Share

Bab 7. Jagalah Hatinya

Penulis: Rina Novita
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-17 19:29:33

Nadira terjaga mendengar tangisan Nafa dari box bayinya. Namun sesuatu yang melingkar diperutnya membuatnya sulit untuk bangkit. Jantung Nadira bedetak cepat saat menyadari sebuah tangan kokoh memeluknya dari belakang. Hembusan napas hangat di belakang lehernya meciptakan desiran hebat di dadanya.

"Sejak kapan Uda Farhan tidur di sebelahku?" pikirnya dalam hati.

Semalam, setelah mereka berpelukan cukup lama, Farhan masuk ke ruang kerjanya lewat pintu tembus dari kamar mereka, dan tidak kembali hingga Nadira tertidur pulas. Dia mengira , seperti biasanya, Farhan akan tidur di sofa panjang di ruang kerjanya itu sampai pagi.

Namun entah kapan suaminya itu kembali dan tertidur di sampingnya.

Perlahan Nadira mengangkat tangan kekar yang masih melingkar di perutnya. Namun Tangan itu begitu erat. Tangisan Nafa mulai terdengar kencang.

"Uda, maaf! Nafa nangis." Nadira menepuk pelan lengan suaminya.

Sontak Farhan terjaga dan melepaskan tangannya. Nadira pun bangkit lalu menghampiri Nafa dan meraih bayi cantik itu.

Kali ini Nadira menyusui baby Nafa di atas sofa, karena suaminya kembali terlelap di ranjangnya.

Wanita itu sesekali melirik pada Farhan. Dirinya merasakan adanya perubahan sikap Farhan sejak dia melahirkan.

Dulu, Farhan tidak pernah tidur hingga terlelap di sampingnya  Setiap hari Farhan selalu tidur di sofa besar di ruang kerja. Dia sengaja membuat pintu tembus, agar tidak ada yang mengetahui tentang keadaan rumah tangga mereka yang sebenarnya.

Sesekali Farhan meminta hak kebutuhan biologisnya walau tanpa rayuan ataupun kata-kata mesra layaknya pasangan suami istri. Lalu setelah selesai, dia akan kembali ke ruang kerjanya, meninggalkan Nadira sendirian.

Tak jarang Nadira mendengar obrolan mesra suaminya dengan sang kekasih hingga malam hari. Karena dinding ruang kerja Farhan menyatu dengan dinding kamarnya.

Memang awalnya  semua terasa menyakitkan. Perlahan Nadira berusaha berdamai dengan hatinya. Mencoba untuk ikhlas menjalani rumah tangga yang berbeda dengan orang-orang pada umumnya  

Dia terpaksa menyetujui perjanjian itu. Sepakat bercerai setelah Nadira melahirkan. Karena dia tak punya pilihan lain. Andai saja waktu bisa berputar kembali ke masa lampau. Ingin rasanya menolak perjodohan itu. Ingin rasanya menolak permintaan Ibu dan Mamak. Namun Nadira adalah anak yang sangat tahu balas budi. Dia tak ingin mengecewakan Mamak yang telah menyekolahkannya sejak dia SMA.

"Turuti saja  permintaan mamakmu, Dira. Kita banyak hutang budi pada beliau. Kalau tidak ada Mamak Sutan Sati, mana bisa kamu melanjutkan sekolah." 

Walaupun Nadira membiayai kuliahnya sendiri, tapi dia sadar, kalau bukan karena Mamaknya, mungkin dia tak sekolah sejak lulus SMP. Mamaknya pula yang memberinya ongkos untuk merantau ke Jakarta.

Sikap Farhan  beberapa hari ini sungguh berbeda dari biasanya. Farhan menjadi lebih betah di rumah. Sejak pulang dari rumah sakit, Nadira belum pernah mendengar lagi percakapan Farhan dengan kekasihnya lewat ponselnya. Sikap dan cara bicara Farhan juga berbeda. Tidak datar dan dingin seperti biasanya.

Apa semua perubahan ini karena hadirnya  Nafa? Atau karena saat ini ada Ibu di tengah-tengah kita?

Adzan subuh telah berkumandang. Nafa kembali tertudur. Seperti biasa, Nadira menyiapkan pakaian farhan. Namun dia tak berani membangunkan suaminya itu. Setelah membersihkan diri, Nadira memilih keluar kamar dan memeriksa pekerjaan para pelayan di dapur.

Setelah semuanya sudah selesai, Nadira menyiapkan sarapan untuk suaminya di meja makan.

Farhan baru saja selesai manunaikan salat subuh saat Nadira kembali masuk ke kamarnya. Nadira mengulum senyum melihat Farhan salat tepat di samping box bayi Nafa, bukan di ruang kerja seperti biasanya.

"Sarapan sudah siap, Uda."

Farhan mengangguk.

"Mamak berangkat dengan pesawat pagi. Setelah ini Aku akan ke bandara menjemput beliau. Suruhlah para pelayan memasak lebih banyak dan enak. Biar Mamak menginap di sini saja selama di Jakarta."

Sungguh Nadira tak percaya dengan apa yang  Farhan katakan. Kenapa kini suaminya itu sangat peduli dengan keluarganya.

"Iya, Uda. Terima kasih."

Nadira mengikuti Farhan ke ruang makan seraya mendorong stroller Baby Nafa. Seorang Baby sitter mengambil alih Baby Nafa dan membawanya ke taman belakang. Seperti biasa, Nadira menemani dan melayani suaminya sarapan.

Tiba-tiba ponsel Farhan berdering. Suami Nadira itu melirik sekilas pada layar, sebuah nama dan foto terpampang membuatnya enggan untuk menerima panggilan yang baru saja masuk. Farhan meletakkan kembali ponselnya di atas meja.

Diam-diam Nadira memperhatikan sikap Farhan  yang tidak seperti biasanya. Dia menduga itu adalah panggilan telphon dari kekasih Farhan. Nadira hapal betul dengan tampilan fotonya. Walau tak begitu jelas, namun Nadira mengenali foto itu, karena sebelumnya tak jarang Farhan menerima panggilan telphon dari kekasihnya itu, di dekat Nadira.

Setelah menyelesaikan sarapannya, Farhan bangkit dari kursi, kemudian menghampiri Bu Ani yang sedang menonton televisi.

"Bu, Aku ke Bandara dulu jemput Mamak. Ibu mau ikut?" tanyanya .

"Indak usah, Nak. Ibu mau bantu-bantu masak sajalah di dapur."

"Jangan terlalu lelah, Bu. Biar pelayan yang mengerjakannya! Saya pamit, Bu!" Farhan mencium tangan Bu Ani sebelum beranjak menuju mobilnya.

Nadira melihat jelas tatapan bangga Bu Ani pada menantunya. Dia menghela napas kasar. Bagaimana jika suatu saat Ibunya tahu apa yang sebenarnya terjadi pada rumah tangganya

.

Nadira melepas kepergian Farhan menuju bandara. Kemudian kembali disibukkan dengan Baby Nafa hingga sore hari. Nadira memang ingin mengurus sendiri putrinya sebelum dia aktif kembali di perusahaan, setelah bercerai nanti dengan Farhan.

.

.

.

Mamak Sutan Sati berdecak kagum melihat besarnya rumah Farhan. Pria paruh baya itu berkeliling mengitari rumah Farhan dan memuji setiap kemewahan yang berada di setiap sudutnya.

Tak henti-hentinya Mamak Sutan Sati memuji-muji menantu kebanggaannya itu. Jika di kampung, dialah yang paling dipuji oleh orang-orang karena telah berhasil menikahkan keponakannya dengan orang terkaya dan terpandang dikampungnya.

"Mamak sangat bangga padamu, Farhan. Hampir semua orang menginginkan punya menantu seperti kamu ini. Sudah sukses,  taat agama, santun dan tidak sombong."  Mamak Sutan Sati menepuk-nepuk punggung menantunya yang bertubuh dua kali lipat lebih besar darinya.

Farhan hanya tersenyum mendengar ucapan Mamak Sutan Sati. Saat ini mereka berdua sedang bersantai melepas penat di salah satu saung taman belakang,  setelah perjalanan jauh dari bandara.

Nadira dan  Bu Ani datang menghampiri mereka,  membawa satu nampan berisi makanan dan minuman..

"Silakan di cicipi, Mak, Uda!" Nadira menghidangkan isi nampan itu di depan dua pria berbeda usia yang sedang serius berbicara.

"Farhan, Nadira ini adalah keponakan yang Aku besarkan sejak umur enam belas tahun.. Karena sejak Ayahnya meninggal, dia adalah tanggung jawabku. Sejak menikah denganmu, Dia menjadi tanggung jawabmu dunia dan akhirat. Tolong jaga dia! Bukan hanya fisiknya, tapi jagalah juga hatinya. Jika sampai dia terluka karena kamu, Aku tidak akan pernah memaafkanmu." Mamak Sutan Sati berkata tegas seraya menatap dalam pada Farhan.

Suami Nadira itu sontak terdiam menahan sesak. Selama ini dia memang tak pernah melukai Nadira secara fisik. Namun dia tahu betul bahwa dirinya telah menciptakan luka yang dalam di hati istrinya.

Kini sepasang suami istri itu saling menatap lekat. Ada penyesalan tersirat dari mata tegas milik Farhan. Sementara Nadira kembali merasakan gemuruh di dadanya. Mengingat semua yang telah dia alami selama menjadi istri Farhan.

Bab terkait

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 8. Rencana Erika

    Farhan geram karena sejak kemarin Erika tak henti-hentinya menghubungi ponselnya. Dia sengaja tak mengangkatnya karena seharian kemarin Farhan berada di rumah. Dia tidak mungkin menerima panggilan dari kekasihnya itu saat ada Mamak dan mertuanya di rumah. Pagi-pagi sekali Farhan sudah berangkat ke kantor. Banyak pekerjaan yang tertunda. Beberapa meeting dengan relasi bisnis terpaksa diganti jadwalnya. Semua ini karena keinginan Farhan yang lebih suka berada di rumah akhir-akhir ini. Mobil mercy keluaran terbaru milik Farhan telah terparkir sempurna di area parkir khusus untuknya sebagai CEO. Dengan langkah panjang Farhan berjalan menuju lobby hingga menaiki lift ke ruang kerjanya di lantai dua puluh lima. "Selamat pagi, Pak! " Sekretaris Farhan langsung berdiri menyapa atasannya. "Pagi!, Apa semua berkas sudah di letakkan di meja saya, Dian?" "Sudah,Pak. Satu jam lagi ada rapat dengan semua kepala divisi di ruang meeting." Dian, sang sekretaris membacakan jadwal Farhan hari in

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 9. Teror

    Nadira masih shock melihat foto yang muncul pada layar ponselnya. Namun segera dia tutup ketika Bu Ani hendak mendekatinya. "Ada apa, Dira? tanya Bu Ani penasaran. "Tidak apa-apa, Bu. Hanya orang salah kirim. "Ooo ....Ibu kira ada apa." "Dira ke kamar dulu mau lihat Nafa!" pamit Dira seraya berjalan tanpa menunggu jawaban dari Ibu dan Mamaknya. Nadira menutup pintu kamarnya dan kembali membuka ponselnya. Hatinya semakin terluka melihat foto-foto mesra suaminya dengan wanita lain. Wanita itu sangat cantik dan seksi. Raut wajah Farhan terlihat bahagia merangkul wanita itu. Tanpa di sadarinya genggaman tangannya semakin kuat saat mencengkeram ponsel itu. Tubuhnya luruh ke lantai bersandar pada pintu. Selama ini Nadira tahu kalau suaminya memiliki kekasih jauh sebelum menikahinya. Tapi dia masih bisa bertahan untuk tetap bersama Farhan hingga detik ini. Hampir setiap sepertiga malam Nadira memanjatkan doa untuk kebahagiaan keluarga kecilnya. Namun pertahanan yang dia jaga selama i

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 10. Kedatangan Erika

    Mata Farhan melebar melihat seseorang yang sangat dikenalnya, saat ini berada di halaman rumahnya. "Erika ...!' Farhan menggeram. kedua tangannya mengepal. Matanya menatap nanar pada wanita yang telah menjadi kekasihnya sejak tiga tahun yang lalu. Napas Farhan memburu. Kecemasan tingkat tinggi merajai perasaannya kini. Bagaimana tidak. Erika datang saat keluarga besar Nadira sedang berkumpul di rumahnya. Mamak dan ibu mertuanya juga ada di sini. Apa yang akan dia jelaskan nanti? Dia yakin Erika akan nekad. Perempuan itu keinginannya selalu harus terpenuhi. Termasuk agar dirinya segera menceraikan Nadira. Sementara Nadira membelalakkan matanya kala melihat wanita yang sangat persis dengan foto-foto yang di kirim orang tak dikenal ke ponselnya. "Apakah wanita ini yang selalu menerorku akhir-akhir ini?" pikir Nadira dalam hati. Erika masih berusaha untuk masuk ke dalam. Namun security masih belum mengizinkannya. "Mbak Erika, di dalam sedang ada acara keluarga besar Bu Dira. Saya mo

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 11. Kesalahan yang Fatal

    "Uda, mungkin ini sudah saatnya. Mari kita katakan yang sebenarnya pada Mamak danIbu. Setelah itu, ceraikan aku. InsyaAllah aku sudah siap." Parau suara Nadira karena menahan sesak. Susah payah dia menahan agar air mata ini tidak tumpah. Dia tak ingin terlihat rapuh di depan suaminya yang sebentar lagi akan pergi meninggalkannya. Farhan menatap dalam pada manik gelap milik Nadira. Dipandanginya wajah wanita yang sudah setahun ini menjadi istrinya. Kenapa rasa itu baru hadir di saat-saat seperti ini. Rasa takut kehilangan yang kini mengerogoti relung hatinya. Kemana saja dia selama ini. Kenapa baru sekarang dirinya sadar akan arti kehadiran seorang istri sholehah seperti Nadira. Seharusnya dia bersyukur memiliki istri seperti Nadira. Wanita itu tak pernah meminta apapun apalagi menyusahkan dirinya. Bertubi-tubi penyesalan menghantui perasaannya kini. Berkali-kali Farhan merutuki kebodohannya selama ini. "Tidak, Dira. Aku tidak akan menceraikanmu!" Sontak Nadira ternganga mendengar

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 12. Aku Pergi

    Wajah Farhan menegang. Saat ini rasa bencinya pada Erika semakin menjadi-jadi. Wanita itu benar-benar telah sukses menghancurkan rumah tangganya. "Tidak! Aku tidak akan menceraikan Dira," tegas Farhan, namun tidak mengurangi sikap hormatnya pada Mamak dan Bu Ani. "Kamu tidak bisa mengelak lagi, Farhan. Mamak yang akan mendampingi Nadira sampai proses perceraian ini tuntas. Perlahan Farhan mendekati Nadira yang duduk di sebelah Bu Ani. "Nadira, tolong katakan pada Mamak, bahwa kita tidak akan bercerai." Farhan memohon pada istrinya dengan raut wajah memelas. Pikiran Nadira saat ini tak lepas dari fofo-foto yang di kirim Erika dalam beberapa hari ini. Betapa mesra suaminya dengan wanita itu. Sungguh hatinya sangat terluka, dan akan lebih terluka lagi jika dia akan tetap bertahan menjadi istri Farhan. "Ayolah, Dira. Katakan pada Mamak! Tolonglah!" Farhan terus memohon pada Nadira yang masih terdiam dan larut dalam pikirannya." Pandangan Nadira beralih pada Suaminya yang berwajah

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 13. Pelukan Terakhir

    Mata Farhan melebar melihat sebuah mobil sport keluaran terbaru telah terparkir sempurna di halaman depan rumahnya. Sontak Farhan mendekati mobil mewah tersebut. "Selamat malam, Pak! Saya supir Bu Nadira, mau jemput Ibu." Seorang pria paruh baya dengan pakaian rapi turun dari mobil dan membungkuk hormat pada Farhan. Farhan terkejut bukan main mendengar ucapan pria yang mengaku sebagai supir mantan istrinya itu. "S-supir?" tanya Farhan seraya mengernyitkan dahinya Pria paruh baya itu mengangguk. "Ini mobil siapa, Pak?" tanya Farhan lagi dengan rasa penasaran. "Ini mobil Bu Nadira, Pak." Farhan ternganga tak percaya. Uang dari mana istrinya membeli mobil seharga milyaran ini? Selama ini Nadira hanya di rumah saja. Wanita itu hanya menghabiskan waktunya di depan laptop. Farhan menduga selama ini Nadira hanya senang aktif bermedia sosial. "Apa sebenarnya yang dikerjakan Nadira selama ini?" gumamnya dalam hati. "Eh, Pak Dito sudah sampai. Silakan duduk dulu, Pak. Saya ambil bara

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 14. Tak Rela Melepasmu

    "Sarapan sudah siap, Tuan." Seorang pelayan mengetuk pintu kamar Farhan. "Iya ...!" sahutnya dari dalam. Hari ini Farhan sangat tidak bersemangat. Rasanya belum lama merasakan kehangatan di rumah ini. Sejak Nafa lahir, pria itu selalu merasa betah di rumah. Kehadiran Nadira sungguh sangat berarti baginya saat ini. Farhan tak menikmati sarapan yang terasa hambar di hadapannya. Sendirian tanpa Nadira membuatnya canggung dan tak bersemangat. Panggilan dari Erika di ponsel kembali mengusiknya. Namun Farhan sama sekali tak berminat untuk mengangkatnya. Dipandangnya kursi kosong di sebelahnya tempat biasa Nadira dengan setia menemaninya sarapan setiap pagi. Walau sudah berkali-kali Farhan mengingatkan untuk tidak usah mempedulikan dirinya, namun mulai sejak awal menikah Nadira tidak pernah absen menemaninya sarapan setiap pagi. Walau Farhan tak menghiraukan kehadiran istrinya di meja makan, Nadira tetap menemaninya sarapan hingga selesai. Bahkan ketika Farhan berbincang mesra lewat pon

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 15. Sesakit Ini Rasanya

    "Ikutlah dengan kami pulang ke kampung!" Sudah ketiga kalinya Bu Ani mengajak Nadira untuk pulang. Semalam mereka mendapat kabar dari kampung bahwa nenek sakit keras dan masuk rumah sakit. Bu Ani dan Mamak memutuskan untuk kembali ke kampung halaman mereka. "Maaf, Bu, Dira indak bisa. Selain Nafa masih kecil, Dira juga masih menjalankan masa iddah," jelas Nadira. Wajah Bu Ani tampak sedih. Sesungguhnya dia mengerti dengan alasan yang disampaikan anak perempuan satu-satunya itu. Namun wanita paruh baya itu sangat berat meninggalkan Nadira sendirian dalam keadaan sekarang ini. Sejak bercerai dengan Farhan sebulan yang lalu, Nadira memang tidak pernah kemana-mana. Semua pekerjaannya masih dia kerjakan dari rumah. Sesekali Farhan datang menengok Nafa. Nadira memang tidak pernah melarang Farhan untuk datang. Hanya saja wanita itu sering mengingatkan agar Farhan tidak terlalu sering datang. Karena beberapa kali Erika masih mengacamnya. Farhan pun mengerti. Mantan suami ,Nadira itu jug

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17

Bab terbaru

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 109. Saat Keluarga Tiara Datang

    "Neil!" Helda berteriak marah melihat putranya masuk ke mobil. Neil tidak peduli dengan ancamannya. Rahangnya mengatup keras, dan tangannya mengepal. Josh yang sejak tadi memperhatikan dari tangga depan akhirnya melangkah mendekat. Ia melihat emosi Helda makin memuncak. "Cukup, Helda," ujar Josh tenang. Helda menoleh tajam. "Kamu lihat sendiri kan? Anakmu membantahku demi keluarga perempuan itu!" Josh menghela napas. "Kamu yang memaksanya untuk memilih." "Aku hanya ingin yang terbaik untuknya, Josh!" Helda membalas cepat. Josh menatap istrinya dalam. "Helda, aku tahu kamu keras kepala. Tapi sejujurnya, aku memang tidak setuju dengan acara besar ini sejak awal. Aku khawatir hal seperti ini akan terjadi." Helda melipat tangan di dada. "Jadi, kamu pikir aku yang salah?" Josh mengangguk pelan. "Bukan hanya kamu. Aku juga sempat meragukan keluarga Tiara. Tapi, aku sudah menyelidiki mereka sejak awal." Helda mengernyit. "Apa maksudmu?" Josh menarik napas dalam sebelum menjelaska

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 108. Menjelang Hari Penting

    "Tidak perlu!" Suara Helda terdengar ketus, membuat Tiara yang berdiri di balik pintu ruang tengah menahan napas. Hatinya mencelos seketika. "Mami, mereka adalah keluarganya. Mereka harus ada di acara ini." Neil mencoba berbicara lebih pelan, tapi nada suaranya tetap tegas. Tiara tahu suaminya tidak suka berdebat soal hal seperti ini. "Mami tidak mau tamu-tamu kita nanti tahu kalau istrimu itu berasal dari kampung." Tiara membekap mulutnya. Kata-kata Helda terasa seperti pukulan keras di dadanya. "Mami! Tolong jangan bicara begitu. Apa hubungannya dengan tamu-tamu kita?" "Neil, dengarkan Mami!" suara Helda terdengar lebih tegas. "Kamu adalah pengusaha besar, CEO perusahaan besar. Bagaimana jika orang-orang tahu kalau istrimu hanyalah anak dari keluarga biasa yang tinggal di desa? Itu bisa merusak reputasimu!" "Astaga! Mami masih memikirkan gengsi? Ini pernikahan, bukan acara bisnis!" Neil terdengar semakin kesal. "Mami tidak mau tahu! Pokoknya mereka tidak perlu datang!" Held

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 107. Surat Cerai

    "Selamat siang Bu Erika, saya ingin bertemu. Apa ibu bisa siang ini?" Suara pengacara Neil yang ia kenali terdengar di ujung telepon. Erika mengernyit. Kira-kira ada apa tiba-tiba pengacara Neil menghubunginya dan meminta bertemu. "Untuk apa?" tanyanya dengan nada waspada. "Ada sesuatu yang harus saya serahkan pada Ibu. Apa kita bisa bertemu di kafe dekat kantor?" Erika berpikir sejenak. Ada rasa penasaran dalam hatinya. "Baiklah, aku akan datang," sahutnya singkat. Setelah menutup telepon, ia menoleh ke arah Boyka yang duduk di sofa yang sedang memainkan ponselnya dengan santai. "Aku mau pergi sebentar," ujar Erika sambil mengambil tasnya. Boyka meliriknya sekilas. "Mau ke mana?" "Bukan urusanmu." Boyka terkekeh. "Oke, oke, tapi jangan lama-lama, nanti aku rindu." Erika tidak menanggapi dan segera pergi. Namun, tanpa ia sadari, Boyka menatap punggungnya penuh curiga, lalu dengan santai memasukkan ponselnya ke dalam saku dan lantas berdiri. Dengan naik taksi online Erika m

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 106. Pengumuman yang mengejutkan

    "Apa-apaan ini?" Suara Neil terdengar berat dan penuh amarah. Tatapannya tajam menusuk ke arah Joe yang masih berdiri terlalu dekat dengan Tiara. Rahangnya mengeras, dadanya naik turun menahan emosi. Tiara langsung menepis tangan Joe yang menghalanginya, lalu melangkah maju mendekati Neil. Kini ia berdiri di antara Neil dan Joe, khawatir jika terjadi keributan diantara dua lelaki itu. "Pak, jangan ..." bisik Tiara pelan, tangannya menggenggam lengan Neil agar pria itu tidak mendekat. Joe menelan ludah, tubuhnya sedikit mundur saat melihat ekspresi Neil yang sangat marah. Wajah atasannya itu menggelap dengan tatapan berkilat-kilat ke arah dirinya. " M-maaf, Pak Neil," ujar Joe akhirnya. "S-saya hanya ... mengajak Tiara bicara." Suara Joe terdengar gemetar. Neil menyipitkan mata. "Bicara? Dengan mendesaknya ke dinding seperti tadi?" Kali ini suara Neil terdengar menggelegar, hingga terdengar keluar ruangan. Joe hendak membuka mulut untuk membela diri, tapi tidak ada kata-kat

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 105 . Ungkapan Cinta

    "Mami mau acara resepsi pernikahan kalian nanti adalah acara yang besar." Helda bicara dengan wajah berbinar di meja makan. Neil dan Tiara yang duduk di sisi kiri tersenyum saling pandang. "Kalau perlu undang semua orang yang kita kenal, agar siapapun tau siapa istri Neil sebenarnya." Suasana sarapan pagi ini terasa lebih hangat. Helda terus bicara tentang semua rencananya. Sementara Tiara hanya diam dengan senyum tipis yang terus tersungging di wajahnya. "Josh, kenapa diam saja? Kamu nggak mau kasih pendapat?" tanya Helda masih antusias. Josh meraih segelas air putih dan meneguknya sesaat. Setelah menghela napas panjang ia bicara serius. "Ini hanya pernikahan kedua. Cukup undang kerabat dekat dan keluarga saja," tegasnya dengan pelan. "Tidak! Mami nggak setuju." Helda menyahut tak kalah tegas. "Setelah acara resepsi nanti, Mami nggak mau dengar lagi gosip-gosip miring tentang kalian berdua." "Iya, Mi. Aku akan persiapkan semuanya," sahut Neil. "Terserah kalian sajalah!" Jo

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 104. Kabar mengejutkan

    [Kau pikir bisa lari dariku, Erika? Aku akan menemukanmu.] Siapa yang mengirim pesan ini? Tangan Erika gemetar saat memegang ponselnya. Ia ingin sekali menceritakan hal ini pada Boyka, tapi gengsinya terlalu tinggi. Lagipula, ia masih membenci pria itu. Namun, di sisi lain, ia tidak bisa menepis rasa takutnya. Tiba-tiba, pintu kamar terbuka. Boyka berdiri di ambang pintu dengan ekspresi santai. "Kau belum tidur?" Erika mendongak cepat, menyembunyikan ponselnya di balik punggung. "Bukan urusanmu." Boyka menyeringai. "Aku cuma tanya." Pria itu berjalan mendekat, menyandarkan satu tangan pada pintu. "Kamu tampak gelisah." "Aku baik-baik saja," potong Erika cepat. Boyka mengangkat alis. "Benar? Yakin? Tapi perasaanku bilang tidak." Erika mengalihkan pandangan, menghindari tatapan pria itu. "Aku bilang aku baik-baik saja!" suaranya meninggi. Boyka terkekeh pelan. "Terserah kalau kamu tidak mau cerita. Tapi kalau ada sesuatu yang mengganggumu, kamu bisa bicara padaku." Erika mend

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 103. Aku Akan Menjagamu

    "Ngapain kamu di sini?" Suara Erika sangat ketus begitu melihat siapa yang berada di balik kaca mobil hitam itu. Wajahnya yang semula sangat emosi kini berubah menjadi tegang. Pria itu ternyata Boyka. Ia tersenyum miring, menatap Erika dengan intens. “Kenapa? Kecewa aku yang datang menjemputmu?” Erika mendengus kesal. “Aku nggak butuh dijemput siapa pun.” Boyka menaikkan sebelah alisnya. “Oh ya? Kamu yakin? Memangnya kamu mau ke mana malam-malam begini? Hotel? Atau kamu mau tidur di pinggir jalan?” Erika menggigit bibir, matanya melirik ke arah jalanan yang mulai sepi. Tidak ada taksi, tidak ada kendaraan lain yang bisa ia andalkan. Pikirannya berkecamuk. Ia tidak mungkin kembali ke rumah Neil. Tidak mungkin juga ia menginap di hotel dengan keadaan seperti ini. Boyka masih menatapnya dengan sabar, seolah menikmati kebingungan Erika. “Ayo, masuklah. Aku janji tidak akan berbuat macam-macam,” ucapnya dengan senyum menggoda. Erika mendengus. “Aku nggak percaya!” “Tapi .... kam

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 102. Terusir

    "Tiara, aku butuh kamu sekarang." Neil berdiri di depan pintu kamar Tiara, mengetuk pelan namun tak berhenti. Suaranya terdengar berat, nyaris bergetar, menahan emosi yang nyaris meledak Tiara, yang baru saja akan merebahkan tubuhnya ke kasur, terdiam sesaat sebelum akhirnya membuka pintu. “Pak?” Matanya menatap Neil penuh tanya. Neil tidak menjawab, hanya melangkah masuk dan langsung merebahkan tubuhnya di sofa panjang di kamar Tiara. Satu lengannya menutupi wajah, sementara tangan lainnya mengepal di atas dadanya. Tiara menutup pintu perlahan. “Bapak kenapa?” Neil menghembuskan napas panjang. “Aku lelah, Tia.” Tiara berjalan mendekat, menatap Neil yang kini tampak lebih tenang dibandingkan tadi. “Bapak habis bertengkar lagi dengan Bu Erika?” tebaknya. Neil membuka sedikit lengannya, menatap Tiara yang kini duduk di ujung sofa. “Kamu tahu semuanya?” Tiara mengangguk. “Saya dengar sedikit tadi. Apa benar Bapak akan menceraikan Bu Erika?” Neil mengusap wajahnya dengan kasar

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 101. Terbongkar

    “Siapa Boyka?!” Suara Neil terdengar tegas dan penuh kecurigaan. Matanya menatap tajam ke arah Erika yang kini berdiri mematung dengan wajah pucat. Erika menelan ludah. Ponselnya masih terus bergetar di tangannya. Ia tahu kalau ia tidak segera mematikan panggilan itu, situasi akan semakin buruk. Dengan tangan gemetar, Erika buru-buru menekan tombol merah dan memasukkan ponselnya ke dalam saku. “Neil …” Erika mencoba tersenyum, tapi jelas terlihat kalau itu dipaksakan. “Itu ... hanya teman lama. Aku nggak tahu kenapa dia tiba-tiba menelepon.” Neil menyipitkan matanya. “Teman lama? Lalu kenapa kamu terlihat ketakutan?” “Aku …” Erika mengalihkan pandangannya. “Aku cuma kaget aja. Aku nggak menyangka dia masih punya nomorku.” Erika mencoba tersenyum. Neil mendengus pelan. “Jangan bohong! Aku lihat sendiri bagaimana ekspresimu tadi.” Erika mulai panik. Ia harus mencari cara untuk mengalihkan perhatian Neil. “Neil, aku benar-benar merasa nggak enak badan …” Erika kembali mengelus p

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status