Aditya menatap kertas di tangannya dengan tatapan nanar. Entah kenapa dia merasa tidak rela dan berat untuk meninggalkan rumah ini, termasuk Anya. Rasa penasarannya atas pria yang dia temui beberapa hari lalu saat menjemput Anya masih saja bersarang di kepalanya, tapi bahkan Anya pun sepertinya tidak ada niatan untuk memberitahu siapa pria itu. Wajah yang tidak asing dan tatapan familiar yang dilemparkan pria itu sangat mengusik Aditya.
Deheman Andi membuat Aditya kaget sekaligus membuyarkan lamunannya. Dengan segera dia menatap sang ayah yang berdiri di ambang pintu. Tanpa persetujuan dari sang anak, Andi masuk ke dalam putranya itu. Di liriknya tas dan koper yang sudah disiapkan Dian untuk kepergian Aditya ke Akademi polisi, jenjang pendidikan yang akan ditempuh sang anak.
“Kau sudah bilang pada kakakmu?” tanya Andi pelan sambil menepuk bahu tegap putranya itu. Aditya hanya menghela napas, dia bingung sekaligus ragu untuk memberitahu perihal lolosnya di
Aku tau ini pendek, tapi akan aku usahkan posting seminggu dua kali. Semoga kalian masih tetap bertahan di cerita ini . Terimakasih telah membaca 😆😆
Anya hanya diam seribu bahasa. Permukaan tanah kini terasa lebih menarik daripada pria di hadapannya kini. Tanpa berniat menampakkan wajah ayunya, Anya senantiasa menunduk atau membuang pandangan enggan begitu melihat tatapan elang dari pria itu. Terkecuali jika saat sedang rapat. Selebihnya Anya hanya menunduk, tidak ingin menatap lebih lama.Sementara Sean masih setia menghimpit tubuh ringkih Anya yang berdiri di antara dia dan meja pastry dengan segelas kopi dua ribuan yang ada di toko. Diam-diam Sean mengernyitkan kening bingung dengan selera Anya yang sedari dulu memang merakyat meski hidup bergelimang harta dan jabatan tinggi sang ayah seorang jendral.“Bisakah Bapak mundur sedikit? Saya mau lewat,” pinta Anya ketus. Percayalah, dia mati-matian menahan ketakutan yang menerpa dirinya jika berhadapan dengan Sean. Entah secara langsung ataupun tidak. Katakan saja Anya itu pengecut karena selalu lari dari pemicu sakitnya tanpa ada niatan untuk mengobati.
Senja memutar mata malas begitu melihat seringai yang terlukis di bibir tipis bosnya itu, hingga membuat para karyawan yang rapat berkeringat dingin dibuatnya. Senja tahu bahwa semenjak mereka pindah ke perusahaan ini, mood bosnya itu mulai aneh dan hal itu membuat Senja penasaran apa yang membuat bos mereka yang terkenal dengan raut dingin kini mulai menampakkan seringai usil, terlebih lagi manager pemasaran sudah melakukan presentasi di depan apabila ada rapat.“Perkembangan pada pemasaran memang mengalami peningkatan begitu melihat grafik yang ditampilkan oleh Ibu Anya. Tapi tolong diperbaiki lagi soal grafiknya, saya sedikit merasa pusing dengan warna itu-itu saja. Bisa lain kali diubah lagi menjelang rapat yang akan datang?”Lagi-lagi Senja harus menghela napas lelah begitu mendengar alasan tidak masuk akal dari Sean. Dia merasa geram dengan tingkah laku pria itu untuk menarik perhatian wanita yang tengah berdiri di depan dengan cara alasan konyol. Tid
Tidak ada yang dilakukan oleh Senja selain memaki atasannya yang tiba-tiba menghilang setelah dia memanggil Oscar untuk ke kantor dengan menurunkan egonya sedikit karena dia masih berpikir perlu uang untuk menghidupi ibunya dan sang adik yang masih bersekolah. Tapi apa yang didapatinya setelah memanggil Oscar, Sean pergi entah kemana tanpa memberi kabar darinya. Bahkan rapat dengan investor asal Dubai saja harus diundur besok setelah mengalami perdebatan alot antara dirinya dan investor itu hingga membuat kepalanya sakit dan ingin pecah di saat bersamaan. Ingatkan Senja untuk melaporkan bosnya itu ke Pak Andrew agar dipecat menjadi bos.“Aku ragu apakah bos yang ingin bertemu denganku atau kau?” sindir Oscar yang duduk di sofa ruangannya dengan menaikkan sebelah kaki ke atas meja. Senja hanya memutar mata malas, dia tidak menghiraukan sindiran Oscar yang hanya buang-buang waktu berharganya. Lebih baik dia melanjutkan pekerjaan Sean dan Oscar yang terbengkalai. Ter
Tidak ada yang kurang dari seorang Anya, wajah yang cantik seperti IU, berpendidikan tinggi, karir yang bagus di usia muda, ramah dan ceria. Sempurna bagi yang baru mengenal seorang Anya, tapi tanpa mereka ketahui bahwa banyak cacat yang disembunyikan di balik kesempurnaannya.TokTokTok“Anya! Selamat siang! Bagaimana hari ini?” sapa Gifa, senior sekaligus teman Anya di kantor. Bekerja di perusahaan ternama sekaligus besar, membuat kebanggan tersendiri bagi semua orang, termasuk Anya sendiri. Mendapat pekerjaan yang bagus dan lingkup pertemanan yang baik membuat Anya merasa lega sekaligus bersyukur. Meski dia tau bahwa banyak pihak yang hanya memanfaatkan dirinya, bagi Anya tidak masalah.“Waalaikumsalam, Mbak Gifa,” sahut Anya di balik layar komputer. Gifa hanya tertawa geli begitu mendengar jawaban dari Anya yang secara tidak langsung menyindir dirinya.“Aduh ... Bu manager, pintar banget, sih, n
Sebagai seorang anak, terlebih lagi anak perempuan tunggal, Anya selalu merasa bahwa Ayah dan Aditya terlalu posesif padanya. Dimulai dari sekolah yang dipilih oleh Anya hingga teman-temannya. Banyak aturan yang ditetapkan oleh sang Ayah terlebih lagi setelah kejadian yang menimpa Anya sepuluh tahun lalu. Sementara Anya tidak ambil pusing lagi, dia mengerti akan kekhawatiran keluarga besar perihal traumanya yang belum sembuh benar.“Pa, Anya mohon izin mau ke rumah Mbak Gifa, boleh?” tanya Anya malam itu di ruang santai keluarga. Ayahnya yang sedang bermesraan dengan sang Ibu terdiam sejenak.“Gifa yang penampilannya nyentrik itu, kan? Yang berhijab tapi kayak selebgram itu?” tanya Andi. Anya mengangguk membenarkan.Bisa dibilang awal pengenalan antara Gifa dan keluarga besar Anya bukanlah perkara mudah, terlebih lagi Gifa itu memiliki saudara laki-laki. Entah apa hubungannya, yang jelas Ayah dan Aditya sangat-sangat tid
Suasana Bandara Halim Perdana Kusuma begitu sibuk, kepergian dan kedatangan silih berganti dimulai dari domisili hingga internasional. Ada yang menjemput hingga mengantarkan kerabat sampai teman menuju tempat yang diinginkan. Sungguh sibuk, seperti tidak ada istirahatnya.Seorang pria dewasa berjalan dengan langkah penuh percaya diri sambil menyeret koper menuju pintu keluar. Menjadi pusat perhatian bagi semua orang terlebih lagi wanita yang berdecak kagum akan ketampanannya, sekilas mirip seperti Chris Hemsworth. Dengan rahang yang terkesan tegas dan bulu halus di sepanjang rahang, semakin membuat daya tarik tersendiri bagi para wanita. Ditambah lagi dengan setelan mahal yang melekat di tubuh pria itu yang harganya bisa mencekik bagi yang mengetahui mereknya. Tidak jarang wanita melirik dua kali ke arah pria itu.“Selamat siang, Tuan Sean. Saya Eliandro, asisten Tuan besar untuk menjemput Tuan,” sapa pria paruh baya, Eliandro pada pria it
Berkali-kali Anya berteriak meminta tolong, hingga membuat semua penghuni rumah bangun di tengah malam dan berlari ke dalam kamar wanita itu dengan segera. Takut terjadi hal yang tidak diinginkan terjadi pada putrinya, Andi dengan sigap mendobrak pintu kamar Anya dibantu oleh Aditya. Begitu pintu terbuka, dengan segera mereka memasuki kamar tersebut. Memeriksa adanya bahaya yang menimpa Anya. Tapi yang mereka temui bukanlah hal yang mereka pikirkan, pasalnya Anya berteriak meminta tolong dengan mata masih terpejam dan keringat membasahi seluruh tubuhnya.“Anya! Anya!” panggil Diyah panik, mencoba menyadarkan Anya yang masih berteriak meminta tolong dalam keadaan tertidur. Memukul pipi wanita itu berharap agar lekas tersadar, namun hasilnya nihil. Anya tetap tidur dan berteriak meminta tolong sambil memanggil anggota keluarganya. Diyah semakin panik melihat keadaan putrinya.“Anya! Vania Kananya Bagaskara Putri!” teriak Diyah memanggil nama lengk
Suasana di rumah Dirgantara pagi itu kacau. Sangat kacau. Seluruh penghuni rumah berkeliling rumah menuruti perintah sang tuan rumah yang sedari tadi heboh sendiri. Tidak ada yang membantah perintah dari Nyonya besar yang heboh karena kehilangan putra bungsunya.“Cari Dave sampai ketemu! Atau kalian tidak aku gaji sampai seumur hidup!” ancam Irina pada setiap maid yang lewat di hadapannya untuk mencari Tuan Muda mereka.“Kau tidak perlu sepanik itu, Irina. Mungkin saja Dave sudah pergi ke sekolah bersama teman-temannya sekarang,” ujar Andrew menuruni tangga sembari memasang dasi sendiri. Dia itu tidak ubahnya seperti saat masih membujang, padahal sudah menikah dan memiliki anak. Tapi semuanya dia lakukan sendiri, dimulai dari menyiapkan pakaian hingga memasang dasi, semua Andrew lakukan sendiri. Sedangkan Irina seolah tidak peduli dengan sang suami.Sebenarnya mereka ini adalah korban dari pernikahan bisnis antara
Tidak ada yang dilakukan oleh Senja selain memaki atasannya yang tiba-tiba menghilang setelah dia memanggil Oscar untuk ke kantor dengan menurunkan egonya sedikit karena dia masih berpikir perlu uang untuk menghidupi ibunya dan sang adik yang masih bersekolah. Tapi apa yang didapatinya setelah memanggil Oscar, Sean pergi entah kemana tanpa memberi kabar darinya. Bahkan rapat dengan investor asal Dubai saja harus diundur besok setelah mengalami perdebatan alot antara dirinya dan investor itu hingga membuat kepalanya sakit dan ingin pecah di saat bersamaan. Ingatkan Senja untuk melaporkan bosnya itu ke Pak Andrew agar dipecat menjadi bos.“Aku ragu apakah bos yang ingin bertemu denganku atau kau?” sindir Oscar yang duduk di sofa ruangannya dengan menaikkan sebelah kaki ke atas meja. Senja hanya memutar mata malas, dia tidak menghiraukan sindiran Oscar yang hanya buang-buang waktu berharganya. Lebih baik dia melanjutkan pekerjaan Sean dan Oscar yang terbengkalai. Ter
Senja memutar mata malas begitu melihat seringai yang terlukis di bibir tipis bosnya itu, hingga membuat para karyawan yang rapat berkeringat dingin dibuatnya. Senja tahu bahwa semenjak mereka pindah ke perusahaan ini, mood bosnya itu mulai aneh dan hal itu membuat Senja penasaran apa yang membuat bos mereka yang terkenal dengan raut dingin kini mulai menampakkan seringai usil, terlebih lagi manager pemasaran sudah melakukan presentasi di depan apabila ada rapat.“Perkembangan pada pemasaran memang mengalami peningkatan begitu melihat grafik yang ditampilkan oleh Ibu Anya. Tapi tolong diperbaiki lagi soal grafiknya, saya sedikit merasa pusing dengan warna itu-itu saja. Bisa lain kali diubah lagi menjelang rapat yang akan datang?”Lagi-lagi Senja harus menghela napas lelah begitu mendengar alasan tidak masuk akal dari Sean. Dia merasa geram dengan tingkah laku pria itu untuk menarik perhatian wanita yang tengah berdiri di depan dengan cara alasan konyol. Tid
Anya hanya diam seribu bahasa. Permukaan tanah kini terasa lebih menarik daripada pria di hadapannya kini. Tanpa berniat menampakkan wajah ayunya, Anya senantiasa menunduk atau membuang pandangan enggan begitu melihat tatapan elang dari pria itu. Terkecuali jika saat sedang rapat. Selebihnya Anya hanya menunduk, tidak ingin menatap lebih lama.Sementara Sean masih setia menghimpit tubuh ringkih Anya yang berdiri di antara dia dan meja pastry dengan segelas kopi dua ribuan yang ada di toko. Diam-diam Sean mengernyitkan kening bingung dengan selera Anya yang sedari dulu memang merakyat meski hidup bergelimang harta dan jabatan tinggi sang ayah seorang jendral.“Bisakah Bapak mundur sedikit? Saya mau lewat,” pinta Anya ketus. Percayalah, dia mati-matian menahan ketakutan yang menerpa dirinya jika berhadapan dengan Sean. Entah secara langsung ataupun tidak. Katakan saja Anya itu pengecut karena selalu lari dari pemicu sakitnya tanpa ada niatan untuk mengobati.
Aditya menatap kertas di tangannya dengan tatapan nanar. Entah kenapa dia merasa tidak rela dan berat untuk meninggalkan rumah ini, termasuk Anya. Rasa penasarannya atas pria yang dia temui beberapa hari lalu saat menjemput Anya masih saja bersarang di kepalanya, tapi bahkan Anya pun sepertinya tidak ada niatan untuk memberitahu siapa pria itu. Wajah yang tidak asing dan tatapan familiar yang dilemparkan pria itu sangat mengusik Aditya. Deheman Andi membuat Aditya kaget sekaligus membuyarkan lamunannya. Dengan segera dia menatap sang ayah yang berdiri di ambang pintu. Tanpa persetujuan dari sang anak, Andi masuk ke dalam putranya itu. Di liriknya tas dan koper yang sudah disiapkan Dian untuk kepergian Aditya ke Akademi polisi, jenjang pendidikan yang akan ditempuh sang anak. “Kau sudah bilang pada kakakmu?” tanya Andi pelan sambil menepuk bahu tegap putranya itu. Aditya hanya menghela napas, dia bingung sekaligus ragu untuk memberitahu perihal lolosnya di
Sean yang Oscar ketahui adalah seorang pria yang sangat dingin dan tidak tersentuh meski para wanita berlomba untuk menggapainya. Sean bahkan tidak melirik wanita yang hanya menggunakan bikini atau bahkan tidak berbusana yang berusaha menggoda dirinya dengan terang-terangan, hingga Oscar berasumsi bahwa Sean adalah seorang gay. Tidak jarang Oscar merasa waspada bila berdekatan dengan Sean. Tapi kini asumsinya seolah dipatahkan setelah Sean memerintahnya menyelidiki keluarga hingga orang terdekat dari seorang wanita bernama Anya.Kini Oscar merasa bahwa bukan Sean yang tidak tertarik dengan wanita, tapi memang selera seorang Sean itu sangat tinggi. Tinggi sekali seperti puncak gunung yang selalu dinyanyikan keponakannya di taman kanak-kanak. Harus Oscar akui, Anya memang wanita yang sempurna, bukan hanya wajah, keluarga hingga karier juga sangat sempurna. Siapa yang tidak tertarik pada wanita itu, terkecuali orang buta atau gila saja yang menolak. Oscar saja hampir jatuh hati
Suara tawa Sean menggelegar hingga terdengar sampai luar ruangan itu, membuat sekertaris yang berada di depan pintu itu memgkerut takut. Bukan hanya sekretaris, para karyawan yang akan melaporkan perkembangan perusahaan juga menciut tidak berani. Pasalnya, bos besar mereka saat ini terkenal akan kekejamannya, hingga mereka yang awalnya memberanikan diri ingin menemui Sean mendadak takut dan ciut.Sementara di dalam ruangan, Sean tertawa terbahak-bahak begitu membaca laporan yang diinginkan hingga dia tidak bisa tidur, dari asistennya. Dalam hati dia tidak menyangka bahwa pria yang menjemput Anya kemarin adalah adik dari wanita itu sendiri. Seharusnya dia tidak merasa cemburu pada bocah yang sepuluh tahun lalu mengibarkan bendera perang padanya.Flashback onSiang itu, Sean nekad mengantarkan Anya pulang meski berulang kali Anya menolak dengan alasan dia tidak mau merepotkan pria itu. Dengan motor sport terbaru hadiah dari sang kakek bulan lalu, dia mengantarkan
Gigi Sean bergemeletuk, rahangnya mengeras, kepalan tangannya menguat, geraman juga terdengar darinya begitu melihat Anya pergi dari hadapannya dengan seorang pria yang tertutup helm. Tanpa basa basi, Sean segera masuk ke dalam mobilnya lalu membuntuti Anya dari kejauhan. Dia tidak rela bila ada pria lain yang mendekati Anya selain dirinya. Bahkan dia sekarang mulai melakukan penyelidikan terhadap siapa saja pria yang sedang dekat dengan Anya, entah itu di kantor atau di luar sana.Sementara itu Aditya dan Anya hanya berdiam diri sepanjang perjalanan pulang. Tidak ada yang ingin membuka percakapan seperti biasa bila bersama, padahal banyak pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi kepala mereka berdua, tapi tidak ada yang berniat untuk bertanya. Mereka tenggelam pada pemikiran masing-masing. Aditya yang bertanya-tanya siapa pria yang memegang tangan sang kakak, sedangkan Anya was-was apabila Aditya bertemu dan mengenali Sean sebagai kisah kelam yang menyebabkan dia seperti ini.
Tubuh Anya merosot ke lantai begitu dia sampai di ruangannya. Dengan tubuh bergetar, dia bersandar di balik pintu masuk sambil menormalkan nafasnya yang terputus-putus. Jantungnya berdegup kencang seolah-olah akan meledak, nafasnya memburu seperti dikejar orang, kepalanya pusing dan perutnya mual dan dia tahan dengan menutup mulutnya menuju wc yang tersedia di ruangannya. Semua makan siang yang dia santap tadi seketika keluar semua hingga membuat tubuhnya lemas.Ketakutannya kembali kepermukaan. Setelah sekian lama, kini penyakitnya kembali kambuh. Meski pun sering konsultasi dengan psikolog pribadi, Anya tidak pernah merasa sakit seperti ini. Ketakutan di masa lalu kembali muncul semenjak pemicunya kembali setelah sekian lama menghilang tanpa jejak dan tanpa pertanggungjawaban setelah membuat Anya seperti sekarang. Tidak ada orang yang rela berada di posisi Anya. Di saat anak muda sibuk bergonta-ganti pasangan, Anya hanya sibuk mengobati traumanya yang mendera di ingatannya.
Setiap wanita pasti akan merasa iri hanya dengan melihat Anya. Memiliki wajah yang cantik, mata bulat dan hitam, hidung bangir, bibir tipis dan merona, alis yang tegas, pipi tirus, kulit putih pucat, bulu mata lentik, rambut panjang terurai, tinggi dan berat badan ideal. Tidak hanya itu saja, karir Anya juga cemerlang. Baru bergabung di D'Star Corporation, posisi manager pemasaran telah dia duduki tanpa adanya campur tangan orang lain. Hal itu semakin membuat Anya terkenal di antara para karyawan, terlebih lagi kejadian ketika penyambutan CEO baru kemarin.Bagaimana tidak heboh jika CEO baru mereka sendirilah yang langsung menggendong Anya, tidak memperbolehkan seorang pun untuk menyentuh wanita itu selain dirinya. Bahkan beliau mengancam mereka yang akan menyentuh Anya meski hanya seujung kuku. Siapa yang tidak akan iri di perlakukan istimewa seperti itu.“An, mereka ngomongin kamu lagi,” bisik Gifa pada Anya yang asyik menyantap semangkuk bakso yang baru