Share

Bab 9

Author: Aku Suka Uang
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
"Suruh dia pergi." Shawn mendorong pintu ruang kantornya, lalu memerintahkan, "Buatkan kopi untukku."

Selesai mengatakan itu, Shawn berjalan ke arah kantor kerjanya. Namun, sekretaris itu melanjutkan, "Pak Harvey bilang, dia tidak akan pergi sebelum bertemu denganmu."

Shawn mendongak untuk melirik si sekretaris sekilas. Melihat ini, sekretaris itu segera menundukkan kepalanya. Pada akhirnya, Shawn duduk sambil membuka kancing jasnya dan memerintahkan, "Bawa dia masuk."

Sekretaris itu pun buru-buru membawakan kopi, juga mempersilakan Harvey masuk. Harvey langsung bertanya dengan kesal, "Siapa sebenarnya wanita yang kamu bawa itu?"

Shawn mengambil cangkir kopinya, lalu menyuruh sekretarisnya untuk keluar. Sesudah itu, dia baru mendongak dan melirik Harvey sekilas.

"Lihatlah, dia melukaiku sampai seperti ini. Urat nadi tanganku juga hampir putus," ujar Harvey seraya menunjuk lehernya yang terluka beserta pergelangan tangannya yang dibalut perban.

Shawn melirik sekilas cedera yang diderita Harvey. Dia diam-diam merasa senang. Meskipun sudah tahu, dia tetap sengaja bertanya, "Kenapa bisa begini?"

Harvey menyahut dengan ketakutan, "Wanita itu membawa pisau. Tekniknya bahkan sangat terampil. Dokter di rumah sakit sampai bilang, pembuluh darah besarku hampir putus. Bukannya bersenang-senang, aku malah hampir mati. Makanya, aku mencarimu untuk menanyakan identitas wanita itu."

Shawn merasa sangat senang saat mendengar Harvey tidak sempat menyentuh Yvonne. Dia perlahan-lahan bersandar di kursi, lalu bertanya dengan tidak acuh, "Untuk apa kamu mencarinya?"

"Tentu saja untuk balas dendam," jawab Harvey. Dia tidak pernah menderita kerugian seperti ini. Dia ingin membalas dendam, tetapi tidak mengetahui apa pun tentang Yvonne.

"Kalau begitu, kamu cari saja sendiri," timpal Shawn.

Harvey terdiam sejenak sebelum berkata dengan kesal, "Sudahlah, aku akan memikirkan cara sendiri. Begitu menemukannya, aku akan mematahkan tangannya supaya dia nggak bisa menyerangku dengan pisau lagi."

Di dalam rumah sakit, Yvonne yang keluar dari ruang pemeriksaan tiba-tiba merinding. Entah mengapa, dia merasa agak dingin. Jangan-jangan, ada orang yang mengutuknya?

"Dokter Yvonne, malam ini adalah pesta perpisahan Dokter Jolene. Lokasinya di Restoran Rich Blok B pukul 20.00. Kamu harus datang, ya!" Seorang rekan kerja mengingatkan Yvonne saat melihatnya.

Yvonne meletakkan kedua tangannya di saku jas putih. Dia mengiakan meskipun tidak bersedia untuk pergi. Begitu teringat pada hubungan Jolene dengan Shawn, kekecewaan seketika menyelimuti hatinya.

Pukul 20.00, Yvonne tiba di lokasi pesta perpisahan tersebut. Ketika hendak masuk, dia melihat sebuah mobil di pintu masuk. Jolene keluar dari mobil tersebut, lalu diikuti oleh Shawn.

Yvonne buru-buru bersembunyi di balik pilar untuk mengintip. Keduanya terlihat cukup serasi. Shawn ternyata benar-benar menyukai Jolene. Dia sampai bersedia datang ke acara seperti ini. Sepertinya, semua staf rumah sakit akan menghadiri pesta malam ini, 'kan?

"Terima kasih karena kamu sudah mau datang," ujar Jolene dengan malu-malu. Dia mengenakan riasan tebal dan gaun yang sangat elegan.

"Kita ini teman," balas Shawn. Dia bersedia datang ke acara seperti ini hanya karena kejadian malam itu.

Jolene ingin lebih dekat dengan Shawn, tetapi ucapannya yang sebelumnya telah menjadi penghalang hubungan mereka. Jadi, dia hanya bisa menjaga sikapnya dengan berkata, "Ayo, kita masuk."

Sesudah keduanya pergi, Yvonne baru keluar dari balik pilar. Dia tidak ingin bertemu dengan Shawn. Setelah berpikir sejenak, dia memutuskan untuk menelepon Jolene dan memberitahunya tidak bisa datang karena ada urusan mendesak.

Tepat ketika Yvonne mengeluarkan ponsel dan hendak menghubungi Jolene, seorang rekan kerja tiba-tiba memanggilnya, "Dokter Yvonne."

Jolene yang berada di depan langsung menoleh. Tangan Yvonne yang memegang ponsel pun membeku. Dia tidak sengaja menekan tombol menghubungi. Ketika Yvonne bereaksi kembali, ponsel Jolene sudah berdering.

Yvonne buru-buru mengakhiri panggilan tersebut, lalu memaksakan senyuman sambil berkata, "Maaf, aku salah tekan."

Ketika mendengar suara yang familier ini, Shawn segera menoleh. Kemudian, dia melihat Yvonne yang berdiri tidak jauh dari sana seraya memegang ponsel. Penampilan wanita ini pun terlihat agak aneh. Kemudian, Shawn mengangkat alisnya sambil membatin, 'Wanita ini juga dokter Rumah Sakit Kind?'

"Nggak masalah," timpal Jolene yang tersenyum lembut. Ketika berbicara, dia pun berdiri lebih dekat dengan Shawn.

Yvonne dilarang untuk membocorkan identitasnya sebagai istri Shawn. Jadi, dia bersikap seolah-olah tidak mengenal Shawn. Dia tersenyum, lalu bertanya dengan tatapan antusias, "Ini pacarmu?"

Jolene tidak menjelaskan karena ingin orang-orang salah paham terhadap hubungan mereka. Melihat ini, Shawn juga tidak membantah. Dia penasaran dengan reaksi Yvonne sehingga tatapannya terus tertuju padanya.

Yvonne terkekeh-kekeh, lalu memuji, "Kalian benar-benar serasi. Pasangan yang sangat sempurna!"

Entah mengapa, ketika melihat senyuman di wajah Yvonne, Shawn ingin sekali mencabik-cabik dirinya.

Yvonne tahu betapa kejamnya pria ini sehingga dia ingin segera kabur dari tempat ini. Dia pun berkata, "Kalau begitu, aku pergi dulu."

Yvonne merangkul lengan rekan kerja yang memanggilnya itu, lalu bergegas masuk. Setelah agak jauh, rekan kerjanya baru berkata dengan lirih, "Pria itu adalah Presdir Grup Skyward. Dia masih muda, tapi sudah begitu hebat. Aku benar-benar iri pada Jolene yang bisa berkencan dengan pria seperti itu."

Yvonne tidak menyahut. Rekan kerjanya ini pun melanjutkan, "Kenapa di dunia ini bisa ada pria yang begitu sempurna? Dia kaya, tampan, juga macho."

"Kenapa kamu yakin dia sudah sempurna? Mungkin saja, dia punya kelainan," sahut Yvonne yang tidak bisa menahan diri lagi karena teringat pada Shawn yang mencekik dirinya. Dia sudah sangat bermurah hati karena hanya mengatakan Shawn punya kelainan.

Mendengar ini, rekan kerja itu pun tak kuasa tergelak.

Harus diakui bahwa Jolene cukup dihargai di rumah sakit. Selain direktur rumah sakit, seluruh staf juga datang. Meja dan kursi di Blok B benar-benar penuh.

"Yvonne, duduk di sini!" seru Hank saat melihat Yvonne yang hendak berjalan ke meja lain.

Setelah mendengarnya, Yvonne menoleh untuk melirik sekilas. Namun, dia malah mendapati Shawn sedang menatapnya. Yvonne buru-buru tersenyum kepada Hank, lalu hendak menolak, "Aku ...."

"Kemarilah." Hank langsung menariknya untuk duduk. Lantaran terpaksa, Yvonne hanya bisa duduk di sana. Dia merasa sangat tidak nyaman hingga tidak berani mengangkat kepalanya.

"Dokter Yvonne dan Dokter Jolene adalah teman kuliah sekaligus rekan kerja. Jolene akan segera pergi ke rumah sakit militer, kamu seharusnya bersulang untuknya," ujar Hank sembari menyenggol Yvonne.

"Dia tidak bisa minum bir," sahut Shawn tiba-tiba.

Begitu mendengarnya, semua orang pun tercengang. Bagaimana Shawn bisa mengetahuinya?

Yvonne juga merasa heran. Ketika mendongak, dia melihat Shawn yang tersenyum tipis. Tangan Yvonne yang diletakkan di bawah meja seketika terkepal erat. Apa yang dipikirkan pria ini?

Jolene juga merasa ada yang tidak beres, tetapi tidak memedulikannya. Dia hanya menganggap dirinya salah dengar.

"Profesi kami kurang cocok untuk minum-minum. Hubunganku dengan Yvonne sangat baik. Setelah pergi, aku pasti akan merindukannya," kata Jolene yang terus tersenyum dan menunjukkan sikap yang sangat murah hati sejak tadi.

Tiba-tiba, ponsel Shawn berdering. Entah apa yang dikatakan orang di ujung telepon, tetapi Shawn hanya merespons dengan singkat sebelum mengakhiri panggilan.

Begitu Shawn menyimpan ponselnya, ponsel Yvonne juga berdering. Dia menjawabnya, lalu terdengar suara kepala pelayan. "Nyonya, tolong datang ke kediaman tua sekarang juga. Tuan Graham ingin menemuimu."

Yvonne pun mengiakannya. Kemudian, dia berkata kepada Jolene, "Aku harus pergi karena ada urusan mendesak. Aku akan bersulang dengan teh, kudoakan semuanya lancar untukmu."

Kemudian, Yvonne mengangkat cangkir dan menghabiskan tehnya. Tepat ketika dia berdiri, Shawn menatapnya sambil tersenyum nakal, "Kebetulan sekali, aku juga ada urusan. Apa perlu kuantar?"

Yvonne sungguh kehabisan kata-kata. Shawn juga tidak tahu mengapa dia merasa kesal saat melihat Yvonne pura-pura tidak mengenalnya. Dia ingin melihat sejauh mana wanita ini bisa bersandiwara. Saat ini, tatapan semua orang tertuju pada Yvonne.

Related chapters

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 10

    Semua orang benar-benar heran sekarang. Benar, mengapa bisa begitu kebetulan? Keduanya sama-sama punya urusan mendesak?Jolene juga merasa ada yang tidak beres. Jika dia hanya salah mendengar barusan, bagaimana dengan sekarang ini? Dia terus menatap Shawn dan Yvonne karena ingin menemukan petunjuk. Akhirnya, dia mencoba bertanya, "Yvonne, kamu ada urusan apa?"Yvonne ingin sekali langsung memberitahunya bahwa dia adalah istri Shawn. Kemudian, Shawn harus menjelaskan dengan susah payah kepada Jolene tentang hubungan mereka ini. Namun, Yvonne tidak berani melakukannya. Bagaimanapun, dia tidak sanggup untuk mengusik pria ini. Dia telah kehilangan kesempatan untuk pergi ke rumah sakit militer dan tidak boleh kehilangan pekerjaannya."Kakekku menyuruhku pulang, sepertinya ada urusan mendesak. Aku nggak bisa menolaknya. Aku juga nggak nyangka Pak Shawn punya urusan. Kebetulan sekali, ya, hehe," jawab Yvonne dengan gugup dan terkekeh-kekeh canggung.Yvonne ingin mengelabui semua orang, tetapi

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 11

    Suara yang muncul mendadak ini membuat Yvonne terperanjat. Begitu berbalik, lengannya tidak sengaja menyenggol rak dan menjatuhkan kotak tersebut. Seketika, kotak pun terjatuh ke lantai.Shawn menatapnya dengan galak. Amarah yang berkecamuk di hatinya, membuatnya terlihat sangat mengerikan.Yvonne buru-buru menjelaskan, "Aku ... aku nggak sengaja ...." Kemudian, dia buru-buru berjongkok untuk memungut kotak tersebut. Begitu menyentuhnya, pergelangan tangannya sudah diraih dengan erat. Saking besarnya tenaga Shawn, Yvonne merasa tulangnya akan segera hancur.Sakit sekali! Keringat dingin sampai bercucuran dari dahi Yvonne. Di sisi lain, Shawn memelototinya dengan mata memerah. Dia membentak dengan marah, "Singkirkan tanganmu yang kotor itu!"Selesai mengatakan itu, Shawn langsung mengempaskan tangan Yvonne dengan kuat. Tubuh Yvonne yang kehilangan keseimbangan seketika jatuh ke belakang, lalu kepalanya membentur sudut lemari.Rasa sakit yang dahsyat ini membuat Yvonne mati rasa untuk se

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 12

    Graham sudah terpikir akan sebuah ide sejak tadi. Saat ini, Jackal sepertinya juga sudah paham. Dia bertanya, "Tuan menyuruhku mencarikan jantung untuk ...."Sebelum Jackal selesai berbicara, Yvonne sudah keluar dengan membawa kotak pertolongan pertama. Melihat ini, Jackal buru-buru menutup mulutnya.Graham yang duduk di sofa, berdiri dengan bantuan kruk seraya berkata kepada Yvonne, "Ikuti aku."Seusai memerintahkan, Graham berjalan ke arah ruang bacanya. Yvonne pun meletakkan barangnya di atas meja, lalu mengikuti Graham masuk.Graham duduk di kursinya, lalu memasang ekspresi sedih sembari berkata, "Shawn kehilangan orang tuanya terlalu cepat sehingga aku yang membesarkannya. Ketika masa sekolah, dia tinggal di asrama. Setelah lulus kuliah, dia tinggal di vila dan mengurus perusahaan. Karena terlalu sibuk, Shawn jarang sekali pulang ke kediaman tua."Suara Graham terdengar sangat berat. Ayah Shawn adalah putra sulungnya. Meskipun sudah lama meninggal, dia tetap saja merasa sedih saat

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 13

    "Pak, kenapa kamu bertanya seperti itu?" tanya Yvonne yang samar-samar merasakan firasat buruk."Kamu juga tahu apa akibatnya jika diboikot seluruh rumah sakit." Hank berjeda sebelum melanjutkan, "Sepertinya, kariermu sebagai dokter harus berhenti di sini. Nggak akan ada rumah sakit yang berani merekrutmu lagi."Yvonne benar-benar syok dengan kabar mendadak ini. Dia mengepalkan dan melonggarkan tangannya berulang kali, lalu akhirnya berkata, "Pak Hank, aku sangat mencintai pekerjaanku. Selain itu, aku nggak boleh kehilangan pekerjaan.""Aku juga ingin membantumu, tapi nggak ada yang bisa kulakukan." Hank sungguh menyayangkan hal ini. Padahal, dia sangat mengagumi profesionalisme dan keterampilan medis Yvonne. Hanya saja, dia tidak punya kemampuan untuk melindungi Yvonne."Kalau ingin mempertahankan pekerjaan ini, kamu harus mencari Shawn dan minta maaf karena sudah menyinggungnya," ujar Hank yang berbaik hati memperingatkan."Aku ...." Yvonne seketika kehabisan kata-kata. Kesalahpahama

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 14

    Xavier juga tidak tahu. Dia juga merasa heran dan terkejut saat melihat Neil makan bersama Yvonne. Keduanya bahkan terlihat sangat bahagia. Kalau tidak kebetulan melewati restoran itu, dia tidak akan mengetahuinya. Xavier mengusulkan, "Bagaimana kalau aku panggil Dokter Neil kemari?"Mendengar usul ini, Shawn mengiakan dengan tidak acuh. Kemudian, Xavier langsung menelepon Neil.Sekitar 20 menit kemudian, Neil tiba di Grup Skyward. Begitu masuk, dia langsung berkata, "Kebetulan sekali, aku juga punya urusan denganmu ....""Kamu mengenal Yvonne?" sela Shawn. Neil pun tertegun sejenak, lalu mengangguk seraya menjawab, "Ya, dia adik kelasku. Dia yang mengobati lukamu waktu itu."Shawn bersandar pada sofa kulit berwarna cokelat. Sorot matanya tampak mendalam, sementara bulu matanya yang tebal dan panjang bergerak sesaat. Ternyata, Yvonne yang mengobatinya waktu itu? Hal ini cukup mengejutkannya."Omong-omong, Shawn, apa kamu bisa bersikap lebih baik padanya?" tanya Neil sembari mendekat da

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 15

    Yvonne memang telah membuat keputusan. Namun, dia tetap saja ketakutan saat teringat dirinya harus menghadapi Shawn. Dia masih mengingat jelas betapa kasarnya perlakuan Shawn kemarin. Pada akhirnya, Yvonne menarik napas dalam-dalam dan memberanikan diri untuk melangkah masuk.Begitu membuka pintu, terlihat Leah yang tersenyum seraya menyapa, "Nyonya sudah pulang?"Yvonne mengiakan sembari melihat ke dalam. Dia mendapati bahwa ada orang yang duduk di dalam, tetapi tidak bisa melihat wajah orang itu.Leah pun berkata dengan lirih, "Tuan Shawn ada di sini."Yvonne melepaskan sepatunya, lalu berjalan masuk. Dia berusaha untuk memaksakan senyuman, lalu mengambil inisiatif untuk menyapa, "Pak Shawn."Shawn meletakkan majalah ekonomi di tangannya, lalu meliriknya sekilas dan menyindir, "Pak Shawn?"Wanita ini tidak ingin bercerai darinya, tetapi berpura-pura tidak ingin dekat dengannya. Dia jual mahal, ya?Yvonne sudah meminta maaf sebelumnya. Sekarang, dia berkata lagi dengan tulus, "Maafkan

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 16

    Yvonne mimpi buruk. Dia bermimpi dirinya dililit oleh 2 ekor ular besar hingga tidak bisa bernapas. Tepat ketika mengira dirinya akan mati, muncul sebuah cahaya. Dia pun berusaha keras meraih cahaya tersebut.Yvonne mengira dirinya akan terselamatkan, tetapi malah tiba-tiba terbangun. Begitu membuka mata, dia langsung melihat pria dengan pakaian acak-acakan di hadapannya. Shawn bahkan terlihat sangat marah, seperti ingin melahapnya hidup-hidup.Dalam sekejap, Yvonne pun tersadar kembali. Dia bangkit dan meringkuk di ujung sofa dengan takut, lalu bertanya dengan suara yang bergetar dan agak serak karena baru bangun, "Kamu ... apa yang kamu lakukan?"Shawn seketika tersenyum mengejek. Wanita ini yang menarik piamanya, tetapi masih berpura-pura ketakutan. Dia pun menjawab, "Jelas-jelas kamu yang bernafsu, makanya pura-pura menyerangku saat tidur."Yvonne terkejut mendengarnya. Dia mengepalkan tangannya dengan perlahan, lalu memelototi Shawn sambil membantah dengan yakin, "Aku nggak sepert

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 17

    Ternyata, Shawn tidak tidur di kamar Yvonne kemarin malam. Kamarnya sangat rapi, bahkan Shawn tidak menyentuh apa pun.Yvonne memasuki kamarnya, lalu mandi dan mengganti pakaiannya. Setelah pergi ke rumah sakit, dia baru tahu bahwa Hank telah memberi posisinya kepada dokter lain. Dia tidak punya tempat di rumah sakit ini lagi. Hal ini membuatnya merasa sangat kecewa.Sesudah keluar dari rumah sakit, Yvonne termangu sambil berdiri di anak tangga. Dia tahu bahwa dia tidak punya pilihan lain lagi sekarang.Malamnya, Yvonne datang ke Blue Bridge yang disebutkan Shawn. Ketika hendak masuk, dia tiba-tiba melihat Jolene. Mengapa Jolene datang kemari? Begitu teringat pada hubungan Jolene dengan Shawn, Yvonne pun tidak merasa heran lagi.Yvonne akhirnya melangkah masuk, lalu mengikuti Jolene dengan murung. Dia melihat Jolene masuk ke sebuah ruang privat, tetapi tidak ada Shawn di dalamnya. Sebaliknya, terlihat seorang pria kaya raya yang pernah mengejar Jolene pada masa kuliah.Meskipun pria in

Latest chapter

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 674

    Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 673

    Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 672

    Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 671

    Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang  wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 670

    Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 669

    Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 668

    Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 667

    Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 666

    Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"

DMCA.com Protection Status