Yvonne menghampiri Shawn sambil bertanya, "Sudah sadar? Ada yang sakit?"Shawn tidak menjawab, dia hanya fokus menatap Yvonne.Yvonne masih mengenakan baju yang sama. Meskipun tidak terluka, pakaian Yvonne robek dan berantakan."Aku belum sempat ganti baju," kata Yvonne sesaat menyadari tatapan Shawn yang memperhatikan pakaiannya.Shawn berkata, "Kalau kamu tidak menyukai Yura, aku bisa memindahkannya ke departemen lain."Ternyata Shawn mendengar pembicaraan Yvonne dan Xavier. Sebelumnya Yvonne juga pernah menanyakan masalah Yura kepada Shawn.Shawn berpikir, mungkin Yvonne tidak senang melihat ada wanita lain berada di sekitar Shawn.Xavier mengerutkan alis, dia tidak mengerti kenapa mereka tiba-tiba membahas Yura."Yura bekerja dengan baik, dia jarang melakukan kesalahan." Xavier merasa berhak memberikan penilaian kepada Yura.Sebenarnya Xavier tidak ingin Yura diganti. Jika diganti sekretaris baru, Xavier harus beradaptasi dan memoles kecocokan bersama orang baru.Yvonne berkata kep
Ternyata begini rasanya kehangatan cinta.Shawn tak dapat melihat wajah Yvonne, dia hanya dapat melihat rambutnya yang berwarna hitam. "Sebenarnya aku tahu bom yang dipakai Niko adalah peledak palsu. Apakah kamu marah?"Yvonne kaget. "Apa? Kamu tahu bom itu palsu?"Shawn mengangguk. Sesaat melihat bentuk bom, Shawn langsung menyadari bahwa bom tersebut palsu."Kenapa aku mesti marah?" Yvonne tersenyum. Shawn telah membuktikannya cintanya kepada Yvonne. Nyatanya Shawn mengorbankan diri sendiri demi melindungi Yvonne.Bom yang dimiliki Niko memang palsu, tetapi bom yang kedua adalah bom asli.Yvonne tumbuh di tengah keluarga yang penuh konflik. Kondisi tubuh Samantha lemah, sedangkan Calvin menjalani hidup bersama selingkuhannya. Selama ini Yvonne jarang mendapatkan kasih sayang dari orang lain."Saat menikah denganmu, aku nggak pernah berpikir bakal ada hari ini." Tak hanya Yvonne, Shawn sendiri pun tak menyangka."Tok, tok." Samantha mengetuk pintu ruangan Shawn. "Yvonne, Niko sudah sa
Perawat masuk sambil membawa nampan obat. Dia memasuki ruangan Shawn tanpa mengetuk pintu.Sesaat mendengar suara pintu yang dibuka, Yvonne melepaskan kecupannya dan membenamkan kepalanya ke pelukan Shawn.Perawat tersebut tersentak, dia berdiri mematung di tempat.Shawn menatap perawat itu dan berkata dengan dingin, "Pergi!"Perawat itu terbangun dari lamunan, dia pun panik dan menyadari kesalahannya. Harusnya dia mengetuk pintu sebelum masuk.Perawat tersebut berdiri di depan pintu sambil mengelus dadanya. Tatapan Shawn terlalu mengerikan, saking menyeramkannya sampai membuat perawat merinding."Dilihat orang, 'kan? Malu, 'kan?" Yvonne tidak berani mendorong Shawn karena takut mengenai lukanya."Kita adalah suami istri." Shawn bangkit dari tempat tidur dan merapikan pakaiannya.Yvonne tersenyum melihat tingkah Shawn. Ketika mereka beranjak keluar, perawat tersebut masih berdiri di depan pintu.Yvonne berkata, "Taruh saja obatnya di meja.""Baik," jawab perawat tersebut, lalu bergegas
Niko berbisik di telinga Yvonne, "Suruh Shawn pura-pura mati ....""Apa?" Yvonne berteriak sebelum Niko menyelesaikan kalimatnya."Aduh, jangan emosi dulu. Dengarkan aku." Niko menenangkan Yvonne.Yvonne kembali mendekatkan telinganya sambil melirik Shawn."Kak, reaksimu berlebihan banget."Yvonne menatapnya dengan sinis. "Cepat katakan, apa rencanamu?"Niko tertawa melihat reaksi Yvonne. Setelah kejadian ini, Yvonne pasti makin mencintai Shawn.Menurut Niko, bencana ini justru menguntungkan Shawn."Begini, suruh Shawn untuk berpura-pura meninggal, sedangkan aku akan pergi menemui wanita itu untuk memberitahunya mengenai kematian Shawn. Saat bertemu, aku akan menangkap dan melihat wajahnya. Kalau bukan Shawn yang membunuh ibuku, pasti wanita itu pelakunya. Dia membunuh ibuku dan menjadikan Shawn sebagai kambing hitam. Dia ingin meminjam tanganku untuk melawan kamu dan Shawn. Semua ini adalah rencananya."Yvonne merasa ide yang diberikan Niko lumayan bagus."Em, idemu bagus, sih ....""
Shawn berkata, "Maaf, aku tadi tidak kepikiran, padahal aku bisa menelepon Bibi Leah ....""Aku pulang saja." Yvonne menyela ucapan Shawn.Kebetulan Yvonne ingin pulang mengecek kondisi Dio. Apalagi Leah harus menemani Dio, dia tidak bisa mengantarkan pakaian.Yvonne berdiri, sedangkan Shawn duduk di tempat tidur. Meskipun Shawn duduk, posturnya masih lebih tinggi daripada Yvonne.Shawn mengulurkan tangan dan memeluk Yvonne.Yvonne tersenyum sambil memukul manja. "Kamu nggak takut tertangkap basah lagi?""Kenapa harus takut?" Shawn tersenyum.Yvonne mengecup pipi Shawn dengan lembut. "Kamu masih terluka, istirahatlah. Aku juga mau pulang melihat Dio.""Em." Shawn mengangguk.Yvonne pulang dengan menggunakan taksi.Dio sangat tenang, dia tidak menangis selama diasuh Leah. Sepertinya Dio sudah mulai mengenali orang, dia sangat senang saat melihat kepulangan Yvonne.Dio mengulurkan tangannya, dia mau digendong Yvonne.Yvonne tidak langsung menggendong Dio karena belum mandi."Ibu mandi du
Entah kenapa, kali ini Shawn malah merasa canggung. Padahal mereka sudah pernah melihat tubuh satu sama lain.Yvonne membuka celana Shawn secara perlahan. Dia juga merasa malu dan tidak enak hati."Aku sendiri saja," kata Shawn.Yvonne tertawa melihat wajah Shawn yang memerah. Astaga, Shawn bisa tersipu malu?Pria ini adalah Shawn, dia dikenal sebagai pria yang dingin dan arogan! Kenapa sekarang dia berlagak seperti pemuda polos?"Shawn ...." Yvonne tak dapat menahan tawanya.Shawn berusaha tetap tenang. "Apa yang lucu?""Lucu, lucu banget. Hahaha ...."Shawn melemparkan celananya kepada Yvonne. "Pakaikan!"Yvonne mengambil celana yang dilemparkan. "Kamu yakin?""Aku lagi sakit, kamu harus melayaniku," jawab Shawn dengan arogan.Yvonne menggelengkan kepala, sikap pria ini berubah lebih cepat daripada membalikkan telapak tangan."Aku lepaskan celanamu, ya?" Yvonne kembali memastikan.Shawn mengangguk, tetapi sesaat Yvonne menyentuh pinggangnya, sekujur tubuh Shawn langsung terasa kaku.
Yvonne bergegas bangkit dari tempat tidur. "Kamu masih lemah, ngapain ke sini? Apakah terjadi sesuatu? Kenapa kamu cemberut?"Kedua mata Niko memerah, suaranya pun terisak-isak.Samantha menyusul belakangan pun bergegas menjelaskan, "Barusan pihak kepolisian telepon, katanya kasus Kayla telah ditutup dan jenazahnya boleh dibawa pulang.""Apa?" Yvonne terkejut mengetahui polisi yang menutup kasusnya begitu saja.Jika dipikir-pikir, Yvonne bisa mengerti sisi kepolisian. Pelaku tersebut pasti tidak berani memperbesar masalah ini. Pelaku tersebut menjadikan Shawn sebagai kambing hitam, padahal bukan Shawn yang membunuh Kayla. Sekarang Shawn masih hidup, pelaku itu tidak berani memprovokasi Shawn."Katanya besok pengadilan akan memutus perkara ini. Apakah kamu bisa menemaniku?" tanya Niko yang bersandar di pintu.Yvonne menghampiri Niko dan memeluknya. "Aku akan menemanimu. Aku rasa pelaku yang membunuh ibuku takut ketahuan, makanya dia buru-buru menutup kasus ini.""Kasusnya telah ditutup,
Bocah ingusan pun tahu, mana mungkin Kayla melarikan diri dari rumah sakit? Memangnya tidak ada petugas yang berjaga di sana?Jelas, pasti ada orang yang menyogok petugas keamanan untuk membebaskan Kayla.Melihat Niko yang mengepalkan tangan, Yvonne langsung menepuk pundaknya dan menenangkannya. "Jangan emosi, tenangkan dirimu.""Nggak bisa, aku nggak bisa!" Niko marah mendengar putusan yang menyatakan Kayla bunuh diri.Niko tidak bisa menerima kenyataan ini. Kayla jelas dibunuh, tapi sayangnya Niko tak memiliki bukti.Dada Niko terasa sesak, dia menyesal karena tak dapat berbuat apa-apa.Yvonne hanya bisa menghela napas, dia memberikan waktu kepada Niko untuk mengatur emosinya.Setelah bacaan putusan selesai, Samantha menemani Niko untuk pergi melihat jenazah Kayla.Yvonne tidak ikut, dia menunggu di depan pintu.Tak berapa lama, seorang wartawan wanita berjalan melewati Yvonne. Yvonne menoleh secara spontan, wajah wartawan itu terasa sangat familier.Hanya saja Yvonne tidak bisa meng