Share

Part 4

Author: Annchi Liem
last update Last Updated: 2021-09-13 22:42:24

Berkali-kali Anya berteriak meminta tolong, hingga membuat semua penghuni rumah bangun di tengah malam dan berlari ke dalam kamar wanita itu dengan segera. Takut terjadi hal yang tidak diinginkan terjadi pada putrinya, Andi dengan sigap mendobrak pintu kamar Anya dibantu oleh Aditya. Begitu pintu terbuka, dengan segera mereka memasuki kamar tersebut. Memeriksa adanya bahaya yang menimpa Anya. Tapi yang mereka temui bukanlah hal yang mereka pikirkan, pasalnya Anya berteriak meminta tolong dengan mata masih terpejam dan keringat membasahi seluruh tubuhnya.

“Anya! Anya!” panggil Diyah panik, mencoba menyadarkan Anya yang masih berteriak meminta tolong dalam keadaan tertidur. Memukul pipi wanita itu berharap agar lekas tersadar, namun hasilnya nihil. Anya tetap tidur dan berteriak meminta tolong sambil memanggil anggota keluarganya. Diyah semakin panik melihat keadaan putrinya.

“Anya! Vania Kananya Bagaskara Putri!” teriak Diyah memanggil nama lengkap wanita itu. Seketika mata Anya terbuka. Dengan sigap dia memeluk erat sang Ibu yang ada di sampingnya.

Semuanya terasa nyata bagi Anya, mimpi buruk itu datang kembali setelah sekian lama semenjak kejadian itu. Kejadian yang menyebabkan Anya menjadi seperti sekarang. Masih ada sisa-sisa ketakutan yang terpancar dari binar matanya begitu menatap mata sang Ibu yang mengelap keringat di kepalanya. Kekhawatiran terpancar dengan jelas dari binar sang Ibu tanpa perlu di katakan. Tidak ada orang tua yang khawatir begitu melihat keadaan anaknya yang seperti ini.

“Anya kenapa?” tanya Diyah pelan. Dengan bibir bergetar, Anya hanya tersenyum kecil pada ibunya. Dalam hatinya merasa menyesal telah membuat orang rumah khawatir begitu melihat orang rumah yang ada di kamarnya. Seharusnya dia tidak membuat keributan di tengah malam, di saat banyak orang yang beristirahat.

“Anya ... Anya hanya mimpi buruk, Ma. Anya nggak apa-apa, kok, Ma.”

“Anya, yakin?” tanya Andi menanyakan keadaan putrinya itu. Anya hanya mengangguk pasti.

“Iya, Pa. Anya baik-baik aja, cuma mimpi buruk. Udah malam, Ma, Pa, Dit. Besok Papa dan Mama akan ada perjalanan dinas ke Solo, kan? Lanjut tidur aja, daripada besok ke siangan dan telat jadinya. Anya juga mau tidur lagi, masih ngantuk.”

Diyah menatap ragu pada Anya, tiba-tiba berat rasanya untuk meninggalkan Anya sendirian di rumah. Mungkin nanti dia akan bermusyawarah pada suaminya perihal keabsenan dirinya dari perjalanan dinas ini mengingat kondisi Anya yang mengkhawatirkan.

“Ma, Anya nggak apa-apa. Mama jangan khawatir,” ujar Anya menenangkan ibunya. Diyah mengangguk mengerti, dengan sigap dia membaringkan Anya di atas tempat tidur, lalu menyelimutnya di atas dada.

“Ya udah, sekarang Anya tidur. Selamat malam, Anya,” ujar Diyah, lalu mencium kening Anya pelan.

Satu per satu mereka keluar dari kamar Anya, terkecuali Aditya yang masih bertahan di sana. “Dit, ayo keluar. Biarkan Anya istirahat,” ajak Andi pada Aditya.

“Aditya mau nemenin Kakak tidur di sini. Boleh, Pa, Ma?” izin Aditya pada kedua orang tuanya. Mereka tersenyum lalu mengangguk. Anya tersenyum cerah, lalu menepuk tempat di sampingnya. Andi dan Diyah segera keluar, sementara Aditya berbaring di samping sang Kakak. Dengan sigap Anya memeluk Aditya dengan erat. Entah kenapa memeluk Aditya, Anya merasa memeluk ayahnya sendiri. Terlebih lagi postur tubuh Aditya dan ayahnya tidak jauh berbeda, bahkan aroma tubuh Aditya juga mirip dengan sang Ayah yang diam-diam membuat Anya tenang dan damai.

“Aditya mau nemenin Kakak tidur di sini. Boleh, Pa, Ma?” izin Aditya pada kedua orang tuanya. Mereka tersenyum lalu mengangguk. Anya tersenyum cerah, lalu menepuk tempat di sampingnya. Andi dan Diyah segera keluar, sementara Aditya berbaring di samping sang Kakak. Dengan sigap Anya memeluk Aditya dengan erat. Entah kenapa memeluk Aditya, Anya merasa memeluk ayahnya sendiri. Terlebih lagi postur tubuh Aditya dan ayahnya tidak jauh berbeda, bahkan aroma tubuh Aditya juga mirip dengan sang ayah yang diam-diam membuat Anya tenang dan merasa terlindungi.

Sementara itu, Sean belum terlelap. Masih memantau perkembangan perusahaannya yang di Amerika lewat email yang dikirim oleh sekretarisnya.

“Kakak,” panggil seseorang dari balik pintu kamarnya. Sean menghentikan pekerjaannya sebentar lalu berjalan ke arah pintu.

Begitu pintu terbuka, nampak anak laki-laki berusia delapan tahun berdiri di depan pintu sambil membawa bantal di pelukannya. Dahi Sean mengkerut, menatap bingung melihat Dave, adik bungsunya ini belum juga tidur padahal jam sudah menunjukkan tengah malam.

“Ada apa, Dave? Kau bermimpi buruk?” tanya Sean. Sementara Dave hanya menggeleng cepat.

“Aku ... aku tidak bisa tidur. Bolehkah aku tidur denganmu malam ini?” tanya Dave takut.

Sebenarnya Dave hanya ingin mengenal Sean lebih dalam. Sebab selama dia lahir, Sean tidak pernah pulang atau bertemu dengannya secara langsung, terkecuali lewat telepon. Pertemuan tadi membuat Dave jadi ingin mengenal kakaknya yang baru pulang ini.

“Masuklah,” ujar Sean sambil membuka pintu lebar, mempersilahkan Dave masuk ke dalam kamarnya.

Dave tanpa membuang waktu segera masuk ke dalam kamar Sean. Dengan tatapan kagum, Dave memandang kamar mewah milik Sean yang tidak pernah dimasukinya, terkecuali malam ini.

Kamar Sean yang bernuansa klasik, berdinding hitam dan putih, jendela besar membatasi antara kamar dan balkon luar, lampu yang menyala temaram tidak membuat mata Dave sakit, meja kerja di pojok kamar, sofa santai menghadap ke jendela, rak-rak buku yang menjulang tinggi, serta kasur besar berwarna abu-abu melambai ke arahnya, seolah-olah meminta untuk segera ke sana. Semua terasa sangat sempurna bagi Dave yang ingin memiliki kamar sendiri. Sebenarnya Dave risih dengan sang mama yang selalu melarangnya untuk tidur sendiri, dengan alasan bahwa banyak monster yang suka menculik anak kecil jika malam tiba. Dave memutar mata bosan mendengar alasan mamanya yang tidak masuk akal itu, dia bukan anak kecil lagi! pikir Dave. Mungkin nanti dia akan merengek agar diberi kamar sendiri.

Dengan segera Dave berbaring di kasur empuk milik Sean. Entah kenapa kantuknya yang sedari tadi tidak datang, kini mulai menghampiri. Perlahan dia membenarkan posisi berbaringnya, mencari posisi nyaman untuk tidur. Tapi Dave merasa aneh melihat sampingnya yang masih kosong. Dengan rasa ingin tahunya serta menahan kantuk, dia melirik ke arah meja kerja yang di huni Sean.

“Kakak belum tidur?” tanya Dave memecah keheningan malam, Sean yang sedang asyik memeriksa laporan seketika tersentak. Dia menatap adik bungsunya yang menatap dia penuh minat dan kantuk di matanya. Sepenglihatannya tadi, Dave telah tertidur di ranjangnya. Tapi ternyata adiknya satu ini belumlah tidur.

“Kakak sedang apa?” tanya Dave penasaran.

“Bekerja,” jawab Sean santai. Dahi Dave mengkerut bingung. Ayah dan ibunya juga bekerja, tapi saat malam mereka akan istirahat dan tidur. Begitu melihat Sean yang bekerja hingga malam seketika membuat Dave berpikir, apa pekerjaan yang dijalani Sean? Yang dia ketahui dari kakak-kakaknya bahwa Sean akan meneruskan perusahaan milik ayah mereka. Apakah perusahaan ayahnya ada masalah? Begitulah yang ada dipikiran Dave saat ini.

Dia tersentak begitu merasakan kepalanya diusap pelan. Sean telah berdiri di hadapannya dengan senyum terlukis di bibirnya.

“Kau harus tidur, Dave. Bukankah besok kau harus ke sekolah?”

“Kau juga harus tidur, Kak. Bukankah besok kau harus bekerja?” balas Dave pada Sean. Sean hanya tersenyum menanggapi perkataan adiknya satu ini. Adiknya ini mengingatkannya pada wanita itu, wanita yang mengisi relung hatinya hingga saat ini dan tidak terganti.

“Aku akan tidur sebentar lagi. Masih ada hal yang harus aku urus, kau tidurlah terlebih dulu.” Dave menatap Sean ragu. Haruskah dia mengikuti perintah kakaknya ini?! Dengan terpaksa dia berbaring di atas ranjang. Dia percaya bahwa kakanya itu tidak akan berbohong. Dengan pelan tapi pasti, Dave mulai tertidur dan menjemput mimpi. Sementara itu Sean melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

Tanpa ada rasa lelah dan jenuh, dia kembali memeriksa laporan. Jika dirasa kepalanya mulai pusing, dia mengalihkan pandangannya pada foto dia atas meja. Foto saat dia SMA bersama wanita yang masih menghiasi hatinya.

“Kak, ngapain ke sini? Ini masih jam sekolah,” tanya Vania. Saat itu dia mengajak Vania bertemu di belakang sekolah dengan alasan keadaan darurat. “Itu kamera buat apa?”

“Yuk, kita foto bareng! Biar jadi kenang-kenangan antara kamu dan aku,” ajak Sean sambil mengutak-atik kamera terbaru yang dibelinya kemarin.

“Nggak!” tolak Vania tegas. Vania pikir ada hal yang mendesak hingga membuat dia harus berbohong lada gurunya bahwa dia pergi ke toilet, tapi yang dia dapati adalah Sean hanya mengajak dia untuk berfoto. Buang-buang waktu, pikir Vania.

“Ayolah. Sekali ini aja, aku janji!” bujuk Sean sambil menahan tangan Vania.

“Lain kali aja, Kak. Ini lagi jam sekolah,” papar Vania tegas.

“Kalau bisa sekarang, kenapa harus nanti? Yuk, bentar aja! Nggak lama, janji!” bujuk Sean. Dan foto itu pun tercipta setelah melalui perdebatan yang alot.

Air mata Sean menetes, dia sangat merindukan Vania. Sangat. Tapi kenapa takdir begitu kejam hingga memisahkan antara dia dan Vania? Vania menghilang tanpa sempat Sean meminta maaf atas kebodohannya dulu. Andai saja, dia diberi kesempatan kedua untuk bertemu dengan Vania, maka dia berjanji akan menebus semua kesalahan yang telah dia perbuat dan tidak akan melepaskan Vania begitu saja.

TBC

Kalbar, 13 September 2021

Related chapters

  • Comeback   Part 5

    Suasana di rumah Dirgantara pagi itu kacau. Sangat kacau. Seluruh penghuni rumah berkeliling rumah menuruti perintah sang tuan rumah yang sedari tadi heboh sendiri. Tidak ada yang membantah perintah dari Nyonya besar yang heboh karena kehilangan putra bungsunya.“Cari Dave sampai ketemu! Atau kalian tidak aku gaji sampai seumur hidup!” ancam Irina pada setiap maid yang lewat di hadapannya untuk mencari Tuan Muda mereka.“Kau tidak perlu sepanik itu, Irina. Mungkin saja Dave sudah pergi ke sekolah bersama teman-temannya sekarang,” ujar Andrew menuruni tangga sembari memasang dasi sendiri. Dia itu tidak ubahnya seperti saat masih membujang, padahal sudah menikah dan memiliki anak. Tapi semuanya dia lakukan sendiri, dimulai dari menyiapkan pakaian hingga memasang dasi, semua Andrew lakukan sendiri. Sedangkan Irina seolah tidak peduli dengan sang suami.Sebenarnya mereka ini adalah korban dari pernikahan bisnis antara

    Last Updated : 2021-09-19
  • Comeback   Part 6

    Masa lalu pasti akan terulang kembali. Itu yang ada di pikiran Anya setelah sadar dari pingsannya begitu melihat Sean di antara banyak orang yang mengerubunginya.________________________________________Pingsannya Anya membuat satu kantor heboh, terlebih lagi setelah melihat atasan baru mereka, Sean dengan cepat menggendong Anya tanpa memperbolehkan orang lain melakukannya. Para karyawan hingga Gifa merasa aneh melihat Sean melarang siapa pun menjenguk Anya di ruangannya selain dokter yang dipanggil. Gifa yang notabene telah mengenal Anya dan keluarganya cukup lama merasa penasaran dengan atasan baru mereka itu, tapi dia tahan untuk sementara sambil menunggu Anya sadar dari pingsannya.“Kau seharusnya tidak melakukan itu, Son. Mereka bisa curiga denganmu dan Anya,” celetuk Andrew begitu melihat Sean yang masih menggenggam tangan Anya erat, seolah-olah tidak akan melepaskannya sejengkal saja, sementara Anya m

    Last Updated : 2021-09-25
  • Comeback   Part 7

    Setiap wanita pasti akan merasa iri hanya dengan melihat Anya. Memiliki wajah yang cantik, mata bulat dan hitam, hidung bangir, bibir tipis dan merona, alis yang tegas, pipi tirus, kulit putih pucat, bulu mata lentik, rambut panjang terurai, tinggi dan berat badan ideal. Tidak hanya itu saja, karir Anya juga cemerlang. Baru bergabung di D'Star Corporation, posisi manager pemasaran telah dia duduki tanpa adanya campur tangan orang lain. Hal itu semakin membuat Anya terkenal di antara para karyawan, terlebih lagi kejadian ketika penyambutan CEO baru kemarin.Bagaimana tidak heboh jika CEO baru mereka sendirilah yang langsung menggendong Anya, tidak memperbolehkan seorang pun untuk menyentuh wanita itu selain dirinya. Bahkan beliau mengancam mereka yang akan menyentuh Anya meski hanya seujung kuku. Siapa yang tidak akan iri di perlakukan istimewa seperti itu.“An, mereka ngomongin kamu lagi,” bisik Gifa pada Anya yang asyik menyantap semangkuk bakso yang baru

    Last Updated : 2021-09-27
  • Comeback   Part 8

    Tubuh Anya merosot ke lantai begitu dia sampai di ruangannya. Dengan tubuh bergetar, dia bersandar di balik pintu masuk sambil menormalkan nafasnya yang terputus-putus. Jantungnya berdegup kencang seolah-olah akan meledak, nafasnya memburu seperti dikejar orang, kepalanya pusing dan perutnya mual dan dia tahan dengan menutup mulutnya menuju wc yang tersedia di ruangannya. Semua makan siang yang dia santap tadi seketika keluar semua hingga membuat tubuhnya lemas.Ketakutannya kembali kepermukaan. Setelah sekian lama, kini penyakitnya kembali kambuh. Meski pun sering konsultasi dengan psikolog pribadi, Anya tidak pernah merasa sakit seperti ini. Ketakutan di masa lalu kembali muncul semenjak pemicunya kembali setelah sekian lama menghilang tanpa jejak dan tanpa pertanggungjawaban setelah membuat Anya seperti sekarang. Tidak ada orang yang rela berada di posisi Anya. Di saat anak muda sibuk bergonta-ganti pasangan, Anya hanya sibuk mengobati traumanya yang mendera di ingatannya.

    Last Updated : 2021-10-05
  • Comeback   Part 9

    Gigi Sean bergemeletuk, rahangnya mengeras, kepalan tangannya menguat, geraman juga terdengar darinya begitu melihat Anya pergi dari hadapannya dengan seorang pria yang tertutup helm. Tanpa basa basi, Sean segera masuk ke dalam mobilnya lalu membuntuti Anya dari kejauhan. Dia tidak rela bila ada pria lain yang mendekati Anya selain dirinya. Bahkan dia sekarang mulai melakukan penyelidikan terhadap siapa saja pria yang sedang dekat dengan Anya, entah itu di kantor atau di luar sana.Sementara itu Aditya dan Anya hanya berdiam diri sepanjang perjalanan pulang. Tidak ada yang ingin membuka percakapan seperti biasa bila bersama, padahal banyak pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi kepala mereka berdua, tapi tidak ada yang berniat untuk bertanya. Mereka tenggelam pada pemikiran masing-masing. Aditya yang bertanya-tanya siapa pria yang memegang tangan sang kakak, sedangkan Anya was-was apabila Aditya bertemu dan mengenali Sean sebagai kisah kelam yang menyebabkan dia seperti ini.

    Last Updated : 2021-10-09
  • Comeback   Part 10

    Suara tawa Sean menggelegar hingga terdengar sampai luar ruangan itu, membuat sekertaris yang berada di depan pintu itu memgkerut takut. Bukan hanya sekretaris, para karyawan yang akan melaporkan perkembangan perusahaan juga menciut tidak berani. Pasalnya, bos besar mereka saat ini terkenal akan kekejamannya, hingga mereka yang awalnya memberanikan diri ingin menemui Sean mendadak takut dan ciut.Sementara di dalam ruangan, Sean tertawa terbahak-bahak begitu membaca laporan yang diinginkan hingga dia tidak bisa tidur, dari asistennya. Dalam hati dia tidak menyangka bahwa pria yang menjemput Anya kemarin adalah adik dari wanita itu sendiri. Seharusnya dia tidak merasa cemburu pada bocah yang sepuluh tahun lalu mengibarkan bendera perang padanya.Flashback onSiang itu, Sean nekad mengantarkan Anya pulang meski berulang kali Anya menolak dengan alasan dia tidak mau merepotkan pria itu. Dengan motor sport terbaru hadiah dari sang kakek bulan lalu, dia mengantarkan

    Last Updated : 2021-10-17
  • Comeback   Part 11

    Sean yang Oscar ketahui adalah seorang pria yang sangat dingin dan tidak tersentuh meski para wanita berlomba untuk menggapainya. Sean bahkan tidak melirik wanita yang hanya menggunakan bikini atau bahkan tidak berbusana yang berusaha menggoda dirinya dengan terang-terangan, hingga Oscar berasumsi bahwa Sean adalah seorang gay. Tidak jarang Oscar merasa waspada bila berdekatan dengan Sean. Tapi kini asumsinya seolah dipatahkan setelah Sean memerintahnya menyelidiki keluarga hingga orang terdekat dari seorang wanita bernama Anya.Kini Oscar merasa bahwa bukan Sean yang tidak tertarik dengan wanita, tapi memang selera seorang Sean itu sangat tinggi. Tinggi sekali seperti puncak gunung yang selalu dinyanyikan keponakannya di taman kanak-kanak. Harus Oscar akui, Anya memang wanita yang sempurna, bukan hanya wajah, keluarga hingga karier juga sangat sempurna. Siapa yang tidak tertarik pada wanita itu, terkecuali orang buta atau gila saja yang menolak. Oscar saja hampir jatuh hati

    Last Updated : 2021-10-20
  • Comeback   Part 12

    Aditya menatap kertas di tangannya dengan tatapan nanar. Entah kenapa dia merasa tidak rela dan berat untuk meninggalkan rumah ini, termasuk Anya. Rasa penasarannya atas pria yang dia temui beberapa hari lalu saat menjemput Anya masih saja bersarang di kepalanya, tapi bahkan Anya pun sepertinya tidak ada niatan untuk memberitahu siapa pria itu. Wajah yang tidak asing dan tatapan familiar yang dilemparkan pria itu sangat mengusik Aditya. Deheman Andi membuat Aditya kaget sekaligus membuyarkan lamunannya. Dengan segera dia menatap sang ayah yang berdiri di ambang pintu. Tanpa persetujuan dari sang anak, Andi masuk ke dalam putranya itu. Di liriknya tas dan koper yang sudah disiapkan Dian untuk kepergian Aditya ke Akademi polisi, jenjang pendidikan yang akan ditempuh sang anak. “Kau sudah bilang pada kakakmu?” tanya Andi pelan sambil menepuk bahu tegap putranya itu. Aditya hanya menghela napas, dia bingung sekaligus ragu untuk memberitahu perihal lolosnya di

    Last Updated : 2021-11-02

Latest chapter

  • Comeback   Part 15

    Tidak ada yang dilakukan oleh Senja selain memaki atasannya yang tiba-tiba menghilang setelah dia memanggil Oscar untuk ke kantor dengan menurunkan egonya sedikit karena dia masih berpikir perlu uang untuk menghidupi ibunya dan sang adik yang masih bersekolah. Tapi apa yang didapatinya setelah memanggil Oscar, Sean pergi entah kemana tanpa memberi kabar darinya. Bahkan rapat dengan investor asal Dubai saja harus diundur besok setelah mengalami perdebatan alot antara dirinya dan investor itu hingga membuat kepalanya sakit dan ingin pecah di saat bersamaan. Ingatkan Senja untuk melaporkan bosnya itu ke Pak Andrew agar dipecat menjadi bos.“Aku ragu apakah bos yang ingin bertemu denganku atau kau?” sindir Oscar yang duduk di sofa ruangannya dengan menaikkan sebelah kaki ke atas meja. Senja hanya memutar mata malas, dia tidak menghiraukan sindiran Oscar yang hanya buang-buang waktu berharganya. Lebih baik dia melanjutkan pekerjaan Sean dan Oscar yang terbengkalai. Ter

  • Comeback   Part 14

    Senja memutar mata malas begitu melihat seringai yang terlukis di bibir tipis bosnya itu, hingga membuat para karyawan yang rapat berkeringat dingin dibuatnya. Senja tahu bahwa semenjak mereka pindah ke perusahaan ini, mood bosnya itu mulai aneh dan hal itu membuat Senja penasaran apa yang membuat bos mereka yang terkenal dengan raut dingin kini mulai menampakkan seringai usil, terlebih lagi manager pemasaran sudah melakukan presentasi di depan apabila ada rapat.“Perkembangan pada pemasaran memang mengalami peningkatan begitu melihat grafik yang ditampilkan oleh Ibu Anya. Tapi tolong diperbaiki lagi soal grafiknya, saya sedikit merasa pusing dengan warna itu-itu saja. Bisa lain kali diubah lagi menjelang rapat yang akan datang?”Lagi-lagi Senja harus menghela napas lelah begitu mendengar alasan tidak masuk akal dari Sean. Dia merasa geram dengan tingkah laku pria itu untuk menarik perhatian wanita yang tengah berdiri di depan dengan cara alasan konyol. Tid

  • Comeback   Part 13

    Anya hanya diam seribu bahasa. Permukaan tanah kini terasa lebih menarik daripada pria di hadapannya kini. Tanpa berniat menampakkan wajah ayunya, Anya senantiasa menunduk atau membuang pandangan enggan begitu melihat tatapan elang dari pria itu. Terkecuali jika saat sedang rapat. Selebihnya Anya hanya menunduk, tidak ingin menatap lebih lama.Sementara Sean masih setia menghimpit tubuh ringkih Anya yang berdiri di antara dia dan meja pastry dengan segelas kopi dua ribuan yang ada di toko. Diam-diam Sean mengernyitkan kening bingung dengan selera Anya yang sedari dulu memang merakyat meski hidup bergelimang harta dan jabatan tinggi sang ayah seorang jendral.“Bisakah Bapak mundur sedikit? Saya mau lewat,” pinta Anya ketus. Percayalah, dia mati-matian menahan ketakutan yang menerpa dirinya jika berhadapan dengan Sean. Entah secara langsung ataupun tidak. Katakan saja Anya itu pengecut karena selalu lari dari pemicu sakitnya tanpa ada niatan untuk mengobati.

  • Comeback   Part 12

    Aditya menatap kertas di tangannya dengan tatapan nanar. Entah kenapa dia merasa tidak rela dan berat untuk meninggalkan rumah ini, termasuk Anya. Rasa penasarannya atas pria yang dia temui beberapa hari lalu saat menjemput Anya masih saja bersarang di kepalanya, tapi bahkan Anya pun sepertinya tidak ada niatan untuk memberitahu siapa pria itu. Wajah yang tidak asing dan tatapan familiar yang dilemparkan pria itu sangat mengusik Aditya. Deheman Andi membuat Aditya kaget sekaligus membuyarkan lamunannya. Dengan segera dia menatap sang ayah yang berdiri di ambang pintu. Tanpa persetujuan dari sang anak, Andi masuk ke dalam putranya itu. Di liriknya tas dan koper yang sudah disiapkan Dian untuk kepergian Aditya ke Akademi polisi, jenjang pendidikan yang akan ditempuh sang anak. “Kau sudah bilang pada kakakmu?” tanya Andi pelan sambil menepuk bahu tegap putranya itu. Aditya hanya menghela napas, dia bingung sekaligus ragu untuk memberitahu perihal lolosnya di

  • Comeback   Part 11

    Sean yang Oscar ketahui adalah seorang pria yang sangat dingin dan tidak tersentuh meski para wanita berlomba untuk menggapainya. Sean bahkan tidak melirik wanita yang hanya menggunakan bikini atau bahkan tidak berbusana yang berusaha menggoda dirinya dengan terang-terangan, hingga Oscar berasumsi bahwa Sean adalah seorang gay. Tidak jarang Oscar merasa waspada bila berdekatan dengan Sean. Tapi kini asumsinya seolah dipatahkan setelah Sean memerintahnya menyelidiki keluarga hingga orang terdekat dari seorang wanita bernama Anya.Kini Oscar merasa bahwa bukan Sean yang tidak tertarik dengan wanita, tapi memang selera seorang Sean itu sangat tinggi. Tinggi sekali seperti puncak gunung yang selalu dinyanyikan keponakannya di taman kanak-kanak. Harus Oscar akui, Anya memang wanita yang sempurna, bukan hanya wajah, keluarga hingga karier juga sangat sempurna. Siapa yang tidak tertarik pada wanita itu, terkecuali orang buta atau gila saja yang menolak. Oscar saja hampir jatuh hati

  • Comeback   Part 10

    Suara tawa Sean menggelegar hingga terdengar sampai luar ruangan itu, membuat sekertaris yang berada di depan pintu itu memgkerut takut. Bukan hanya sekretaris, para karyawan yang akan melaporkan perkembangan perusahaan juga menciut tidak berani. Pasalnya, bos besar mereka saat ini terkenal akan kekejamannya, hingga mereka yang awalnya memberanikan diri ingin menemui Sean mendadak takut dan ciut.Sementara di dalam ruangan, Sean tertawa terbahak-bahak begitu membaca laporan yang diinginkan hingga dia tidak bisa tidur, dari asistennya. Dalam hati dia tidak menyangka bahwa pria yang menjemput Anya kemarin adalah adik dari wanita itu sendiri. Seharusnya dia tidak merasa cemburu pada bocah yang sepuluh tahun lalu mengibarkan bendera perang padanya.Flashback onSiang itu, Sean nekad mengantarkan Anya pulang meski berulang kali Anya menolak dengan alasan dia tidak mau merepotkan pria itu. Dengan motor sport terbaru hadiah dari sang kakek bulan lalu, dia mengantarkan

  • Comeback   Part 9

    Gigi Sean bergemeletuk, rahangnya mengeras, kepalan tangannya menguat, geraman juga terdengar darinya begitu melihat Anya pergi dari hadapannya dengan seorang pria yang tertutup helm. Tanpa basa basi, Sean segera masuk ke dalam mobilnya lalu membuntuti Anya dari kejauhan. Dia tidak rela bila ada pria lain yang mendekati Anya selain dirinya. Bahkan dia sekarang mulai melakukan penyelidikan terhadap siapa saja pria yang sedang dekat dengan Anya, entah itu di kantor atau di luar sana.Sementara itu Aditya dan Anya hanya berdiam diri sepanjang perjalanan pulang. Tidak ada yang ingin membuka percakapan seperti biasa bila bersama, padahal banyak pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi kepala mereka berdua, tapi tidak ada yang berniat untuk bertanya. Mereka tenggelam pada pemikiran masing-masing. Aditya yang bertanya-tanya siapa pria yang memegang tangan sang kakak, sedangkan Anya was-was apabila Aditya bertemu dan mengenali Sean sebagai kisah kelam yang menyebabkan dia seperti ini.

  • Comeback   Part 8

    Tubuh Anya merosot ke lantai begitu dia sampai di ruangannya. Dengan tubuh bergetar, dia bersandar di balik pintu masuk sambil menormalkan nafasnya yang terputus-putus. Jantungnya berdegup kencang seolah-olah akan meledak, nafasnya memburu seperti dikejar orang, kepalanya pusing dan perutnya mual dan dia tahan dengan menutup mulutnya menuju wc yang tersedia di ruangannya. Semua makan siang yang dia santap tadi seketika keluar semua hingga membuat tubuhnya lemas.Ketakutannya kembali kepermukaan. Setelah sekian lama, kini penyakitnya kembali kambuh. Meski pun sering konsultasi dengan psikolog pribadi, Anya tidak pernah merasa sakit seperti ini. Ketakutan di masa lalu kembali muncul semenjak pemicunya kembali setelah sekian lama menghilang tanpa jejak dan tanpa pertanggungjawaban setelah membuat Anya seperti sekarang. Tidak ada orang yang rela berada di posisi Anya. Di saat anak muda sibuk bergonta-ganti pasangan, Anya hanya sibuk mengobati traumanya yang mendera di ingatannya.

  • Comeback   Part 7

    Setiap wanita pasti akan merasa iri hanya dengan melihat Anya. Memiliki wajah yang cantik, mata bulat dan hitam, hidung bangir, bibir tipis dan merona, alis yang tegas, pipi tirus, kulit putih pucat, bulu mata lentik, rambut panjang terurai, tinggi dan berat badan ideal. Tidak hanya itu saja, karir Anya juga cemerlang. Baru bergabung di D'Star Corporation, posisi manager pemasaran telah dia duduki tanpa adanya campur tangan orang lain. Hal itu semakin membuat Anya terkenal di antara para karyawan, terlebih lagi kejadian ketika penyambutan CEO baru kemarin.Bagaimana tidak heboh jika CEO baru mereka sendirilah yang langsung menggendong Anya, tidak memperbolehkan seorang pun untuk menyentuh wanita itu selain dirinya. Bahkan beliau mengancam mereka yang akan menyentuh Anya meski hanya seujung kuku. Siapa yang tidak akan iri di perlakukan istimewa seperti itu.“An, mereka ngomongin kamu lagi,” bisik Gifa pada Anya yang asyik menyantap semangkuk bakso yang baru

DMCA.com Protection Status