Home / Pernikahan / Cinta yang Disadari Usai Bercerai / Bab 6. Debaran yang Tak Biasa

Share

Bab 6. Debaran yang Tak Biasa

Author: Rina Novita
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Erika memandang kagum pada bayangan dirinya di cermin. Pagi ini, wanita berkulit putih dengan mata agak sipit itu sengaja berhias dengan penampilan memukau. Dress selutut berwarna peach dengan high heels berwarna senada membuatnya tampil segar dan cantik. Gadis itu berniat hendak membuat kejutan untuk kekasih hatinya.

Mobil sport keluaran terbaru telah terparkir cantik di depan rumahnya. Seorang supir pribadi telah siap mengemudi dan membawa Erika ke tempat tujuan.

"Ke mana, Non?" Tanya Dipa sang supir pribadi seraya melirik majikannya dari kaca spion dalam mobil ini..

"Kita ke kantor Farhan!"

"Baik, siap, Non!" Dipa langsung melajukan mobil ke arah jalan Jendral Sudirman, yang memang tak jauh dari lokasi rumah Erika.

Kantor Farhan memang berada di pusat kota Jakarta, diantara gedung-gedung pencakar langit. Perjalanan belum begitu macet, hingga mereka hanya  menempuh waktu lima belas menit sudah tiba di area parkir PT. Elang Naga, milik Farhan Adiguna.

Erika turun di lobby utama, kemudian dengan melenggak lenggokkan tubuh sintalnya melangkah menuju lantai dua puluh lima, tempat di mana ruang kerja  Farhan berada.

"Selamat pagi, Bu Erika!" sapa seorang sektetaris yang telah mengenal Erika sejak lama. Hampir seluruh karyawan pun mengenal Erika dengan baik. Wanita itu terkenal cukup ramah pada semua orang.

Tak ada satupun karyawan yang berani menanyakan perihal istri dari pemilik perusahaan ini. Mereka memang mendengar Farhan sudah menikah. Namun tak pernah sekali pun Farhan membawa atau memperkenalkan istrinya pada karyawannya. Saat acara-acara kantor pun, Farhan justru selalu membawa Erika. Hampir seluruh relasi bisnis Farhan mengenal Erika sebagai kekasih Farhan.

"Pagi, apa Farhan sudah datang?" tanya Erika sambil melirik ruangan Farhan yang masih tertutup rapat

"Pak Farhan belum datang, Bu."

"Ya sudah. Aku tunggu di dalam ya." Dalam hatinya Erika bersorak karena Farhan belum datang. Dengan begitu dia bisa menjalankan misinya sebelum kekasihnya itu tiba.

"Silakan Bu Erika."

Erika sudah biasa keluar dan masuk dengan bebas di kantor Farhan, juga di ruang pribadi Farhan. Namun kali ini ada misi tertentu yang hendak Erika lakukan di ruang pribadi kekasihnya itu.

Erika duduk di kursi kebesaran sang CEO seraya memandang sekeliling ruangan. Wanita cantik itu sedang mencari sesuatu yang sangat penting. Sesuatu yang bisa membuat Farhan dan istrinya segera bercerai.

Mata Erika tertuju pada sebuah lemari terbuat dari besi di sudut ruangan. Pada beberapa lacinya bertuliskan 'dokumen keluarga'. Erika melangkah menghampiri lemari tersebut dan perlahan mulai membuka laci itu satu persatu dari bagian atas.

"Di mana surat perjanjian itu?" gumamnya.

Erika terus memilah satu persatu map-map yang berada di dalam laci-laci lemari itu.

Mata Erika melebar saat menemukan sabuah map coklat bertuliskan ' surat perjanjian pernikahan'.

Dengan cepat Erika meraih Map itu dan membukanya. Selembar kertas bermaterai dalam genggamannya membuat Erika tersenyum  penuh kemenangan.  Tanpa menunggu lama,  Wanita itu mengeluarkan ponselnya dan menyalakan kamera. Erika    mulai mengambil  beberapa gambar surat perjanjian itu.

Setelahnya, Erika meletakkan kembali surat itu ke tempat semula. Dia menghela napas panjang karena lega. Satu bukti sebagai senjatanya sudah berada di tangannya kini.

Erika kembali duduk di kursi kebesaran Farhan sambil menunggu datangnya CEO itu datang. Tak lama kemudian sang sekretaris mengetuk pintu dan kemudian masuk.

"Ada apa? Apa Farhan sudah datang?" tanya Erika bingung karena sekretaris Farhan hanya masuk sendirian.

"Maaf Bu Erika. Pak Farhan baru memberi kabar, beliau tidak ke kantor hari ini."

Erika menggerutu dan geram. Dia khawatir Farhan mulai menghindarinya.

"Ya sudah, besok saya ke sini lagi " sahut Erika tak bersemangat seraya meraih tasnya yang berada di meja Farhan.

Erika kembali pulang dengan rasa kecewa dan emosi. Sejak tadi pun Farhan sama sekali tak membalas pesannya. Apalagi menerima panggilannya. Sepertinya Farhan benar-benar telah menghindar darinya.

.

Sementara itu, dari pintu dapur Nadira terharu melihat Farhan dengan semangat menemani baby Nafa berjemur di taman belakang. Sejak tadi Farhan tak beranjak duduk dari kursi taman di sebelah stroler Baby Nafa.

"Uda tidak jadi ke kantor hari ini?" tanya Nadira seraya menghampiri suami dan anaknya.

"Tidak," sahut Farhan singkat dengan pandangannya masih terus pada Baby Nafa yang menggeliat-geliat di dalam strolernya.

Sebenarnya Nadira ingin sekali menanyakan alasannya kenapa suaminya yang tadi sudah rapi dengan pakaian kerjanya, tiba-tiba saja tak jadi berangkat dan memilih menemani Baby Nafa di taman.

Namun Nadira mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih jauh. Dia tak ingin merusak suasana yang membuat damai  hatinya. Saat ini Nadira berusaha menghindari perdebatan dengan Farhan. Karena masih ada Bu Ani di rumahnya.

Saat Baby Nafa telah digendong kembali oleh Nadira, Farhan kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian.

Pria itu memang membatalkan kepergiannya ke kantor saat mendengar laporan dari sekretarisnya bahwa Erika sedang menunggunya di sana. Sejak kedatangannya ke rumah Erika beberapa hari yang lalu, Farhan belum ingin bertemu kembali dengan kekasihnya itu. Saat ini dia sedang meyakinkan dirinya dengan keputusan yang hendak dia ambil nantinya.

.

.

.

Farhan, Nadira dan Bu Ani saat ini sedang menikmati makan siang di meja makan.

"Dira, Mamakmu tadi menelpon Ibu. Katanya besok dia akan ke jakarta. Apa Nak Farhan bisa menjemputnya di bandara?"

"Bu, biar Mamak pakai taksi online sajalah. Uda Farhan pasti sibuk dengan pekerjaannya. Mana mungkin Uda bisa jemput-jemput Mamak ke bandara. Lagipula besok masih hari kerja," sanggah Nadira cepat karena merasa tidak enak jika sampai merepotkan Farhan.

"Tidak apa-apa. Biar Aku saja yang jemput Mamak besok," sahut Farhan tenang.

Nadira sontak menoleh pada Farhan dan memandangnya tak percaya.

Sementara Farhan nampak tenang menikmati makan siangnya tanpa menghiraukan Nadira.

"Terima kasih, Nak Farhan." Wajah Bu Ani berbinar. Hatinya makin merasa bangga dengan Farhan.

Sejak pulangnya Nadira dari rumah sakit, Farhan banyak menghabiskan waktu di ruang kerjanya. Saat istirahat dia menghabiskan waktunya bermain dengan Baby Nafa.

Namun malam ini entah mengapa sejak beberapa jam yang lalu Farhan belum beranjak dari kamar Nadira. Entah kenapa satu perasaan aneh menyelusup ke dalam relung hatinya. Farhan duduk di sofa kamar sambil membuka-buka ponselnya. Sementara Nadira menyusui Baby Nafa sampai putrinya itu tertidur pulas.

"Uda belum tidur?" Nadira menyapa suaminya yang masih tertunduk melihat ponselnya. Wanita itu meletakkan Baby Nafa yang sudah nyenyak, di box bayi.

Farhan mendongakkan kepalanya dan memandang Nadira yang sedang duduk di tepi ranjang. Entah kenapa Farhan ingin sekali memeluk istrinya itu saat ini. Hatinya selalu menghangat setiap berada di dekat Nadira. Ada debaran yang tak biasa saat bertemu pandang dengan istrinya yang semakin hari terlihat semakin cantik di matanya.

Farhan perlahan mendekati ranjang dan duduk persis di sebelah Nadira. Jantungnya berpacu dengan cepat. Tatapan mereka seakan saling mengunci satu sama lain. Tanpa ragu, Farhan meraih tubuh Nadira dan memeluknya erat.

"Maafkan Aku, maafkan Aku ...!" lirihnya dengan napas memburu.

Related chapters

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 7. Jagalah Hatinya

    Nadira terjaga mendengar tangisan Nafa dari box bayinya. Namun sesuatu yang melingkar diperutnya membuatnya sulit untuk bangkit. Jantung Nadira bedetak cepat saat menyadari sebuah tangan kokoh memeluknya dari belakang. Hembusan napas hangat di belakang lehernya meciptakan desiran hebat di dadanya. "Sejak kapan Uda Farhan tidur di sebelahku?" pikirnya dalam hati. Semalam, setelah mereka berpelukan cukup lama, Farhan masuk ke ruang kerjanya lewat pintu tembus dari kamar mereka, dan tidak kembali hingga Nadira tertidur pulas. Dia mengira , seperti biasanya, Farhan akan tidur di sofa panjang di ruang kerjanya itu sampai pagi. Namun entah kapan suaminya itu kembali dan tertidur di sampingnya. Perlahan Nadira mengangkat tangan kekar yang masih melingkar di perutnya. Namun Tangan itu begitu erat. Tangisan Nafa mulai terdengar kencang. "Uda, maaf! Nafa nangis." Nadira menepuk pelan lengan suaminya. Sontak Farhan terjaga dan melepaskan tangannya. Nadira pun bangkit lalu menghampiri Nafa

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 8. Rencana Erika

    Farhan geram karena sejak kemarin Erika tak henti-hentinya menghubungi ponselnya. Dia sengaja tak mengangkatnya karena seharian kemarin Farhan berada di rumah. Dia tidak mungkin menerima panggilan dari kekasihnya itu saat ada Mamak dan mertuanya di rumah. Pagi-pagi sekali Farhan sudah berangkat ke kantor. Banyak pekerjaan yang tertunda. Beberapa meeting dengan relasi bisnis terpaksa diganti jadwalnya. Semua ini karena keinginan Farhan yang lebih suka berada di rumah akhir-akhir ini. Mobil mercy keluaran terbaru milik Farhan telah terparkir sempurna di area parkir khusus untuknya sebagai CEO. Dengan langkah panjang Farhan berjalan menuju lobby hingga menaiki lift ke ruang kerjanya di lantai dua puluh lima. "Selamat pagi, Pak! " Sekretaris Farhan langsung berdiri menyapa atasannya. "Pagi!, Apa semua berkas sudah di letakkan di meja saya, Dian?" "Sudah,Pak. Satu jam lagi ada rapat dengan semua kepala divisi di ruang meeting." Dian, sang sekretaris membacakan jadwal Farhan hari in

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 9. Teror

    Nadira masih shock melihat foto yang muncul pada layar ponselnya. Namun segera dia tutup ketika Bu Ani hendak mendekatinya. "Ada apa, Dira? tanya Bu Ani penasaran. "Tidak apa-apa, Bu. Hanya orang salah kirim. "Ooo ....Ibu kira ada apa." "Dira ke kamar dulu mau lihat Nafa!" pamit Dira seraya berjalan tanpa menunggu jawaban dari Ibu dan Mamaknya. Nadira menutup pintu kamarnya dan kembali membuka ponselnya. Hatinya semakin terluka melihat foto-foto mesra suaminya dengan wanita lain. Wanita itu sangat cantik dan seksi. Raut wajah Farhan terlihat bahagia merangkul wanita itu. Tanpa di sadarinya genggaman tangannya semakin kuat saat mencengkeram ponsel itu. Tubuhnya luruh ke lantai bersandar pada pintu. Selama ini Nadira tahu kalau suaminya memiliki kekasih jauh sebelum menikahinya. Tapi dia masih bisa bertahan untuk tetap bersama Farhan hingga detik ini. Hampir setiap sepertiga malam Nadira memanjatkan doa untuk kebahagiaan keluarga kecilnya. Namun pertahanan yang dia jaga selama i

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 10. Kedatangan Erika

    Mata Farhan melebar melihat seseorang yang sangat dikenalnya, saat ini berada di halaman rumahnya. "Erika ...!' Farhan menggeram. kedua tangannya mengepal. Matanya menatap nanar pada wanita yang telah menjadi kekasihnya sejak tiga tahun yang lalu. Napas Farhan memburu. Kecemasan tingkat tinggi merajai perasaannya kini. Bagaimana tidak. Erika datang saat keluarga besar Nadira sedang berkumpul di rumahnya. Mamak dan ibu mertuanya juga ada di sini. Apa yang akan dia jelaskan nanti? Dia yakin Erika akan nekad. Perempuan itu keinginannya selalu harus terpenuhi. Termasuk agar dirinya segera menceraikan Nadira. Sementara Nadira membelalakkan matanya kala melihat wanita yang sangat persis dengan foto-foto yang di kirim orang tak dikenal ke ponselnya. "Apakah wanita ini yang selalu menerorku akhir-akhir ini?" pikir Nadira dalam hati. Erika masih berusaha untuk masuk ke dalam. Namun security masih belum mengizinkannya. "Mbak Erika, di dalam sedang ada acara keluarga besar Bu Dira. Saya mo

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 11. Kesalahan yang Fatal

    "Uda, mungkin ini sudah saatnya. Mari kita katakan yang sebenarnya pada Mamak danIbu. Setelah itu, ceraikan aku. InsyaAllah aku sudah siap." Parau suara Nadira karena menahan sesak. Susah payah dia menahan agar air mata ini tidak tumpah. Dia tak ingin terlihat rapuh di depan suaminya yang sebentar lagi akan pergi meninggalkannya. Farhan menatap dalam pada manik gelap milik Nadira. Dipandanginya wajah wanita yang sudah setahun ini menjadi istrinya. Kenapa rasa itu baru hadir di saat-saat seperti ini. Rasa takut kehilangan yang kini mengerogoti relung hatinya. Kemana saja dia selama ini. Kenapa baru sekarang dirinya sadar akan arti kehadiran seorang istri sholehah seperti Nadira. Seharusnya dia bersyukur memiliki istri seperti Nadira. Wanita itu tak pernah meminta apapun apalagi menyusahkan dirinya. Bertubi-tubi penyesalan menghantui perasaannya kini. Berkali-kali Farhan merutuki kebodohannya selama ini. "Tidak, Dira. Aku tidak akan menceraikanmu!" Sontak Nadira ternganga mendengar

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 12. Aku Pergi

    Wajah Farhan menegang. Saat ini rasa bencinya pada Erika semakin menjadi-jadi. Wanita itu benar-benar telah sukses menghancurkan rumah tangganya. "Tidak! Aku tidak akan menceraikan Dira," tegas Farhan, namun tidak mengurangi sikap hormatnya pada Mamak dan Bu Ani. "Kamu tidak bisa mengelak lagi, Farhan. Mamak yang akan mendampingi Nadira sampai proses perceraian ini tuntas. Perlahan Farhan mendekati Nadira yang duduk di sebelah Bu Ani. "Nadira, tolong katakan pada Mamak, bahwa kita tidak akan bercerai." Farhan memohon pada istrinya dengan raut wajah memelas. Pikiran Nadira saat ini tak lepas dari fofo-foto yang di kirim Erika dalam beberapa hari ini. Betapa mesra suaminya dengan wanita itu. Sungguh hatinya sangat terluka, dan akan lebih terluka lagi jika dia akan tetap bertahan menjadi istri Farhan. "Ayolah, Dira. Katakan pada Mamak! Tolonglah!" Farhan terus memohon pada Nadira yang masih terdiam dan larut dalam pikirannya." Pandangan Nadira beralih pada Suaminya yang berwajah

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 13. Pelukan Terakhir

    Mata Farhan melebar melihat sebuah mobil sport keluaran terbaru telah terparkir sempurna di halaman depan rumahnya. Sontak Farhan mendekati mobil mewah tersebut. "Selamat malam, Pak! Saya supir Bu Nadira, mau jemput Ibu." Seorang pria paruh baya dengan pakaian rapi turun dari mobil dan membungkuk hormat pada Farhan. Farhan terkejut bukan main mendengar ucapan pria yang mengaku sebagai supir mantan istrinya itu. "S-supir?" tanya Farhan seraya mengernyitkan dahinya Pria paruh baya itu mengangguk. "Ini mobil siapa, Pak?" tanya Farhan lagi dengan rasa penasaran. "Ini mobil Bu Nadira, Pak." Farhan ternganga tak percaya. Uang dari mana istrinya membeli mobil seharga milyaran ini? Selama ini Nadira hanya di rumah saja. Wanita itu hanya menghabiskan waktunya di depan laptop. Farhan menduga selama ini Nadira hanya senang aktif bermedia sosial. "Apa sebenarnya yang dikerjakan Nadira selama ini?" gumamnya dalam hati. "Eh, Pak Dito sudah sampai. Silakan duduk dulu, Pak. Saya ambil bara

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 14. Tak Rela Melepasmu

    "Sarapan sudah siap, Tuan." Seorang pelayan mengetuk pintu kamar Farhan. "Iya ...!" sahutnya dari dalam. Hari ini Farhan sangat tidak bersemangat. Rasanya belum lama merasakan kehangatan di rumah ini. Sejak Nafa lahir, pria itu selalu merasa betah di rumah. Kehadiran Nadira sungguh sangat berarti baginya saat ini. Farhan tak menikmati sarapan yang terasa hambar di hadapannya. Sendirian tanpa Nadira membuatnya canggung dan tak bersemangat. Panggilan dari Erika di ponsel kembali mengusiknya. Namun Farhan sama sekali tak berminat untuk mengangkatnya. Dipandangnya kursi kosong di sebelahnya tempat biasa Nadira dengan setia menemaninya sarapan setiap pagi. Walau sudah berkali-kali Farhan mengingatkan untuk tidak usah mempedulikan dirinya, namun mulai sejak awal menikah Nadira tidak pernah absen menemaninya sarapan setiap pagi. Walau Farhan tak menghiraukan kehadiran istrinya di meja makan, Nadira tetap menemaninya sarapan hingga selesai. Bahkan ketika Farhan berbincang mesra lewat pon

Latest chapter

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 82. CCTV

    "CCTV! Ya, aku belum melihat CCTV itu sampai tuntas," pikir Neil sambil menatap iba pada Tiara. Ada rasa penyesalan yang begitu dalam yang dirasakan Neil saat ini. Tiara banyak berubah. Mantan sekretarisnya yang dulu begitu cekatan, energik dan ceria, kini menjadi lebih pendiam. Bahkan Tiara sangat menderita. "Ini semua karena aku. Aku yang menyebabkan dia seperti ini," sesal Neil dalam hati dengan rasa sesak yang begitu menghimpit. Perlahan ia mendekati Tiara. Namun istrinya itu melangkah mundur. "Tia ... kenapa?" Tiara menggeleng. "Jangan, Pak. Aku nggak pantas lagi jadi istri Bapak." Suara Tiara serak, tubuhnya terduduk di ranjang sambil memeluk kedua kakinya. "Tolong jangan bicara seperti itu!" Dada Neil bergemuruh. Sesaat ia menatap istrinya yang tertunduk dengan pandangan kosong. Setelah menghela napas panjang, ia kembali berbicara. "Ya sudah, kamu istirahat dulu. Setelah aku mandi, kita makan." Dengan langkah berat Neil meninggalkan Tiara dan masuk ke kamar mandi. I

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 81. Trauma

    "Siapkan uang untuk saya sebanyak satu milyar dari uang pribadi Neil!" Suara Erika cukup keras memberikan perintah pada Joe. "M-maksud Bu Erika? M-maaf, Bu, s-saya tidak berani mengeluarkan uang tanpa izin pimpinan." Joe menjawab dengan takut-takut. Ia sangat paham dengan karakter Erika yang tidak mau dibantah. "Hei! Kamu pikir saya siapa? Kamu nggak menghargai saya? Uang Neil itu juga uang saya! Ngerti, kamu?" Nada bicara Erika mulai meninggi. Wanita itu juga menggebrak meja Joe secara spontan hingga mengeluarkan suara yang sangat keras. Joe makin gugup dan gemetar. Erika melotot dengan tatapan penuh amarah padanya. "Siapkan uang itu sekarang juga! Cepaat!" Erika yang sudah panik karena kedatangan para penagih hutang ke rumahnya, membuat emosinya tidak dapat terkontrol. Bagaimanapun caranya, ia harus mendapatkan uang itu hari ini juga. Erika makin gelisah, hingga ia tidak menyadari bahwa seseorang sejak tadi berdiri di depan pintu ruangan itu, memandangnya dengan geram. "Untu

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 80. Dikejar Penagih Hutang

    "Tiara ... Aku mau ...." Wajah Neil kian mendekat pada Tiara hingga wanita itu menjadi gugup. "Jangan aneh-aneh deh, Pak!" gumam Tiara dengan wajah bersemu kemerahan. Saat ini Neil menatapnya penuh damba. "Habisnya kamu cantik banget. Wangi!"bisik Neil. Satu tangannya mulai menyentuh tengkuk Tiara. Keduanya saling menatap penuh cinta. Kalau saja Tiara tidak sedang sakit, entah apa yang akan terjadi. Saat ini Neil berusaha menahan diri untuk tidak menuruti keinginan hatinya. "Aku mandi dulu. Istirahatlah!" Akhirnya Neil meninggalkan sebuah kecupan hangat di kening Tiara, sebelum ia masuk ke kamar mandi. Tiara mengangguk. Ia tersenyum lega dan langsung merebahkan tubuhnya setelah menyiapkan pakaian untuk Neil. Keluar dari kamar mandi, Neil menemukan Tiara sudah terlelap. Setelah berpakaian, ia menyelimuti tubuh Tiara dan kembali mencium wajah cantik itu dengan sangat pelan. Ia tidak mau sampai Tiara terganggu. Malam itu, Neil memilih menyibukkan dirinya dengan pekerjaan. Banyak ha

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 79

    "Tiara ... Tiara ...!" "Astaga, Pak! Itu ada orang-orang kantor!" Wajah Tiara memucat. "Bagaimana ini, Pak?" Tiara panik. "Buka saja kacanya." Neil menjawab tenang. Perlahan Tiara memutar tubuhnya menghadap kaca. Nampak tiga orang wanita berpakaian ala kantoran yang tak sabar ingin melihat ada apa di balik kaca mobil itu. Tiara mulai menekan tombol pada sisi pintu. Kaca pun perlahan turun. "Tuh, kan! Gue bilang juga apa. Itu beneran Tiara. Woi, Tiara, lo ngapain mesum sama om-om di dalam mobil?" Seorang wanita dengan tidak sabarnya melongokan sedikit kepalanya. Mereka memang tidak melihat jelas siapa yang ada bersama Tiara tadi. Sedangkan yang lainnya ikut berusaha mengintip dari kaca lainnya yang ternyata cukup gelap. "Mana tuh Om-Om? Kok, nggak ada?" "Siapa yang Om-Om?" Seketika para wanita itu menoleh ke belakang ketika mendengar suara bariton yang begitu mendominan. "Hah, Bos Neil?" sontak wajah,-wajah penuh rasa penasaran tadi berubah pucat. Mereka menyadari pakaian y

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 78

    "Tiara ... Tiara ..!" Bagai orang kesetanan Neil berlari dengan wajah panik menuju area parkir. Ia tak manghiraukan panggilan Vivi dan security yang ia lewati. "Hei, mau apa kalian?" Neil berteriak dari kejauhan melihat tiga orang pria bertubuh besar berada di sekitar mobilnya. Pria bule bertubuh tinggi itu mempercepat larinya. Namun, tiga pria tak dikenal itu telah melesat pergi. "Tiara ... Tiara ..., ini aku! Tolong buka pintunya!" Tiara menutup wajah dengan kedua tangannya sambil menangis dan menjerit. Teriakan Neil yang awalnya tidak terdengar, membuatnya bergegas membuka pintu saat wajah suaminya itu muncul di balik kaca. "Pak, ... Pak ... aku takut." "Tiara ... tenanglah. Ada aku ... tenanglah!" Neil bergegas menarik tubuh Tiara dan langsung mendekapnya. Ciuman bertubi-tubi ia layangkan ke puncak kepala Tiara agar istrinya itu tenang. Pras membelai kepala Tiara penuh kasih sayang. Sesekali matanya terpejam seakan sedang menikmati pelukan hangat mereka. "Astaga, Nei

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 77. Kembali ke NaraShop

    "Istirahatlah sejenak. Tunggu Aku di sini sebentar. Aku akan menemui Nadira di dalam sana!" pinta Neil pada Tiara. Lalu pria bule itu keluar dari dalam mobilnya. Hari ini Tiara sudah boleh pulang oleh dokter. Sejak kemarin Neil tidak pulang ke rumahnya. Ia tidak mau meninggalkan Tiara sedetikpun. Ia tidak mau ceroboh lagi hingga keselamatan Tiara terancam. Pulang dari rumah sakit, Neil langsung menuju NaraShop hendak menemui Nadira. Sebagian besar saham pribadinya ada di sana. Ia akan membicarakan masalahnya pada sahabatnya itu. "Nadira? Bukankah itu nama wanita yang dulu pernah dekat dengan Pak Neil?" Tiara gelisah dalam hati. Ia khawatir Neil akan kembali mengingat cinta lamanya pada wanita itu. Dulu, sebelum menikahi Erika, sedikit banyak Tiara mengetahui tentang kisah cinta bosnya itu. Ia tau sudah sejak lama Neil mencintai Nadira. Apapun akan ia lakukan demi NaraShop, termasuk menanamkan sebagian besar sahamnya demi kemajuan perusahaan itu. Karena itulah Tiara menunggu N

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 76. Kedatangan Mami

    "Mami ..." Neil sontak berdiri. Namun satu tangannya meraih jemari Tiara dan mengenggamnya erat. Wajah istri simpanannya itu nampak cemas dan ketakutan. Ia sangat mengenali Nyonya Helda yang sangat tegas. Nyonya Helda menatap Tiara tajam penuh kebencian. "Perempuan murahan kamu. Berani-beraninya kamu menggoda anakku. Berapa uang yang kamu inginkan? Katakan saja!" Wanita yang dipanggil Mami oleh Neil itu berkata dengan emosi yang meletup-letup dan napas yang memburu. "M-maafkan saya, Nyonya Helda!' parau suara Tiara yang menunduk, tak sanggup menerima tatapan dari wanita paruh baya iru. "Sudah jangan banyak bicara, katakan berapa uang yang kamu inginkan, lalu tinggalkan putraku!" "Mami ..., Apa-apaan ini?" protes Neil. Genggamannya pada jemari Tiara samakin erat. Pertanda dia tak ingin berpisah dari Tiara. Sementara Tiara hanya diam tak menjawab. Wanita itu hanya duduk menunduk menahan gemuruh di dada. "Neil, tinggalkan wanita murahan ini, dan kembalilah pada Erika!' Ucapan te

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 75. Ciuman Bos

    Neil kembali tiba di rumah sakit. Ia masuk ke ruang UGD untuk menghampiri Tiara. Namun dia tak menemukan istrinya di tempat terakhir dia meninggalkannya tadi.. "Suster, istri saya dipindahkan ke mana?" "Ibu Tiara sudah kami pindahkam ke ruang rawat VIP Pak. Di kamar 105." Setelah mendapat jawaban dari salah satu perawat UGD, Neil langsung menuju ruang VIP dengan setengah berlari. Ia sangat mengkhawatirkan keadaanTiara saat ini. Neil berhenti tepat di depan kamar dengan nomor pintu 105. Perlahan membuka handle pintu agar tak mengeluarkan suara yang akan mengganggu istrinya. Hati pria bule itu mencelos melihat Tiara masih menangis sambil berbaring. Wanita itu pasti sangat sedih. Rasa sedih yang berlipat-lipat dirasakan Tiara saat ini." Tiara ..." Neil meraih kursi dan duduk tepat disamping Tiara. Tangannya membelai lembut kepala istrinya. "Tiara ..., sudah ya. Jangan menangis lagi. Ini semua salahku. Seharusnya aku tak meninggalkanmu." Tiara masih tak mau menoleh padanya. Tatap

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 74. Kesalahan Fatal

    Neil baru saja memasuki gerbang rumahnya. Amarahnya semakin meledak-ledak ketika melihat mobil Erika telah berada di depan garasi. Setelah memarkir mobilnya, Neil keluar dan melangkah cepat menuju ke dalam rumah. "Erika ... Erika ...!" Bagai orang kesetanan Neil memanggil-manggil nama istrinya di sekeliling rumah. "Neil, apa-apaan kamu memanggil nama istrimu seperti itu?" Neil terlonjak dan membalikkan badannya ketika mendengar suara yang selama ini sangat dekat dengannya. "Mami ...! Ka-kapan Mami datang?" Wanita cantik berusia sekitar lima puluhan itu nampak jauh lebih muda dari umurnya. Nyonya Helda, ibu kandung Neil itu menghampiri putra tersayangnya. Neil memeluk dan mencium kedua pipi maminya. "Kapan Mami datang? Kenapa nggak ngabarin Aku?" "Duduklah, Neil!" Neil duduk di sebelah Maminya. Walau sebenarnya hatinya sedang tidak baik-baik saja. Pikirannya terus tertuju pada Tiara. Sementara matanya terus mencari keberadaan Erika. "Ketika Mami sedang di Bali kemarin, Erik

DMCA.com Protection Status