Beranda / Rumah Tangga / Cinta yang Disadari Usai Bercerai / Bab 6. Debaran yang Tak Biasa

Share

Bab 6. Debaran yang Tak Biasa

Penulis: Rina Novita
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-17 19:28:31

Erika memandang kagum pada bayangan dirinya di cermin. Pagi ini, wanita berkulit putih dengan mata agak sipit itu sengaja berhias dengan penampilan memukau. Dress selutut berwarna peach dengan high heels berwarna senada membuatnya tampil segar dan cantik. Gadis itu berniat hendak membuat kejutan untuk kekasih hatinya.

Mobil sport keluaran terbaru telah terparkir cantik di depan rumahnya. Seorang supir pribadi telah siap mengemudi dan membawa Erika ke tempat tujuan.

"Ke mana, Non?" Tanya Dipa sang supir pribadi seraya melirik majikannya dari kaca spion dalam mobil ini..

"Kita ke kantor Farhan!"

"Baik, siap, Non!" Dipa langsung melajukan mobil ke arah jalan Jendral Sudirman, yang memang tak jauh dari lokasi rumah Erika.

Kantor Farhan memang berada di pusat kota Jakarta, diantara gedung-gedung pencakar langit. Perjalanan belum begitu macet, hingga mereka hanya  menempuh waktu lima belas menit sudah tiba di area parkir PT. Elang Naga, milik Farhan Adiguna.

Erika turun di lobby utama, kemudian dengan melenggak lenggokkan tubuh sintalnya melangkah menuju lantai dua puluh lima, tempat di mana ruang kerja  Farhan berada.

"Selamat pagi, Bu Erika!" sapa seorang sektetaris yang telah mengenal Erika sejak lama. Hampir seluruh karyawan pun mengenal Erika dengan baik. Wanita itu terkenal cukup ramah pada semua orang.

Tak ada satupun karyawan yang berani menanyakan perihal istri dari pemilik perusahaan ini. Mereka memang mendengar Farhan sudah menikah. Namun tak pernah sekali pun Farhan membawa atau memperkenalkan istrinya pada karyawannya. Saat acara-acara kantor pun, Farhan justru selalu membawa Erika. Hampir seluruh relasi bisnis Farhan mengenal Erika sebagai kekasih Farhan.

"Pagi, apa Farhan sudah datang?" tanya Erika sambil melirik ruangan Farhan yang masih tertutup rapat

"Pak Farhan belum datang, Bu."

"Ya sudah. Aku tunggu di dalam ya." Dalam hatinya Erika bersorak karena Farhan belum datang. Dengan begitu dia bisa menjalankan misinya sebelum kekasihnya itu tiba.

"Silakan Bu Erika."

Erika sudah biasa keluar dan masuk dengan bebas di kantor Farhan, juga di ruang pribadi Farhan. Namun kali ini ada misi tertentu yang hendak Erika lakukan di ruang pribadi kekasihnya itu.

Erika duduk di kursi kebesaran sang CEO seraya memandang sekeliling ruangan. Wanita cantik itu sedang mencari sesuatu yang sangat penting. Sesuatu yang bisa membuat Farhan dan istrinya segera bercerai.

Mata Erika tertuju pada sebuah lemari terbuat dari besi di sudut ruangan. Pada beberapa lacinya bertuliskan 'dokumen keluarga'. Erika melangkah menghampiri lemari tersebut dan perlahan mulai membuka laci itu satu persatu dari bagian atas.

"Di mana surat perjanjian itu?" gumamnya.

Erika terus memilah satu persatu map-map yang berada di dalam laci-laci lemari itu.

Mata Erika melebar saat menemukan sabuah map coklat bertuliskan ' surat perjanjian pernikahan'.

Dengan cepat Erika meraih Map itu dan membukanya. Selembar kertas bermaterai dalam genggamannya membuat Erika tersenyum  penuh kemenangan.  Tanpa menunggu lama,  Wanita itu mengeluarkan ponselnya dan menyalakan kamera. Erika    mulai mengambil  beberapa gambar surat perjanjian itu.

Setelahnya, Erika meletakkan kembali surat itu ke tempat semula. Dia menghela napas panjang karena lega. Satu bukti sebagai senjatanya sudah berada di tangannya kini.

Erika kembali duduk di kursi kebesaran Farhan sambil menunggu datangnya CEO itu datang. Tak lama kemudian sang sekretaris mengetuk pintu dan kemudian masuk.

"Ada apa? Apa Farhan sudah datang?" tanya Erika bingung karena sekretaris Farhan hanya masuk sendirian.

"Maaf Bu Erika. Pak Farhan baru memberi kabar, beliau tidak ke kantor hari ini."

Erika menggerutu dan geram. Dia khawatir Farhan mulai menghindarinya.

"Ya sudah, besok saya ke sini lagi " sahut Erika tak bersemangat seraya meraih tasnya yang berada di meja Farhan.

Erika kembali pulang dengan rasa kecewa dan emosi. Sejak tadi pun Farhan sama sekali tak membalas pesannya. Apalagi menerima panggilannya. Sepertinya Farhan benar-benar telah menghindar darinya.

.

Sementara itu, dari pintu dapur Nadira terharu melihat Farhan dengan semangat menemani baby Nafa berjemur di taman belakang. Sejak tadi Farhan tak beranjak duduk dari kursi taman di sebelah stroler Baby Nafa.

"Uda tidak jadi ke kantor hari ini?" tanya Nadira seraya menghampiri suami dan anaknya.

"Tidak," sahut Farhan singkat dengan pandangannya masih terus pada Baby Nafa yang menggeliat-geliat di dalam strolernya.

Sebenarnya Nadira ingin sekali menanyakan alasannya kenapa suaminya yang tadi sudah rapi dengan pakaian kerjanya, tiba-tiba saja tak jadi berangkat dan memilih menemani Baby Nafa di taman.

Namun Nadira mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih jauh. Dia tak ingin merusak suasana yang membuat damai  hatinya. Saat ini Nadira berusaha menghindari perdebatan dengan Farhan. Karena masih ada Bu Ani di rumahnya.

Saat Baby Nafa telah digendong kembali oleh Nadira, Farhan kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian.

Pria itu memang membatalkan kepergiannya ke kantor saat mendengar laporan dari sekretarisnya bahwa Erika sedang menunggunya di sana. Sejak kedatangannya ke rumah Erika beberapa hari yang lalu, Farhan belum ingin bertemu kembali dengan kekasihnya itu. Saat ini dia sedang meyakinkan dirinya dengan keputusan yang hendak dia ambil nantinya.

.

.

.

Farhan, Nadira dan Bu Ani saat ini sedang menikmati makan siang di meja makan.

"Dira, Mamakmu tadi menelpon Ibu. Katanya besok dia akan ke jakarta. Apa Nak Farhan bisa menjemputnya di bandara?"

"Bu, biar Mamak pakai taksi online sajalah. Uda Farhan pasti sibuk dengan pekerjaannya. Mana mungkin Uda bisa jemput-jemput Mamak ke bandara. Lagipula besok masih hari kerja," sanggah Nadira cepat karena merasa tidak enak jika sampai merepotkan Farhan.

"Tidak apa-apa. Biar Aku saja yang jemput Mamak besok," sahut Farhan tenang.

Nadira sontak menoleh pada Farhan dan memandangnya tak percaya.

Sementara Farhan nampak tenang menikmati makan siangnya tanpa menghiraukan Nadira.

"Terima kasih, Nak Farhan." Wajah Bu Ani berbinar. Hatinya makin merasa bangga dengan Farhan.

Sejak pulangnya Nadira dari rumah sakit, Farhan banyak menghabiskan waktu di ruang kerjanya. Saat istirahat dia menghabiskan waktunya bermain dengan Baby Nafa.

Namun malam ini entah mengapa sejak beberapa jam yang lalu Farhan belum beranjak dari kamar Nadira. Entah kenapa satu perasaan aneh menyelusup ke dalam relung hatinya. Farhan duduk di sofa kamar sambil membuka-buka ponselnya. Sementara Nadira menyusui Baby Nafa sampai putrinya itu tertidur pulas.

"Uda belum tidur?" Nadira menyapa suaminya yang masih tertunduk melihat ponselnya. Wanita itu meletakkan Baby Nafa yang sudah nyenyak, di box bayi.

Farhan mendongakkan kepalanya dan memandang Nadira yang sedang duduk di tepi ranjang. Entah kenapa Farhan ingin sekali memeluk istrinya itu saat ini. Hatinya selalu menghangat setiap berada di dekat Nadira. Ada debaran yang tak biasa saat bertemu pandang dengan istrinya yang semakin hari terlihat semakin cantik di matanya.

Farhan perlahan mendekati ranjang dan duduk persis di sebelah Nadira. Jantungnya berpacu dengan cepat. Tatapan mereka seakan saling mengunci satu sama lain. Tanpa ragu, Farhan meraih tubuh Nadira dan memeluknya erat.

"Maafkan Aku, maafkan Aku ...!" lirihnya dengan napas memburu.

Bab terkait

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 7. Jagalah Hatinya

    Nadira terjaga mendengar tangisan Nafa dari box bayinya. Namun sesuatu yang melingkar diperutnya membuatnya sulit untuk bangkit. Jantung Nadira bedetak cepat saat menyadari sebuah tangan kokoh memeluknya dari belakang. Hembusan napas hangat di belakang lehernya meciptakan desiran hebat di dadanya. "Sejak kapan Uda Farhan tidur di sebelahku?" pikirnya dalam hati. Semalam, setelah mereka berpelukan cukup lama, Farhan masuk ke ruang kerjanya lewat pintu tembus dari kamar mereka, dan tidak kembali hingga Nadira tertidur pulas. Dia mengira , seperti biasanya, Farhan akan tidur di sofa panjang di ruang kerjanya itu sampai pagi. Namun entah kapan suaminya itu kembali dan tertidur di sampingnya. Perlahan Nadira mengangkat tangan kekar yang masih melingkar di perutnya. Namun Tangan itu begitu erat. Tangisan Nafa mulai terdengar kencang. "Uda, maaf! Nafa nangis." Nadira menepuk pelan lengan suaminya. Sontak Farhan terjaga dan melepaskan tangannya. Nadira pun bangkit lalu menghampiri Nafa

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 8. Rencana Erika

    Farhan geram karena sejak kemarin Erika tak henti-hentinya menghubungi ponselnya. Dia sengaja tak mengangkatnya karena seharian kemarin Farhan berada di rumah. Dia tidak mungkin menerima panggilan dari kekasihnya itu saat ada Mamak dan mertuanya di rumah. Pagi-pagi sekali Farhan sudah berangkat ke kantor. Banyak pekerjaan yang tertunda. Beberapa meeting dengan relasi bisnis terpaksa diganti jadwalnya. Semua ini karena keinginan Farhan yang lebih suka berada di rumah akhir-akhir ini. Mobil mercy keluaran terbaru milik Farhan telah terparkir sempurna di area parkir khusus untuknya sebagai CEO. Dengan langkah panjang Farhan berjalan menuju lobby hingga menaiki lift ke ruang kerjanya di lantai dua puluh lima. "Selamat pagi, Pak! " Sekretaris Farhan langsung berdiri menyapa atasannya. "Pagi!, Apa semua berkas sudah di letakkan di meja saya, Dian?" "Sudah,Pak. Satu jam lagi ada rapat dengan semua kepala divisi di ruang meeting." Dian, sang sekretaris membacakan jadwal Farhan hari in

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 9. Teror

    Nadira masih shock melihat foto yang muncul pada layar ponselnya. Namun segera dia tutup ketika Bu Ani hendak mendekatinya. "Ada apa, Dira? tanya Bu Ani penasaran. "Tidak apa-apa, Bu. Hanya orang salah kirim. "Ooo ....Ibu kira ada apa." "Dira ke kamar dulu mau lihat Nafa!" pamit Dira seraya berjalan tanpa menunggu jawaban dari Ibu dan Mamaknya. Nadira menutup pintu kamarnya dan kembali membuka ponselnya. Hatinya semakin terluka melihat foto-foto mesra suaminya dengan wanita lain. Wanita itu sangat cantik dan seksi. Raut wajah Farhan terlihat bahagia merangkul wanita itu. Tanpa di sadarinya genggaman tangannya semakin kuat saat mencengkeram ponsel itu. Tubuhnya luruh ke lantai bersandar pada pintu. Selama ini Nadira tahu kalau suaminya memiliki kekasih jauh sebelum menikahinya. Tapi dia masih bisa bertahan untuk tetap bersama Farhan hingga detik ini. Hampir setiap sepertiga malam Nadira memanjatkan doa untuk kebahagiaan keluarga kecilnya. Namun pertahanan yang dia jaga selama i

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 10. Kedatangan Erika

    Mata Farhan melebar melihat seseorang yang sangat dikenalnya, saat ini berada di halaman rumahnya. "Erika ...!' Farhan menggeram. kedua tangannya mengepal. Matanya menatap nanar pada wanita yang telah menjadi kekasihnya sejak tiga tahun yang lalu. Napas Farhan memburu. Kecemasan tingkat tinggi merajai perasaannya kini. Bagaimana tidak. Erika datang saat keluarga besar Nadira sedang berkumpul di rumahnya. Mamak dan ibu mertuanya juga ada di sini. Apa yang akan dia jelaskan nanti? Dia yakin Erika akan nekad. Perempuan itu keinginannya selalu harus terpenuhi. Termasuk agar dirinya segera menceraikan Nadira. Sementara Nadira membelalakkan matanya kala melihat wanita yang sangat persis dengan foto-foto yang di kirim orang tak dikenal ke ponselnya. "Apakah wanita ini yang selalu menerorku akhir-akhir ini?" pikir Nadira dalam hati. Erika masih berusaha untuk masuk ke dalam. Namun security masih belum mengizinkannya. "Mbak Erika, di dalam sedang ada acara keluarga besar Bu Dira. Saya mo

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 11. Kesalahan yang Fatal

    "Uda, mungkin ini sudah saatnya. Mari kita katakan yang sebenarnya pada Mamak danIbu. Setelah itu, ceraikan aku. InsyaAllah aku sudah siap." Parau suara Nadira karena menahan sesak. Susah payah dia menahan agar air mata ini tidak tumpah. Dia tak ingin terlihat rapuh di depan suaminya yang sebentar lagi akan pergi meninggalkannya. Farhan menatap dalam pada manik gelap milik Nadira. Dipandanginya wajah wanita yang sudah setahun ini menjadi istrinya. Kenapa rasa itu baru hadir di saat-saat seperti ini. Rasa takut kehilangan yang kini mengerogoti relung hatinya. Kemana saja dia selama ini. Kenapa baru sekarang dirinya sadar akan arti kehadiran seorang istri sholehah seperti Nadira. Seharusnya dia bersyukur memiliki istri seperti Nadira. Wanita itu tak pernah meminta apapun apalagi menyusahkan dirinya. Bertubi-tubi penyesalan menghantui perasaannya kini. Berkali-kali Farhan merutuki kebodohannya selama ini. "Tidak, Dira. Aku tidak akan menceraikanmu!" Sontak Nadira ternganga mendengar

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 12. Aku Pergi

    Wajah Farhan menegang. Saat ini rasa bencinya pada Erika semakin menjadi-jadi. Wanita itu benar-benar telah sukses menghancurkan rumah tangganya. "Tidak! Aku tidak akan menceraikan Dira," tegas Farhan, namun tidak mengurangi sikap hormatnya pada Mamak dan Bu Ani. "Kamu tidak bisa mengelak lagi, Farhan. Mamak yang akan mendampingi Nadira sampai proses perceraian ini tuntas. Perlahan Farhan mendekati Nadira yang duduk di sebelah Bu Ani. "Nadira, tolong katakan pada Mamak, bahwa kita tidak akan bercerai." Farhan memohon pada istrinya dengan raut wajah memelas. Pikiran Nadira saat ini tak lepas dari fofo-foto yang di kirim Erika dalam beberapa hari ini. Betapa mesra suaminya dengan wanita itu. Sungguh hatinya sangat terluka, dan akan lebih terluka lagi jika dia akan tetap bertahan menjadi istri Farhan. "Ayolah, Dira. Katakan pada Mamak! Tolonglah!" Farhan terus memohon pada Nadira yang masih terdiam dan larut dalam pikirannya." Pandangan Nadira beralih pada Suaminya yang berwajah

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 13. Pelukan Terakhir

    Mata Farhan melebar melihat sebuah mobil sport keluaran terbaru telah terparkir sempurna di halaman depan rumahnya. Sontak Farhan mendekati mobil mewah tersebut. "Selamat malam, Pak! Saya supir Bu Nadira, mau jemput Ibu." Seorang pria paruh baya dengan pakaian rapi turun dari mobil dan membungkuk hormat pada Farhan. Farhan terkejut bukan main mendengar ucapan pria yang mengaku sebagai supir mantan istrinya itu. "S-supir?" tanya Farhan seraya mengernyitkan dahinya Pria paruh baya itu mengangguk. "Ini mobil siapa, Pak?" tanya Farhan lagi dengan rasa penasaran. "Ini mobil Bu Nadira, Pak." Farhan ternganga tak percaya. Uang dari mana istrinya membeli mobil seharga milyaran ini? Selama ini Nadira hanya di rumah saja. Wanita itu hanya menghabiskan waktunya di depan laptop. Farhan menduga selama ini Nadira hanya senang aktif bermedia sosial. "Apa sebenarnya yang dikerjakan Nadira selama ini?" gumamnya dalam hati. "Eh, Pak Dito sudah sampai. Silakan duduk dulu, Pak. Saya ambil bara

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 14. Tak Rela Melepasmu

    "Sarapan sudah siap, Tuan." Seorang pelayan mengetuk pintu kamar Farhan. "Iya ...!" sahutnya dari dalam. Hari ini Farhan sangat tidak bersemangat. Rasanya belum lama merasakan kehangatan di rumah ini. Sejak Nafa lahir, pria itu selalu merasa betah di rumah. Kehadiran Nadira sungguh sangat berarti baginya saat ini. Farhan tak menikmati sarapan yang terasa hambar di hadapannya. Sendirian tanpa Nadira membuatnya canggung dan tak bersemangat. Panggilan dari Erika di ponsel kembali mengusiknya. Namun Farhan sama sekali tak berminat untuk mengangkatnya. Dipandangnya kursi kosong di sebelahnya tempat biasa Nadira dengan setia menemaninya sarapan setiap pagi. Walau sudah berkali-kali Farhan mengingatkan untuk tidak usah mempedulikan dirinya, namun mulai sejak awal menikah Nadira tidak pernah absen menemaninya sarapan setiap pagi. Walau Farhan tak menghiraukan kehadiran istrinya di meja makan, Nadira tetap menemaninya sarapan hingga selesai. Bahkan ketika Farhan berbincang mesra lewat pon

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17

Bab terbaru

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 109. Saat Keluarga Tiara Datang

    "Neil!" Helda berteriak marah melihat putranya masuk ke mobil. Neil tidak peduli dengan ancamannya. Rahangnya mengatup keras, dan tangannya mengepal. Josh yang sejak tadi memperhatikan dari tangga depan akhirnya melangkah mendekat. Ia melihat emosi Helda makin memuncak. "Cukup, Helda," ujar Josh tenang. Helda menoleh tajam. "Kamu lihat sendiri kan? Anakmu membantahku demi keluarga perempuan itu!" Josh menghela napas. "Kamu yang memaksanya untuk memilih." "Aku hanya ingin yang terbaik untuknya, Josh!" Helda membalas cepat. Josh menatap istrinya dalam. "Helda, aku tahu kamu keras kepala. Tapi sejujurnya, aku memang tidak setuju dengan acara besar ini sejak awal. Aku khawatir hal seperti ini akan terjadi." Helda melipat tangan di dada. "Jadi, kamu pikir aku yang salah?" Josh mengangguk pelan. "Bukan hanya kamu. Aku juga sempat meragukan keluarga Tiara. Tapi, aku sudah menyelidiki mereka sejak awal." Helda mengernyit. "Apa maksudmu?" Josh menarik napas dalam sebelum menjelaska

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 108. Menjelang Hari Penting

    "Tidak perlu!" Suara Helda terdengar ketus, membuat Tiara yang berdiri di balik pintu ruang tengah menahan napas. Hatinya mencelos seketika. "Mami, mereka adalah keluarganya. Mereka harus ada di acara ini." Neil mencoba berbicara lebih pelan, tapi nada suaranya tetap tegas. Tiara tahu suaminya tidak suka berdebat soal hal seperti ini. "Mami tidak mau tamu-tamu kita nanti tahu kalau istrimu itu berasal dari kampung." Tiara membekap mulutnya. Kata-kata Helda terasa seperti pukulan keras di dadanya. "Mami! Tolong jangan bicara begitu. Apa hubungannya dengan tamu-tamu kita?" "Neil, dengarkan Mami!" suara Helda terdengar lebih tegas. "Kamu adalah pengusaha besar, CEO perusahaan besar. Bagaimana jika orang-orang tahu kalau istrimu hanyalah anak dari keluarga biasa yang tinggal di desa? Itu bisa merusak reputasimu!" "Astaga! Mami masih memikirkan gengsi? Ini pernikahan, bukan acara bisnis!" Neil terdengar semakin kesal. "Mami tidak mau tahu! Pokoknya mereka tidak perlu datang!" Held

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 107. Surat Cerai

    "Selamat siang Bu Erika, saya ingin bertemu. Apa ibu bisa siang ini?" Suara pengacara Neil yang ia kenali terdengar di ujung telepon. Erika mengernyit. Kira-kira ada apa tiba-tiba pengacara Neil menghubunginya dan meminta bertemu. "Untuk apa?" tanyanya dengan nada waspada. "Ada sesuatu yang harus saya serahkan pada Ibu. Apa kita bisa bertemu di kafe dekat kantor?" Erika berpikir sejenak. Ada rasa penasaran dalam hatinya. "Baiklah, aku akan datang," sahutnya singkat. Setelah menutup telepon, ia menoleh ke arah Boyka yang duduk di sofa yang sedang memainkan ponselnya dengan santai. "Aku mau pergi sebentar," ujar Erika sambil mengambil tasnya. Boyka meliriknya sekilas. "Mau ke mana?" "Bukan urusanmu." Boyka terkekeh. "Oke, oke, tapi jangan lama-lama, nanti aku rindu." Erika tidak menanggapi dan segera pergi. Namun, tanpa ia sadari, Boyka menatap punggungnya penuh curiga, lalu dengan santai memasukkan ponselnya ke dalam saku dan lantas berdiri. Dengan naik taksi online Erika m

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 106. Pengumuman yang mengejutkan

    "Apa-apaan ini?" Suara Neil terdengar berat dan penuh amarah. Tatapannya tajam menusuk ke arah Joe yang masih berdiri terlalu dekat dengan Tiara. Rahangnya mengeras, dadanya naik turun menahan emosi. Tiara langsung menepis tangan Joe yang menghalanginya, lalu melangkah maju mendekati Neil. Kini ia berdiri di antara Neil dan Joe, khawatir jika terjadi keributan diantara dua lelaki itu. "Pak, jangan ..." bisik Tiara pelan, tangannya menggenggam lengan Neil agar pria itu tidak mendekat. Joe menelan ludah, tubuhnya sedikit mundur saat melihat ekspresi Neil yang sangat marah. Wajah atasannya itu menggelap dengan tatapan berkilat-kilat ke arah dirinya. " M-maaf, Pak Neil," ujar Joe akhirnya. "S-saya hanya ... mengajak Tiara bicara." Suara Joe terdengar gemetar. Neil menyipitkan mata. "Bicara? Dengan mendesaknya ke dinding seperti tadi?" Kali ini suara Neil terdengar menggelegar, hingga terdengar keluar ruangan. Joe hendak membuka mulut untuk membela diri, tapi tidak ada kata-kat

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 105 . Ungkapan Cinta

    "Mami mau acara resepsi pernikahan kalian nanti adalah acara yang besar." Helda bicara dengan wajah berbinar di meja makan. Neil dan Tiara yang duduk di sisi kiri tersenyum saling pandang. "Kalau perlu undang semua orang yang kita kenal, agar siapapun tau siapa istri Neil sebenarnya." Suasana sarapan pagi ini terasa lebih hangat. Helda terus bicara tentang semua rencananya. Sementara Tiara hanya diam dengan senyum tipis yang terus tersungging di wajahnya. "Josh, kenapa diam saja? Kamu nggak mau kasih pendapat?" tanya Helda masih antusias. Josh meraih segelas air putih dan meneguknya sesaat. Setelah menghela napas panjang ia bicara serius. "Ini hanya pernikahan kedua. Cukup undang kerabat dekat dan keluarga saja," tegasnya dengan pelan. "Tidak! Mami nggak setuju." Helda menyahut tak kalah tegas. "Setelah acara resepsi nanti, Mami nggak mau dengar lagi gosip-gosip miring tentang kalian berdua." "Iya, Mi. Aku akan persiapkan semuanya," sahut Neil. "Terserah kalian sajalah!" Jo

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 104. Kabar mengejutkan

    [Kau pikir bisa lari dariku, Erika? Aku akan menemukanmu.] Siapa yang mengirim pesan ini? Tangan Erika gemetar saat memegang ponselnya. Ia ingin sekali menceritakan hal ini pada Boyka, tapi gengsinya terlalu tinggi. Lagipula, ia masih membenci pria itu. Namun, di sisi lain, ia tidak bisa menepis rasa takutnya. Tiba-tiba, pintu kamar terbuka. Boyka berdiri di ambang pintu dengan ekspresi santai. "Kau belum tidur?" Erika mendongak cepat, menyembunyikan ponselnya di balik punggung. "Bukan urusanmu." Boyka menyeringai. "Aku cuma tanya." Pria itu berjalan mendekat, menyandarkan satu tangan pada pintu. "Kamu tampak gelisah." "Aku baik-baik saja," potong Erika cepat. Boyka mengangkat alis. "Benar? Yakin? Tapi perasaanku bilang tidak." Erika mengalihkan pandangan, menghindari tatapan pria itu. "Aku bilang aku baik-baik saja!" suaranya meninggi. Boyka terkekeh pelan. "Terserah kalau kamu tidak mau cerita. Tapi kalau ada sesuatu yang mengganggumu, kamu bisa bicara padaku." Erika mend

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 103. Aku Akan Menjagamu

    "Ngapain kamu di sini?" Suara Erika sangat ketus begitu melihat siapa yang berada di balik kaca mobil hitam itu. Wajahnya yang semula sangat emosi kini berubah menjadi tegang. Pria itu ternyata Boyka. Ia tersenyum miring, menatap Erika dengan intens. “Kenapa? Kecewa aku yang datang menjemputmu?” Erika mendengus kesal. “Aku nggak butuh dijemput siapa pun.” Boyka menaikkan sebelah alisnya. “Oh ya? Kamu yakin? Memangnya kamu mau ke mana malam-malam begini? Hotel? Atau kamu mau tidur di pinggir jalan?” Erika menggigit bibir, matanya melirik ke arah jalanan yang mulai sepi. Tidak ada taksi, tidak ada kendaraan lain yang bisa ia andalkan. Pikirannya berkecamuk. Ia tidak mungkin kembali ke rumah Neil. Tidak mungkin juga ia menginap di hotel dengan keadaan seperti ini. Boyka masih menatapnya dengan sabar, seolah menikmati kebingungan Erika. “Ayo, masuklah. Aku janji tidak akan berbuat macam-macam,” ucapnya dengan senyum menggoda. Erika mendengus. “Aku nggak percaya!” “Tapi .... kam

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 102. Terusir

    "Tiara, aku butuh kamu sekarang." Neil berdiri di depan pintu kamar Tiara, mengetuk pelan namun tak berhenti. Suaranya terdengar berat, nyaris bergetar, menahan emosi yang nyaris meledak Tiara, yang baru saja akan merebahkan tubuhnya ke kasur, terdiam sesaat sebelum akhirnya membuka pintu. “Pak?” Matanya menatap Neil penuh tanya. Neil tidak menjawab, hanya melangkah masuk dan langsung merebahkan tubuhnya di sofa panjang di kamar Tiara. Satu lengannya menutupi wajah, sementara tangan lainnya mengepal di atas dadanya. Tiara menutup pintu perlahan. “Bapak kenapa?” Neil menghembuskan napas panjang. “Aku lelah, Tia.” Tiara berjalan mendekat, menatap Neil yang kini tampak lebih tenang dibandingkan tadi. “Bapak habis bertengkar lagi dengan Bu Erika?” tebaknya. Neil membuka sedikit lengannya, menatap Tiara yang kini duduk di ujung sofa. “Kamu tahu semuanya?” Tiara mengangguk. “Saya dengar sedikit tadi. Apa benar Bapak akan menceraikan Bu Erika?” Neil mengusap wajahnya dengan kasar

  • Cinta yang Disadari Usai Bercerai   Bab 101. Terbongkar

    “Siapa Boyka?!” Suara Neil terdengar tegas dan penuh kecurigaan. Matanya menatap tajam ke arah Erika yang kini berdiri mematung dengan wajah pucat. Erika menelan ludah. Ponselnya masih terus bergetar di tangannya. Ia tahu kalau ia tidak segera mematikan panggilan itu, situasi akan semakin buruk. Dengan tangan gemetar, Erika buru-buru menekan tombol merah dan memasukkan ponselnya ke dalam saku. “Neil …” Erika mencoba tersenyum, tapi jelas terlihat kalau itu dipaksakan. “Itu ... hanya teman lama. Aku nggak tahu kenapa dia tiba-tiba menelepon.” Neil menyipitkan matanya. “Teman lama? Lalu kenapa kamu terlihat ketakutan?” “Aku …” Erika mengalihkan pandangannya. “Aku cuma kaget aja. Aku nggak menyangka dia masih punya nomorku.” Erika mencoba tersenyum. Neil mendengus pelan. “Jangan bohong! Aku lihat sendiri bagaimana ekspresimu tadi.” Erika mulai panik. Ia harus mencari cara untuk mengalihkan perhatian Neil. “Neil, aku benar-benar merasa nggak enak badan …” Erika kembali mengelus p

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status