Share

Cinta yang Disadari Usai Bercerai
Cinta yang Disadari Usai Bercerai
Penulis: Rina Novita

Bab 1. Sejuta Rasa

Penulis: Rina Novita
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sebuah gedung perkantoran di kota Jakarta. Tepat di lantai dua puluh lima, seorang pria tampan dengan wajah tegas berwibawa, menggeser tombol hijau dengan jari telunjuknya yang kokoh, saat mendengar nada panggilan pada ponselnya.

"Farhan, Istrimu akan melahirkan!'

Tubuh pria bernama Farhan itu menegang mendengar kabar yang baru saja dia dengar. Ponsel di tangannya nyaris jatuh saat mendengar suara ibu mertuanya dari seberang sana.

"Iy-iyaa, Bu. Farhan segera pulang. Dira dibawa ke rumah sakit mana, Bu?"

"Rumah sakit Kasih Bunda, Nak."

Setelah menutup panggilan telphon dari Bu Ani-mertuanya, Farhan bergegas mengambil kunci mobil di laci meja kerja, meraih jas di sandaran kursi, kemudian melesat keluar dari ruangannya dan setengah berlari hendak memasuki lift khusus yang menuju lobby.

"Tunda semua jadwalku hari ini! Istriku melahirkan."

Sang sekretaris tak sempat menjawab, hanya bisa ternganga melihat atasannya, Farhan Adiguna, melangkah sangat cepat dan berlalu begitu saja di depannya.

Setengah berlari, Farhan menghampiri mobilnya di area parkir khusus direksi yang berada tak jauh dari lobby utama. Pria berdarah Minang campur Jerman itu bergegas masuk dan melajukan mobilnya.

Sepanjang jalan tak henti-hentinya dia berdoa untuk keselamatan istri dan anaknya. Entah kenapa dia merasa aneh dengan perasaannya saat ini. Kenapa dia sangat mencemaskan Dira? Wanita yang terpaksa dia nikahi tanpa cinta sejak setahun yang lalu. Waktu itu Farhan hanya tak ingin mengecewakan bundanya yang sudah tua, hingga dia terpaksa menerima perjodohan ini. Dia tak pernah menyangka Bundanya telah melamar Dira pada Bu Ani di kampung tanpa sepengetahuannya.

Setelah melewati kemacetan dan perjalanan yang cukup melelahkan, Farhan tiba di area parkir Rumah Sakit bersalin Kasih Bunda. Sesuai petunjuk dari ibu mertuanya, Farhan langsung menuju ruang bersalin yang bersebelahan dengan Unit Gawat Darurat (UGD).

Farhan semakin mempercepat langkahnya ketika melihat ruangan bertuliskan 'Kamar Bersalin' dari kejauhan. Bu Ani yang sudah menunggunya sejak tadi telah berdiri di depan pintu masuk Kamar bersalin.

"Masuklah, Nak. Adzankan anakmu!" Wajah wanita paruh baya itu nampak sangat bahagia saat menantunya mencium tangannya.

Farhan hanya mengangguk dan bergegas masuk melewati pintu kaca ruang khusus bersalin ini.

Setetes embun menetes dari sudut netra tajam milik laki-laki berahang kokoh itu ketika melihat Nadira terbaring lemah. Di sampingnya seorang bayi merah nan mungil menggeliat seraya menggerak-gerakkan tangannya.

"Anakku ..." lirihnya dengan suara bergetar.

Nadira mengangguk lemah namun dia berusaha untuk tetap tersenyum memperlihatkan lesung pipitnya.

"Anak kita perempuan, Uda." Suara Nadira sangat lemah. Namun aura kebahagiaan terpancar di wajah ovalnya yang cantik.

"Andai saja Bunda masih hidup, pasti beliau senang. Bunda sangat ingin sekali cucu perempuan," lanjut wanita berkulit kuning langsat itu.

Kali ini bulir bening mengalir dari mata Nadira. Seorang wanita Minang yang dengan ikhlas menerima perjodohan dari orang tuanya setahun yang lalu. Walaupun dia tahu Farhan tidak pernah mencintainya, hingga hari ini.

Dengan hati-hati Farhan menggendong bayi mungil itu dan mengadzankannya dengan berlinang air mata. Kemudian setelahnya, kembali meletakkan bayi cantik itu tepat di samping Nadira.

"Dia akan tetap menjadi anakmu, Uda Farhan. Sampai kapanpun dia adalah anakmu. Kamulah nanti yang akan menjadi walinya ketika dia menikah kelak."

Farhan mengernyitkan dahi tak mengerti apa maksud perkataan Nadira barusan.

"Apa maksudmu, Dira? Kenapa kamu berkata begitu?"

"Uda Farhan tak perlu khawatir. Aku tidak akan melanggar perjanjian yang telah kita sepakati. Aku ikhlas menerima perjanjian itu." Parau suara Dira, tubuhnya bergetar. Sungguh sebenarnya terasa begitu berat mengucapkan apa yang baru saja dia katakan.

Sontak Farhan terdiam. Napasnya tiba-tiba sesak. Mengingat perjanjian yang telah dia buat sendiri delapan bulan yang lalu, persis beberapa hari setelah kepergian Bunda untuk selama-lamanya. Ketika itu, dia memaksa Nadira untuk menandatangani surat perjanjian itu.

Kini, entah kenapa Farhan justru hampir lupa dengan surat itu.

"Nantilah kita bicarakan itu. Tunggulah sampai anak kita berumur tiga bulan." Ucapan itu terlontar begitu saja dari mulut Farhan. Entah kenapa saat ini dia tak ingin membahasnya. Padahal dulu hampir setiap hari Farhan mengingatkan tentang isi surat itu pada Nadira.

"Tidak usah repot-repot mengurusku. Kamu tidak akan mengerti kebutuhanku yang sudah terbiasa tinggal di kota. Aku sudah biasa mengurus diriku sendiri. Jangan bikin Aku tergantung denganmu, akan repot jadinya jika Kita telah bercerai nanti."

"Uruslah dirimu sendiri, tak usah hiraukan Aku. Pernikahan kita ini hanya sementara. Jangan sampai ada perasaan apapun diantara kita."

Kata-kata Farhan itu yang selalu memenuhi kepala Nadira setiap hari. Hingga mau tak mau wanita itu mulai mempersiapkan hati dan jiwanya jika kelak Farhan menceraikannya.

Namun, walau selalu dilarang, Nadira tetap menjalankan kewajibannya mengurus dan melayani suaminya setiap hari. Karena itu yang diajarkan oleh ibunya.

"Tak perlu Uda menunggu sampai tiga bulan. Bukankah Uda sudah menanti waktu itu cukup lama? Aku tidak pernah keberatan jika sewaktu-waktu uda datang menengok anak kita."

Sesak sudah napas Farhan mendengar penuturan Nadira. Entah kenapa sekarang justru hatinya terasa nyeri mendengar Nadira membahas tentang perjanjian itu.

Farhan bergeming.

Tiba-tiba ponselnya bergetar. Ada sebuah pesan masuk dari nomor yang sudah tak asing lagi baginya.

[ Sayang, kamu di mana? Aku kangen. Bisa ketemu di tempat biasa?)

Farhan hanya membaca pesan itu, kemudian menutupnya kembali. Entah mengapa, rasanya enggan untuk membalas. Ada apa dengan dirinya? Seharusnya dia bahagia ketika mendapat pesan dari Erika, wanita yang sejak lama menjadi kekasihnya, jauh sebelum menikah dengan Nadira.

"Jika Uda harus kembali ke kantor, silakan!' ucap Nadira dengan merasakan nyeri di dadanya, lalu membuang pandangannya ke langit-langit kamar bersalin ini.

Kedua kaki Farhan seakan berat untuk melangkah. Seakan terpaku, dia tetap berdiri di samping ranjang Nadira. Menatap wajah wanita yang sekarang telah menjadi ibu dari anaknya.

Baru kali ini Farhan menatap wajah Dira dengan sejuta rasa yang dia sendiri tak paham. Entah kenapa kali ini enggan rasanya berpaling dari wajah cantik bermata teduh yang nampak kelelahan itu.

Sementara Nadira merasakan keanehan yang terjadi pada suaminya. Hingga membuatnya tak berani bertemu mata dengan Farhan.

"Permisi, Bu Nadira. Bayinya saya bawa ke ruang bayi dulu, agar ibunya bisa dipindahkan ke ruang rawat." Seorang perawat tiba-tiba masuk dan membawa bayi Nadira keluar.

Keduanya mengangguk. beberapa saat kemudian mereka kembali canggung dan tak banyak bicara.

Selama ini Farhan memang sangat jarang berbincang dengan Nadira. Dari sejak awal menikah, mereka bicara hanya seperlunya saja.

Hingga ingatannya kembali pada kejadian setahun yang lalu. Saat dirinya terpaksa menikah dengan wanita yang kini berada di hadapannya.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kayak orang syiah aja pake perjanjian kontrak nikah. hanya orang syiah yg diputus berapa lama pernikahan itu akan berlangsung
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
terpaksa menikahi dan ga cinta tapi kok hamil
goodnovel comment avatar
Aniek Oktari Keman
akhirnya yg di tunggu2 dateng jg ni cerita .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 2. Baralek Gadang

    Setahun yang lalu "Bunda ini sudah tua, Farhan. Bunda ingin menyaksikan kamu menikah sebelum ajal menjemput. Pulanglah! Menikahlah dengan gadis pilihan Bunda. Nadira gadis yang baik dan pintar. Bunda yakin dia akan menjadi istri yang baik untukmu." Farhan tak kuasa menolak permintaan Bundanya. Hanya Bunda yang dia miliki satu-satunya di dunia ini. "Bunda ingin kamu sering-sering pulang ke kampung, makanya kamu bunda nikahkan dengan gadis sekampung dengan kita." Walau dengan terpaksa, Farhan tetap menerima perjodohan ini. Sejak dulu, Bunda memang tak menyetujui hubungannya dengan Erika, wanita modern yang sudah terbiasa hidup mewah di Jakarta. Erika itu bukan orang Minang, itu alasan Bunda. "Jika kamu tidak menikah dengan orang Minang, selamanya kamu akan lupa dengan kampung halaman kita," Entah kenapa pikiran Bunda sangat kolot di jaman digital ini. Namun Farhan tak mampu menolak. Dia sangat menyayangi Bundanya. Walau sebenarnya dia pun tak tega melihat Erika yang terus menangi

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Ban 3. Hati yang Menghangat

    Sudah tiga hari Nadira dirawat di rumah sakit setelah melahirkan, dan hari ini dokter memperbolehkan dia untuk pulang. Setelah menutup laptopnya, Dira menghubungi seseorang lewat ponselnya. "Hallo, Assalamualaikum, Vivi, apa yang Aku minta sudah kamu siapkan?" "Waalaikumsalam, udah beres, Bu Bos. Kapan mau di jemput?" "Tunggu intruksi berikutnya! Aku ingin bicara dulu dengan Uda Farhan." "Udahlah Dira, kamu tinggalin aja suamimu itu. Bisanya cuma nyakitin hatimu aja." Nadira terdiam mendengar ucapan asisten pribadi sekaligus sahabatnya itu. Memang benar kata Vivi. Selama hidup setahun bersama Farhan, hanya sakit yang dia rasakan. Farhan terang-terangan mengatakan bahwa dia punya kekasih dan sama sekali tidak mencintai dirinya. Hampir setiap hari Farhan mengingatkan Dira tentang perjanjian mereka. Walau demikian Nadira dengan ikhlas tetap melayani dan mengurus Farhan dengan baik. Walau berkali-kali suaminya itu melarangnya. Nadira pun teringat saat-saat baru menikah dengan Fa

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 4. Menantu Kebanggaan Ibu

    "Kamu dan Nafa harus pulang ke rumah kita! Berkemaslah, Aku tunggu di luar!" Suara bariton Farhan berucap datar dan dingin. Nadira hanya mematung mendengar perintah suaminya. Sungguh dia tak mengerti dengan jalan pikiran Farhan. Bukankah dulu suaminya itu berkali-kali mengingatkan bahwa setelah dia melahirkan mereka akan bercerai? Nadira menatap punggung tegap itu hingga menghilang di balik pintu. Perlahan dia masukkan pakaiannya ke dalam tas, sambil menanti perawat yang mempersiapkan kepulangannya dan bayi Nafa. "Hendak kemana suamimu, Dira? Sini ibu bantu berkemas!" Bu Ani terheran melihat wajah Nadira yang murung. "Ada apa sebenarnya, Nak?" Wanita berhijab lebar yang tak lagi muda itu menyentuh lengan Nadira karena tak mendengar pertanyaannya. "Eh, ... maaf tadi ibu bilang apa?" Nadira terperangah dan gugup. "Suamimu mau kemana? Tadi ibu lihat dia sedang berjalan di lorong rumah sakit ini. Nampaknya Farhan sedang kesal. Apa kamu sudah membuatnya marah?" Nadira menggeleng.

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 5. Rasa yang Tak Lagi Sama

    Fahran melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi membelah jalan kota jakarta yang akrab dengan kemacetan. Tujuannya kali ini adalah sebuah rumah yang terletak di wilayah menteng. Daerah yang dekat dengan perkantoran dan segitiga emas. Pria beralis tebal itu mengumpat dalam hati karena jalanan mulai tidak lancar. Di tengah kemacetan Farhan mencoba menghubungi seseorang dengan ponselnya. "Hallo, Erika kamu di mana?" "Hai, Sayang. Aku baru sampai rumah," sahut Erika manja dari seberang sana. "Tunggu di situ. Jangan ke mana-mana, sebentar lagi aku datang!" tegas Farhan singkat. "Benarkah? So sweet bangeeet. Akhirnya kamu datang juga. Aku tau kamu pasti kangen sama aku, kan, Sayang?" Erika terpekik saking senangnya. Farhan menutup ponselnya secara sepihak. Dia kembali menambah kecepatan mobilnya saat jalan raya mulai lancar. Hingga Farhan berhenti di depan sebuah rumah mewah berlantai dua. Rumah yang dulu dia beli untuk Erika setahun yang lalu, tepatnya beberapa hari sebelum dia p

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 6. Debaran yang Tak Biasa

    Erika memandang kagum pada bayangan dirinya di cermin. Pagi ini, wanita berkulit putih dengan mata agak sipit itu sengaja berhias dengan penampilan memukau. Dress selutut berwarna peach dengan high heels berwarna senada membuatnya tampil segar dan cantik. Gadis itu berniat hendak membuat kejutan untuk kekasih hatinya. Mobil sport keluaran terbaru telah terparkir cantik di depan rumahnya. Seorang supir pribadi telah siap mengemudi dan membawa Erika ke tempat tujuan. "Ke mana, Non?" Tanya Dipa sang supir pribadi seraya melirik majikannya dari kaca spion dalam mobil ini.. "Kita ke kantor Farhan!" "Baik, siap, Non!" Dipa langsung melajukan mobil ke arah jalan Jendral Sudirman, yang memang tak jauh dari lokasi rumah Erika. Kantor Farhan memang berada di pusat kota Jakarta, diantara gedung-gedung pencakar langit. Perjalanan belum begitu macet, hingga mereka hanya menempuh waktu lima belas menit sudah tiba di area parkir PT. Elang Naga, milik Farhan Adiguna. Erika turun di lobby utama

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 7. Jagalah Hatinya

    Nadira terjaga mendengar tangisan Nafa dari box bayinya. Namun sesuatu yang melingkar diperutnya membuatnya sulit untuk bangkit. Jantung Nadira bedetak cepat saat menyadari sebuah tangan kokoh memeluknya dari belakang. Hembusan napas hangat di belakang lehernya meciptakan desiran hebat di dadanya. "Sejak kapan Uda Farhan tidur di sebelahku?" pikirnya dalam hati. Semalam, setelah mereka berpelukan cukup lama, Farhan masuk ke ruang kerjanya lewat pintu tembus dari kamar mereka, dan tidak kembali hingga Nadira tertidur pulas. Dia mengira , seperti biasanya, Farhan akan tidur di sofa panjang di ruang kerjanya itu sampai pagi. Namun entah kapan suaminya itu kembali dan tertidur di sampingnya. Perlahan Nadira mengangkat tangan kekar yang masih melingkar di perutnya. Namun Tangan itu begitu erat. Tangisan Nafa mulai terdengar kencang. "Uda, maaf! Nafa nangis." Nadira menepuk pelan lengan suaminya. Sontak Farhan terjaga dan melepaskan tangannya. Nadira pun bangkit lalu menghampiri Nafa

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 8. Rencana Erika

    Farhan geram karena sejak kemarin Erika tak henti-hentinya menghubungi ponselnya. Dia sengaja tak mengangkatnya karena seharian kemarin Farhan berada di rumah. Dia tidak mungkin menerima panggilan dari kekasihnya itu saat ada Mamak dan mertuanya di rumah. Pagi-pagi sekali Farhan sudah berangkat ke kantor. Banyak pekerjaan yang tertunda. Beberapa meeting dengan relasi bisnis terpaksa diganti jadwalnya. Semua ini karena keinginan Farhan yang lebih suka berada di rumah akhir-akhir ini. Mobil mercy keluaran terbaru milik Farhan telah terparkir sempurna di area parkir khusus untuknya sebagai CEO. Dengan langkah panjang Farhan berjalan menuju lobby hingga menaiki lift ke ruang kerjanya di lantai dua puluh lima. "Selamat pagi, Pak! " Sekretaris Farhan langsung berdiri menyapa atasannya. "Pagi!, Apa semua berkas sudah di letakkan di meja saya, Dian?" "Sudah,Pak. Satu jam lagi ada rapat dengan semua kepala divisi di ruang meeting." Dian, sang sekretaris membacakan jadwal Farhan hari in

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 9. Teror

    Nadira masih shock melihat foto yang muncul pada layar ponselnya. Namun segera dia tutup ketika Bu Ani hendak mendekatinya. "Ada apa, Dira? tanya Bu Ani penasaran. "Tidak apa-apa, Bu. Hanya orang salah kirim. "Ooo ....Ibu kira ada apa." "Dira ke kamar dulu mau lihat Nafa!" pamit Dira seraya berjalan tanpa menunggu jawaban dari Ibu dan Mamaknya. Nadira menutup pintu kamarnya dan kembali membuka ponselnya. Hatinya semakin terluka melihat foto-foto mesra suaminya dengan wanita lain. Wanita itu sangat cantik dan seksi. Raut wajah Farhan terlihat bahagia merangkul wanita itu. Tanpa di sadarinya genggaman tangannya semakin kuat saat mencengkeram ponsel itu. Tubuhnya luruh ke lantai bersandar pada pintu. Selama ini Nadira tahu kalau suaminya memiliki kekasih jauh sebelum menikahinya. Tapi dia masih bisa bertahan untuk tetap bersama Farhan hingga detik ini. Hampir setiap sepertiga malam Nadira memanjatkan doa untuk kebahagiaan keluarga kecilnya. Namun pertahanan yang dia jaga selama i

Bab terbaru

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 82. CCTV

    "CCTV! Ya, aku belum melihat CCTV itu sampai tuntas," pikir Neil sambil menatap iba pada Tiara. Ada rasa penyesalan yang begitu dalam yang dirasakan Neil saat ini. Tiara banyak berubah. Mantan sekretarisnya yang dulu begitu cekatan, energik dan ceria, kini menjadi lebih pendiam. Bahkan Tiara sangat menderita. "Ini semua karena aku. Aku yang menyebabkan dia seperti ini," sesal Neil dalam hati dengan rasa sesak yang begitu menghimpit. Perlahan ia mendekati Tiara. Namun istrinya itu melangkah mundur. "Tia ... kenapa?" Tiara menggeleng. "Jangan, Pak. Aku nggak pantas lagi jadi istri Bapak." Suara Tiara serak, tubuhnya terduduk di ranjang sambil memeluk kedua kakinya. "Tolong jangan bicara seperti itu!" Dada Neil bergemuruh. Sesaat ia menatap istrinya yang tertunduk dengan pandangan kosong. Setelah menghela napas panjang, ia kembali berbicara. "Ya sudah, kamu istirahat dulu. Setelah aku mandi, kita makan." Dengan langkah berat Neil meninggalkan Tiara dan masuk ke kamar mandi. I

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 81. Trauma

    "Siapkan uang untuk saya sebanyak satu milyar dari uang pribadi Neil!" Suara Erika cukup keras memberikan perintah pada Joe. "M-maksud Bu Erika? M-maaf, Bu, s-saya tidak berani mengeluarkan uang tanpa izin pimpinan." Joe menjawab dengan takut-takut. Ia sangat paham dengan karakter Erika yang tidak mau dibantah. "Hei! Kamu pikir saya siapa? Kamu nggak menghargai saya? Uang Neil itu juga uang saya! Ngerti, kamu?" Nada bicara Erika mulai meninggi. Wanita itu juga menggebrak meja Joe secara spontan hingga mengeluarkan suara yang sangat keras. Joe makin gugup dan gemetar. Erika melotot dengan tatapan penuh amarah padanya. "Siapkan uang itu sekarang juga! Cepaat!" Erika yang sudah panik karena kedatangan para penagih hutang ke rumahnya, membuat emosinya tidak dapat terkontrol. Bagaimanapun caranya, ia harus mendapatkan uang itu hari ini juga. Erika makin gelisah, hingga ia tidak menyadari bahwa seseorang sejak tadi berdiri di depan pintu ruangan itu, memandangnya dengan geram. "Untu

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 80. Dikejar Penagih Hutang

    "Tiara ... Aku mau ...." Wajah Neil kian mendekat pada Tiara hingga wanita itu menjadi gugup. "Jangan aneh-aneh deh, Pak!" gumam Tiara dengan wajah bersemu kemerahan. Saat ini Neil menatapnya penuh damba. "Habisnya kamu cantik banget. Wangi!"bisik Neil. Satu tangannya mulai menyentuh tengkuk Tiara. Keduanya saling menatap penuh cinta. Kalau saja Tiara tidak sedang sakit, entah apa yang akan terjadi. Saat ini Neil berusaha menahan diri untuk tidak menuruti keinginan hatinya. "Aku mandi dulu. Istirahatlah!" Akhirnya Neil meninggalkan sebuah kecupan hangat di kening Tiara, sebelum ia masuk ke kamar mandi. Tiara mengangguk. Ia tersenyum lega dan langsung merebahkan tubuhnya setelah menyiapkan pakaian untuk Neil. Keluar dari kamar mandi, Neil menemukan Tiara sudah terlelap. Setelah berpakaian, ia menyelimuti tubuh Tiara dan kembali mencium wajah cantik itu dengan sangat pelan. Ia tidak mau sampai Tiara terganggu. Malam itu, Neil memilih menyibukkan dirinya dengan pekerjaan. Banyak ha

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 79

    "Tiara ... Tiara ...!" "Astaga, Pak! Itu ada orang-orang kantor!" Wajah Tiara memucat. "Bagaimana ini, Pak?" Tiara panik. "Buka saja kacanya." Neil menjawab tenang. Perlahan Tiara memutar tubuhnya menghadap kaca. Nampak tiga orang wanita berpakaian ala kantoran yang tak sabar ingin melihat ada apa di balik kaca mobil itu. Tiara mulai menekan tombol pada sisi pintu. Kaca pun perlahan turun. "Tuh, kan! Gue bilang juga apa. Itu beneran Tiara. Woi, Tiara, lo ngapain mesum sama om-om di dalam mobil?" Seorang wanita dengan tidak sabarnya melongokan sedikit kepalanya. Mereka memang tidak melihat jelas siapa yang ada bersama Tiara tadi. Sedangkan yang lainnya ikut berusaha mengintip dari kaca lainnya yang ternyata cukup gelap. "Mana tuh Om-Om? Kok, nggak ada?" "Siapa yang Om-Om?" Seketika para wanita itu menoleh ke belakang ketika mendengar suara bariton yang begitu mendominan. "Hah, Bos Neil?" sontak wajah,-wajah penuh rasa penasaran tadi berubah pucat. Mereka menyadari pakaian y

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 78

    "Tiara ... Tiara ..!" Bagai orang kesetanan Neil berlari dengan wajah panik menuju area parkir. Ia tak manghiraukan panggilan Vivi dan security yang ia lewati. "Hei, mau apa kalian?" Neil berteriak dari kejauhan melihat tiga orang pria bertubuh besar berada di sekitar mobilnya. Pria bule bertubuh tinggi itu mempercepat larinya. Namun, tiga pria tak dikenal itu telah melesat pergi. "Tiara ... Tiara ..., ini aku! Tolong buka pintunya!" Tiara menutup wajah dengan kedua tangannya sambil menangis dan menjerit. Teriakan Neil yang awalnya tidak terdengar, membuatnya bergegas membuka pintu saat wajah suaminya itu muncul di balik kaca. "Pak, ... Pak ... aku takut." "Tiara ... tenanglah. Ada aku ... tenanglah!" Neil bergegas menarik tubuh Tiara dan langsung mendekapnya. Ciuman bertubi-tubi ia layangkan ke puncak kepala Tiara agar istrinya itu tenang. Pras membelai kepala Tiara penuh kasih sayang. Sesekali matanya terpejam seakan sedang menikmati pelukan hangat mereka. "Astaga, Nei

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 77. Kembali ke NaraShop

    "Istirahatlah sejenak. Tunggu Aku di sini sebentar. Aku akan menemui Nadira di dalam sana!" pinta Neil pada Tiara. Lalu pria bule itu keluar dari dalam mobilnya. Hari ini Tiara sudah boleh pulang oleh dokter. Sejak kemarin Neil tidak pulang ke rumahnya. Ia tidak mau meninggalkan Tiara sedetikpun. Ia tidak mau ceroboh lagi hingga keselamatan Tiara terancam. Pulang dari rumah sakit, Neil langsung menuju NaraShop hendak menemui Nadira. Sebagian besar saham pribadinya ada di sana. Ia akan membicarakan masalahnya pada sahabatnya itu. "Nadira? Bukankah itu nama wanita yang dulu pernah dekat dengan Pak Neil?" Tiara gelisah dalam hati. Ia khawatir Neil akan kembali mengingat cinta lamanya pada wanita itu. Dulu, sebelum menikahi Erika, sedikit banyak Tiara mengetahui tentang kisah cinta bosnya itu. Ia tau sudah sejak lama Neil mencintai Nadira. Apapun akan ia lakukan demi NaraShop, termasuk menanamkan sebagian besar sahamnya demi kemajuan perusahaan itu. Karena itulah Tiara menunggu N

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 76. Kedatangan Mami

    "Mami ..." Neil sontak berdiri. Namun satu tangannya meraih jemari Tiara dan mengenggamnya erat. Wajah istri simpanannya itu nampak cemas dan ketakutan. Ia sangat mengenali Nyonya Helda yang sangat tegas. Nyonya Helda menatap Tiara tajam penuh kebencian. "Perempuan murahan kamu. Berani-beraninya kamu menggoda anakku. Berapa uang yang kamu inginkan? Katakan saja!" Wanita yang dipanggil Mami oleh Neil itu berkata dengan emosi yang meletup-letup dan napas yang memburu. "M-maafkan saya, Nyonya Helda!' parau suara Tiara yang menunduk, tak sanggup menerima tatapan dari wanita paruh baya iru. "Sudah jangan banyak bicara, katakan berapa uang yang kamu inginkan, lalu tinggalkan putraku!" "Mami ..., Apa-apaan ini?" protes Neil. Genggamannya pada jemari Tiara samakin erat. Pertanda dia tak ingin berpisah dari Tiara. Sementara Tiara hanya diam tak menjawab. Wanita itu hanya duduk menunduk menahan gemuruh di dada. "Neil, tinggalkan wanita murahan ini, dan kembalilah pada Erika!' Ucapan te

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 75. Ciuman Bos

    Neil kembali tiba di rumah sakit. Ia masuk ke ruang UGD untuk menghampiri Tiara. Namun dia tak menemukan istrinya di tempat terakhir dia meninggalkannya tadi.. "Suster, istri saya dipindahkan ke mana?" "Ibu Tiara sudah kami pindahkam ke ruang rawat VIP Pak. Di kamar 105." Setelah mendapat jawaban dari salah satu perawat UGD, Neil langsung menuju ruang VIP dengan setengah berlari. Ia sangat mengkhawatirkan keadaanTiara saat ini. Neil berhenti tepat di depan kamar dengan nomor pintu 105. Perlahan membuka handle pintu agar tak mengeluarkan suara yang akan mengganggu istrinya. Hati pria bule itu mencelos melihat Tiara masih menangis sambil berbaring. Wanita itu pasti sangat sedih. Rasa sedih yang berlipat-lipat dirasakan Tiara saat ini." Tiara ..." Neil meraih kursi dan duduk tepat disamping Tiara. Tangannya membelai lembut kepala istrinya. "Tiara ..., sudah ya. Jangan menangis lagi. Ini semua salahku. Seharusnya aku tak meninggalkanmu." Tiara masih tak mau menoleh padanya. Tatap

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 74. Kesalahan Fatal

    Neil baru saja memasuki gerbang rumahnya. Amarahnya semakin meledak-ledak ketika melihat mobil Erika telah berada di depan garasi. Setelah memarkir mobilnya, Neil keluar dan melangkah cepat menuju ke dalam rumah. "Erika ... Erika ...!" Bagai orang kesetanan Neil memanggil-manggil nama istrinya di sekeliling rumah. "Neil, apa-apaan kamu memanggil nama istrimu seperti itu?" Neil terlonjak dan membalikkan badannya ketika mendengar suara yang selama ini sangat dekat dengannya. "Mami ...! Ka-kapan Mami datang?" Wanita cantik berusia sekitar lima puluhan itu nampak jauh lebih muda dari umurnya. Nyonya Helda, ibu kandung Neil itu menghampiri putra tersayangnya. Neil memeluk dan mencium kedua pipi maminya. "Kapan Mami datang? Kenapa nggak ngabarin Aku?" "Duduklah, Neil!" Neil duduk di sebelah Maminya. Walau sebenarnya hatinya sedang tidak baik-baik saja. Pikirannya terus tertuju pada Tiara. Sementara matanya terus mencari keberadaan Erika. "Ketika Mami sedang di Bali kemarin, Erik

DMCA.com Protection Status