Zhu Yui bangun dengan rambut acak-acakan. Matanya terkantuk dan kepalanya terkulai malas. Wanita 25 tahun itu harus memaksakan agar matanya tetap terbuka saat menuju kamar mandi. Setelah selesai dengan semua kebutuhan di kamar mandi, ia kemudian mengambil pakaian dan membuat dirinya serapi mungkin meski kantuk itu masih belum lenyap.
Saat ia melirik jam dan tidak ada lagi waktu untuk bersiap, Yui membatalkan niatan untuk membuat sarapan, dia bisa membeli makanan saat perjalanan menuju kantor.
Zhu Yui bekerja sebagai karyawan disebuah perusahaan besar bernama ‘Future', sebuah perusahaan yang bergerak dibidang media masa yang kini telah merambah dunia elektronik hingga menaikkan nama mereka setelah mengeluarkan ponsel pintar yang laris di pasaran. Zhu Yui beruntung ia adalah salah satu dari ribuan pegawai Future.
Hari ini adalah hari ketiga Zhu Yui bekerja di perusahaan pusat setelah sebelumnya ia bekerja di perusahaan cabang kota C, kini ia telah dipindah tugaskan ke kota B sebagai karyawan. Zhu Yui hanyalah wanita yang lahir dari keluarga golongan bawah, ayahnya tidak lagi bekerja karena sakit-sakitan, ibunya membuka tempat makan kecil yang tidak begitu ramai, ia mempunyai tiga orang adik yang masih sekolah di tingkat sekolah atas dan menengah, dan sekarang seluruh anggota keluarganya menjadi tanggung jawabnya.
Hidup dengan latar belakang keluarga kelas bawah seharusnya bukanlah masalah selama ia masih berusaha keras merubah masa depan, namun saat ini, mungkin itu adalah hal mustahil ketika ia hidup di masa status sosial adalah hal terbesar dan yang paling penting. Kaum atas memandang kaum menengah sebagai bawahan, dan mereka memandang kaum bawah bagai serangga yang tidak layak menginjakkan kaki di bumi.
Negara tempatnya berasal adalah negara yang membagi rakyatnya menjadi tiga kelompok. Upper class, middle class dan lower class. Status sosial yang timpang sudah terjadi sejak ratusan tahun. Di masa lalu, upper class adalah orang-orang yang berasal dari keluarga raja beserta bangsawan kelas atas lainnya yang memiliki hubungan dekat dengan kerajaan. Middle class adalah para pedagang dan rakyat pada umumnya, sebagian dari mereka juga merupakan para bangsawan di kelas yang lebih rendah dari para mentri. Dan lower class adalah para budak beserta keturunnya.
Tradisi itu berlanjut hingga zaman modern. Meskipun banyak hal yang telah berubah, banyak sedikit golongan status sosial masih menjadi penghalang yang kuat. Seperti tembok yang tidak mungkin untuk dilompati maupun dihancurkan.
Beruntung Zhu Yui adalah gadis yang pintar, lulus dari universitas terkemuka setelah berusaha keras mempertahankan beasiswanya hingga dapat bekerja di Future. Gajinya tentu cukup besar, namun setelah bekerja selama 2 tahun, uang yang ia hasilkan habis untuk membayar rentenir, kisahnya sangat panjang, namun pada intinya kakak ibunya membuat hutang atas nama ibunya dan membawa kabur semua uang, meninggalkan sang ibu untuk berhadapan dengan rentenir itu. Uang yang dibawa kabur tidak sedikit dan bunganya terus bertambah. Mungkin ia mampu melunasi semua hutang itu setelah berumur 50 tahun.
Zhu Yui membeli sandwich di perjalanan menuju kantor. Ia hanya perlu naik kereta selama 20 menit dan berjalan 10 menit untuk sampai di tempat kerjanya.
Jam kerja di Future di mulai pada pukul 9 pagi, Zhu Yui sudah sampai di kantornya pukul 8.50 pagi. Beberapa rekan kerjanya juga sudah banyak yang datang.
“Pagi Yui,” seorang pria yang lebih tua menyapa Zhu Yui, ia tersenyum tipis, “Pagi, senior Ishi.” wajah pria itu berubah tidak senang, “Tidak perlu malu, Yui, aku tidak keberatan jika kau memanggilku kakak” Zhu Yui hanya tersenyum ketika seniornya berlalu ke mejanya sendiri.
Zhu Yui cukup bersyukur karena tempat kerjanya berisi orang-orang menyenangkan, dari 10 orang yang telah ia temui, hanya 3 yang memiliki wajah dan sifat ketus nan dingin sejak tiga hari ia bekerja. Masih banyak perusahaan besar yang menjadikan status sosial sebagai persyaratan, berbeda dengan Future yang tidak peduli status sosial para karyawannya, selama mereka mampu, maka perusahaan akan mempekerjakan mereka. Karena hal ini, kebanyakan karyawan di sini adalah mereka yang tidak peduli dengan status sosial. Mereka memiliki toleransi tinggi.
Tidak lama setelahnya, manajer Lin datang. Dia adalah seorang pria tinggi dan tampan. Punya senyum menawan namun pemarah, ia bahkan sudah melihat pria itu marah di hari pertamanya bekerja.
Pekerjaan di pagi hari berjalan lancar. Manajer Lin belum memarahi seorangpun malah hari ini, senyumnya sangat lebar serta begitu cerah mengalahkan sinar mentari pagi.
“Apa ada hal istimewa yang tejadi pada manajer hari ini?” bisikan dari meja sebelahnya terdengar oleh Zhu Yui, ia bukanlah seseorang yang hobi menguping, jadi ia abaikan begitu saja.
“Direktur Fuji memberi pujian karena majalah minggu lalu terjual banyak sambil terus-terusan memuji manajer Lin sebagai manajer terbaik.”
“Tentu saja terjual habis, majalah itu berisi wawancara ekslusif tentang skandal aktris yang sedang naik daun. Aku tidak tau bagaimana manajer Lin bisa membujuk ‘Snow White’ untuk mau diwawancara.”
“Ya.. Apalagi dia melakukannya seorang diri. Baguslah dia tidak marah-marah. Semoga mood bagusnya bertahan selamanya.”
“Itu tidak mungkin!” mereka tertawa membicarakan manajer Lin dari belakang. Setelah dipikirkan lagi, di tempat kerja sebelumnya ia juga sering ikut membicarakan pimpinan di balik punggung mereka, itu adalah masa-masa menyenangkan. Mungkin setelah terbiasa di sini, ia juga bisa mempunyai banyak teman.
Yui bukanlah orang penyendiri yang tidak suka bergaul, dia hanya wanita biasa yang juga bisa menikmati kesenangan, namun akhir-akhir ini ia menjadi sangat serius, sakit yang diderita sang ayah semakin parah, belum lagi adik bungsunya selalu membuat masalah, setelah jauh dari rumah seperti sekarang, pikiran Zhu Yui semakin bercabang, setiap hari ia akan menghubungi sang ibu atau adik keduanya untuk mengetahui keadaan di rumah, namun masih belum cukup.
“Yui, ayo makan siang bersama!” dua orang wanita yang telah selesai membicarakan bos mereka mengajaknya keluar untuk makan di kantin perusahaan. Wanita berambut hitam bernama Soshi Freya sedangkan yang satunya menggunakan kacamata dan rambutnya dicat coklat tua, namanya Onkyo Reese. Mereka berdua cukup terkenal, hampir semua orang mengenal mereka, bahkan divisi berbeda mengenal kedua orang ini. Karena selalu bersama, orang-orang memanggil mereka si jurnalis kembar. Mereka berbagi hobby yang sama, bergosip bersama sampai sama-sama dimarahi oleh manajer Lin.
Zhu Yui tidak menolak, perutnya lapar, lagipula selama beberapa hari ini, Freya dan Reese adalah orang yang sering kali membantunya. Ia juga tidak menemukan niat jahat dari mereka berdua, belum atau semoga saja tidak.
Makan siang berlangsung menyenangkan. Kepribadian duo kembar ini juga menyenangkan. Mereka bercerita banyak hal, Zhu Yui tidak bisa berhenti tertawa. Mereka selesai makan dan kembali.
“Aku pernah mengerjai manajer Lin dengan memasukkan garam ke dalam kopinya.”
“Lalu?”
"Karena saat itu rapat penting, aku hanya menambahkan garam pada kopinya, sisanya memuji kopi yang aku sajikan. Jika dia mengatakan hanya dia satu-satunya yang terasa aneh, dia hanya diam. Beruntung setelah itu aku mengambil cuti tahunan selama 2 minggu dan saat kembali, dia tidak melirikku sekalipun.” Onkyo Reese tertawa terbahak-bahak.
“Apa kau tidak takut?” tanya Yui serius, baginya Reese terlalu berani mengerjai atasan sendiri.
“Aku punya koneksi yang kuat. Jadi dia tidak bisa sembarangan memberi hukuman atau mengeluarkanku.” setelah dilihat lagi, rata-rata karyawan di sini adalah orang-orang kelas menengah ke atas. Di lirik dari barang yang mereka gunakan, dari ujung kaki hingga kepala di penuhi dengan barang-barang bermerek. Zhu Yui melihat bayangannya di cermin, baju yang ia kenakan hanya kemeja biasa dan terlihat agak lusuh. Rok, tas hingga penampilannya tidak mendukung sama sekali.
Secara fisik, Zhu Yui termasuk cantik dan mempesona apalagi pipinya yang berisi dengan tubuh ideal. Karena latar keluarganya, Zhu Yui tidak terlalu memikirkan penampilan, dia terlalu sibuk bekerja. Saat di kota C, para tetangga akan memuji wajahnya yang rupawan, sedangkan para pria berusaha untuk menarik perhatiannya.
Ia jadi teringat, di tempat kerja lamanya ada seorang pria yang tergila-gila padanya hingga mengikutinya kamanapun seperti penguntit. Bahkan pria itu menyerang siapapun yang dekat denganya. Zhu Yui sudah memperingati pria itu berulang kali, tetapi dia tidak pernah mengerti dan terus mengikutinya. Tempat lamanya sangat nyaman dan menyenangkan, satu-satunya yang membuatnya tidak nyaman adalah kehadiran pria itu. Bersyukur ia dipindahkan ke kantor cabang lain, meskipun ia harus berada di kota yang berbeda dengan keluarganya, namun dengan gaji yang lebih dari sebelumnya, ia menyetujui pemindahan tugasnya.
Mereka bercengkrama sepanjang perjalanan. Kantin berada di lantai dasar, sedangkan tempat nya bekerja ada di lantai 14. mereka bertiga seperti teman lama, tersenyum dan tertawa melewati lobby yang cukup ramai.
“Ah.. si Presdir sudah kembali.” tak jauh darinya, seorang pria berjalan dengan setelan yang bagus, sayangnya ia tidak bisa melihat wajah presdir yang membelakanginya. Di belakangnya banyak orang yang mengikuti. Yui jadi teringat salah satu drama kolosal Korea yang ia tonton, saat sang raja berjalan, maka pengawal, kasim, dayang hingga pelayan berjejer di belakangnya.
“Bukankah presdir akan menikah?”
“Menikah apanya. Dia tidak ingin menikah dengan Miss Clee. Jika dia benar-benar suka, mereka sudah menikah sejak lama.”
“Wah… apa dia tidak malu? Mengejar-ngejar presdir seperti itu?”
“Bagaimanapun presdir sangat tinggi dan tampan.”
“Aku ingin dia melirikku,” mereka berdua tidak berhenti mengatakan pujian dan candaan lainnya, Zhu Yui tidak risih ataupun merasa terganggu dengan mereka berdua. Ia bahkan menikmati setiap kata yang mereka ucapkan.
“Dia adalah pria kelas AA. Sedangkan kau hanya berasal dari keluarga O.”
“Oh, diamlah. Keluargamu juga hanya huruf S!” mereka berdua begitu ribut di lobby perusahaan yang tidak begitu ramai.
Ketika rombongan itu pergi, Zhu Yui memperhatikan kembali si presdir, tepat ketika pria itu mengeluarkan tangannya dari dalam kantong celana, sesuatu ikut terjatuh. Sebagai orang yang baik, Yui langsung bergegas mengambil benda itu dan berniat untuk memberikannya kepada presdir.
Benda itu tergeletak tak berdaya di atas lantai kaca. Warna putih dan lembut. Itu adalah sapu tangan. Mata Zhu Yui terpaku pada tulisan di sudut sapu tangan. Tulisan itu begitu kontras dengan warna putih kain.
‘AA & ZY.'
Sulaman itu terlalu familiar.
'Apa kau suka? Aku membuatnya untukmu.'
'Teman-teman dari klub menjahit mengajariku cara membuat bordiran, aku ingin membuat bunga yang indah untukmu, tetapi aku hanya membuat inisial ini.'
'Awalnya aku ingin membuat Aiden love Yui tetapi mereka bilang terdengar norak. Hehehe. Apa kau suka?'
'Ai… Happy birthday.'
“Permisi.”
Deg
Deg
Deg Deg
“Aku rasa aku menjatuhkan milikku….”
Seseorang yang berbicara di depannya berhenti bicara saat Zhu Yui mengangkat kepala. Mereka berdua bertatapan dengan mata yang sama-sama melebar.
“Aiden…”
“Yui…”
Semua berjalan baik-baik saja selama ini. Lalu kenapa sekarang takdir malah kembali mempertemukan mereka berdua?
…..
Hallo, saya datang membawa cerita baru lagi... Cerita ini akan memiliki beberapa alur maju-mundur, dari chapter 2 sampai chapter 34 akan menceritakan kisah Yui dan Aiden di masa lalu, setelah itu akan kembali ke masa depan..
8 Tahun yang lalu “Zhu Yui! Kau ingin ikut dicabang olah raga apa?” ketua kelas bertanya khusus pada Zhu Yui yang duduk di baris ketiga dekat jendela. Sekolah mereka akan mengadakan pekan olah raga minggu depan. Tahun kemarin mereka hanya berhasil menempati tempat ke tiga dari semua murid kelas satu, kini mereka tidak ingin lagi kalah saat di tahun ke dua. Xian Mika, sang ketua kelas sudah menganalisa kemampuan classmate-nya berdasarkan acara tahun lalu. Zhu Yui memiliki kemampuan yang bisa di andalkan, dia harus memanfaatkan bakat milik keluarga Zhu semaksimal mungkin. “Aku bisa di mana saja, Mika! Aku bisa berenang gaya dada, kupu-kupu, freestyle, bahkan gaya batu dan mengambang! Aku juga bisa mengikuti di cabang lari, 300, 500, 1000, keliling lapangan atau maraton mengililingi kota B!” para murid tertawa. Zhu Yui selalu tau menghidupkan suasana. Mereka sudah rapat sejak 3 jam lalu. Ketua kelas sangat berambisi dan tidak membiarkan mereka lepas begitu saja. “Tapi jangan di basket,
Dari sudut matanya, Evender menjadi gugup dan kaku ketika melihat Avery Aiden dan kelas mereka secara bergantian. Ini bahkan menjadi lebih menarik karena Evander berlalu begitu saja. Oh.. apa ini? Apa Yui segitu tidak pedulinya dengan sekitar hingga ia tidak tahu apa yang terjadi dan siapa Avery Aiden? Zhu Yui sejak awal selalu memandang upper class sebelah mata. Baginya hampir semua orang kelas atas itu mempunyai sifat yang sama. Arogan, angkuh dan sombong, belum lagi mereka suka sekali memandang kelas bawah seperti mereka hanya seonggok sampah di jalanan. Ia akan pergi jika salah satu dari temannya membicarakan siapapun dari kelas A, B, C atau D yang berujung ketidak tahuannya tentang mereka. Kecuali Blue Evander yang sejak awal memang suka sekali mencari masalah dengan siapapun. Kabarnya karena orang tuanya begitu kolot hingga menurun ke anaknya dan lihatnya sekarang. Namun melihat bagaimana Evander yang lagsung pergi ketika pemuda yang masih berdiri dengan tangan di saku celana,
Keesokan harinya berjalan seperti kereta api express bagi Zhu Yui. Bangun pagi, wali kelas masih akan mengambil absen, setelah itu mereka harus mempersiapkan pekan olah raga. Mungkin ini terlihat hanya sebagai acara olah raga tahunan biasa, nyatanya ini adalah ajang untuk kelas X, Y dan Z membuktikan kualitas mereka pada kelas yang lain, sedangkan para kelas atas sudah bersiap-siap mempermalukan kelas bawah jika kalah.Setelah berlatih, ia harus menuju klub jurnalis bersama sang ketua kelas.Senior Moon terus memandang mereka dengan tajam, tidak lupa wanita berambut coklat tua itu memberikan tugas yang berat hari itu. Zhu Yui membuka website sekolah, mengetik beberapa kata di bagian atas post terbaru serta memberi judul, “Pertempuran sengit Roti special memakan korban jiwa.” Zhu Yui tertawa melihat judul postingannya sendiri, meskipun berita yang ia sebarkan adalah bahan tidak penting seperti “Pernyataan cinta sang pengagum rahasia” yang ia tulis minggu lalu, beritanya masih akan mend
“Yui.”“Yui!”Zhu Yui tersentak, ia menggenggam sapu tangan lembut di tangannya, memberikannya kepada presdir muda yang tidak lepas memandanginya. Freya menunggunya dari jauh sambil berulang kali memanggil Yui yang akhirnya membungkuk sopan kepada presdir sebelum pergi bersama dua rekan kerjanya.Yui tidak lagi menoleh, masih banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan. “Oh, presdir masih memperhatikanmu, apa kau sudah melakukan hal yang membuatnya marah?” Yui menggeleng, berdalih jika ia hanya membantu presdir mengambil sapu tangannya yang jatuh. Dua wanita itu tidak lagi banyak bertanya, sebagai anggota yang terkenal dengan berita terbaru dan ter-update, Freya beserta Reese sibuk menggosipkan salah satu petinggi perusahaan yang memiliki hubungan gelap dengan salah satu karyawannya.Yui tidak memperhatikan, pikirannya terbang jauh entah kemana.Zhu Yui keluar dari gedung perusahaan Future pada pukul tujuh malam. Jam kerja di perusahaan biasanya berakhir pukul lima sore, tetapi tidak dipu
Yui sudah mengenal Aiden selama kurang lebih setahun. Ia pertama kali ‘bertemu’ dengan Aiden adalah saat turnamen di kelas 2, Aiden yang membantunya dan Yui, wanita yang selama ini belum pernah jatuh cinta tiba-tiba saja merasakan seluruh dunianya berputar mengelilingi Aiden. Cinta pada pandangan pertama— itu yang Vallery katakan padanya setelah lelah mendengarkan cerita yang sama darinya berulang kali. Hari itu, Yui memberanikan dirinya untuk pergi ke kelas 2-A, dengan tangan yang menggenggam bag yang di dalamnya terdapat baju oleha raga navy blue milik Aiden, seragam baby blue yang ia kenakan terlihat sangat mencolok dari kumpulan navy blue yang bergerombol di lorong. Cerita mereka hari itu sama, tentang Daisy yang mendapatkan hukuman tegas dari sekolah, skors selama seminggu, tidak ada satupun yang tidak mendengar berita tersebut. Lalu kehadiran Yui di lantai kelas A berada, membuat dirinya sebagai pusat perhatian. Ada yang bertanya, ada yang heran, malah ada yang hanya melihatny
Pagi hari di musim semi nyatanya masih cukup dingin hingga ia menjaga tangannya tetap hangat di dalam jaket baby blue yang ia kenakan. Yui menatap jauh pada matahari yang baru saja terbit, ia hanya berharap bahaya dari matahari itu dapat menghilangkan rasa dingin yang telah menggerogotinya sejak ia berdiri di sana. Di lapangan baseball yang luas. Bola kotor di sudut lapangan seperti di abaikan sebelum seseorang mengambilnya. Suara langkah kaki dan teriakan sekumpulan siswa laki-laki terdenagr dari tempatnya berdiri, mereka sedang berlari di tengah dinginnya pagi, namun begitu, peluh masih masih membasahi para anak muda tersebut. Sejak mengenal Aiden, lapangan baseball sekolah yang tidak ia ketahui keberadaannya menjadi salah satu tempat rutin yang wajib ia kunjungi setiap hari, ia akan berdiri di sisi lapangan, menyaksikan latihan para calon atlet berlatih, tujuan awalnya tentu saja melihat Aiden, namun lama kelamaan, ia malah semakin tertarik dengan baseball itu sendiri. Akan tetap
Saat memasuki jam sarapan, Yui kembali ke kelas dengan membawa roti dan beberapa bekal yang sudah ia persiapkan. Di kelas 3-X, hampir semua murid akademik sudah berada di kelas, sedangkan para murid atletik, hanya Vallery yang sudah duduk dengan cantik di kursinya. “Hey Yui, kau kemana?” salah satu teman sekelasnya bertanya, “aku dari lapangan baseball.” “Melihat Aiden? Kau sangat sial kalau begitu, tadi si kepala botak datang, dia hanya duduk di sana selama 15 menit, dia datang tanpa suara dan pergi juga tanpa mengatakan apapun. Aku rasa dia sedang memeriksa murid mana yang melewatkan pelajaran mandiri di pagi hari.” “Apa kau pikir aku akan membahayakan beasiswaku untuk Aiden?” tanya Yui seraya mengangkat satu alisnya, gadis berkacamata mengangguk, “kau melakukan semuanya untuk Aiden, hingga rela disebut wanita gila.” Alis Yui berkerut, “apa aku separah itu?” “Sangat parah,” timpal Mika yang matanya tidak lepas dari buku bahasa inggris tebal yang ia baca, padahal tadi dia seperti
‘Shine Bright Like A Diamond, tim baseball putra Weilai International High School akan membawa piala itu tahun ini!’ ‘Setelah kekalahan yang diterima oleh tim baseball putra tahun lalu, sekarang tim ini bangkit dengan membawa para atlet yang siap bersinar dengan terang, bukan hanya di masa sekolahnya, mereka juga berjanji untuk menjadi pemain yang bersinar di kancah internasional. Seperti kapten tim baseball putra, Avery Aiden yang merupakan salah satu berlian berharga tim. “Aku merasa lebih tenang saat menyerahkan tim di bawah kepemimpnan Aiden sebagai kapten. Setelah murid kelas tiga pensiun.” adalah pernyataan sang pelatih saat di tanya tentang pilihannya yang jatuh pada Aiden sebagai kapten, bukan hanya kapten, namun Avery Aiden juga bertanggung jawab sebagai clean up, yang mana dia juga bertugas sebagai pencetak angka untuk tim. Selain Avery Aiden, tim yang sekarang juga diisi oleh para pemain yang juga menarik perhatian tahun lalu, salah satunya adalah Blue Evander yang sekara