya menuju wc yang tersedia di ruangannya. Semua makan siang yang dia santap tadi seketika keluar semua hingga membuat tubuhnya lemas.Ketakutannya kembali kepermukaan. Setelah sekian lama, kini penyakitnya kembali kambuh. Meski pun sering konsultasi dengan psikolog pribadi, Anya tidak pernah merasa sakit seperti ini. Ketakutan di masa lalu kembali muncul semenjak pemicunya kembali setelah sekian lama menghilang tanpa jejak dan tanpa pertanggungjawaban setelah membuat Anya seperti sekarang. Tidak ada orang yang rela berada di posisi Anya. Di saat anak muda sibuk bergonta-ganti pasangan, Anya hanya sibuk mengobati traumanya yang mendera di ingatannya.

  • Comeback   Part 7

    Setiap wanita pasti akan merasa iri hanya dengan melihat Anya. Memiliki wajah yang cantik, mata bulat dan hitam, hidung bangir, bibir tipis dan merona, alis yang tegas, pipi tirus, kulit putih pucat, bulu mata lentik, rambut panjang terurai, tinggi dan berat badan ideal. Tidak hanya itu saja, karir Anya juga cemerlang. Baru bergabung di D'Star Corporation, posisi manager pemasaran telah dia duduki tanpa adanya campur tangan orang lain. Hal itu semakin membuat Anya terkenal di antara para karyawan, terlebih lagi kejadian ketika penyambutan CEO baru kemarin.Bagaimana tidak heboh jika CEO baru mereka sendirilah yang langsung menggendong Anya, tidak memperbolehkan seorang pun untuk menyentuh wanita itu selain dirinya. Bahkan beliau mengancam mereka yang akan menyentuh Anya meski hanya seujung kuku. Siapa yang tidak akan iri di perlakukan istimewa seperti itu.“An, mereka ngomongin kamu lagi,” bisik Gifa pada Anya yang asyik menyantap semangkuk bakso yang baru

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status