Home / Rumah Tangga / Cinta yang Disadari Usai Bercerai / Bab 6. Debaran yang Tak Biasa

Share

Bab 6. Debaran yang Tak Biasa

Author: Rina Novita
last update Last Updated: 2023-01-17 19:28:31

Erika memandang kagum pada bayangan dirinya di cermin. Pagi ini, wanita berkulit putih dengan mata agak sipit itu sengaja berhias dengan penampilan memukau. Dress selutut berwarna peach dengan high heels berwarna senada membuatnya tampil segar dan cantik. Gadis itu berniat hendak membuat kejutan untuk kekasih hatinya.

Mobil sport keluaran terbaru telah terparkir cantik di depan rumahnya. Seorang supir pribadi telah siap mengemudi dan membawa Erika ke tempat tujuan.

"Ke mana, Non?" Tanya Dipa sang supir pribadi seraya melirik majikannya dari kaca spion dalam mobil ini..

"Kita ke kantor Farhan!"

"Baik, siap, Non!" Dipa langsung melajukan mobil ke arah jalan Jendral Sudirman, yang memang tak jauh dari lokasi rumah Erika.

Kantor Farhan memang berada di pusat kota Jakarta, diantara gedung-gedung pencakar langit. Perjalanan belum begitu macet, hingga mereka hanya  menempuh waktu lima belas menit sudah tiba di area parkir PT. Elang Naga, milik Farhan Adiguna.

Erika turun di lobby utama, kemudian dengan melenggak lenggokkan tubuh sintalnya melangkah menuju lantai dua puluh lima, tempat di mana ruang kerja  Farhan berada.

"Selamat pagi, Bu Erika!" sapa seorang sektetaris yang telah mengenal Erika sejak lama. Hampir seluruh karyawan pun mengenal Erika dengan baik. Wanita itu terkenal cukup ramah pada semua orang.

Tak ada satupun karyawan yang berani menanyakan perihal istri dari pemilik perusahaan ini. Mereka memang mendengar Farhan sudah menikah. Namun tak pernah sekali pun Farhan membawa atau memperkenalkan istrinya pada karyawannya. Saat acara-acara kantor pun, Farhan justru selalu membawa Erika. Hampir seluruh relasi bisnis Farhan mengenal Erika sebagai kekasih Farhan.

"Pagi, apa Farhan sudah datang?" tanya Erika sambil melirik ruangan Farhan yang masih tertutup rapat

"Pak Farhan belum datang, Bu."

"Ya sudah. Aku tunggu di dalam ya." Dalam hatinya Erika bersorak karena Farhan belum datang. Dengan begitu dia bisa menjalankan misinya sebelum kekasihnya itu tiba.

"Silakan Bu Erika."

Erika sudah biasa keluar dan masuk dengan bebas di kantor Farhan, juga di ruang pribadi Farhan. Namun kali ini ada misi tertentu yang hendak Erika lakukan di ruang pribadi kekasihnya itu.

Erika duduk di kursi kebesaran sang CEO seraya memandang sekeliling ruangan. Wanita cantik itu sedang mencari sesuatu yang sangat penting. Sesuatu yang bisa membuat Farhan dan istrinya segera bercerai.

Mata Erika tertuju pada sebuah lemari terbuat dari besi di sudut ruangan. Pada beberapa lacinya bertuliskan 'dokumen keluarga'. Erika melangkah menghampiri lemari tersebut dan perlahan mulai membuka laci itu satu persatu dari bagian atas.

"Di mana surat perjanjian itu?" gumamnya.

Erika terus memilah satu persatu map-map yang berada di dalam laci-laci lemari itu.

Mata Erika melebar saat menemukan sabuah map coklat bertuliskan ' surat perjanjian pernikahan'.

Dengan cepat Erika meraih Map itu dan membukanya. Selembar kertas bermaterai dalam genggamannya membuat Erika tersenyum  penuh kemenangan.  Tanpa menunggu lama,  Wanita itu mengeluarkan ponselnya dan menyalakan kamera. Erika    mulai mengambil  beberapa gambar surat perjanjian itu.

Setelahnya, Erika meletakkan kembali surat itu ke tempat semula. Dia menghela napas panjang karena lega. Satu bukti sebagai senjatanya sudah berada di tangannya kini.

Erika kembali duduk di kursi kebesaran Farhan sambil menunggu datangnya CEO itu datang. Tak lama kemudian sang sekretaris mengetuk pintu dan kemudian masuk.

"Ada apa? Apa Farhan sudah datang?" tanya Erika bingung karena sekretaris Farhan hanya masuk sendirian.

"Maaf Bu Erika. Pak Farhan baru memberi kabar, beliau tidak ke kantor hari ini."

Erika menggerutu dan geram. Dia khawatir Farhan mulai menghindarinya.

"Ya sudah, besok saya ke sini lagi " sahut Erika tak bersemangat seraya meraih tasnya yang berada di meja Farhan.

Erika kembali pulang dengan rasa kecewa dan emosi. Sejak tadi pun Farhan sama sekali tak membalas pesannya. Apalagi menerima panggilannya. Sepertinya Farhan benar-benar telah menghindar darinya.

.

Sementara itu, dari pintu dapur Nadira terharu melihat Farhan dengan semangat menemani baby Nafa berjemur di taman belakang. Sejak tadi Farhan tak beranjak duduk dari kursi taman di sebelah stroler Baby Nafa.

"Uda tidak jadi ke kantor hari ini?" tanya Nadira seraya menghampiri suami dan anaknya.

"Tidak," sahut Farhan singkat dengan pandangannya masih terus pada Baby Nafa yang menggeliat-geliat di dalam strolernya.

Sebenarnya Nadira ingin sekali menanyakan alasannya kenapa suaminya yang tadi sudah rapi dengan pakaian kerjanya, tiba-tiba saja tak jadi berangkat dan memilih menemani Baby Nafa di taman.

Namun Nadira mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih jauh. Dia tak ingin merusak suasana yang membuat damai  hatinya. Saat ini Nadira berusaha menghindari perdebatan dengan Farhan. Karena masih ada Bu Ani di rumahnya.

Saat Baby Nafa telah digendong kembali oleh Nadira, Farhan kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian.

Pria itu memang membatalkan kepergiannya ke kantor saat mendengar laporan dari sekretarisnya bahwa Erika sedang menunggunya di sana. Sejak kedatangannya ke rumah Erika beberapa hari yang lalu, Farhan belum ingin bertemu kembali dengan kekasihnya itu. Saat ini dia sedang meyakinkan dirinya dengan keputusan yang hendak dia ambil nantinya.

.

.

.

Farhan, Nadira dan Bu Ani saat ini sedang menikmati makan siang di meja makan.

"Dira, Mamakmu tadi menelpon Ibu. Katanya besok dia akan ke jakarta. Apa Nak Farhan bisa menjemputnya di bandara?"

"Bu, biar Mamak pakai taksi online sajalah. Uda Farhan pasti sibuk dengan pekerjaannya. Mana mungkin Uda bisa jemput-jemput Mamak ke bandara. Lagipula besok masih hari kerja," sanggah Nadira cepat karena merasa tidak enak jika sampai merepotkan Farhan.

"Tidak apa-apa. Biar Aku saja yang jemput Mamak besok," sahut Farhan tenang.

Nadira sontak menoleh pada Farhan dan memandangnya tak percaya.

Sementara Farhan nampak tenang menikmati makan siangnya tanpa menghiraukan Nadira.

"Terima kasih, Nak Farhan." Wajah Bu Ani berbinar. Hatinya makin merasa bangga dengan Farhan.

Sejak pulangnya Nadira dari rumah sakit, Farhan banyak menghabiskan waktu di ruang kerjanya. Saat istirahat dia menghabiskan waktunya bermain dengan Baby Nafa.

Namun malam ini entah mengapa sejak beberapa jam yang lalu Farhan belum beranjak dari kamar Nadira. Entah kenapa satu perasaan aneh menyelusup ke dalam relung hatinya. Farhan duduk di sofa kamar sambil membuka-buka ponselnya. Sementara Nadira menyusui Baby Nafa sampai putrinya itu tertidur pulas.

"Uda belum tidur?" Nadira menyapa suaminya yang masih tertunduk melihat ponselnya. Wanita itu meletakkan Baby Nafa yang sudah nyenyak, di box bayi.

Farhan mendongakkan kepalanya dan memandang Nadira yang sedang duduk di tepi ranjang. Entah kenapa Farhan ingin sekali memeluk istrinya itu saat ini. Hatinya selalu menghangat setiap berada di dekat Nadira. Ada debaran yang tak biasa saat bertemu pandang dengan istrinya yang semakin hari terlihat semakin cantik di matanya.

Farhan perlahan mendekati ranjang dan duduk persis di sebelah Nadira. Jantungnya berpacu dengan cepat. Tatapan mereka seakan saling mengunci satu sama lain. Tanpa ragu, Farhan meraih tubuh Nadira dan memeluknya erat.

"Maafkan Aku, maafkan Aku ...!" lirihnya dengan napas memburu.

Related chapters

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 7. Jagalah Hatinya

    Nadira terjaga mendengar tangisan Nafa dari box bayinya. Namun sesuatu yang melingkar diperutnya membuatnya sulit untuk bangkit. Jantung Nadira bedetak cepat saat menyadari sebuah tangan kokoh memeluknya dari belakang. Hembusan napas hangat di belakang lehernya meciptakan desiran hebat di dadanya. "Sejak kapan Uda Farhan tidur di sebelahku?" pikirnya dalam hati. Semalam, setelah mereka berpelukan cukup lama, Farhan masuk ke ruang kerjanya lewat pintu tembus dari kamar mereka, dan tidak kembali hingga Nadira tertidur pulas. Dia mengira , seperti biasanya, Farhan akan tidur di sofa panjang di ruang kerjanya itu sampai pagi. Namun entah kapan suaminya itu kembali dan tertidur di sampingnya. Perlahan Nadira mengangkat tangan kekar yang masih melingkar di perutnya. Namun Tangan itu begitu erat. Tangisan Nafa mulai terdengar kencang. "Uda, maaf! Nafa nangis." Nadira menepuk pelan lengan suaminya. Sontak Farhan terjaga dan melepaskan tangannya. Nadira pun bangkit lalu menghampiri Nafa

    Last Updated : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 8. Rencana Erika

    Farhan geram karena sejak kemarin Erika tak henti-hentinya menghubungi ponselnya. Dia sengaja tak mengangkatnya karena seharian kemarin Farhan berada di rumah. Dia tidak mungkin menerima panggilan dari kekasihnya itu saat ada Mamak dan mertuanya di rumah. Pagi-pagi sekali Farhan sudah berangkat ke kantor. Banyak pekerjaan yang tertunda. Beberapa meeting dengan relasi bisnis terpaksa diganti jadwalnya. Semua ini karena keinginan Farhan yang lebih suka berada di rumah akhir-akhir ini. Mobil mercy keluaran terbaru milik Farhan telah terparkir sempurna di area parkir khusus untuknya sebagai CEO. Dengan langkah panjang Farhan berjalan menuju lobby hingga menaiki lift ke ruang kerjanya di lantai dua puluh lima. "Selamat pagi, Pak! " Sekretaris Farhan langsung berdiri menyapa atasannya. "Pagi!, Apa semua berkas sudah di letakkan di meja saya, Dian?" "Sudah,Pak. Satu jam lagi ada rapat dengan semua kepala divisi di ruang meeting." Dian, sang sekretaris membacakan jadwal Farhan hari in

    Last Updated : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 9. Teror

    Nadira masih shock melihat foto yang muncul pada layar ponselnya. Namun segera dia tutup ketika Bu Ani hendak mendekatinya. "Ada apa, Dira? tanya Bu Ani penasaran. "Tidak apa-apa, Bu. Hanya orang salah kirim. "Ooo ....Ibu kira ada apa." "Dira ke kamar dulu mau lihat Nafa!" pamit Dira seraya berjalan tanpa menunggu jawaban dari Ibu dan Mamaknya. Nadira menutup pintu kamarnya dan kembali membuka ponselnya. Hatinya semakin terluka melihat foto-foto mesra suaminya dengan wanita lain. Wanita itu sangat cantik dan seksi. Raut wajah Farhan terlihat bahagia merangkul wanita itu. Tanpa di sadarinya genggaman tangannya semakin kuat saat mencengkeram ponsel itu. Tubuhnya luruh ke lantai bersandar pada pintu. Selama ini Nadira tahu kalau suaminya memiliki kekasih jauh sebelum menikahinya. Tapi dia masih bisa bertahan untuk tetap bersama Farhan hingga detik ini. Hampir setiap sepertiga malam Nadira memanjatkan doa untuk kebahagiaan keluarga kecilnya. Namun pertahanan yang dia jaga selama i

    Last Updated : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 10. Kedatangan Erika

    Mata Farhan melebar melihat seseorang yang sangat dikenalnya, saat ini berada di halaman rumahnya. "Erika ...!' Farhan menggeram. kedua tangannya mengepal. Matanya menatap nanar pada wanita yang telah menjadi kekasihnya sejak tiga tahun yang lalu. Napas Farhan memburu. Kecemasan tingkat tinggi merajai perasaannya kini. Bagaimana tidak. Erika datang saat keluarga besar Nadira sedang berkumpul di rumahnya. Mamak dan ibu mertuanya juga ada di sini. Apa yang akan dia jelaskan nanti? Dia yakin Erika akan nekad. Perempuan itu keinginannya selalu harus terpenuhi. Termasuk agar dirinya segera menceraikan Nadira. Sementara Nadira membelalakkan matanya kala melihat wanita yang sangat persis dengan foto-foto yang di kirim orang tak dikenal ke ponselnya. "Apakah wanita ini yang selalu menerorku akhir-akhir ini?" pikir Nadira dalam hati. Erika masih berusaha untuk masuk ke dalam. Namun security masih belum mengizinkannya. "Mbak Erika, di dalam sedang ada acara keluarga besar Bu Dira. Saya mo

    Last Updated : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 11. Kesalahan yang Fatal

    "Uda, mungkin ini sudah saatnya. Mari kita katakan yang sebenarnya pada Mamak danIbu. Setelah itu, ceraikan aku. InsyaAllah aku sudah siap." Parau suara Nadira karena menahan sesak. Susah payah dia menahan agar air mata ini tidak tumpah. Dia tak ingin terlihat rapuh di depan suaminya yang sebentar lagi akan pergi meninggalkannya. Farhan menatap dalam pada manik gelap milik Nadira. Dipandanginya wajah wanita yang sudah setahun ini menjadi istrinya. Kenapa rasa itu baru hadir di saat-saat seperti ini. Rasa takut kehilangan yang kini mengerogoti relung hatinya. Kemana saja dia selama ini. Kenapa baru sekarang dirinya sadar akan arti kehadiran seorang istri sholehah seperti Nadira. Seharusnya dia bersyukur memiliki istri seperti Nadira. Wanita itu tak pernah meminta apapun apalagi menyusahkan dirinya. Bertubi-tubi penyesalan menghantui perasaannya kini. Berkali-kali Farhan merutuki kebodohannya selama ini. "Tidak, Dira. Aku tidak akan menceraikanmu!" Sontak Nadira ternganga mendengar

    Last Updated : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 12. Aku Pergi

    Wajah Farhan menegang. Saat ini rasa bencinya pada Erika semakin menjadi-jadi. Wanita itu benar-benar telah sukses menghancurkan rumah tangganya. "Tidak! Aku tidak akan menceraikan Dira," tegas Farhan, namun tidak mengurangi sikap hormatnya pada Mamak dan Bu Ani. "Kamu tidak bisa mengelak lagi, Farhan. Mamak yang akan mendampingi Nadira sampai proses perceraian ini tuntas. Perlahan Farhan mendekati Nadira yang duduk di sebelah Bu Ani. "Nadira, tolong katakan pada Mamak, bahwa kita tidak akan bercerai." Farhan memohon pada istrinya dengan raut wajah memelas. Pikiran Nadira saat ini tak lepas dari fofo-foto yang di kirim Erika dalam beberapa hari ini. Betapa mesra suaminya dengan wanita itu. Sungguh hatinya sangat terluka, dan akan lebih terluka lagi jika dia akan tetap bertahan menjadi istri Farhan. "Ayolah, Dira. Katakan pada Mamak! Tolonglah!" Farhan terus memohon pada Nadira yang masih terdiam dan larut dalam pikirannya." Pandangan Nadira beralih pada Suaminya yang berwajah

    Last Updated : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 13. Pelukan Terakhir

    Mata Farhan melebar melihat sebuah mobil sport keluaran terbaru telah terparkir sempurna di halaman depan rumahnya. Sontak Farhan mendekati mobil mewah tersebut. "Selamat malam, Pak! Saya supir Bu Nadira, mau jemput Ibu." Seorang pria paruh baya dengan pakaian rapi turun dari mobil dan membungkuk hormat pada Farhan. Farhan terkejut bukan main mendengar ucapan pria yang mengaku sebagai supir mantan istrinya itu. "S-supir?" tanya Farhan seraya mengernyitkan dahinya Pria paruh baya itu mengangguk. "Ini mobil siapa, Pak?" tanya Farhan lagi dengan rasa penasaran. "Ini mobil Bu Nadira, Pak." Farhan ternganga tak percaya. Uang dari mana istrinya membeli mobil seharga milyaran ini? Selama ini Nadira hanya di rumah saja. Wanita itu hanya menghabiskan waktunya di depan laptop. Farhan menduga selama ini Nadira hanya senang aktif bermedia sosial. "Apa sebenarnya yang dikerjakan Nadira selama ini?" gumamnya dalam hati. "Eh, Pak Dito sudah sampai. Silakan duduk dulu, Pak. Saya ambil bara

    Last Updated : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 14. Tak Rela Melepasmu

    "Sarapan sudah siap, Tuan." Seorang pelayan mengetuk pintu kamar Farhan. "Iya ...!" sahutnya dari dalam. Hari ini Farhan sangat tidak bersemangat. Rasanya belum lama merasakan kehangatan di rumah ini. Sejak Nafa lahir, pria itu selalu merasa betah di rumah. Kehadiran Nadira sungguh sangat berarti baginya saat ini. Farhan tak menikmati sarapan yang terasa hambar di hadapannya. Sendirian tanpa Nadira membuatnya canggung dan tak bersemangat. Panggilan dari Erika di ponsel kembali mengusiknya. Namun Farhan sama sekali tak berminat untuk mengangkatnya. Dipandangnya kursi kosong di sebelahnya tempat biasa Nadira dengan setia menemaninya sarapan setiap pagi. Walau sudah berkali-kali Farhan mengingatkan untuk tidak usah mempedulikan dirinya, namun mulai sejak awal menikah Nadira tidak pernah absen menemaninya sarapan setiap pagi. Walau Farhan tak menghiraukan kehadiran istrinya di meja makan, Nadira tetap menemaninya sarapan hingga selesai. Bahkan ketika Farhan berbincang mesra lewat pon

    Last Updated : 2023-01-17

Latest chapter

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 94. Mulai Terkuak

    "Kamu bicara apa, Tia?" Setelah menghela napas panjang, Neil kembali bicara. Namun kali ini wajahnya tampak kecewa. Beberapa kali ia mendengkus kasar sambil memalingkan wajahnya. "Aku serius, Pak. Anak itu tentunya lebih penting dari aku. Dia darah daging Bapak." Tiara berusaha tenang, tapi suaranya terdengar bergetar. Berusaha mengabaikan gemuruh yang menghantam dadanya. "Aku bisa merasakan apa yang dirasakan Bu Erika saat ini, Pak. Dia pasti ingin anak itu memiliki orang tua yang lengkap." Tiara melanjutkan kalimatnya masih dengan suara bergetar. Ia menahan diri agar air matanya tidak tumpah. Lagi-lagi Neil menghempas napas kasar. Seakan tidak suka mendengar kata-kata yang diucapkan Tiara. Ia gelengkan kepala dengan wajah kesal. "Tidak! Aku tidak akan pernah meninggalkanmu demi Erika. Aku mencintaimu, Tia! Jangan buat aku hampir gila karena takut kehilanganmu." Seketika Neil memeluk Tiara dengan erat. Sesaat mereka terdiam. Menikmati keintiman yang begitu hangat dan penuh cinta.

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 93. Rahasia Kehamilan Erika

    "Ini semua untuk kebaikanmu, Erika.”Nyonya Helda menggenggam tangan Erika erat. Wajahnya menunjukkan kepedulian yang dalam, meskipun jauh di lubuk hati, ia masih berharap kehamilan Erika dapat menjadi bukti untuk menyelamatkan nama keluarga. Beberapa jam yang lalu Helda memaksa Erika memeriksakan kandungannya ke dokter spesialis kandungan. Awalnya Erika tidak mau, tapi ibu mertuanya itu memaksa. Hingga mereka tiba di ruang tunggu sebuah kliknik ternama, Erika masih menolaknya. “Mi, aku nggak perlu diperiksa lagi. Dokter sebelumnya sudah bilang kalau aku baik-baik saja,” ucap Erika sambil memalingkan wajah. Nada suaranya terdengar lemah, namun penuh kecemasan. Pikirannya masih dipenuhi oleh penyebab kehamilannya yang ia pikir bukan dari Neil. “Erika, jangan membantah. Kamu harus memastikan kandunganmu sehat. Lagipula, Neil juga harus tahu kalau dia akan punya anak. Kamu ingin dia percaya, kan?” Helda berbicara dengan nada lembut, tetapi ada ketegasan yang tak bisa ditolak. Erika m

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 92. Benarkah Erika Hamil?

    "Jangan-jangan kehamilan ini hanya akal-akalanmu saja." Josh mendengkus kasar, pandangannya berpaling dari Erika yang terus memasang wajah memohon. "Tega kamu bicara seperti itu, Josh! Apa kamu nggak pernah mikirin keadaan Erika?” Suara Nyonya Helda melengking di ruang tamu, menghentikan langkah Josh yang hendak pergi. Erika, yang kini duduk bersandar di sofa dengan wajah memucat, mulai menangis histeris. “Kalau Papi terus seperti ini … aku beneran nggak kuat. Aku nggak tahu lagi harus gimana,” Erika menangis terisak, sambil memegang perutnya. “Berhenti menangis, Erika!” bentak Josh, meskipun nadanya mulai melemah. Ia memandang istrinya yang tampak cemas dan bingung. “Josh, apa kamu mau lihat Erika kehilangan anaknya karena stres?” Helda menatap suaminya tajam. “Dia sedang mengandung cucu kita, Josh!” Josh mendesah panjang, lalu mendekati meja di sudut ruangan. “Baiklah, tapi ini tidak akan mengubah apa pun. Aku tetap akan bertindak dan mencari tahu semuanya.” Ia menatap Erika d

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 91. Terbongkar

    “Pergi dari sini! Jangan pernah kembali lagi!” Suara ayah Tiara menggema di halaman rumah. Meski terdengar lantang, pria tua itu tampak gemetar menahan sesak yang menghimpit dadanya. Netranya yang berkaca-kaca tak mampu ia sembunyikan. Rasa malu dan kecewa, atau mungkin juga ada rasa iba yang ia rasakan saat ini. Namun, egonya sebagai seorang ayah lebih besar demi menjaga nama baik keluarganya Tiara hanya bisa menangis tersedu-sedu, hatinya saat ini bercampur aduk. Menyesal, marah dan bingung. Sementara Neil berdiri di sampingnya, mencoba menenangkan. Pria itu pun tak kalah menyesal. Karena dirinya yang tak bisa mengendalikan diri malam itu, hingga akhirnya menodai Tiara. Namun di lubuk hatinya yang terdalam, ia tidak pernah menyesal telah mencintai Tiara. Wanita yang dia anggap luar biasa. Entah kenapa ia bisa terlambat menyadari itu. Diam-diam ia sempat melihat sosok Rohmat melintas diantara para tetangga yang berkerumun. Neil melihat jelas senyum kepuasan dari pria bertampang

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 90. Pulang Kampung

    “Hei, turun aja deh, jangan bikin ribut di sini!” Seorang pria bertubuh kekar di barisan depan bus berteriak dengan nada kesal. Suaranya diikuti beberapa penumpang lain yang mulai protes. “Kita udah telat gara-gara ini, tahu nggak?” Neil tetap duduk di samping Tiara, tidak bergeming. Wajahnya tegas, matanya menatap lurus ke arah sopir yang masih berdiri di luar pintu bus. Sesekali ia melirik Tiara yang masih menunduk. “Tiara, kalau kamu nggak ikut turun, aku juga nggak akan turun,” ucap Neil pelan namun tegas. Tiara melotot menoleh pada Neil. Lalu menghempas napas kasar. Ia semakin cemas mendengar protes yang terus menerus dari para penumpang. Ia melirik Neil yang terlihat tenang, seolah tak terpengaruh oleh situasi di sekitarnya. Namun, dalam hati, ia tahu, Neil tidak main-main. “Pak, mereka semua marah. Jangan bikin masalah lagi. Saya beneran mau pulang kampung,” bisik Tiara, suaranya bergetar. Ia mulai tampak bingung dan bimbang. Apalagi saat ini hampir semua mata memand

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 89. Bimbang

    Bab 91 “Tiara! Jangan main-main! Kamu di mana?” Neil berteriak sambil mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kamar kost. Nafasnya mulai tak teratur, dadanya terasa sesak. Ia melangkah cepat membuka pintu kamar mandi. Tapi Tiara tidak ada di mana-mana. "Apa mungkin dia ke supermarket itu lagi? Tapi ini masih pagj. Supermarket itu pasti belum buka," pikir Neil, lalu bergerak keluar setelah mengenakan pakaiannya. "Bu, Ibu !” Neil berteriak memanggil ibu kost dari lorong. Ia sangat panik hingga tak menyadari bahwa teriakannya mengundang perhatian semua panghuni di pagi itu. Tak lama kemudian, ibu kost keluar dari pintu utama dengan wajah bingung. “Ada apa, Pak Neil?” tanya ibu kost sambil merapikan kerudungnya. “Tiara … istri saya. Apa Ibu lihat dia keluar tadi pagi?” Neil langsung bertanya tanpa basa-basi. Matanya menatap penuh harap. Ibu kost menggeleng. “Nggak, Pak. Dari tadi pagi saya nggak lihat Bu Tiara keluar. Ada masalah, Pak? Apa ... Bu Tiara diculik lagi?" Neil hanya m

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 88. Cinta yang Sebenarnya

    “Neil! Kamu yakin tinggal di tempat seperti ini? Apa kamu nggak malu?” Suara Nyonya Helda terdengar lantang, mendominasi suasana tenang di depan rumah kost. Neil baru saja turun dari mobil bersama Tiara ketika ibunya keluar dari mobil mewah dengan raut wajah marah. Neil menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri sebelum menghadapi sang mami. “Mami, tolong jangan begini. Ini sudah malam. Rasanya tidak enak dengan ibu pemilik kost ini." Netra Neil berkeliling mencari sosok ibu kost. Ia merasa bersalah karena ibunya baru saja mengatakan hal yang kurang pantas. "Biar saja. Kamu itu sudah bikin malu keluarga tinggal di tempat seperti ini!” bentak Nyonya Helda sambil menunjuk ke arah kost. “Ingat, Neil, kamu itu anak seorang konglomerat!" Tiara berdiri di belakang Neil, wajahnya pucat. Sejak tadi ia hanya menunduk. Ia tidak mau Nyonya Helda kembali memarahinya. “Ini bukan urusan Mami. Aku nyaman di sini,” balas Neil dengan nada datar, mencoba menahan emosi. “Nyaman? Tinggal di k

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 87. Tertembak

    Dipa dan kedua temannya menatap tajam pada mobil yang berhenti di depan halaman. Jantungnya berdebar untuk mengetahui siapa yang datang. "Lo Dipa, kan? Jangan coba-coba bikin masalah sama Erika! Kalau lo gak berani, biar gue yang akan ambil alih kerjaan ini." Teriakan seorang pria berbadan besar terdengar keras, memecah ketegangan di halaman rumah kosong itu. Dua pria bertubuh kekar baru saja keluar dari mobil, berjalan mendekati Dipa dengan sorot mata mengancam. Dipa berdiri menahan nafas mencoba untuk tetap tenang. "Memangnya lo siapa, mau ngatur-ngatur di sini, hah?" balas Dipa dengan nada dingin, meski dalam hatinya mulai merasa cemas. Ia membalas tatapan dua pria itu dengan tak kalah tajam. "Kami dapat perintah dari Erika. Dia suruh kita kesini karena lo kerja nggak becus dan lamban," jawab pria pertama dengan tatapan tajam. "Erika nggak mau nunggu terlalu lama." Mata dua pria itu mengedar seakan sedang mencari sesuatu. "Kalau dia nggak sabaran, suruh aja dia kesini. Gue n

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai    Bab 86. Terjebak

    [Tunggu apa lagi? Cepat selesaikan! Jangan bikin aku marah[ pesan Erika muncul di layar ponsel Dipa, membuat tangan pria itu gemetar. Ia memandang Tiara yang duduk di kursi dengan tangan terikat. Wanita itu terlihat lemah dan pasrah, tetapi matanya menyiratkan ketakutan yang dalam. “Bos, kita serius mau nunda lagi?” salah satu pria di belakangnya mendesak. “Erika nggak main-main kalau dia marah.” “Diam dulu! Gue yang atur semuanya!” bentak Dipa, membuat pria itu mundur dengan kesal. “Kalau gitu cepat putusin, Bos. Jangan bikin kita semua kena getahnya,” desak pria lainnya yang berdiri di dekat pintu. Dipa tidak langsung menjawab. Ia berjalan ke sudut ruangan, menghela napas panjang, lalu membaca ulang pesan-pesan Erika yang terus masuk, semakin marah dan penuh ancaman. [Kalau kamu nggak nurut, aku bakal kirim orang lain buat beresin ini. Kamu nggak bakal dapat apa-apa dariku. Pikirin itu!] Dipa mengepalkan tangannya. Pikirannya penuh dengan kebingungan. Erika memang menjanjikan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status