“Yui.”
“Yui!”
Zhu Yui tersentak, ia menggenggam sapu tangan lembut di tangannya, memberikannya kepada presdir muda yang tidak lepas memandanginya. Freya menunggunya dari jauh sambil berulang kali memanggil Yui yang akhirnya membungkuk sopan kepada presdir sebelum pergi bersama dua rekan kerjanya.
Yui tidak lagi menoleh, masih banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan. “Oh, presdir masih memperhatikanmu, apa kau sudah melakukan hal yang membuatnya marah?” Yui menggeleng, berdalih jika ia hanya membantu presdir mengambil sapu tangannya yang jatuh. Dua wanita itu tidak lagi banyak bertanya, sebagai anggota yang terkenal dengan berita terbaru dan ter-update, Freya beserta Reese sibuk menggosipkan salah satu petinggi perusahaan yang memiliki hubungan gelap dengan salah satu karyawannya.
Yui tidak memperhatikan, pikirannya terbang jauh entah kemana.
Zhu Yui keluar dari gedung perusahaan Future pada pukul tujuh malam. Jam kerja di perusahaan biasanya berakhir pukul lima sore, tetapi tidak dipungkiri jika pekerjaan akan menghabiskan lebih banyak waktu hingga malam hari.
Tidak banyak karyawan yang tersisa ketika Yui pulang. “Oh, Yui.. kau sudah selesai?” tanya Freya. Yui mengangguk.
“Hua.. ini sudah jam tujuh malam! Aku ada kencan malam ini!” suara ketikan menjadi lebih cepat dari komputer Freya yang masih hidup.
“Kalau begitu aku duluan, Freya!”
“Ok, Yuiyui! Sampai bertemu besok!” Yui tersenyum dan pergi dari sana.
Yui berjalan menuju stasiun kereta dengan kepala tertunduk. Ia merapatkan jaket sederhana di tubuhnya di saat angin malam membawa udara dingin yang menusuk. Genggaman tasnya lebih erat dari biasanya.
Malam masih belum larut, orang-orang berjalan melewati jalan silih berganti, namun untungnya ini bukanlah jam sibuk. Ada yang sendiri, ada yang berpasangan, ada yang asik mengobrol dengan teman mereka, membicarakan hal yang hanya mereka yang tahu.
Sesampainya di stasiun, tidak perlu menunggu terlalu lama sebelum kereta datang. Di dalam kereta tidak begitu ramai. Masih ada beberapa kursi yang kosong. Yui menyamankan duduknya. Di depannya, seorang anak yang terlihat berumur kurang dari setahun memandanginya dengan mata bulat yang cantik. Yui tersenyum sedangkan anak itu hanya menatapnya tanpa berkedip.
Ia menarik napas. Hari ini pekerjaan lebih berat dari hari sebelumnya, atau hari-hari sebelumnya. Hal yang membuat pekerjaannya menjadi terasa lebih berat adalah pertemuannya dengan Avery Aiden.
Pertemuannya dengan Aiden tadi siang banyak sedikit mengganggu isi kepalanya. Ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri untuk berpikir bahwa pertemuan dengan Aiden bukan apa-apa, hanya seperti bertemu orang asing yang tidak akan lagi pernah ia temui di masa depan.
Lalu apa masalahnya jika Aiden adalah presdir Future— tempat ia bekerja? Sejak dulu semua orang tahu bagaimana masa depan Aiden akan berakhir, ia adalah pria kelas AA. Hanya karena dia adalah seorang kapten tim baseball yang berhasil mengantar sekolah mereka mendapatkan gelar juara nasional, bukan berarti Aiden akan banting stir beralih profesi sebagai pemain baseball. Itu hanya sekedar hobby baginya.
Jalannya sudah ditentukan sejak awal. Seorang pemimpin, Aiden selalu cocok penjadi seorang pemimpin.
Lalu apa yang membuat perasaannya tidak nyaman? Dia baik-baik saja selama ini. Mereka berakhir dengan baik, mereka berpisah dengan baik.
Tetapi, siapa yang ia bohongi? Perasaannya menjadi campur aduk setelah bertemu Aiden kembali setelah delapan tahun. Sama seperti perasaan yang ia rasakan di saat mereka berpisah delapan tahun yang lalu.
Suara pemberitahuan menyadarkan Yui, ia akan turun di pemberhentian selanjutnya. Apartemen sederhana yang ia kontrak tidak jauh dari stasiun. Yui berhenti untuk membeli bahan makanan. Cadangan bahan makanannya sudah mulai habis. Yui membeli bahan makanan untuk tiga hari ke depan. Malam ini Yui ingin memasak sesuatu untuk makan malamnya.
Sepulangnya dari sana, Yui memasuki bangunan sederhana. Sambil membawa barang belanjaan yang cukup berat, ia berjalan menaiki tangga yang sudah tua.
“Oh, Yui! Apa kau sudah makan malam? bibi punya sup daging hangat untukmu!” di bagian bawah apartemennya, terdapat sebuah toko kecil milik bibi Wu. Bibi Wu tinggal dengan putranya yang bersekolah di sebuah universitas ternama di kota B yang pulang pada akhir pekan. Mereka hanya hidup berdua setelah suami bibi Wu meninggal tiga tahun yang lalu.
Di hari pertama pindah, bibi Wu banyak membantunya, bibi tua yang hampir semua rambutnya mulai putih juga sering memberi makanan untuknya. Gedung apartemen sederhana mereka berisi orang-orang yang baik.
Yui memasuki apartemennya yang gelap dan sepi. Setelah merapikan barang belanjaan miliknya, ia kembali ke lantai bawah. Sup daging yang mengepul membuat perutnya semakin lapar. Setelah mengucapkan terima kasih, Yui kembali ke dalam apartemennya di lantai atas. Ia makan dengan lahap. Setiap suapan yang masuk ke dalam mulutnya mengingatkannya kepada sang ibu.
Setelah itu ia hanya merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, ia akan mengembalikan mangkuk sup bibi Wu besok pagi sebelum pergi bekerja. Tubuhnya lelah, pikirannya juga. Ia ingin tidur, tetapi kepalanya malah kembali memutar adegan tadi siang.
Tidak banyak yang berubah dari Aiden setelah delapan tahun, wajahnya, matanya masih terlihat sama. Hal yang membedakan hanyalah fitur anak remaja yang telah berganti dengan pria dewasa yang mapan. Rambutnya tidak lagi menutupi keningnya seperti saat SMA, matanya menjadi lebih tajam. Jika dulu ia sering memuji Aiden dengan wajah tampannya yang manis, sekarang wajah rupawan Aiden meneriakan aura dewasa.
Yui menggelengkan kepalanya. Stupid Yui! Kenapa kau malah memikirkan Aiden? Dia adalah boss-mu! Meskipun dia masih mengingatmu setelah bertahun-tahun, itu karena kau mengganggu hidupnya selama dua tahun tanpa henti! Jangankan Aiden, seluruh siswa Wish juga tidak akan melupakan gadis kelas bawah gila yang mengejar pria kelas AA tanpa rasa malu!
Yui tersenyum. Masa sekolahnya yang berkesan dan memiliki banyak kenangan. Apa kabar semua teman-temannya sekarang? Vallery, Tsuyo, dan Mika. Apa mereka baik-baik saja? Sejak nomor ponselnya berganti, ia kehilangan kontak dengan semua orang. Mungkin ia akan mencoba menghubungi Mika di akun media sosialnya, siapa tahu mereka bisa mengadakan pertemuan dan berkumpul bersama di masa depan.
Karena tidak bisa tidur, Yui bangun untuk membersihkan ruangan kecilnya yang sederhana. Ia mengumpulkan seluruh pakaian kotor dan mencucinya. Membersihkan seluruh sudut ruangan dan merapikan buku-buku yang berantakan. Ketika membersihkan laci kecil di mejanya, ia tidak sengaja menemukan sebuah kotak berwarna abu-abu yang dihiasi dengan pita berwarna silver.
Yui berusaha menggali ingatannya mengenai kotak itu, atau sejak kapan ia memiliki kotak itu. Lihatlah debu yang ada di atasnya, menandakan ia sudah lama tidak membersihkannya. Mungkin saat pindah beberapa hari lalu ia asal meletakkan benda itu di dalam laci.
Yui membawa tangannya untuk membuka kotak abu-abu. Pandangan matanya menjadi sendu melihat kumpulan-kumpulan poto di dalam kotak. Sebuah poto dirinya yang menggunakan pakaian olah raga baby blue sambil memegang sertifikat beserta memamerkan mendali tersenyum cerah ke arah kamera, di balik poto terdapat coretan kecil.
‘Juara pertama lari turnamen olah raga antar kelas. Kelas 2 WISH’
‘Olimpiade Science musim dingin. Kelas 2’
Yui dan Mika menggunakan blazer musim dingin baby blue tebal berlogo WISH di tengah hamparan salju yang putih. Mika dengan medali emasnya, sedangkan Yui dengan medali perak di lehernya. Di belakang mereka, gedung besar yang di pasangi sepanduk yang bertulisan, ‘Olimpiade Science Musim Dingin Nasional Antar SMA’ berdiri kokoh.
‘Festival kelas 1’
Tsuyo yang masuk begitu saja ke dalam kelas mereka di tarik keluar oleh Vallery dan Mika. Mereka mencurigainya sebagai mata-mata.
'Pembukaan Turnamen Olahraga Nasional antar SMA — kelas 2’
Ini adalah poto pembukaan turnamen olah raga nasional yang di selenggarakan di stadion kota. Hampir seluruh klub olahraga beserta atlet WISH berhasil menjadi juara provinsi yang berlanjut ke tingkat nasional.
‘Turnamen Voli putri antar SMA. Selamat Vallery!’
Vallery mengangkat piala, gadis itu tersenyum bahagia bersama anggota timnya. Itu pertama kalinya tim voli putri mereka menjuarai turnamen nasional. Biasanya mereka hanya mampu sampai di semifinal.
‘Foto untuk website sekolah, klub menjahit’
Siapa bilang klub menjahit hanya diisi oleh para gadis? Ketua klub menjahit adalah seorang pria tinggi berkaca mata nan serius! Itu adalah judul yang ia buat di website sekolah. Lalu di bawahnya adalah poto seorang pemuda yang mengajari Mika cara menjahit.
Jika tidak salah ketua klub menjahit selalu memarahi Mika. Jika Mika tidak bisa membuat satu sulaman, mereka tidak boleh mengambil poto atau membuat postingan web tentang klub mereka.
‘Avery Aiden. Juara pertama lari antar kelas 2’
Itu adalah poto pertama Aiden yang ia ambil. Di bawah cahaya pagi musim semi, Aiden muda berhasil mendahului lawannya, menjadikan kelas A sebagai pemenang.
‘Final Baseball. Turnamen olah raga nasional antar SMA peringkat ke-2. Tahun depan kita akan mengembalikan piala itu pulang!’
Setelah melewatkan pertandingan olahraga baseball di kelas satu, akhirnya di kelas dua, untuk pertama kalinya Yui mengikuti setiap pertandingan baseball nasional antar SMA. Mereka berhasil melewati babak penyisihan daerah dan menjadi perwakilan provinsi. Setelah itu di tingkat nasional, tim baseball mereka berhasil masuk final melawan Youth International High School yang merupakan rival abadi sekolah.’ Setelah melewati delapan inning, pertandingan memiliki skor 0-0, masih belum ada yang berhasil mencetak satu angkapun. Lalu di inning sembilan bawah, saat tim lawan menyerang, dua out, base kosong. Mereka hanya perlu satu out lagi utuk bisa menyerang di inning tambahan, namun tim lawan berhasil mencetak angka setelah memukul bola melesat jauh ke luar lapangan. Sebuah home run satu angka yang membawa mereka sebagai juara nasional, sedangkan WISH harus berakhir dengan kekalahan.
Setelah mengenal Aiden selama beberapa bulan, itu adalah kali pertama Yui melihat Aiden sedih. Hari itu, Yui merasa ingin menangis ketika memposting kekalahan mereka di website sekolah.
Begitu banyak pto-poto yang ia punya. Kamera yang ia gunakan untuk menangkap setiap moment itu juga berada di sana. Tergeletak. Meskipun kotak itu sudah berdebu, tetapi kameranya tidak begitu kotor.
Setiap poto yang ia lihat, ingatan-ingatan itu akan berputar begitu saja di dalam kepalanya. Padahal selama delapan tahun ini, setiap kenangan di masa sekolah hanya seperti bayang-bayang yang kabur baginya. Jangankan kejadian delapan tahun yang lalu, kejadian tiga tahun yang lalu tidak lagi Yui ingat dengan jelas.
Tetapi hanya karen poto-poto ini, setiap ingatan itu tidak lagi terasa seperti gambar-gambar buram di ingatannya, melainkan menjadi sangat jelas seolah kejadian itu baru saja ia alami kemarin.
Senyuman mereka, tawa mereka, tangis mereka. Menjadi begitu jelas.
Hingga sebuah poto yang menampilkan potret dirinya dan Aiden yang berdiri di podium yang sama. Di leher mereka terkalung medali emas. Yui memegang sertifikatnya dengan sebelah tangan, tangan lainnya membentuk pose V di depan wajah, di sebelahnya Avery Aiden berdiri seperti patung, keningnya berkerut dengan kepala yang melihat kepada Yui, dari setengah wajahnya yang tertangkap kamera, sepertinya Ia bingung dengan tingkah Yui. Yui dengan pakaian olah raga baby blue nya dan Aiden dengan pakaian oleh raga navy blue miliknya.
Mereka berdiri di podium yang sama. Terlihat tidak ada yang salah, namun siapa yang bisa mengelak, bahkan hanya dari pakaian yang mereka gunakan, menunjukkan bahwa mereka berasal dari dua sisi yang berbeda.
Yui sudah mengenal Aiden selama kurang lebih setahun. Ia pertama kali ‘bertemu’ dengan Aiden adalah saat turnamen di kelas 2, Aiden yang membantunya dan Yui, wanita yang selama ini belum pernah jatuh cinta tiba-tiba saja merasakan seluruh dunianya berputar mengelilingi Aiden. Cinta pada pandangan pertama— itu yang Vallery katakan padanya setelah lelah mendengarkan cerita yang sama darinya berulang kali. Hari itu, Yui memberanikan dirinya untuk pergi ke kelas 2-A, dengan tangan yang menggenggam bag yang di dalamnya terdapat baju oleha raga navy blue milik Aiden, seragam baby blue yang ia kenakan terlihat sangat mencolok dari kumpulan navy blue yang bergerombol di lorong. Cerita mereka hari itu sama, tentang Daisy yang mendapatkan hukuman tegas dari sekolah, skors selama seminggu, tidak ada satupun yang tidak mendengar berita tersebut. Lalu kehadiran Yui di lantai kelas A berada, membuat dirinya sebagai pusat perhatian. Ada yang bertanya, ada yang heran, malah ada yang hanya melihatny
Pagi hari di musim semi nyatanya masih cukup dingin hingga ia menjaga tangannya tetap hangat di dalam jaket baby blue yang ia kenakan. Yui menatap jauh pada matahari yang baru saja terbit, ia hanya berharap bahaya dari matahari itu dapat menghilangkan rasa dingin yang telah menggerogotinya sejak ia berdiri di sana. Di lapangan baseball yang luas. Bola kotor di sudut lapangan seperti di abaikan sebelum seseorang mengambilnya. Suara langkah kaki dan teriakan sekumpulan siswa laki-laki terdenagr dari tempatnya berdiri, mereka sedang berlari di tengah dinginnya pagi, namun begitu, peluh masih masih membasahi para anak muda tersebut. Sejak mengenal Aiden, lapangan baseball sekolah yang tidak ia ketahui keberadaannya menjadi salah satu tempat rutin yang wajib ia kunjungi setiap hari, ia akan berdiri di sisi lapangan, menyaksikan latihan para calon atlet berlatih, tujuan awalnya tentu saja melihat Aiden, namun lama kelamaan, ia malah semakin tertarik dengan baseball itu sendiri. Akan tetap
Saat memasuki jam sarapan, Yui kembali ke kelas dengan membawa roti dan beberapa bekal yang sudah ia persiapkan. Di kelas 3-X, hampir semua murid akademik sudah berada di kelas, sedangkan para murid atletik, hanya Vallery yang sudah duduk dengan cantik di kursinya. “Hey Yui, kau kemana?” salah satu teman sekelasnya bertanya, “aku dari lapangan baseball.” “Melihat Aiden? Kau sangat sial kalau begitu, tadi si kepala botak datang, dia hanya duduk di sana selama 15 menit, dia datang tanpa suara dan pergi juga tanpa mengatakan apapun. Aku rasa dia sedang memeriksa murid mana yang melewatkan pelajaran mandiri di pagi hari.” “Apa kau pikir aku akan membahayakan beasiswaku untuk Aiden?” tanya Yui seraya mengangkat satu alisnya, gadis berkacamata mengangguk, “kau melakukan semuanya untuk Aiden, hingga rela disebut wanita gila.” Alis Yui berkerut, “apa aku separah itu?” “Sangat parah,” timpal Mika yang matanya tidak lepas dari buku bahasa inggris tebal yang ia baca, padahal tadi dia seperti
‘Shine Bright Like A Diamond, tim baseball putra Weilai International High School akan membawa piala itu tahun ini!’ ‘Setelah kekalahan yang diterima oleh tim baseball putra tahun lalu, sekarang tim ini bangkit dengan membawa para atlet yang siap bersinar dengan terang, bukan hanya di masa sekolahnya, mereka juga berjanji untuk menjadi pemain yang bersinar di kancah internasional. Seperti kapten tim baseball putra, Avery Aiden yang merupakan salah satu berlian berharga tim. “Aku merasa lebih tenang saat menyerahkan tim di bawah kepemimpnan Aiden sebagai kapten. Setelah murid kelas tiga pensiun.” adalah pernyataan sang pelatih saat di tanya tentang pilihannya yang jatuh pada Aiden sebagai kapten, bukan hanya kapten, namun Avery Aiden juga bertanggung jawab sebagai clean up, yang mana dia juga bertugas sebagai pencetak angka untuk tim. Selain Avery Aiden, tim yang sekarang juga diisi oleh para pemain yang juga menarik perhatian tahun lalu, salah satunya adalah Blue Evander yang sekara
“Postinganmu yang sudah mendapatkan banyak view sekarang menjadi topik terhangat setelah Aiden tiba-tiba muncul. Biasanya dia tidak pernah keluar dari gua tempatnya bersembunyi, sekalinya muncul, langsung heboh.”“Dari ribuan komentar yang ada, 70% adalah tanggapan dari komentar Aiden.”“Dan dari 70% itu, mereka semua memuji kehebatan Aiden.”Di hari sabtu pagi, walaupun tidak ada proses belajar mengajar, namun kantin masih cukup ramai oleh para murid. Tidak banyak yang memilih untuk pulang ke rumah mereka, karena sebagian besar yang tinggal di asrama adalah anak-anak dari kelas bawah dan berasal dari kota yang cukup jauh, memilih untuk pulang hanya akan menghabiskan waktu di perjalanan dan uang.Meskipun seharusnya mereka bisa lebih santai, beberapa murid masih terlihat dengan buku-buku tebal sambil berjalan bergerombol menuju perpustakaan. Tidak ubahnya dengan Mika dengan tumpukan buku di sebelah makananannya, Vallery
Sesampainya di tempat pertandingan, Mika dan Yui berpisah dengan tim baseball dan akan kembali bersama-sama setelah pertandingan selesai. Di akhir minggu, pertandingan uji coba seperti ini ternyata masih memiliki banyak penonton apalagi salah satunya yang bertanding adalah WISH yang terkenal dengan timnya yang digadang-gadang menjadi salah satu unggulan dalam setiap tahunnya.Yui mencari tempat yang strategis di antara penonton yang sudah ramai. Sebagian besar penonton adalah murid dari WISH yang juga memanfaatkan akhir pekan mereka dengan baik, namun tidak menutup kemungkinan pula jika hari itu murid dari sekolah lain juga banyak yang datang, baik dalam melihat kemampuan tim baseball mereka yang baru maupun untuk melihat orang-orang tertentu, seperti Aiden.Tidak hayal bahkan ada sekelompok gadis yang telah mengambil tempat mereka sendiri di tribun, mereka bahkan membawa papan nama Aiden, apa mereka pikir sedang menonton konser Idol K-Pop?Mika beserta Yui sudah berusaha mencari temp
Di minggu pagi, angin musim dingin sekarang tidak mengganggu Yui lagi, ia sudah mulai terbiasa untuk bangun pagi, bersiap-siap dan bergegas ke lapangan baseball, ia melewati pagar pembatas yang dulu tidak pernah ia lewati, suara para anggota yang sudah sesemangat ini di pagi hari juga membuat Yui menjadi bersemangat. Ia membantu para manager tim yang membawa minuman dan sarapan mereka, karena ini adalah hari minggu, biasanya anggota klub selalu sarapan di lapangan.Yui mencatat beberapa hal di buku catatannya dan mengambil beberapa gambar untuk update hari ini, setelah itu ia membuka buku pelajarannya dan membaca untuk beberapa menit. Bagaimanapun ia tidak boleh mengabaikan pelajarannya karena kegiatan klub.Saura tawa Hinode lebih keras pagi ini dari pada pagi-pagi sebelumnya, ia sedang membicarakan sesuatu dengan Aiden, sebuah tanda tanya muncu di kepala Yui, apa Aiden dan Hinode memang sedekat ini sebelumnya?“Yo, Yuiyui.” Hinode berlari ke arahny
Di akhir musim dingin, udara sudah tidak dingin lagi. Zhu Yui, yang namanya sudah terkenal dari kalangan murid kelas satu A higga kelas tiga Z sedang menopang wajahnya seraya membaca buku matematika tebal di dalam kelas X, sekarang dia benar-benar merasakan sendiri apa itu ‘waktu berjalan dengan cepat’ musim semi akan segera berakhir hingga tanpa mereka sadari musim panas sudah di depan mata. Dengan semua musim yang telah ia lalui dalam mendekati Avery Aiden, hubungan mereka dari orang asing hanya berkembang ke tahap teman, itupun bukan teman yang selalu bersama setiap hari. Sepertinya usahanya kurang keras, atau cara pendekatannya yang salah. Walaupun mereka selalu bertemu setiap hari di lapangan, Yui tidak ingin menggagu Aiden dengan terus menempelinya seperti penyakit. Yui ingin profesional dengan tugasnya dan Aiden terliaht begitu serius dengan pertandingan yang akan datang. “Kau bisa mendekati Aiden setelah pertandingan berakhir dan dia pensiun dari klub.” Valle