Share

Bab 8. Rencana Erika

Penulis: Rina Novita
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-17 19:30:23

Farhan geram karena sejak kemarin Erika tak henti-hentinya menghubungi ponselnya. Dia sengaja tak mengangkatnya karena seharian kemarin Farhan berada di rumah. Dia tidak mungkin menerima panggilan dari kekasihnya itu saat ada Mamak dan mertuanya di rumah.

Pagi-pagi sekali Farhan sudah berangkat ke kantor. Banyak pekerjaan yang tertunda. Beberapa meeting dengan relasi bisnis terpaksa diganti jadwalnya. Semua ini karena keinginan  Farhan yang lebih suka berada di rumah akhir-akhir ini.

Mobil mercy keluaran terbaru milik Farhan telah terparkir sempurna di area parkir khusus untuknya sebagai CEO.  Dengan langkah panjang Farhan berjalan menuju lobby hingga menaiki lift ke ruang kerjanya di lantai dua puluh lima.

"Selamat pagi, Pak! " Sekretaris Farhan langsung berdiri menyapa atasannya.

"Pagi!, Apa semua berkas sudah di letakkan di meja saya, Dian?"

"Sudah,Pak. Satu jam lagi ada rapat dengan semua kepala divisi di ruang meeting."

Dian, sang sekretaris membacakan jadwal Farhan hari ini yang begitu padat. Pria itu menghempas napas kasar. Membayangkan kesibukan yang akan dia hadapi hari ini.

Tiba-tiba langkah Farhan terhenti saat sebelum memasuki ruangannya.

"Dian, pesanan saya apa sudah jadi?"

"Sudah, Pak. Sudah saya pajang di atas meja kerja Bapak."

Farhan tersenyum, tak sabar ingin melihat sesuatu yang dia pesan pada sekretarisnya itu kemarin.

Farhan tersenyum behagia melihat pigura foto yang saat ini berada di atas meja kerjanya. Diraihnya pigura itu, kemudian dipandangnya tak berkedip. Betapa cantik dua wanita berbeda usia yng berada dalam foto itu. Kemarin sore, diam-diam farhan memotret istrinya yang sedang menggendong Nafa, kemudian dia mengirim foto itu pada Dian-sekretarisnya untuk di cetak. Ada rasa hangat yang tak dapat dilukiskan saat dia memandang foto itu.

Mata Farhan kemudian beralih pada tumpukan pekerjaan yang harus dia hadapi. Pria itu menghempas napas kasar membayangkan padatnya jadwal kerjanya hari ini.

***

Ponsel Farhan terus bergetar sejak sedang meeting tadi. Farhan mendengkus kesal melihat nama yang tertera pada layar. Seperti biasa Erika pasti akan mengajaknya makan siang. Farhan memilih untuk mengabaikan dan kembali ke ruangannya, menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk.

Tok tok tok!

"Masuk!"

"Farhan, kenapa akhir-akhir ini kamu mengabaikanku?" Mata Farhan melebar saat melihat Erika meyerobot masuk melewati Dian.

Wanita cantik yang kerap memakai dress selutut itu menatap tajam pada sang kekasih.

"Aku sangat sibuk, Erika," sahut Farhan dingin.

"Halah, alasan saja! Ada apa denganmu? Apa perempuan kampung itu telah berhasil mempengaruhimu?"

"Jaga bicaramu, Erika! Aku sudah bilang untuk memikirkan kembali hubungan kita," sanggah Farhan pelan namun penuh penekanan.

"Kenapa? Kenapa harus kamu memikirkan kembali? Bukankah kamu sudah berjanji akan menceraikan istrimu setelah anakmu lahir, dan kemudian menikahiku?"  pekik Erika frustasi.

Farhan terdiam. Ada penyesalan dihatinya karena telah menjanjikan sesuatu pada Erika. Dia memang salah. Dulu betapa dia sangat mencintai Erika hingga dia membuat surat perjanjian itu dan memaksa Nadira menandatanganinya.

Namun entah apa yang membuatnya saat ini meragu. Farhan tidak yakin dengan janjinya pada Erika, juga tidak yakin dengan surat perjanjian yang dia buat delapan bulan yang lalu.

Namun ada sesuatu yang menguatkan dalam dirinya untuk tetap mempertahankan rumah tangganya saat ini.

"Jawab, Farhan!"teriak Erika tepat di hadapan Farhan.

Pria itu semakin tak respek pada kekasihnya. Selama menikah, tak pernah sekalipun Nadira meninggikan suaranya jika bicara dengannya. Padahal dirinya selalu membuat luka di hati Nadira.

"Cukup, Erika! Aku sibuk. Silakan kamu keluar!' Farhan berdiri dan menunjuk pintu.

Erika memandang Farhan tak percaya.

"Kamu mengusirku? Kamu tau, Aku sudah menunggumu selama tiga tahun. Aku relakan kamu menikah demi keinginan ibumu. Aku kesepian setiap malam, sementara kekasihku bersama wanita lain di sana. Tidak mengertikah kamu akan perasaanku, Farhan? Aku telah mengorbankan perasaanku demi kamu!"

Erika terus berbicara sambil tergugu. Sesekali suaranya meninggi sambil menunjuk-nunjuk Farhan.

"Diam, Kamu! Nadira bukan wanita lain. Tapi dia istriku!" geram Farhan.

Erika terus meracau dan menangis. Hingga akhirnya Farhan tidak tega. Bagaimanapun juga sejak awal ini semua memang salahnya. Namun siapa mengira rasa cintanya yang besar dulu pada Erika tiba-tiba saja menguap.

"Maafkan Aku ...!" lirih Farhan. Akhirnya pria itu mengalah.

Melihat pria itu sudah mulai tenang, Erika menjatuhkan dirinya di dada Farhan. Dia menggunakan kesempatan ini untuk kembali mengambil hati Farhan. Namun Farhan hanya diam tak merespon. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya.

"Pergilah! Aku sedang tidak ingin diganggu,' ujar Farhan datar dan dingin.

Erika mendongakkan kepalanya. Ditatapnya mata pria itu lekat. Namun tetap saja Farhan tidak membalas tatapannya.

Hati Erika mencelos. Perlahan mundur dan melepaskan diri. Napasnya memburu menahan emosi.

"Baiklah. Aku pergi."  Tanpa menunggu jawaban dari Farhan, Erika membalikkan badannya lalu melangkah menuju pintu. kedua punggung tangannya terus menghapus air mata yang terus mengalir.

Erika terus melangkah keluar, melewati kubikel para karyawan. Dia tak peduli jika para karyawan Farhan saling membicarakan dirinya. Saat di lift, wanita dengan riasan wajah tebal itu menghubungi Dipa-supirnya agar menjemputnya di lobby.

Selama di dalam mobil, Erika sedang merencanakan sesuatu.  Wanita itu menghubungi seseorang lewat ponselnya.

"Hallo, aku butuh nomor ponsel aktif istri Farhan yang kampungan itu. Aku perlu cepat!"  Suara Erika menggeram akibat emosi yang tak terbendung.

Tidak memakan waktu lama, sebuah pesan masuk mengirimkan sederet angka yang merupaan nomor ponsel Nadira.

Erika tersenyum sinis.

"Kau tak perlu susah-susah menceraikan perempuan kampung itu, Farhan. Karena sebentar lagi wanita itu sendiri yang akan meninggalkanmu dan kembali ke kampung halamannya," geram Erika dengan senyum sinisnya. Dia sangat yakin rencananya akan berhasil.

.

.

.

Nadira sedang berbincang dengan Bu Ani dan Mamak Sutan Sati di Saung taman belakang.

"Dira, hari minggu nanti semua keponakan dan adik-adik Mamak akan ke sini menengokmu. Masaklah yang banyak untuk menyambut mereka."

"Baik, Mak. Nanti Dira akan buatkan rendang untuk mereka."

"Jangan lupa asam padeh Ayam buatan Ibumu. Biar suamimu itu juga merasakan enaknya masakan ibumu ini. Hahaha!"

Mereka tertawa bersama.

"Jangankan masakan Ibunya, masakan istrinya saja Farhan sangat jarang mencicipi. Karena Farhan lebih sering makan siang dan makan malam diluar bersama kekasihnya," pikir Nadira dengan hati mencelos,

Tiba-tiba ponsel Nadira bergetar. Ada notifikasi pesan masuk dari nomor yang tak dikenal.

Mata Nadira melebar ketika melihat gambar pada layar ponselnya.

"Astaghfirullah ...!" Nadira membekap mulutnya agar tak berteriak.

"Ada apa, Dira? Ada apa, Nak? Siapa yang menelpon?" Bu Ani terlihat panik melihat wajah Nadira yang memucat.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Azkania Azkania
ahk seolah g blh di baca di kunci trus. kan baca ini bayar loh lewat kuota.
goodnovel comment avatar
Anthy Marasut Manein
buka kunci......
goodnovel comment avatar
Auni Nadiah
bagus..ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 9. Teror

    Nadira masih shock melihat foto yang muncul pada layar ponselnya. Namun segera dia tutup ketika Bu Ani hendak mendekatinya. "Ada apa, Dira? tanya Bu Ani penasaran. "Tidak apa-apa, Bu. Hanya orang salah kirim. "Ooo ....Ibu kira ada apa." "Dira ke kamar dulu mau lihat Nafa!" pamit Dira seraya berjalan tanpa menunggu jawaban dari Ibu dan Mamaknya. Nadira menutup pintu kamarnya dan kembali membuka ponselnya. Hatinya semakin terluka melihat foto-foto mesra suaminya dengan wanita lain. Wanita itu sangat cantik dan seksi. Raut wajah Farhan terlihat bahagia merangkul wanita itu. Tanpa di sadarinya genggaman tangannya semakin kuat saat mencengkeram ponsel itu. Tubuhnya luruh ke lantai bersandar pada pintu. Selama ini Nadira tahu kalau suaminya memiliki kekasih jauh sebelum menikahinya. Tapi dia masih bisa bertahan untuk tetap bersama Farhan hingga detik ini. Hampir setiap sepertiga malam Nadira memanjatkan doa untuk kebahagiaan keluarga kecilnya. Namun pertahanan yang dia jaga selama i

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 10. Kedatangan Erika

    Mata Farhan melebar melihat seseorang yang sangat dikenalnya, saat ini berada di halaman rumahnya. "Erika ...!' Farhan menggeram. kedua tangannya mengepal. Matanya menatap nanar pada wanita yang telah menjadi kekasihnya sejak tiga tahun yang lalu. Napas Farhan memburu. Kecemasan tingkat tinggi merajai perasaannya kini. Bagaimana tidak. Erika datang saat keluarga besar Nadira sedang berkumpul di rumahnya. Mamak dan ibu mertuanya juga ada di sini. Apa yang akan dia jelaskan nanti? Dia yakin Erika akan nekad. Perempuan itu keinginannya selalu harus terpenuhi. Termasuk agar dirinya segera menceraikan Nadira. Sementara Nadira membelalakkan matanya kala melihat wanita yang sangat persis dengan foto-foto yang di kirim orang tak dikenal ke ponselnya. "Apakah wanita ini yang selalu menerorku akhir-akhir ini?" pikir Nadira dalam hati. Erika masih berusaha untuk masuk ke dalam. Namun security masih belum mengizinkannya. "Mbak Erika, di dalam sedang ada acara keluarga besar Bu Dira. Saya mo

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 11. Kesalahan yang Fatal

    "Uda, mungkin ini sudah saatnya. Mari kita katakan yang sebenarnya pada Mamak danIbu. Setelah itu, ceraikan aku. InsyaAllah aku sudah siap." Parau suara Nadira karena menahan sesak. Susah payah dia menahan agar air mata ini tidak tumpah. Dia tak ingin terlihat rapuh di depan suaminya yang sebentar lagi akan pergi meninggalkannya. Farhan menatap dalam pada manik gelap milik Nadira. Dipandanginya wajah wanita yang sudah setahun ini menjadi istrinya. Kenapa rasa itu baru hadir di saat-saat seperti ini. Rasa takut kehilangan yang kini mengerogoti relung hatinya. Kemana saja dia selama ini. Kenapa baru sekarang dirinya sadar akan arti kehadiran seorang istri sholehah seperti Nadira. Seharusnya dia bersyukur memiliki istri seperti Nadira. Wanita itu tak pernah meminta apapun apalagi menyusahkan dirinya. Bertubi-tubi penyesalan menghantui perasaannya kini. Berkali-kali Farhan merutuki kebodohannya selama ini. "Tidak, Dira. Aku tidak akan menceraikanmu!" Sontak Nadira ternganga mendengar

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 12. Aku Pergi

    Wajah Farhan menegang. Saat ini rasa bencinya pada Erika semakin menjadi-jadi. Wanita itu benar-benar telah sukses menghancurkan rumah tangganya. "Tidak! Aku tidak akan menceraikan Dira," tegas Farhan, namun tidak mengurangi sikap hormatnya pada Mamak dan Bu Ani. "Kamu tidak bisa mengelak lagi, Farhan. Mamak yang akan mendampingi Nadira sampai proses perceraian ini tuntas. Perlahan Farhan mendekati Nadira yang duduk di sebelah Bu Ani. "Nadira, tolong katakan pada Mamak, bahwa kita tidak akan bercerai." Farhan memohon pada istrinya dengan raut wajah memelas. Pikiran Nadira saat ini tak lepas dari fofo-foto yang di kirim Erika dalam beberapa hari ini. Betapa mesra suaminya dengan wanita itu. Sungguh hatinya sangat terluka, dan akan lebih terluka lagi jika dia akan tetap bertahan menjadi istri Farhan. "Ayolah, Dira. Katakan pada Mamak! Tolonglah!" Farhan terus memohon pada Nadira yang masih terdiam dan larut dalam pikirannya." Pandangan Nadira beralih pada Suaminya yang berwajah

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 13. Pelukan Terakhir

    Mata Farhan melebar melihat sebuah mobil sport keluaran terbaru telah terparkir sempurna di halaman depan rumahnya. Sontak Farhan mendekati mobil mewah tersebut. "Selamat malam, Pak! Saya supir Bu Nadira, mau jemput Ibu." Seorang pria paruh baya dengan pakaian rapi turun dari mobil dan membungkuk hormat pada Farhan. Farhan terkejut bukan main mendengar ucapan pria yang mengaku sebagai supir mantan istrinya itu. "S-supir?" tanya Farhan seraya mengernyitkan dahinya Pria paruh baya itu mengangguk. "Ini mobil siapa, Pak?" tanya Farhan lagi dengan rasa penasaran. "Ini mobil Bu Nadira, Pak." Farhan ternganga tak percaya. Uang dari mana istrinya membeli mobil seharga milyaran ini? Selama ini Nadira hanya di rumah saja. Wanita itu hanya menghabiskan waktunya di depan laptop. Farhan menduga selama ini Nadira hanya senang aktif bermedia sosial. "Apa sebenarnya yang dikerjakan Nadira selama ini?" gumamnya dalam hati. "Eh, Pak Dito sudah sampai. Silakan duduk dulu, Pak. Saya ambil bara

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 14. Tak Rela Melepasmu

    "Sarapan sudah siap, Tuan." Seorang pelayan mengetuk pintu kamar Farhan. "Iya ...!" sahutnya dari dalam. Hari ini Farhan sangat tidak bersemangat. Rasanya belum lama merasakan kehangatan di rumah ini. Sejak Nafa lahir, pria itu selalu merasa betah di rumah. Kehadiran Nadira sungguh sangat berarti baginya saat ini. Farhan tak menikmati sarapan yang terasa hambar di hadapannya. Sendirian tanpa Nadira membuatnya canggung dan tak bersemangat. Panggilan dari Erika di ponsel kembali mengusiknya. Namun Farhan sama sekali tak berminat untuk mengangkatnya. Dipandangnya kursi kosong di sebelahnya tempat biasa Nadira dengan setia menemaninya sarapan setiap pagi. Walau sudah berkali-kali Farhan mengingatkan untuk tidak usah mempedulikan dirinya, namun mulai sejak awal menikah Nadira tidak pernah absen menemaninya sarapan setiap pagi. Walau Farhan tak menghiraukan kehadiran istrinya di meja makan, Nadira tetap menemaninya sarapan hingga selesai. Bahkan ketika Farhan berbincang mesra lewat pon

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 15. Sesakit Ini Rasanya

    "Ikutlah dengan kami pulang ke kampung!" Sudah ketiga kalinya Bu Ani mengajak Nadira untuk pulang. Semalam mereka mendapat kabar dari kampung bahwa nenek sakit keras dan masuk rumah sakit. Bu Ani dan Mamak memutuskan untuk kembali ke kampung halaman mereka. "Maaf, Bu, Dira indak bisa. Selain Nafa masih kecil, Dira juga masih menjalankan masa iddah," jelas Nadira. Wajah Bu Ani tampak sedih. Sesungguhnya dia mengerti dengan alasan yang disampaikan anak perempuan satu-satunya itu. Namun wanita paruh baya itu sangat berat meninggalkan Nadira sendirian dalam keadaan sekarang ini. Sejak bercerai dengan Farhan sebulan yang lalu, Nadira memang tidak pernah kemana-mana. Semua pekerjaannya masih dia kerjakan dari rumah. Sesekali Farhan datang menengok Nafa. Nadira memang tidak pernah melarang Farhan untuk datang. Hanya saja wanita itu sering mengingatkan agar Farhan tidak terlalu sering datang. Karena beberapa kali Erika masih mengacamnya. Farhan pun mengerti. Mantan suami ,Nadira itu jug

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 16. Hati yang Merindu

    Farhan terhenyak melihat kertas yang berada ditangannya. Dibacanya perlahan lembaran yang bertuliskan 'Akte Cerai' dengan namanya dan nama Nadira tertera di sana. "A-apa ini?" Seperti orang linglung, Farhan bertanya pada Nadira. "I-itu s-surat cerai ki ... ta, Uda." Nadira pun terbata-bata ketika melihat wajah pias mantan suaminya. Entah kenapa saat ini dia juga merasakan kesedihan yang luar biasa. Namun sekuat tenaga dia tahan agar buliran bening itu tidak tumpah. Sebisa mungkin dia tak akan menangis di depan mantan suaminya itu. Dengan susah payah Farhan menghirup oksigen di sekitarnya. Kali ini dirinya seakan sangat sulit untuk bernapas. Dadanya bagaikan terhimpit batu yang sangat besar. Betapa sesak rasanya menerima kenyataan ini. Kenyataan bahwa Nadira bukanlah istrinya lagi. Bagaimana jika ada pria lain yang mendekatinya? Farhan sangat tidak rela. Nadira adalah wanita terbaik dan terhebat yang dia kenal. Walaupun baru belakangan ini dia menyadari hal itu. Sesaat terlintas

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17

Bab terbaru

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 94. Mulai Terkuak

    "Kamu bicara apa, Tia?" Setelah menghela napas panjang, Neil kembali bicara. Namun kali ini wajahnya tampak kecewa. Beberapa kali ia mendengkus kasar sambil memalingkan wajahnya. "Aku serius, Pak. Anak itu tentunya lebih penting dari aku. Dia darah daging Bapak." Tiara berusaha tenang, tapi suaranya terdengar bergetar. Berusaha mengabaikan gemuruh yang menghantam dadanya. "Aku bisa merasakan apa yang dirasakan Bu Erika saat ini, Pak. Dia pasti ingin anak itu memiliki orang tua yang lengkap." Tiara melanjutkan kalimatnya masih dengan suara bergetar. Ia menahan diri agar air matanya tidak tumpah. Lagi-lagi Neil menghempas napas kasar. Seakan tidak suka mendengar kata-kata yang diucapkan Tiara. Ia gelengkan kepala dengan wajah kesal. "Tidak! Aku tidak akan pernah meninggalkanmu demi Erika. Aku mencintaimu, Tia! Jangan buat aku hampir gila karena takut kehilanganmu." Seketika Neil memeluk Tiara dengan erat. Sesaat mereka terdiam. Menikmati keintiman yang begitu hangat dan penuh cinta.

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 93. Rahasia Kehamilan Erika

    "Ini semua untuk kebaikanmu, Erika.”Nyonya Helda menggenggam tangan Erika erat. Wajahnya menunjukkan kepedulian yang dalam, meskipun jauh di lubuk hati, ia masih berharap kehamilan Erika dapat menjadi bukti untuk menyelamatkan nama keluarga. Beberapa jam yang lalu Helda memaksa Erika memeriksakan kandungannya ke dokter spesialis kandungan. Awalnya Erika tidak mau, tapi ibu mertuanya itu memaksa. Hingga mereka tiba di ruang tunggu sebuah kliknik ternama, Erika masih menolaknya. “Mi, aku nggak perlu diperiksa lagi. Dokter sebelumnya sudah bilang kalau aku baik-baik saja,” ucap Erika sambil memalingkan wajah. Nada suaranya terdengar lemah, namun penuh kecemasan. Pikirannya masih dipenuhi oleh penyebab kehamilannya yang ia pikir bukan dari Neil. “Erika, jangan membantah. Kamu harus memastikan kandunganmu sehat. Lagipula, Neil juga harus tahu kalau dia akan punya anak. Kamu ingin dia percaya, kan?” Helda berbicara dengan nada lembut, tetapi ada ketegasan yang tak bisa ditolak. Erika m

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 92. Benarkah Erika Hamil?

    "Jangan-jangan kehamilan ini hanya akal-akalanmu saja." Josh mendengkus kasar, pandangannya berpaling dari Erika yang terus memasang wajah memohon. "Tega kamu bicara seperti itu, Josh! Apa kamu nggak pernah mikirin keadaan Erika?” Suara Nyonya Helda melengking di ruang tamu, menghentikan langkah Josh yang hendak pergi. Erika, yang kini duduk bersandar di sofa dengan wajah memucat, mulai menangis histeris. “Kalau Papi terus seperti ini … aku beneran nggak kuat. Aku nggak tahu lagi harus gimana,” Erika menangis terisak, sambil memegang perutnya. “Berhenti menangis, Erika!” bentak Josh, meskipun nadanya mulai melemah. Ia memandang istrinya yang tampak cemas dan bingung. “Josh, apa kamu mau lihat Erika kehilangan anaknya karena stres?” Helda menatap suaminya tajam. “Dia sedang mengandung cucu kita, Josh!” Josh mendesah panjang, lalu mendekati meja di sudut ruangan. “Baiklah, tapi ini tidak akan mengubah apa pun. Aku tetap akan bertindak dan mencari tahu semuanya.” Ia menatap Erika d

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 91. Terbongkar

    “Pergi dari sini! Jangan pernah kembali lagi!” Suara ayah Tiara menggema di halaman rumah. Meski terdengar lantang, pria tua itu tampak gemetar menahan sesak yang menghimpit dadanya. Netranya yang berkaca-kaca tak mampu ia sembunyikan. Rasa malu dan kecewa, atau mungkin juga ada rasa iba yang ia rasakan saat ini. Namun, egonya sebagai seorang ayah lebih besar demi menjaga nama baik keluarganya Tiara hanya bisa menangis tersedu-sedu, hatinya saat ini bercampur aduk. Menyesal, marah dan bingung. Sementara Neil berdiri di sampingnya, mencoba menenangkan. Pria itu pun tak kalah menyesal. Karena dirinya yang tak bisa mengendalikan diri malam itu, hingga akhirnya menodai Tiara. Namun di lubuk hatinya yang terdalam, ia tidak pernah menyesal telah mencintai Tiara. Wanita yang dia anggap luar biasa. Entah kenapa ia bisa terlambat menyadari itu. Diam-diam ia sempat melihat sosok Rohmat melintas diantara para tetangga yang berkerumun. Neil melihat jelas senyum kepuasan dari pria bertampang

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 90. Pulang Kampung

    “Hei, turun aja deh, jangan bikin ribut di sini!” Seorang pria bertubuh kekar di barisan depan bus berteriak dengan nada kesal. Suaranya diikuti beberapa penumpang lain yang mulai protes. “Kita udah telat gara-gara ini, tahu nggak?” Neil tetap duduk di samping Tiara, tidak bergeming. Wajahnya tegas, matanya menatap lurus ke arah sopir yang masih berdiri di luar pintu bus. Sesekali ia melirik Tiara yang masih menunduk. “Tiara, kalau kamu nggak ikut turun, aku juga nggak akan turun,” ucap Neil pelan namun tegas. Tiara melotot menoleh pada Neil. Lalu menghempas napas kasar. Ia semakin cemas mendengar protes yang terus menerus dari para penumpang. Ia melirik Neil yang terlihat tenang, seolah tak terpengaruh oleh situasi di sekitarnya. Namun, dalam hati, ia tahu, Neil tidak main-main. “Pak, mereka semua marah. Jangan bikin masalah lagi. Saya beneran mau pulang kampung,” bisik Tiara, suaranya bergetar. Ia mulai tampak bingung dan bimbang. Apalagi saat ini hampir semua mata memand

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 89. Bimbang

    Bab 91 “Tiara! Jangan main-main! Kamu di mana?” Neil berteriak sambil mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kamar kost. Nafasnya mulai tak teratur, dadanya terasa sesak. Ia melangkah cepat membuka pintu kamar mandi. Tapi Tiara tidak ada di mana-mana. "Apa mungkin dia ke supermarket itu lagi? Tapi ini masih pagj. Supermarket itu pasti belum buka," pikir Neil, lalu bergerak keluar setelah mengenakan pakaiannya. "Bu, Ibu !” Neil berteriak memanggil ibu kost dari lorong. Ia sangat panik hingga tak menyadari bahwa teriakannya mengundang perhatian semua panghuni di pagi itu. Tak lama kemudian, ibu kost keluar dari pintu utama dengan wajah bingung. “Ada apa, Pak Neil?” tanya ibu kost sambil merapikan kerudungnya. “Tiara … istri saya. Apa Ibu lihat dia keluar tadi pagi?” Neil langsung bertanya tanpa basa-basi. Matanya menatap penuh harap. Ibu kost menggeleng. “Nggak, Pak. Dari tadi pagi saya nggak lihat Bu Tiara keluar. Ada masalah, Pak? Apa ... Bu Tiara diculik lagi?" Neil hanya m

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 88. Cinta yang Sebenarnya

    “Neil! Kamu yakin tinggal di tempat seperti ini? Apa kamu nggak malu?” Suara Nyonya Helda terdengar lantang, mendominasi suasana tenang di depan rumah kost. Neil baru saja turun dari mobil bersama Tiara ketika ibunya keluar dari mobil mewah dengan raut wajah marah. Neil menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri sebelum menghadapi sang mami. “Mami, tolong jangan begini. Ini sudah malam. Rasanya tidak enak dengan ibu pemilik kost ini." Netra Neil berkeliling mencari sosok ibu kost. Ia merasa bersalah karena ibunya baru saja mengatakan hal yang kurang pantas. "Biar saja. Kamu itu sudah bikin malu keluarga tinggal di tempat seperti ini!” bentak Nyonya Helda sambil menunjuk ke arah kost. “Ingat, Neil, kamu itu anak seorang konglomerat!" Tiara berdiri di belakang Neil, wajahnya pucat. Sejak tadi ia hanya menunduk. Ia tidak mau Nyonya Helda kembali memarahinya. “Ini bukan urusan Mami. Aku nyaman di sini,” balas Neil dengan nada datar, mencoba menahan emosi. “Nyaman? Tinggal di k

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 87. Tertembak

    Dipa dan kedua temannya menatap tajam pada mobil yang berhenti di depan halaman. Jantungnya berdebar untuk mengetahui siapa yang datang. "Lo Dipa, kan? Jangan coba-coba bikin masalah sama Erika! Kalau lo gak berani, biar gue yang akan ambil alih kerjaan ini." Teriakan seorang pria berbadan besar terdengar keras, memecah ketegangan di halaman rumah kosong itu. Dua pria bertubuh kekar baru saja keluar dari mobil, berjalan mendekati Dipa dengan sorot mata mengancam. Dipa berdiri menahan nafas mencoba untuk tetap tenang. "Memangnya lo siapa, mau ngatur-ngatur di sini, hah?" balas Dipa dengan nada dingin, meski dalam hatinya mulai merasa cemas. Ia membalas tatapan dua pria itu dengan tak kalah tajam. "Kami dapat perintah dari Erika. Dia suruh kita kesini karena lo kerja nggak becus dan lamban," jawab pria pertama dengan tatapan tajam. "Erika nggak mau nunggu terlalu lama." Mata dua pria itu mengedar seakan sedang mencari sesuatu. "Kalau dia nggak sabaran, suruh aja dia kesini. Gue n

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai    Bab 86. Terjebak

    [Tunggu apa lagi? Cepat selesaikan! Jangan bikin aku marah[ pesan Erika muncul di layar ponsel Dipa, membuat tangan pria itu gemetar. Ia memandang Tiara yang duduk di kursi dengan tangan terikat. Wanita itu terlihat lemah dan pasrah, tetapi matanya menyiratkan ketakutan yang dalam. “Bos, kita serius mau nunda lagi?” salah satu pria di belakangnya mendesak. “Erika nggak main-main kalau dia marah.” “Diam dulu! Gue yang atur semuanya!” bentak Dipa, membuat pria itu mundur dengan kesal. “Kalau gitu cepat putusin, Bos. Jangan bikin kita semua kena getahnya,” desak pria lainnya yang berdiri di dekat pintu. Dipa tidak langsung menjawab. Ia berjalan ke sudut ruangan, menghela napas panjang, lalu membaca ulang pesan-pesan Erika yang terus masuk, semakin marah dan penuh ancaman. [Kalau kamu nggak nurut, aku bakal kirim orang lain buat beresin ini. Kamu nggak bakal dapat apa-apa dariku. Pikirin itu!] Dipa mengepalkan tangannya. Pikirannya penuh dengan kebingungan. Erika memang menjanjikan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status