Home / Romansa / Cinta yang Tak Terpatahkan / 02. Weilai International High School

Share

02. Weilai International High School

8 Tahun yang lalu

“Zhu Yui! Kau ingin ikut dicabang olah raga apa?” ketua kelas bertanya khusus pada Zhu Yui yang duduk di baris ketiga dekat jendela. Sekolah mereka akan mengadakan pekan olah raga minggu depan. Tahun kemarin mereka hanya berhasil menempati tempat ke tiga dari semua murid kelas satu, kini mereka tidak ingin lagi kalah saat di tahun ke dua. Xian Mika, sang ketua kelas sudah menganalisa kemampuan classmate-nya berdasarkan acara tahun lalu. Zhu Yui memiliki kemampuan yang bisa di andalkan, dia harus memanfaatkan bakat milik keluarga Zhu semaksimal mungkin.

“Aku bisa di mana saja, Mika! Aku bisa berenang gaya dada, kupu-kupu, freestyle, bahkan gaya batu dan mengambang! Aku juga bisa mengikuti di cabang lari, 300, 500, 1000, keliling lapangan atau maraton mengililingi kota B!” para murid tertawa. Zhu Yui selalu tau menghidupkan suasana. Mereka sudah rapat sejak 3 jam lalu. Ketua kelas sangat berambisi dan tidak membiarkan mereka lepas begitu saja. “Tapi jangan di basket, atau voli, aku tidak begitu tinggi.”

Xian Mika tidak tersinggung dengan candaan Yui, dia lalu mencatat nama Zhu Yui dan memasukkannya pada cabang lari. Tahun lalu Yui berhasil meraih tempat pertama di cabang olah raga itu.

Setelah memastikan semua tempat terisi dan yakin jika mereka tidak akan kalah dengan kelas lain, Xian Mika akhirnya melepaskan mereka.

Zhu Yui kembali ke asrama dengan teman sekamar merangkap teman sekelasnya, Winter Vallery. Perjalan dari gedung kelas dan asrama memakan waktu 10 menit berjalan kaki. Matahari sudah turun sejak lama. Untungnya bukan hanya mereka yang berjalan menuju kembali ke asrama, karena hampir semua murid kelas X, Y dan Z akan kembali ke asrama.

Sekolah mereka, Weilai International High School atau WISH adalah sekolah dambaan dan terkenal di negara itu. Jika ingin di akui, maka kalian harus berhasil menyandang status sebagai murid WISH.

Karena status sosial telah menjadi budaya dan menjadi poin sensitif di tengah masyarakat, WISH menempatkan siswa mereka menjadi empat kelompok. Jika kalian adalah anak-anak dari kelas atas dan pintar, maka kalian akan berada di kelas A. Jika kalian adalah anak kelas atas dan masuk WISH karena uang orang tua, kalian akan berada di kelas B, C dan D. Para siswa yang berasal dari kalangan menengah akan ditempatkan di kelas F, G, H dan I. dan terkahir adalah, jika kalian berasal dari kalangan bawah dan masuk WISH karena beasiswa maka kalian akan berada di kelas X Y dan Z.

Pembagian kelas mengikuti peraturan ‘huruf’ yang berlaku di negara mereka. Mereka memiliki sisitem nama keluarga di depan dan nama pribadi di belakang. Di sana terdapat peraturan; hanya orang-orang upper class yang boleh memiliki nama keluarga dan memberi nama anak mereka dengan awalan huruf A, B, C, D dan E. 

Huruf F hingga U hanya boleh digunakan oleh keluarga golongan middle class. Sisanya, keluarga lower class hanya boleh memberi nama anak mereka dengan nama yang berawalan huruf V hingga hingga Z.

Zhu Yui, nama keluarga Zhu dan nama sendiri adalah Yui. Tanpa bertanya, orang-orang bisa langsung tau dari golongan mana dia berasal.

WISH sendiri tidak hanya menyediakan beasiswa untuk mereka yang mempuni di bidang akademik, mereka juga akan memberikan beasiswa bagi siswa yang memiliki kemampuan di bidang atletik. Bukan hanya menciptakan lulusan terbaik dengan nilai bagus, banyak atlet profesional yang bermain di liga besar adalah lulusan WISH. Karena pada dasarnya WISH memiliki prinsip menciptakaan para ilmuan maupun atlet yang berkualitas.

Melihat latar belakang keluarga, WISH menyediakan asrama untuk murid kelas X, Y dan Z. Kebanyakan mereka tidak berasal dari ibu kota. Menyewa ruang atau kamar selama 3 tahun akan memakan banyak biaya, asrama akan lebih membantu.

WISH adalah satu-satunya sekolah bergengsi yang tidak takut menerima murid kelas bawah sebagai murid mereka, malah sekolah ini akan memenuhi semua kebutuhan murid mereka asalkan mereka adalah orang yang berbakat.

Nyatanya, sebagian sekolah elit masih tidak mau menerima murid dari keluarga kelas bawah meskipun memiliki nilai yang memuaskan, akhirnya, orang yang berada di golongan bawah tidak akan mempunyai kesempatan untuk memanjat dan menaikan status sosial mereka dan WISH satu-satunya harapan yang ada.

Zhu Yui tidak pernah membayangkan bisa diterima dan menjadi siswa WISH. Ia meninggalkan kota kelahirannya dan sekarang hidup di ibu kota B yang megah, bertemu teman baru dan berusaha beradaptasi. Sekarang sudah tahun kedua, semua masih berjalan lancar bagi Zhu Yui.

Hinode Tsuyo berdiri di depan kamar asrama mereka, pria itu berdiri di depan pintu seperti bodyguard dengan tangan yang di masukkan ke dalam kantong celana, Hinode Tsuyo adalah teman masa kecil Vallery, tentu saja ia berani berada di asrama wanita jika tidak untuk bertemu teman sekamarnya itu. Tsuyo berada di kelas Z sedang dirinya dan Vallery berada di kelas X. Yui meninggalkan Vallery di luar setelah bertukar sapa dan menggoda dua teman masa kecil itu di depan pintu dan ia sendiri memasuki kamar,

“Lama sekali kalian baru pulang.” Xian Mika, sang ketua kelas yang juga menjadi teman sekamarnya sudah duduk di balik mejanya berujar tanpa menengok kepadanya.

“Ketua kelas memulai obsesinya.” jawab Vallery dari belakang punggungnya, Mika bersikap seolah tidak mendengar ucapan Vallery.

“Heh.. pekan olah raga?” suara seorang pria muncul dari arah pintu, kepala Tsuyo menyembul dari balik pintu yang setengah tertutup.

“Hei, hei hei, jangan seenaknya masuk ke kamar wanita! Aku akan melaporkanmu pada ketua asrama pria karena kau terlalu sering datang ke asrama wanita dan menyelinap!” Tsuyo tertawa, sudah begitu terbiasa dengan ancaman dari Mika namun hingga saat ini ia masih bebas berkeliaran di asrama putri.

“Aku tidak melanggar apapun karena ini belum jam malam.”

“Lalu bagaimana dengan kelasmu, Tsuyo?” tanya Yui pada Tsuyo.

“Kelas ku berisi orang-orang yang tidak punya gairah hidup. Mereka sedang mempertakankan beasiswa karena nilai ujian kemarin lebih rendah dari kelas Y. Dari pada sibuk memikirkan pekan olah raga, mereka lebih suka mencari dukun.” Hinode Tsuyo sering protes ingin berada di kelas yang sama dengan mereka. Dia juga punya banyak teman di kelas X dari pada kelasnya sendiri, di tambah ruangan kelas yang berhadapan, membuat Tsuyo semakin leluasa kabur dari kelasnya yang membosankan. Tentu saja, ia akan menghabiskan waktunya menggoda Vallery atau mengunjungi teman prianya yang lebih banyak berada di kelas mereka dari pada kelasnya sendiri.

“Kau bisa ikut di baseball.”

“Jika bermain baseball bisa tunggal seperti tenis, aku sudah melakukannya sejak lama, lagi pula tidak ada lomba baseball untuk festival pekan olah raga.” jawab Tsuyo ketus. Tsuyo adalah siswa undangan beasiswa baseball, sejak sekolah menengah pertama dirinya sudah menunjukkan bakat yang luar biasa sebagai pemain baseball, terbukti dengan WISH sendiri yang menemuinya untuk bersekolah di tempat mereka. Yui belum pernah melihat tim baseball sekolah mereka bertanding, orang-orang bilang tim baseball mereka sangat kuat. Tsuyo selalu menyayangkan ketidakingintahuan Yui pada klub baseball mereka yang selalu menjadi wakil ibu kota dalam pertandingan nasional baseball tingkat sekolah menengah atas.

“Tidak ada latihan hari ini?” tanya Vallery pada Tsuyo, ia meraih buku catatan dan menyerahkannya pada pemuda yang masih menyembulkan kepalanya di pintu. Yui duduk di lantai, tangannya mengambil mie yang mungkin sudah terlalu matang, namun saat perut kelaparan, semua akan terasa enak.

“Aku baru saja kembali dan langsung berdiri di depan kamarmu. Latihan hari ini sangat keras. Semua orang berlatih keras, aku jadi takut posisiku di tim inti akan di ambil oleh anak kelas satu.”

“Hahaha, jika kau tidak ingin adik kelas mengambil tempatmu, pergi sana! Mengayun pemukul atau apapun yang sering kau lakukan!” timpal Vallery dengan mulut penuh mie. Tsuyo hanya bisa mengerucutkan bibirnya, ia masih tidak bergerak dari posisi awalnya, karena penghuni kamar itu sudah tidak ada lagi yang memperhatikannya, akhirnya ia pergi setelah mengucapkan selamat malam. 

“Kalian lebih memilih makan mie untuk makan malam dari pada ke kantin?” Ketua kelas mereka berkomentar, Vallery memutar matanya tidak peduli sedangkan Yui berusaha menjelaskan alasan degan mulut penuh.

“Yui.. aku keluar dulu.” Zhu Yui melambaikan tangan kepada Mika yang sudah menghilang di balik pintu.

Setelah makan, Yui berbaring di atas kasur dan memainkan beberapa aplikasi di ponsel. Tidak ada tugas yang perlu di kerjakan jadi ia bisa tidur dengan nyenyak dan bangun segar di pagi hari.

Hari-hari berikutnya, mereka mulai berlatih di lapangan. Bukan hanya mereka. Bahkan murid-murid kelas satu juga sudah bersemangat. Ketua kelas sungguh kejam, ia menyuruh Yui berlari berulang kali hingga ia terkapar di tanah.

“Mika, aku tidak bisa melakukan ini! Jika aku bisa, aku pasti sudah mendapat beasiswa atlet! Vi! Gantikan aku, Vi!” Viola, seorang siswa penerima beasiswa renang menggelengkan kepala, ia malah mencibir dan memanasi Mika agar menyuruhnya terus berlari.

“Kau sudah membuktikan bakat terpendammu pada kami tahun lalu, Zhu Yui! Bahkan Viola tidak bisa mengalahkanmu!” Xian Mika menggeser letak kacamatanya yang sedikit turun. Tidak lupa meneriaki seluruh anggota kelas yang lain untuk berlatih. Kelas mereka berisi 40 orang dan tidak begitu banyak aggota kelas mereka yang berbakat dalam bidang olah raga. Beruntung dalam pekan olah raga, mereka hanya memperlombakan lari, bersepeda dan renang yang tidak perlu membutuhkan banyak anggota. Akan sangat merepotkan jika mereka juga menyelenggarakan olah raga sepak bola, jumlah pria di kelas mereka tidak begitu banyak dan sebagian besar dari mereka merupakan orang-orang yang termasuk dalam kategori malas bergerak.

Setelah liburan musim semi yang juga bertepatan dengan tahun ajaran baru, WISH akan mengadakan pekan olah raga antar kelas yang berlangsung selama seminggu, ini bertujuan untuk menyambut anak kelas satu mereka. Di liburan musim panas, para atlet mulai sibuk berkompetisi dalam turnamen musim panas antar SMA tingkat nasional, biasanya saat ini para atlet akan sangat, sangat, sangat sibuk. Di pertengahan musim gugur, mereka akan merayakan festival musim gugur sekolah yang di kenal dengan nama WISH Autumn Festival, di saat ini, sekolah mereka akan kedatangan banyak pengunjung dari luar sekolah, festival ini bertujuan untuk memperkenalkan sekolah mereka kepada orang luar. Di ajang ini sekolah mereka akan menjadi pusat utama, halaman web, hingga berita akan menyoroti WISH.

Lalu untuk siswa-siswi non atlet akan mengadakan evaluasi sebelum liburan musim dingin karena saat liburan musim dingin akan dilaksanakan olimpiade science antar SMA tingkat nasional dan dilanjutkan dengan turnamen musim semi untuk para atlet.

Sistem jam pelajawan WISH adalah mereka akan memulai sekolah pukul 9 pagi, biasanya klub-klub olah raga mengadakan latihan pagi pukul 6 pagi, sedangkan murid akademik harus belajar mandiri di kelas sebelum jam pelajaran di mulai. Kantin asrama beserta kantin sekolah di buka pukul 06.30 pagi. Asalkan tidak terlambat bangun, sarapan akan tersedia.

Kelas dimulai dari pukul 9 pagi hingga 3 sore. Para murid atlet akan bubar menuju klub masing-masing untuk berlatih, sedangkan murid akademik juga akan menuju klub non olahraga yang telah mereka ikuti.

Jika murid kelas tiga sekolah lain akan menghabiskan waktu mereka di sekolah hingga pukul 10 malam, murid kelas tiga WISH tidak perlu malakukan itu dikarenakan 80% murid-murid WISH akan menerima undangan dari universitas bergengsi. Atau tidak, WISH akan berusaha memastikan masa depan murid-murid mereka terjamin. Mulai dari yang sudah di lirik tim profesional maupun mengarahkan para murid untuk memasuki universitas yang mereka inginkan sehingga mereka tidak perlu mengikuti ujian masuk universitas.

Selama nilai mereka dari kelas satu hingga kelas tiga beserta ujian akhir bagus, mereka tidak perlu khawatir tentang ujian masuk universitas. Banyak universitas yang sudah bekerja sama dengan WISH dan tidak ada alumni WISH yang mengecewakan.

Pukul 7 malam adalah waktu bebas, biasanya masih banyak atlet yang berada di klub, sedangkan siswa akademik memilih berada di kelas atau perpustakaan untuk mengulas pelajaran mereka, pukul 11, gerbang asrama ditutup.

Berbeda dengan murid atletik yang mengisi jam malam mereka dengan berlatih di klub masing-masing, siswa akademik memilih menghabiskan jam malam mereka di kelas atau perpustakaan hingga pukul 9 malam. Setelah liburan musim dingin, tepatnya di musim semi, mereka mengadakan festival olah raga antar tingkat dimana mereka akan bekerja sama mengalahkan kakak atau adik kelas mereka. Ini bertujuan agar mereka dapat bekerja sama tanpa memandang status sosial.

Sekaligus sebagai perpisahan untuk siswa kelas tiga mereka.

“Hei, kami juga ingin memakai lapangan!” seseorang berteriak nyaring. 

“Hah.. itu anak-anak dari kelas B.” raut ketua kelas berubah jadi tidak suka. Ia melangkah maju menjadi temeng dan berbicara kepada ketua kelas B. “Kami di sini lebih dulu.” di balik sifat keras dan obsesinya untuk meraih tempat utama, Xian Mika tidak pernah takut untuk berhadapan dengan murid-murid dari kelas A, B, C atau D. Dia adalah gadis yang jujur dan memiliki rasa keadilan yang tinggi.

Murid-murid kelas B dipimpin oleh seorang pemuda dari keluarga upper class, ayahnya adalah seorang pejabat pemerintahan. Memang perbedaan status di antara murid kelas X, Y, Z dan A, B, C, D sangat berbeda, namun tidak ada yang menunjukkannya secara terang-terangan seperti ketua kelas B, Blue Evander.

“Meskipun kalian di sini 500 tahun yang lalu, saat aku bilang menyingkir, kalian harus menyingkir.” sejujurnya Evander memiliki wajah yang tampan, namun karena mulutnya yang jahat, wajah tampan itu berubah menjadi wajah kera.

“Kalian bisa latihan di gedung olah raga.” WISH sendiri tidak pernah memperlakukan murid mereka dengan berbeda. Bahkan jika kau adalah anak presiden sekalipun, jika nilaimu tidak memenuhi standar mereka dan tidak memiliki bakat, maka jangan harap kalian bisa menyandang nama murid dari seolah bergengsi WISH. Termasuk dengan sarana dan prasarana di sekolah.

Pertama didirikan, WISH tidak membagi muridnya berdasarkan status sosial, namun berdasarkan kelas akademik dan kelas atletik, mencampurkan si kaya dan si miskin dalam kelas yang sama.

Tetapi orang-orang kelas menengah ke atas tidak ingin anak-anak mereka mendapatkan perlakuan yang sama dengan orang-orang kelas bawah. Jadi, jika di kelas biasa terdapat dua pendingin ruangan, maka orang tua mereka akan menaruh pendingin di setiap sudut kelas tempat anak mereka berlajar. Jika WISH memberikan lapangan outdoor untuk semua murid, maka orang tua murid kalangan menengah atas yang tidak ingin anak-anak mereka kepanasan, membangun gedung olahraga dengan dana mereka sendiri. Hingga berujung pada orang tua murid yang ingin WISH memisahkan murid mereka berdasarkan status sosial hingga sekarang. Apa lagi saat itu WISH masih dipimpin oleh seseorang yang masih memegang teguh perbedaan sosial. Pembagian kelas tersebut berlaku hingga sekarang.

Jujur, bagi mereka yang berada di golongan bawah lebih nyaman memiliki teman-teman sekelas yang berbagi takdir yang sama. Mereka akan tertekan jika berada di antara kelas atas dan menjadi bahan bully-an, meski sekarang sudah ada sanksi tegas akan hal itu.

WISH tidak bisa untuk mengatakan tidak jika menyangkut sarana dan prasarana, namun jika itu adalah masalah nilai, maka WISH tidak akan pernah pandang bulu. WISH memiliki standar yang tinggi, banyak siswa keluarga kaya yang bermodal uang akhirnya menyerah dan pindah sekolah karena tidak sanggup mengikuti pelajaran WISH sendiri.

Blue Evander masih tidak terima, ia berjalan melewati Yui menuju ketua kelas mereka, bahunya menyenggol seorang pria dari kelas mereka dengan sengaja dan membersihkan bahunya seolah ia baru saja mengenai seonggok debu. “Ah, ah. Aku tidak mengerti kenapa WISH bisa membiarkan kutu-kutu seperti kalian bersekolah di sini. Kau tidak mengerti bahasa manusia, mata empat?” 

Mika langsung maju kedepan, berdiri tepat di depan Evander, dari tempatnya berdiri, ketua kelas jauh lebih kecil dari pemuda Blue, bukan hanya dari segi kekuasaan, namun fisik mereka juga sudah jauh.

“Kau hanya seorang wanita namun kau menantangku seperti ini. Hei, hei, hanya karena kau ketua kelas dari para pecundang ini, bukan berarti kau bisa berdiri di depanku begitu saja. Seharusnya kau berlutut atau bersujud padaku, seperti leluhurmu." Evander menyeringai, "Dasar, inilah sebabnya aku tidak pernah ingin berada di sekolah yang sama dengan oang-orang kelas bawah seperti kalian.”

Wajah ketua kelas memerah, sangat kesal dan marah. Jika ia mau, ia bisa mematahkan tangan Evander karena Mika ahli dalam bela diri, namun Yui menghentikannya sebelum terjadi, karena tidak perduli siapa yang salah, jika terjadi pertengkaran akan berbuntut panjang.

Ketua kelas B itu tertawa seperti orang kerasukan. Mungkin ia masih sanggup untuk menghentikan ketua kelas mereka yang mengamuk, namun jika semua teman sekelasnya mengamuk, Zhu Yui tidak jamin bisa menghentikan perkelahian.

“Hei, hei, temanmu mengerti dengan baik.” sebenarnya ini bukan pengalaman pertamanya mendapat perlakuan seperti ini, mungkin banyak dari mereka yang sudah merasakan bagaimana kelas sosial menjadikan mereka terlihat begitu buruk, tetapi berkelahi di lingkungan sekolah juga tidak baik.

“Mika, jangan hiraukan dia, abaikan saja.”

“Oh… baguslah kalau kalian ingin melarikan diri. Kabur sana, para pecundang.” Zhu Yui menulikan telinga, ia memberi lirikkan pada teman-temannya yang lain untuk membawa ketua kelas mereka pergi. Menjauh dari orang gila yang kurang kerjaan.

“Kau!"

“Apa?! kau ingin menantang?” ah.. ini tidak akan berkahir baik. Jika guru mengetahui ini maka Mika akan mendapat masalah. Yui menarik lengan Mika dengan kuat, berharap temannya yang satu itu segera bergerak.

“Blue Evander, kau bisa memakai gedung olah raga.” karena suasana yang semakin tegang, Yui sampai tidak memperhatikan sekelompok pemuda lainnya yang menuju ke arah mereka. Saat mereka semua serentak menoleh, pemuda tinggi tampan dengan jaket olah raga yang tidak terkancing sudah menatap Evander dengan matanya yang tajam.

“Eh, siapa…?” bisik Yui pelan. Vallery yang berdiri di dekatnya menjawab, “Kau tidak tahu Avery Aiden?” gelengan Yui membuat tangan Vallery gatal untuk memukul.

Callme_Kiira

Terimakasih untuk pembaca yang sudah berkunjung :) Silahkan tinggalkan masukan atau semangat untuk author di kolom komentar ya.... Dan jika anda suka, boleh vote cerita ini :)

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status