Home / Rumah Tangga / Cinta yang Disadari Usai Bercerai / Ban 3. Hati yang Menghangat

Share

Ban 3. Hati yang Menghangat

Author: Rina Novita
last update Last Updated: 2022-12-20 22:20:27

Sudah tiga hari Nadira dirawat di rumah sakit setelah melahirkan, dan hari ini dokter memperbolehkan dia untuk pulang.

Setelah menutup laptopnya, Dira menghubungi seseorang lewat ponselnya.

"Hallo, Assalamualaikum, Vivi, apa yang Aku minta sudah kamu siapkan?"

"Waalaikumsalam, udah beres, Bu Bos. Kapan mau di jemput?"

"Tunggu intruksi berikutnya! Aku ingin bicara dulu dengan Uda Farhan."

"Udahlah Dira, kamu tinggalin aja suamimu itu. Bisanya cuma nyakitin hatimu aja."

Nadira terdiam mendengar ucapan asisten pribadi sekaligus sahabatnya itu. Memang benar kata Vivi. Selama hidup setahun bersama Farhan, hanya sakit yang dia rasakan. Farhan terang-terangan mengatakan bahwa dia punya kekasih dan sama sekali tidak mencintai dirinya. Hampir setiap hari Farhan mengingatkan Dira tentang perjanjian mereka.

Walau demikian Nadira dengan ikhlas tetap melayani dan mengurus Farhan dengan baik. Walau berkali-kali suaminya itu melarangnya.

Nadira pun teringat  saat-saat baru menikah  dengan Farhan dulu.

"Sudah kubilang tidak usah repot-repot mengurusku!" pinta Farhan pagi itu saat Nadira telah menyiapkan pakaian serta sarapan untuk Farhan.

"Selama Aku masih menjadi Istri Uda, mohon izinkan Aku tetap mengurus Uda dengan baik. Tolong jangan larang aku untuk meraih surgaku."

Farhan tertegun mendengar ucapan lembut dari mulut Nadira. Sekesal dan semarah apapun Farhan padanya, Gadis sederhana itu selalu berusaha untuk berbicara lemah lembut padanya. Tidak sekalipun Nadira meninggikan suaranya pada Farhan.

Dia selalu ingat pesan ibu dan mamaknya, suamimu adalah surgamu dan nerakamu.

Kamu akan masuk surga karena keridhoan suamimu, sebaliknya kamu akan masuk neraka  karena kemarahannya.

"Hallo Dira, kamu masih di sana?"

Panggilan Vivi membuyarkan lamunannya.

"Ya, Vi. Aku masih di sini. Maaf!" sahut Nadira parau, seraya menyusut air mata yang entah sejak kapan meluruh di kedua pipinya.

"Jangan sedih terus, Dira. Kamu harus bisa melupakan segala kesedihan ini. Ayo bangkit lagi, perusahaan menantimu untuk bisa aktif lagi."

"Nantilah, Vi. Setelah Aku resmi bercerai dari Uda Farhan."

Vivi berdecak kesal, Nadira rela meninggalkan perusahaannya demi berbakti pada suaminya. Namun apa yang dia dapat, hanya rasa sedih dan luka yang mendalam.

"Kamu nggak apa-apa aku titip perusahaan sampai urusanku beres, kan Vi?" bujuk Nadira dengan nada memohon.

"Untuk sahabat sebaik kamu apapun akan kulakukan. Yang terpenting kamu bisa bahagia," sahut Vivi tulus dari seberang sana.

  "Terima kasih, Vi. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Nadira menutup ponselnya.

"Telphon dari siapa, Dira?" Dira dikejutkan oleh suara Bu Ani yang tiba-tiba masuk ke ruang rawat

"Dari Vivi, Bu."

"Vivi teman Kau waktu kulliah dulu? Bagaimana kabarnya kawan kau itu? Di mana dia kerja?" tanya Bu Ani bersemangat.

"Di perusahaan online, Bu," jawab Nadira sambil merapikan kembali laptopnya.

"Pagi, Bu Nadira. Ini bayinya diberi ASI dulu!" Nadira tersenyum lebar saat seorang perawat mengantarkan bayinya.

Perawat itu meletakkan bayi merah itu di pangkuan Nadira. Wanita yang suka memakai hijab instan itu mencium anaknya dengan penuh cinta. Bu Ani memandang anak dan cucu pertamanya itu dengan senyum hangat.

"Sudah kau kasih nama anakmu ini Dira?"

Nadira menggeleng.

"Kasihlah cepat! Biar bisa ibu panggil-panggil namanya." Bu ani mengusap lembut cucu tercintanya.

"Biar Uda Farhan saja yang kasih nama nanti, Bu."

Setelah menutup tirai di depannya, Nadira mulai memberi  ASI pada anaknya.

.

.

.

"Assalamualaikum, Bu." Farhan mencium tangan ibu mertuanya saat baru saja tiba.

"Waalaikumsalam. Kamu indak kerja, Nak Farhan?"

"Tidak, Bu. Aku mau jemput Dira. Dokter bilang  hari ini sudah bisa pulang."

"Dira sedang menyusui anaknya. Masuklah ke dalam jika ingin bicara dengannya."

Sedang menyusui? Bagaimana jika dia marah kalau aku main masuk aja?

Farhan ragu. Walau dia tau Nadira tidak akan marah sekalipun dia melihat Nadira polos. Bagaimanapun juga Farhan berhak atas istrinya. Namun sejak ada perjanjian itu, keduanya seolah menjaga jarak. Farhan lebih sering  tidur di ruang kerjanya. Akan tetapi Nadira paham dengan kewajibannya sebagai istri. Wanita itu tak pernah menolak jika Farhan sesekali meminta kebutuhan biologisnya. Nadira selalu melayani suaminya dengan baik.

"Aku tak ingin berdosa. Melayani Uda adalah ladang pahala untukku. Semua kulakukan ikhlas karena Allah."

Jawaban Nadira seakan menampar dirinya, kala dia bertanya kenapa Istrinya tak pernah menolak, padahal dia tahu bahwa Farhan memiliki kekasih dan mereka akan bercerai.

Farhan terkesiap saat tiba-tiba tirai didepannya terbuka. Senyum Nadira muncul persis di depan matanya. Jantungnya berdegup kencang saat mata mereka bertemu.

Nadira menggeser tubuhnya mendekat pada Farhan. Diraihnya tangan kokoh dengan jemari kekar milik suaminya, kemudian diciumnya.

"Uda sudah datang ..." lirihnya.

Tidak hanya saat ini Nadira mencium tangannya setiap dia datang ataupun hendak pergi. Namun kenapa ada desiran aneh yang dia rasakan kali ini.

"Iy-iyaa. Mau pulang jam berapa?" tanyanya tanpa sedikitpun berpindah dari tempatnya berdiri. Farhan merasakan degup jantungnya tak karuan melihat Nadira sedang memasang kancing bajunya. Ada apa dengannya?

"Maaf, Uda!" Wajah Nadira memerah menahan malu saat tersadar Farhan sedang memperhatikannya. Sontak wanita bertubuh langsing itu memiringkan badannya membelakangi Farhan.

"Farhan, Dira, Ibu ke musholla dulu!" teriak Bu Ani, kemudian wanita paruh baya itu beranjak keluar dari kamar rawat VVIP itu.

"Duduklah, Uda." Nadira turun dari tempat tidur, kemudian meletakkan bayinya yang sudah tertidur, di box bayi yang berada di sebelahnya.

Farhan yang diminta duduk oleh Nadira malah mendekat dan memandang bayinya.

"Lihat, Dira! Dia mirip sekali denganku." Farhan terkekeh.

Nadira tersenyum.

"Uda akan kasih nama siapa anak kita?"

Farhan mendongakkan kepalanya. Mata mereka kembali bertemu.

"Bolehkah aku yang kasih namanya?"

"Tentu, Uda kan papanya." kali ini Nadira yang terkekeh.

Tanpa mereka sadari hati keduanya menghangat.

"Bagaimana jika kita kasih nama Nafa. Nafa Adiguna."

"Nafa ...? Bagus ...," sahut Dira seraya mengangguk.

"Sekarang, bersiaplah! Kita pulang!" ajak Farhan. Namun matanya masih terus memandang buah hatinya dengan senyuman. Nafa, adalah nama gabungan antara nama Nadira dan Farhan. Sejak semalam dia telah menyiapkan nama itu untuk putri tercintanya.

Nadira terdiam. Sejenak menyiapkan diri untuk mengatakan sesuatu pada suaminya. Setelah menghela napas panjang, wanita yang tetap cantik tanpa riasan tebal itu mulai bicara. 

"Uda ..., jika diizinkan, Aku dan Ibu sebaiknya pulang ke rumahku saja." Dengan sangat hati-hati Nadira bicara.

"Apaa? Rumah di kampung?" Farhan mengernyitkan dahinya. 

.

"Bukan. Beberapa waktu lalu aku membeli sebuah rumah. Tidak jauh dari rumah Uda."

Farhan tersentak mendengar perkataan istrinya.

"Untuk apa kamu beli rumah?" tanya Farhan dengan dada bergemuruh. 

"Untuk ...untuk tempat tinggalku dan Nafa setelah kita berpisah nanti," sahut Nadira tertunduk.

Sontak Farhan menegang. Matanya menatap nanar pada Nadira. Entah kenapa hatinya seakan tidak terima. Kedua tangannya mengepal erat di samping tubuhnya. Sesak di dada bagaikan dihimpit batu besar. Dia terdiam. Tenggorokannya tercekat. 

Related chapters

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 4. Menantu Kebanggaan Ibu

    "Kamu dan Nafa harus pulang ke rumah kita! Berkemaslah, Aku tunggu di luar!" Suara bariton Farhan berucap datar dan dingin. Nadira hanya mematung mendengar perintah suaminya. Sungguh dia tak mengerti dengan jalan pikiran Farhan. Bukankah dulu suaminya itu berkali-kali mengingatkan bahwa setelah dia melahirkan mereka akan bercerai? Nadira menatap punggung tegap itu hingga menghilang di balik pintu. Perlahan dia masukkan pakaiannya ke dalam tas, sambil menanti perawat yang mempersiapkan kepulangannya dan bayi Nafa. "Hendak kemana suamimu, Dira? Sini ibu bantu berkemas!" Bu Ani terheran melihat wajah Nadira yang murung. "Ada apa sebenarnya, Nak?" Wanita berhijab lebar yang tak lagi muda itu menyentuh lengan Nadira karena tak mendengar pertanyaannya. "Eh, ... maaf tadi ibu bilang apa?" Nadira terperangah dan gugup. "Suamimu mau kemana? Tadi ibu lihat dia sedang berjalan di lorong rumah sakit ini. Nampaknya Farhan sedang kesal. Apa kamu sudah membuatnya marah?" Nadira menggeleng.

    Last Updated : 2022-12-20
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 5. Rasa yang Tak Lagi Sama

    Fahran melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi membelah jalan kota jakarta yang akrab dengan kemacetan. Tujuannya kali ini adalah sebuah rumah yang terletak di wilayah menteng. Daerah yang dekat dengan perkantoran dan segitiga emas. Pria beralis tebal itu mengumpat dalam hati karena jalanan mulai tidak lancar. Di tengah kemacetan Farhan mencoba menghubungi seseorang dengan ponselnya. "Hallo, Erika kamu di mana?" "Hai, Sayang. Aku baru sampai rumah," sahut Erika manja dari seberang sana. "Tunggu di situ. Jangan ke mana-mana, sebentar lagi aku datang!" tegas Farhan singkat. "Benarkah? So sweet bangeeet. Akhirnya kamu datang juga. Aku tau kamu pasti kangen sama aku, kan, Sayang?" Erika terpekik saking senangnya. Farhan menutup ponselnya secara sepihak. Dia kembali menambah kecepatan mobilnya saat jalan raya mulai lancar. Hingga Farhan berhenti di depan sebuah rumah mewah berlantai dua. Rumah yang dulu dia beli untuk Erika setahun yang lalu, tepatnya beberapa hari sebelum dia p

    Last Updated : 2022-12-20
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 6. Debaran yang Tak Biasa

    Erika memandang kagum pada bayangan dirinya di cermin. Pagi ini, wanita berkulit putih dengan mata agak sipit itu sengaja berhias dengan penampilan memukau. Dress selutut berwarna peach dengan high heels berwarna senada membuatnya tampil segar dan cantik. Gadis itu berniat hendak membuat kejutan untuk kekasih hatinya. Mobil sport keluaran terbaru telah terparkir cantik di depan rumahnya. Seorang supir pribadi telah siap mengemudi dan membawa Erika ke tempat tujuan. "Ke mana, Non?" Tanya Dipa sang supir pribadi seraya melirik majikannya dari kaca spion dalam mobil ini.. "Kita ke kantor Farhan!" "Baik, siap, Non!" Dipa langsung melajukan mobil ke arah jalan Jendral Sudirman, yang memang tak jauh dari lokasi rumah Erika. Kantor Farhan memang berada di pusat kota Jakarta, diantara gedung-gedung pencakar langit. Perjalanan belum begitu macet, hingga mereka hanya menempuh waktu lima belas menit sudah tiba di area parkir PT. Elang Naga, milik Farhan Adiguna. Erika turun di lobby utama

    Last Updated : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 7. Jagalah Hatinya

    Nadira terjaga mendengar tangisan Nafa dari box bayinya. Namun sesuatu yang melingkar diperutnya membuatnya sulit untuk bangkit. Jantung Nadira bedetak cepat saat menyadari sebuah tangan kokoh memeluknya dari belakang. Hembusan napas hangat di belakang lehernya meciptakan desiran hebat di dadanya. "Sejak kapan Uda Farhan tidur di sebelahku?" pikirnya dalam hati. Semalam, setelah mereka berpelukan cukup lama, Farhan masuk ke ruang kerjanya lewat pintu tembus dari kamar mereka, dan tidak kembali hingga Nadira tertidur pulas. Dia mengira , seperti biasanya, Farhan akan tidur di sofa panjang di ruang kerjanya itu sampai pagi. Namun entah kapan suaminya itu kembali dan tertidur di sampingnya. Perlahan Nadira mengangkat tangan kekar yang masih melingkar di perutnya. Namun Tangan itu begitu erat. Tangisan Nafa mulai terdengar kencang. "Uda, maaf! Nafa nangis." Nadira menepuk pelan lengan suaminya. Sontak Farhan terjaga dan melepaskan tangannya. Nadira pun bangkit lalu menghampiri Nafa

    Last Updated : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 8. Rencana Erika

    Farhan geram karena sejak kemarin Erika tak henti-hentinya menghubungi ponselnya. Dia sengaja tak mengangkatnya karena seharian kemarin Farhan berada di rumah. Dia tidak mungkin menerima panggilan dari kekasihnya itu saat ada Mamak dan mertuanya di rumah. Pagi-pagi sekali Farhan sudah berangkat ke kantor. Banyak pekerjaan yang tertunda. Beberapa meeting dengan relasi bisnis terpaksa diganti jadwalnya. Semua ini karena keinginan Farhan yang lebih suka berada di rumah akhir-akhir ini. Mobil mercy keluaran terbaru milik Farhan telah terparkir sempurna di area parkir khusus untuknya sebagai CEO. Dengan langkah panjang Farhan berjalan menuju lobby hingga menaiki lift ke ruang kerjanya di lantai dua puluh lima. "Selamat pagi, Pak! " Sekretaris Farhan langsung berdiri menyapa atasannya. "Pagi!, Apa semua berkas sudah di letakkan di meja saya, Dian?" "Sudah,Pak. Satu jam lagi ada rapat dengan semua kepala divisi di ruang meeting." Dian, sang sekretaris membacakan jadwal Farhan hari in

    Last Updated : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 9. Teror

    Nadira masih shock melihat foto yang muncul pada layar ponselnya. Namun segera dia tutup ketika Bu Ani hendak mendekatinya. "Ada apa, Dira? tanya Bu Ani penasaran. "Tidak apa-apa, Bu. Hanya orang salah kirim. "Ooo ....Ibu kira ada apa." "Dira ke kamar dulu mau lihat Nafa!" pamit Dira seraya berjalan tanpa menunggu jawaban dari Ibu dan Mamaknya. Nadira menutup pintu kamarnya dan kembali membuka ponselnya. Hatinya semakin terluka melihat foto-foto mesra suaminya dengan wanita lain. Wanita itu sangat cantik dan seksi. Raut wajah Farhan terlihat bahagia merangkul wanita itu. Tanpa di sadarinya genggaman tangannya semakin kuat saat mencengkeram ponsel itu. Tubuhnya luruh ke lantai bersandar pada pintu. Selama ini Nadira tahu kalau suaminya memiliki kekasih jauh sebelum menikahinya. Tapi dia masih bisa bertahan untuk tetap bersama Farhan hingga detik ini. Hampir setiap sepertiga malam Nadira memanjatkan doa untuk kebahagiaan keluarga kecilnya. Namun pertahanan yang dia jaga selama i

    Last Updated : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 10. Kedatangan Erika

    Mata Farhan melebar melihat seseorang yang sangat dikenalnya, saat ini berada di halaman rumahnya. "Erika ...!' Farhan menggeram. kedua tangannya mengepal. Matanya menatap nanar pada wanita yang telah menjadi kekasihnya sejak tiga tahun yang lalu. Napas Farhan memburu. Kecemasan tingkat tinggi merajai perasaannya kini. Bagaimana tidak. Erika datang saat keluarga besar Nadira sedang berkumpul di rumahnya. Mamak dan ibu mertuanya juga ada di sini. Apa yang akan dia jelaskan nanti? Dia yakin Erika akan nekad. Perempuan itu keinginannya selalu harus terpenuhi. Termasuk agar dirinya segera menceraikan Nadira. Sementara Nadira membelalakkan matanya kala melihat wanita yang sangat persis dengan foto-foto yang di kirim orang tak dikenal ke ponselnya. "Apakah wanita ini yang selalu menerorku akhir-akhir ini?" pikir Nadira dalam hati. Erika masih berusaha untuk masuk ke dalam. Namun security masih belum mengizinkannya. "Mbak Erika, di dalam sedang ada acara keluarga besar Bu Dira. Saya mo

    Last Updated : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 11. Kesalahan yang Fatal

    "Uda, mungkin ini sudah saatnya. Mari kita katakan yang sebenarnya pada Mamak danIbu. Setelah itu, ceraikan aku. InsyaAllah aku sudah siap." Parau suara Nadira karena menahan sesak. Susah payah dia menahan agar air mata ini tidak tumpah. Dia tak ingin terlihat rapuh di depan suaminya yang sebentar lagi akan pergi meninggalkannya. Farhan menatap dalam pada manik gelap milik Nadira. Dipandanginya wajah wanita yang sudah setahun ini menjadi istrinya. Kenapa rasa itu baru hadir di saat-saat seperti ini. Rasa takut kehilangan yang kini mengerogoti relung hatinya. Kemana saja dia selama ini. Kenapa baru sekarang dirinya sadar akan arti kehadiran seorang istri sholehah seperti Nadira. Seharusnya dia bersyukur memiliki istri seperti Nadira. Wanita itu tak pernah meminta apapun apalagi menyusahkan dirinya. Bertubi-tubi penyesalan menghantui perasaannya kini. Berkali-kali Farhan merutuki kebodohannya selama ini. "Tidak, Dira. Aku tidak akan menceraikanmu!" Sontak Nadira ternganga mendengar

    Last Updated : 2023-01-17

Latest chapter

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 109. Saat Keluarga Tiara Datang

    "Neil!" Helda berteriak marah melihat putranya masuk ke mobil. Neil tidak peduli dengan ancamannya. Rahangnya mengatup keras, dan tangannya mengepal. Josh yang sejak tadi memperhatikan dari tangga depan akhirnya melangkah mendekat. Ia melihat emosi Helda makin memuncak. "Cukup, Helda," ujar Josh tenang. Helda menoleh tajam. "Kamu lihat sendiri kan? Anakmu membantahku demi keluarga perempuan itu!" Josh menghela napas. "Kamu yang memaksanya untuk memilih." "Aku hanya ingin yang terbaik untuknya, Josh!" Helda membalas cepat. Josh menatap istrinya dalam. "Helda, aku tahu kamu keras kepala. Tapi sejujurnya, aku memang tidak setuju dengan acara besar ini sejak awal. Aku khawatir hal seperti ini akan terjadi." Helda melipat tangan di dada. "Jadi, kamu pikir aku yang salah?" Josh mengangguk pelan. "Bukan hanya kamu. Aku juga sempat meragukan keluarga Tiara. Tapi, aku sudah menyelidiki mereka sejak awal." Helda mengernyit. "Apa maksudmu?" Josh menarik napas dalam sebelum menjelaska

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 108. Menjelang Hari Penting

    "Tidak perlu!" Suara Helda terdengar ketus, membuat Tiara yang berdiri di balik pintu ruang tengah menahan napas. Hatinya mencelos seketika. "Mami, mereka adalah keluarganya. Mereka harus ada di acara ini." Neil mencoba berbicara lebih pelan, tapi nada suaranya tetap tegas. Tiara tahu suaminya tidak suka berdebat soal hal seperti ini. "Mami tidak mau tamu-tamu kita nanti tahu kalau istrimu itu berasal dari kampung." Tiara membekap mulutnya. Kata-kata Helda terasa seperti pukulan keras di dadanya. "Mami! Tolong jangan bicara begitu. Apa hubungannya dengan tamu-tamu kita?" "Neil, dengarkan Mami!" suara Helda terdengar lebih tegas. "Kamu adalah pengusaha besar, CEO perusahaan besar. Bagaimana jika orang-orang tahu kalau istrimu hanyalah anak dari keluarga biasa yang tinggal di desa? Itu bisa merusak reputasimu!" "Astaga! Mami masih memikirkan gengsi? Ini pernikahan, bukan acara bisnis!" Neil terdengar semakin kesal. "Mami tidak mau tahu! Pokoknya mereka tidak perlu datang!" Held

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 107. Surat Cerai

    "Selamat siang Bu Erika, saya ingin bertemu. Apa ibu bisa siang ini?" Suara pengacara Neil yang ia kenali terdengar di ujung telepon. Erika mengernyit. Kira-kira ada apa tiba-tiba pengacara Neil menghubunginya dan meminta bertemu. "Untuk apa?" tanyanya dengan nada waspada. "Ada sesuatu yang harus saya serahkan pada Ibu. Apa kita bisa bertemu di kafe dekat kantor?" Erika berpikir sejenak. Ada rasa penasaran dalam hatinya. "Baiklah, aku akan datang," sahutnya singkat. Setelah menutup telepon, ia menoleh ke arah Boyka yang duduk di sofa yang sedang memainkan ponselnya dengan santai. "Aku mau pergi sebentar," ujar Erika sambil mengambil tasnya. Boyka meliriknya sekilas. "Mau ke mana?" "Bukan urusanmu." Boyka terkekeh. "Oke, oke, tapi jangan lama-lama, nanti aku rindu." Erika tidak menanggapi dan segera pergi. Namun, tanpa ia sadari, Boyka menatap punggungnya penuh curiga, lalu dengan santai memasukkan ponselnya ke dalam saku dan lantas berdiri. Dengan naik taksi online Erika m

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 106. Pengumuman yang mengejutkan

    "Apa-apaan ini?" Suara Neil terdengar berat dan penuh amarah. Tatapannya tajam menusuk ke arah Joe yang masih berdiri terlalu dekat dengan Tiara. Rahangnya mengeras, dadanya naik turun menahan emosi. Tiara langsung menepis tangan Joe yang menghalanginya, lalu melangkah maju mendekati Neil. Kini ia berdiri di antara Neil dan Joe, khawatir jika terjadi keributan diantara dua lelaki itu. "Pak, jangan ..." bisik Tiara pelan, tangannya menggenggam lengan Neil agar pria itu tidak mendekat. Joe menelan ludah, tubuhnya sedikit mundur saat melihat ekspresi Neil yang sangat marah. Wajah atasannya itu menggelap dengan tatapan berkilat-kilat ke arah dirinya. " M-maaf, Pak Neil," ujar Joe akhirnya. "S-saya hanya ... mengajak Tiara bicara." Suara Joe terdengar gemetar. Neil menyipitkan mata. "Bicara? Dengan mendesaknya ke dinding seperti tadi?" Kali ini suara Neil terdengar menggelegar, hingga terdengar keluar ruangan. Joe hendak membuka mulut untuk membela diri, tapi tidak ada kata-kat

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 105 . Ungkapan Cinta

    "Mami mau acara resepsi pernikahan kalian nanti adalah acara yang besar." Helda bicara dengan wajah berbinar di meja makan. Neil dan Tiara yang duduk di sisi kiri tersenyum saling pandang. "Kalau perlu undang semua orang yang kita kenal, agar siapapun tau siapa istri Neil sebenarnya." Suasana sarapan pagi ini terasa lebih hangat. Helda terus bicara tentang semua rencananya. Sementara Tiara hanya diam dengan senyum tipis yang terus tersungging di wajahnya. "Josh, kenapa diam saja? Kamu nggak mau kasih pendapat?" tanya Helda masih antusias. Josh meraih segelas air putih dan meneguknya sesaat. Setelah menghela napas panjang ia bicara serius. "Ini hanya pernikahan kedua. Cukup undang kerabat dekat dan keluarga saja," tegasnya dengan pelan. "Tidak! Mami nggak setuju." Helda menyahut tak kalah tegas. "Setelah acara resepsi nanti, Mami nggak mau dengar lagi gosip-gosip miring tentang kalian berdua." "Iya, Mi. Aku akan persiapkan semuanya," sahut Neil. "Terserah kalian sajalah!" Jo

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 104. Kabar mengejutkan

    [Kau pikir bisa lari dariku, Erika? Aku akan menemukanmu.] Siapa yang mengirim pesan ini? Tangan Erika gemetar saat memegang ponselnya. Ia ingin sekali menceritakan hal ini pada Boyka, tapi gengsinya terlalu tinggi. Lagipula, ia masih membenci pria itu. Namun, di sisi lain, ia tidak bisa menepis rasa takutnya. Tiba-tiba, pintu kamar terbuka. Boyka berdiri di ambang pintu dengan ekspresi santai. "Kau belum tidur?" Erika mendongak cepat, menyembunyikan ponselnya di balik punggung. "Bukan urusanmu." Boyka menyeringai. "Aku cuma tanya." Pria itu berjalan mendekat, menyandarkan satu tangan pada pintu. "Kamu tampak gelisah." "Aku baik-baik saja," potong Erika cepat. Boyka mengangkat alis. "Benar? Yakin? Tapi perasaanku bilang tidak." Erika mengalihkan pandangan, menghindari tatapan pria itu. "Aku bilang aku baik-baik saja!" suaranya meninggi. Boyka terkekeh pelan. "Terserah kalau kamu tidak mau cerita. Tapi kalau ada sesuatu yang mengganggumu, kamu bisa bicara padaku." Erika mend

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 103. Aku Akan Menjagamu

    "Ngapain kamu di sini?" Suara Erika sangat ketus begitu melihat siapa yang berada di balik kaca mobil hitam itu. Wajahnya yang semula sangat emosi kini berubah menjadi tegang. Pria itu ternyata Boyka. Ia tersenyum miring, menatap Erika dengan intens. “Kenapa? Kecewa aku yang datang menjemputmu?” Erika mendengus kesal. “Aku nggak butuh dijemput siapa pun.” Boyka menaikkan sebelah alisnya. “Oh ya? Kamu yakin? Memangnya kamu mau ke mana malam-malam begini? Hotel? Atau kamu mau tidur di pinggir jalan?” Erika menggigit bibir, matanya melirik ke arah jalanan yang mulai sepi. Tidak ada taksi, tidak ada kendaraan lain yang bisa ia andalkan. Pikirannya berkecamuk. Ia tidak mungkin kembali ke rumah Neil. Tidak mungkin juga ia menginap di hotel dengan keadaan seperti ini. Boyka masih menatapnya dengan sabar, seolah menikmati kebingungan Erika. “Ayo, masuklah. Aku janji tidak akan berbuat macam-macam,” ucapnya dengan senyum menggoda. Erika mendengus. “Aku nggak percaya!” “Tapi .... kam

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 102. Terusir

    "Tiara, aku butuh kamu sekarang." Neil berdiri di depan pintu kamar Tiara, mengetuk pelan namun tak berhenti. Suaranya terdengar berat, nyaris bergetar, menahan emosi yang nyaris meledak Tiara, yang baru saja akan merebahkan tubuhnya ke kasur, terdiam sesaat sebelum akhirnya membuka pintu. “Pak?” Matanya menatap Neil penuh tanya. Neil tidak menjawab, hanya melangkah masuk dan langsung merebahkan tubuhnya di sofa panjang di kamar Tiara. Satu lengannya menutupi wajah, sementara tangan lainnya mengepal di atas dadanya. Tiara menutup pintu perlahan. “Bapak kenapa?” Neil menghembuskan napas panjang. “Aku lelah, Tia.” Tiara berjalan mendekat, menatap Neil yang kini tampak lebih tenang dibandingkan tadi. “Bapak habis bertengkar lagi dengan Bu Erika?” tebaknya. Neil membuka sedikit lengannya, menatap Tiara yang kini duduk di ujung sofa. “Kamu tahu semuanya?” Tiara mengangguk. “Saya dengar sedikit tadi. Apa benar Bapak akan menceraikan Bu Erika?” Neil mengusap wajahnya dengan kasar

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 101. Terbongkar

    “Siapa Boyka?!” Suara Neil terdengar tegas dan penuh kecurigaan. Matanya menatap tajam ke arah Erika yang kini berdiri mematung dengan wajah pucat. Erika menelan ludah. Ponselnya masih terus bergetar di tangannya. Ia tahu kalau ia tidak segera mematikan panggilan itu, situasi akan semakin buruk. Dengan tangan gemetar, Erika buru-buru menekan tombol merah dan memasukkan ponselnya ke dalam saku. “Neil …” Erika mencoba tersenyum, tapi jelas terlihat kalau itu dipaksakan. “Itu ... hanya teman lama. Aku nggak tahu kenapa dia tiba-tiba menelepon.” Neil menyipitkan matanya. “Teman lama? Lalu kenapa kamu terlihat ketakutan?” “Aku …” Erika mengalihkan pandangannya. “Aku cuma kaget aja. Aku nggak menyangka dia masih punya nomorku.” Erika mencoba tersenyum. Neil mendengus pelan. “Jangan bohong! Aku lihat sendiri bagaimana ekspresimu tadi.” Erika mulai panik. Ia harus mencari cara untuk mengalihkan perhatian Neil. “Neil, aku benar-benar merasa nggak enak badan …” Erika kembali mengelus p

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status