Share

Bab 8

Penulis: Aku Suka Uang
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
'Bukankah Shawn menyerahkanku kepada pria mesum itu? Kenapa dia masih muncul di vila ini? Apa dia begitu nggak sabar untuk mentertawakanku? Hehe,' batin Yvonne.

"Shawn!" Yvonne menunjuk pria kejam itu. Mungkin karena mabuk, nyalinya pun menjadi besar dan tidak kenal takut. Dia membentak, "Kamu benar-benar berengsek!"

Raut wajah Shawn seketika menjadi suram. Xavier dan Leah hanya menundukkan kepala, bahkan tidak berani bersuara sedikit pun.

Kemudian, Yvonne berjalan dengan terhuyung-huyung. Dia meraih kerah baju Shawn, lalu bertanya, "Kamu kira aku sangat ingin menikah denganmu? Kamu kira dirimu begitu hebat?"

Bau alkohol di tubuh Yvonne membuat Shawn mengernyit. Tebersit pula kemarahan pada tatapannya. Shawn meraih pergelangan tangan Yvonne dengan gesit, lalu membalas, "Kamu sudah gila, ya?"

Wanita ini berani mengikuti pria yang tak dikenalnya. Shawn ingin membuat Yvonne berinisiatif untuk mundur dari pernikahan mereka, tetapi wanita ini sangat keras kepala. Ketika Yvonne mengikuti Harvey, Shawn tiba-tiba menyesal. Bagaimanapun, Yvonne adalah istrinya. Dia akan merasa jijik jika wanita ini ternodai.

"Kamu yang gila!" teriak Yvonne. Kedua tangannya terus menarik kerah baju Shawn karena mabuk. Dia ingin melampiaskan kekesalan ini kepada Shawn.

Ekspresi Shawn benar-benar dingin sekarang. Dia meraih pergelangan tangan Yvonne, lalu menariknya ke lantai atas.

Yvonne berusaha melepaskan diri sambil berkata, "Lepaskan aku, lepaskan ...."

Seketika, pintu kamar ditendang oleh Shawn. Kemudian, dia melemparkan Yvonne ke dalam kamar. Yvonne yang kehilangan keseimbangan pun terjatuh ke lantai. Lututnya terbentur sehingga dia mendesah kesakitan.

Suara ini sontak membuat Shawn tertegun. Adegan malam itu kembali muncul di benaknya. Suara ini begitu mirip dengan suara Jolene?

"Shawn!" teriak Yvonne sembari menengadah. Tatapannya saat menatap Shawn dipenuhi kebencian. Pria ini bukan hanya kejam, tetapi juga kasar. Dorongannya barusan sampai membuat lutut Yvonne berdarah.

Shawn menyingkirkan pikirannya itu. Dia bertatapan dengan Yvonne, lalu maju sembari memicingkan matanya dan bertanya, "Kamu tidak mabuk?"

Yvonne memang mabuk, tetapi pikirannya masih jernih. Dia meletakkan kedua tangannya di lantai dan mencoba untuk berdiri. Namun, kakinya terasa lemas sehingga hampir terjatuh lagi. Agar tidak terjatuh, dia pun secara naluriah memegang benda di sekitarnya.

Yvonne berhasil menyeimbangkan tubuhnya, tetapi tiba-tiba merasakan hawa dingin dari depan. Jadi, dia perlahan-lahan mendongak dan bertatapan dengan mata Shawn yang suram.

Saat ini, dia baru menyadari bahwa tangannya sedang memegang celana Shawn. Shawn tidak memakai ikat pinggang. Jika celananya longgar sedikit saja, tarikan Yvonne pasti sudah membuat celananya lepas. Meskipun demikian, pakaian Shawn tetap terlihat berantakan karena Yvonne.

Yvonne buru-buru melepaskan tangannya. Kain celana Shawn menjadi berkerut karenanya. Melihat ini, Yvonne segera mengalihkan pandangannya dan berkata, "Aku ... nggak sengaja."

Shawn menyahut dengan geram, "Masa?"

"Tentu saja ...." Kemudian, Yvonne sontak memelototinya dan bertanya, "Apa maksudmu?"

"Memangnya kamu tidak tahu sikapmu sendiri?" sindir Shawn. Ucapan ini sangat menusuk hati Yvonne. Pria ini telah melihat obat kontrasepsi tersebut, sehingga tahu dia ....

Begitu teringat pada kejadian malam itu, tubuh Yvonne seketika gemetaran sesaat. Namun, dia tetap berusaha mempertahankan ketenangannya. Yvonne ingin menghindar karena khawatir ada orang yang menguping, lalu menggunakan hal ini untuk mempermalukannya.

"Kenapa diam? Kamu memang sangat berhasrat pada semua pria, 'kan?" Shawn tiba-tiba mencekik leher Yvonne, lalu melanjutkan dengan tatapan suram, "Katakanlah, kenapa kamu berselingkuh dariku, tapi masih menolak untuk bercerai?"

Setiap kata yang dilontarkan dari mulut Shawn penuh dengan kebencian. Dia adalah pria bermartabat, tetapi istrinya sudah pernah berhubungan intim dengan pria lain?

Yvonne kesulitan bernapas karena dicekik. Wajahnya yang sudah merah menjadi makin merah. Karena berusaha menarik napas, dadanya pun menjadi agak besar. Dia meronta-ronta, lalu berkata dengan susah payah, "Lepaskan ... aku ...."

Yvonne terlalu berusaha untuk melepaskan diri sehingga 2 kancing di bajunya terlepas. Shawn seketika menunduk dan melihat tulang selangkanya yang indah. Kemudian, dia melihat bra hitam berenda, juga samar-samar melihat dada Yvonne.

Yvonne berusaha keras untuk bernapas. "Hm ...."

Helaian rambut yang berantakan tergerai secara acak di wajahnya. Suara napas dan gerakan dadanya ini membuat Shawn seketika bergairah. Setelah menyadari bahwa dia telah mengamati tubuh Yvonne dengan lancang, Shawn buru-buru mengalihkan pandangannya.

Shawn tanpa sadar merasa tegang. Dia mengerutkan dahinya, berusaha untuk mengendalikan suasana hatinya. Siapa sangka, dia malah berhasrat terhadap wanita murahan ini. Hal ini membuatnya merasa sangat tidak nyaman.

Shawn yang murka akhirnya melemparkan Yvonne ke atas tempat tidur. Dia marah pada dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia bergairah terhadap jalang seperti Yvonne? Apa dia sudah gila? Setelah memikirkan ini, Shawn bergegas berbalik dan turun.

Xavier yang melihatnya segera memanggil, "Pak Shawn."

Shawn tidak menjawab dan langsung berjalan ke luar. Melihat ini, Xavier buru-buru mengikutinya.

Setelah masuk ke mobil, Xavier menyalakan mobilnya sambil melirik ke belakang dengan hati-hati. Apa yang terjadi dengan majikannya ini? Mengapa dia begitu marah?

Di dalam vila, Yvonne yang berbaring di atas ranjang, menarik napas kuat-kuat sambil mencengkeram dadanya. Barusan, dia mengira Shawn akan membunuhnya.

Ugh! Yvonne seketika merasa sangat mual karena alkohol. Dia bergegas berlari ke kamar mandi untuk muntah. Sesudah muntah, dia baru merasa lebih lega. Yvonne membersihkan mulutnya, lalu berbaring kembali tanpa mandi dulu. Dia benar-benar lelah dan mengantuk sehingga memejamkan matanya dengan perlahan. Tanpa disadari, dia pun tertidur.

Keesokan harinya, di Grup Skyward. Begitu masuk, sekretaris perusahaan langsung mencari Shawn. "Pak Shawn, Pak Harvey mencarimu."

Bab terkait

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 9

    "Suruh dia pergi." Shawn mendorong pintu ruang kantornya, lalu memerintahkan, "Buatkan kopi untukku."Selesai mengatakan itu, Shawn berjalan ke arah kantor kerjanya. Namun, sekretaris itu melanjutkan, "Pak Harvey bilang, dia tidak akan pergi sebelum bertemu denganmu."Shawn mendongak untuk melirik si sekretaris sekilas. Melihat ini, sekretaris itu segera menundukkan kepalanya. Pada akhirnya, Shawn duduk sambil membuka kancing jasnya dan memerintahkan, "Bawa dia masuk."Sekretaris itu pun buru-buru membawakan kopi, juga mempersilakan Harvey masuk. Harvey langsung bertanya dengan kesal, "Siapa sebenarnya wanita yang kamu bawa itu?"Shawn mengambil cangkir kopinya, lalu menyuruh sekretarisnya untuk keluar. Sesudah itu, dia baru mendongak dan melirik Harvey sekilas."Lihatlah, dia melukaiku sampai seperti ini. Urat nadi tanganku juga hampir putus," ujar Harvey seraya menunjuk lehernya yang terluka beserta pergelangan tangannya yang dibalut perban.Shawn melirik sekilas cedera yang diderita

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 10

    Semua orang benar-benar heran sekarang. Benar, mengapa bisa begitu kebetulan? Keduanya sama-sama punya urusan mendesak?Jolene juga merasa ada yang tidak beres. Jika dia hanya salah mendengar barusan, bagaimana dengan sekarang ini? Dia terus menatap Shawn dan Yvonne karena ingin menemukan petunjuk. Akhirnya, dia mencoba bertanya, "Yvonne, kamu ada urusan apa?"Yvonne ingin sekali langsung memberitahunya bahwa dia adalah istri Shawn. Kemudian, Shawn harus menjelaskan dengan susah payah kepada Jolene tentang hubungan mereka ini. Namun, Yvonne tidak berani melakukannya. Bagaimanapun, dia tidak sanggup untuk mengusik pria ini. Dia telah kehilangan kesempatan untuk pergi ke rumah sakit militer dan tidak boleh kehilangan pekerjaannya."Kakekku menyuruhku pulang, sepertinya ada urusan mendesak. Aku nggak bisa menolaknya. Aku juga nggak nyangka Pak Shawn punya urusan. Kebetulan sekali, ya, hehe," jawab Yvonne dengan gugup dan terkekeh-kekeh canggung.Yvonne ingin mengelabui semua orang, tetapi

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 11

    Suara yang muncul mendadak ini membuat Yvonne terperanjat. Begitu berbalik, lengannya tidak sengaja menyenggol rak dan menjatuhkan kotak tersebut. Seketika, kotak pun terjatuh ke lantai.Shawn menatapnya dengan galak. Amarah yang berkecamuk di hatinya, membuatnya terlihat sangat mengerikan.Yvonne buru-buru menjelaskan, "Aku ... aku nggak sengaja ...." Kemudian, dia buru-buru berjongkok untuk memungut kotak tersebut. Begitu menyentuhnya, pergelangan tangannya sudah diraih dengan erat. Saking besarnya tenaga Shawn, Yvonne merasa tulangnya akan segera hancur.Sakit sekali! Keringat dingin sampai bercucuran dari dahi Yvonne. Di sisi lain, Shawn memelototinya dengan mata memerah. Dia membentak dengan marah, "Singkirkan tanganmu yang kotor itu!"Selesai mengatakan itu, Shawn langsung mengempaskan tangan Yvonne dengan kuat. Tubuh Yvonne yang kehilangan keseimbangan seketika jatuh ke belakang, lalu kepalanya membentur sudut lemari.Rasa sakit yang dahsyat ini membuat Yvonne mati rasa untuk se

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 12

    Graham sudah terpikir akan sebuah ide sejak tadi. Saat ini, Jackal sepertinya juga sudah paham. Dia bertanya, "Tuan menyuruhku mencarikan jantung untuk ...."Sebelum Jackal selesai berbicara, Yvonne sudah keluar dengan membawa kotak pertolongan pertama. Melihat ini, Jackal buru-buru menutup mulutnya.Graham yang duduk di sofa, berdiri dengan bantuan kruk seraya berkata kepada Yvonne, "Ikuti aku."Seusai memerintahkan, Graham berjalan ke arah ruang bacanya. Yvonne pun meletakkan barangnya di atas meja, lalu mengikuti Graham masuk.Graham duduk di kursinya, lalu memasang ekspresi sedih sembari berkata, "Shawn kehilangan orang tuanya terlalu cepat sehingga aku yang membesarkannya. Ketika masa sekolah, dia tinggal di asrama. Setelah lulus kuliah, dia tinggal di vila dan mengurus perusahaan. Karena terlalu sibuk, Shawn jarang sekali pulang ke kediaman tua."Suara Graham terdengar sangat berat. Ayah Shawn adalah putra sulungnya. Meskipun sudah lama meninggal, dia tetap saja merasa sedih saat

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 13

    "Pak, kenapa kamu bertanya seperti itu?" tanya Yvonne yang samar-samar merasakan firasat buruk."Kamu juga tahu apa akibatnya jika diboikot seluruh rumah sakit." Hank berjeda sebelum melanjutkan, "Sepertinya, kariermu sebagai dokter harus berhenti di sini. Nggak akan ada rumah sakit yang berani merekrutmu lagi."Yvonne benar-benar syok dengan kabar mendadak ini. Dia mengepalkan dan melonggarkan tangannya berulang kali, lalu akhirnya berkata, "Pak Hank, aku sangat mencintai pekerjaanku. Selain itu, aku nggak boleh kehilangan pekerjaan.""Aku juga ingin membantumu, tapi nggak ada yang bisa kulakukan." Hank sungguh menyayangkan hal ini. Padahal, dia sangat mengagumi profesionalisme dan keterampilan medis Yvonne. Hanya saja, dia tidak punya kemampuan untuk melindungi Yvonne."Kalau ingin mempertahankan pekerjaan ini, kamu harus mencari Shawn dan minta maaf karena sudah menyinggungnya," ujar Hank yang berbaik hati memperingatkan."Aku ...." Yvonne seketika kehabisan kata-kata. Kesalahpahama

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 14

    Xavier juga tidak tahu. Dia juga merasa heran dan terkejut saat melihat Neil makan bersama Yvonne. Keduanya bahkan terlihat sangat bahagia. Kalau tidak kebetulan melewati restoran itu, dia tidak akan mengetahuinya. Xavier mengusulkan, "Bagaimana kalau aku panggil Dokter Neil kemari?"Mendengar usul ini, Shawn mengiakan dengan tidak acuh. Kemudian, Xavier langsung menelepon Neil.Sekitar 20 menit kemudian, Neil tiba di Grup Skyward. Begitu masuk, dia langsung berkata, "Kebetulan sekali, aku juga punya urusan denganmu ....""Kamu mengenal Yvonne?" sela Shawn. Neil pun tertegun sejenak, lalu mengangguk seraya menjawab, "Ya, dia adik kelasku. Dia yang mengobati lukamu waktu itu."Shawn bersandar pada sofa kulit berwarna cokelat. Sorot matanya tampak mendalam, sementara bulu matanya yang tebal dan panjang bergerak sesaat. Ternyata, Yvonne yang mengobatinya waktu itu? Hal ini cukup mengejutkannya."Omong-omong, Shawn, apa kamu bisa bersikap lebih baik padanya?" tanya Neil sembari mendekat da

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 15

    Yvonne memang telah membuat keputusan. Namun, dia tetap saja ketakutan saat teringat dirinya harus menghadapi Shawn. Dia masih mengingat jelas betapa kasarnya perlakuan Shawn kemarin. Pada akhirnya, Yvonne menarik napas dalam-dalam dan memberanikan diri untuk melangkah masuk.Begitu membuka pintu, terlihat Leah yang tersenyum seraya menyapa, "Nyonya sudah pulang?"Yvonne mengiakan sembari melihat ke dalam. Dia mendapati bahwa ada orang yang duduk di dalam, tetapi tidak bisa melihat wajah orang itu.Leah pun berkata dengan lirih, "Tuan Shawn ada di sini."Yvonne melepaskan sepatunya, lalu berjalan masuk. Dia berusaha untuk memaksakan senyuman, lalu mengambil inisiatif untuk menyapa, "Pak Shawn."Shawn meletakkan majalah ekonomi di tangannya, lalu meliriknya sekilas dan menyindir, "Pak Shawn?"Wanita ini tidak ingin bercerai darinya, tetapi berpura-pura tidak ingin dekat dengannya. Dia jual mahal, ya?Yvonne sudah meminta maaf sebelumnya. Sekarang, dia berkata lagi dengan tulus, "Maafkan

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 16

    Yvonne mimpi buruk. Dia bermimpi dirinya dililit oleh 2 ekor ular besar hingga tidak bisa bernapas. Tepat ketika mengira dirinya akan mati, muncul sebuah cahaya. Dia pun berusaha keras meraih cahaya tersebut.Yvonne mengira dirinya akan terselamatkan, tetapi malah tiba-tiba terbangun. Begitu membuka mata, dia langsung melihat pria dengan pakaian acak-acakan di hadapannya. Shawn bahkan terlihat sangat marah, seperti ingin melahapnya hidup-hidup.Dalam sekejap, Yvonne pun tersadar kembali. Dia bangkit dan meringkuk di ujung sofa dengan takut, lalu bertanya dengan suara yang bergetar dan agak serak karena baru bangun, "Kamu ... apa yang kamu lakukan?"Shawn seketika tersenyum mengejek. Wanita ini yang menarik piamanya, tetapi masih berpura-pura ketakutan. Dia pun menjawab, "Jelas-jelas kamu yang bernafsu, makanya pura-pura menyerangku saat tidur."Yvonne terkejut mendengarnya. Dia mengepalkan tangannya dengan perlahan, lalu memelototi Shawn sambil membantah dengan yakin, "Aku nggak sepert

Bab terbaru

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 674

    Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 673

    Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 672

    Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 671

    Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang  wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 670

    Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 669

    Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 668

    Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 667

    Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 666

    Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"

DMCA.com Protection Status