Perawat masuk sambil membawa nampan obat. Dia memasuki ruangan Shawn tanpa mengetuk pintu.Sesaat mendengar suara pintu yang dibuka, Yvonne melepaskan kecupannya dan membenamkan kepalanya ke pelukan Shawn.Perawat tersebut tersentak, dia berdiri mematung di tempat.Shawn menatap perawat itu dan berkata dengan dingin, "Pergi!"Perawat itu terbangun dari lamunan, dia pun panik dan menyadari kesalahannya. Harusnya dia mengetuk pintu sebelum masuk.Perawat tersebut berdiri di depan pintu sambil mengelus dadanya. Tatapan Shawn terlalu mengerikan, saking menyeramkannya sampai membuat perawat merinding."Dilihat orang, 'kan? Malu, 'kan?" Yvonne tidak berani mendorong Shawn karena takut mengenai lukanya."Kita adalah suami istri." Shawn bangkit dari tempat tidur dan merapikan pakaiannya.Yvonne tersenyum melihat tingkah Shawn. Ketika mereka beranjak keluar, perawat tersebut masih berdiri di depan pintu.Yvonne berkata, "Taruh saja obatnya di meja.""Baik," jawab perawat tersebut, lalu bergegas
Niko berbisik di telinga Yvonne, "Suruh Shawn pura-pura mati ....""Apa?" Yvonne berteriak sebelum Niko menyelesaikan kalimatnya."Aduh, jangan emosi dulu. Dengarkan aku." Niko menenangkan Yvonne.Yvonne kembali mendekatkan telinganya sambil melirik Shawn."Kak, reaksimu berlebihan banget."Yvonne menatapnya dengan sinis. "Cepat katakan, apa rencanamu?"Niko tertawa melihat reaksi Yvonne. Setelah kejadian ini, Yvonne pasti makin mencintai Shawn.Menurut Niko, bencana ini justru menguntungkan Shawn."Begini, suruh Shawn untuk berpura-pura meninggal, sedangkan aku akan pergi menemui wanita itu untuk memberitahunya mengenai kematian Shawn. Saat bertemu, aku akan menangkap dan melihat wajahnya. Kalau bukan Shawn yang membunuh ibuku, pasti wanita itu pelakunya. Dia membunuh ibuku dan menjadikan Shawn sebagai kambing hitam. Dia ingin meminjam tanganku untuk melawan kamu dan Shawn. Semua ini adalah rencananya."Yvonne merasa ide yang diberikan Niko lumayan bagus."Em, idemu bagus, sih ....""
Shawn berkata, "Maaf, aku tadi tidak kepikiran, padahal aku bisa menelepon Bibi Leah ....""Aku pulang saja." Yvonne menyela ucapan Shawn.Kebetulan Yvonne ingin pulang mengecek kondisi Dio. Apalagi Leah harus menemani Dio, dia tidak bisa mengantarkan pakaian.Yvonne berdiri, sedangkan Shawn duduk di tempat tidur. Meskipun Shawn duduk, posturnya masih lebih tinggi daripada Yvonne.Shawn mengulurkan tangan dan memeluk Yvonne.Yvonne tersenyum sambil memukul manja. "Kamu nggak takut tertangkap basah lagi?""Kenapa harus takut?" Shawn tersenyum.Yvonne mengecup pipi Shawn dengan lembut. "Kamu masih terluka, istirahatlah. Aku juga mau pulang melihat Dio.""Em." Shawn mengangguk.Yvonne pulang dengan menggunakan taksi.Dio sangat tenang, dia tidak menangis selama diasuh Leah. Sepertinya Dio sudah mulai mengenali orang, dia sangat senang saat melihat kepulangan Yvonne.Dio mengulurkan tangannya, dia mau digendong Yvonne.Yvonne tidak langsung menggendong Dio karena belum mandi."Ibu mandi du
Entah kenapa, kali ini Shawn malah merasa canggung. Padahal mereka sudah pernah melihat tubuh satu sama lain.Yvonne membuka celana Shawn secara perlahan. Dia juga merasa malu dan tidak enak hati."Aku sendiri saja," kata Shawn.Yvonne tertawa melihat wajah Shawn yang memerah. Astaga, Shawn bisa tersipu malu?Pria ini adalah Shawn, dia dikenal sebagai pria yang dingin dan arogan! Kenapa sekarang dia berlagak seperti pemuda polos?"Shawn ...." Yvonne tak dapat menahan tawanya.Shawn berusaha tetap tenang. "Apa yang lucu?""Lucu, lucu banget. Hahaha ...."Shawn melemparkan celananya kepada Yvonne. "Pakaikan!"Yvonne mengambil celana yang dilemparkan. "Kamu yakin?""Aku lagi sakit, kamu harus melayaniku," jawab Shawn dengan arogan.Yvonne menggelengkan kepala, sikap pria ini berubah lebih cepat daripada membalikkan telapak tangan."Aku lepaskan celanamu, ya?" Yvonne kembali memastikan.Shawn mengangguk, tetapi sesaat Yvonne menyentuh pinggangnya, sekujur tubuh Shawn langsung terasa kaku.
Yvonne bergegas bangkit dari tempat tidur. "Kamu masih lemah, ngapain ke sini? Apakah terjadi sesuatu? Kenapa kamu cemberut?"Kedua mata Niko memerah, suaranya pun terisak-isak.Samantha menyusul belakangan pun bergegas menjelaskan, "Barusan pihak kepolisian telepon, katanya kasus Kayla telah ditutup dan jenazahnya boleh dibawa pulang.""Apa?" Yvonne terkejut mengetahui polisi yang menutup kasusnya begitu saja.Jika dipikir-pikir, Yvonne bisa mengerti sisi kepolisian. Pelaku tersebut pasti tidak berani memperbesar masalah ini. Pelaku tersebut menjadikan Shawn sebagai kambing hitam, padahal bukan Shawn yang membunuh Kayla. Sekarang Shawn masih hidup, pelaku itu tidak berani memprovokasi Shawn."Katanya besok pengadilan akan memutus perkara ini. Apakah kamu bisa menemaniku?" tanya Niko yang bersandar di pintu.Yvonne menghampiri Niko dan memeluknya. "Aku akan menemanimu. Aku rasa pelaku yang membunuh ibuku takut ketahuan, makanya dia buru-buru menutup kasus ini.""Kasusnya telah ditutup,
Bocah ingusan pun tahu, mana mungkin Kayla melarikan diri dari rumah sakit? Memangnya tidak ada petugas yang berjaga di sana?Jelas, pasti ada orang yang menyogok petugas keamanan untuk membebaskan Kayla.Melihat Niko yang mengepalkan tangan, Yvonne langsung menepuk pundaknya dan menenangkannya. "Jangan emosi, tenangkan dirimu.""Nggak bisa, aku nggak bisa!" Niko marah mendengar putusan yang menyatakan Kayla bunuh diri.Niko tidak bisa menerima kenyataan ini. Kayla jelas dibunuh, tapi sayangnya Niko tak memiliki bukti.Dada Niko terasa sesak, dia menyesal karena tak dapat berbuat apa-apa.Yvonne hanya bisa menghela napas, dia memberikan waktu kepada Niko untuk mengatur emosinya.Setelah bacaan putusan selesai, Samantha menemani Niko untuk pergi melihat jenazah Kayla.Yvonne tidak ikut, dia menunggu di depan pintu.Tak berapa lama, seorang wartawan wanita berjalan melewati Yvonne. Yvonne menoleh secara spontan, wajah wartawan itu terasa sangat familier.Hanya saja Yvonne tidak bisa meng
Yvonne berdeham, lalu lanjut berkata, "Sebenarnya aku yang membeli lahan di samping makam Ayah."Yvonne sengaja membelinya agar Kayla tidak dimakamkan di sana. Sebenarnya Yvonne melakukan itu hanya semata demi menghalangi Kayla dimakamkan di samping Calvin.Yvonne bukan sengaja ingin membeli lahan tersebut untuk Samantha. Hidup Samantha masih panjang, Yvonne tidak bermaksud menyiapkan lahan tersebut untuk pemakaman Samantha kelak.Niko tidak langsung meresponsnya, dia berusaha mencerna ucapan Yvonne. Setelah berpikir sejenak, Niko bertanya, "Kamu membelinya untuk Bibi?"Yvonne tidak ingin menjelaskan panjang lebar, jadi dia langsung menjawab, "Iya.""Hah ...." Niko menghela napas panjang, dia terlambat selangkah. Niko belum sedewasa Yvonne yang dapat berpikiran jauh ke depan.Niko baru kepikiran untuk membeli lahan makam setelah mengetahui kematian Kayla."Kak, kamu cerdas banget. Nggak heran Ayah mewariskan perusahaan kepadamu," kata Niko.Niko sama sekali tidak iri dengan Yvonne. Yvo
Quinn membujuk Graham untuk memberikan kesempatan kepada Thiago. Setelah berbagai sanjungan yang diberikan, akhirnya Quinn berhasil mendapatkan dukungan Graham."Shawn, apakah tidak ada yang ingin kamu jelaskan?" Graham bertanya dengan ketus.Shawn sengaja menunjukkan ekspresi kesal, tidak rela, dan tidak percaya. Dia bersikap seolah tidak tahu menahu mengenai masalah hari ini.Shawn menegur Xavier di hadapan semua orang. "Apa yang kamu lakukan? Kenapa dokumen sepenting itu bisa jatuh ke tangan orang lain?""Pak, maafkan aku. Aku juga tidak tahu bagaimana dokumen itu bisa jatuh ke tangan orang lain." Xavier menundukkan kepala."Sekarang bukan waktunya untuk memarahi bawahanmu. Cepat atau lambat, rahasia ini pasti akan terungkap juga."Thiago mendengus dingin. "Aku pikir nggak akan ada yang bisa mengalahkan kamu, ternyata kamu nggak ada apa-apanya."Xavier tidak terima, dia membela Shawn dan menentang ucapan Thiago. "Apa maksudmu? Siapa yang tidak pernah melakukan kesalahan? Selama ini