Bocah ingusan pun tahu, mana mungkin Kayla melarikan diri dari rumah sakit? Memangnya tidak ada petugas yang berjaga di sana?Jelas, pasti ada orang yang menyogok petugas keamanan untuk membebaskan Kayla.Melihat Niko yang mengepalkan tangan, Yvonne langsung menepuk pundaknya dan menenangkannya. "Jangan emosi, tenangkan dirimu.""Nggak bisa, aku nggak bisa!" Niko marah mendengar putusan yang menyatakan Kayla bunuh diri.Niko tidak bisa menerima kenyataan ini. Kayla jelas dibunuh, tapi sayangnya Niko tak memiliki bukti.Dada Niko terasa sesak, dia menyesal karena tak dapat berbuat apa-apa.Yvonne hanya bisa menghela napas, dia memberikan waktu kepada Niko untuk mengatur emosinya.Setelah bacaan putusan selesai, Samantha menemani Niko untuk pergi melihat jenazah Kayla.Yvonne tidak ikut, dia menunggu di depan pintu.Tak berapa lama, seorang wartawan wanita berjalan melewati Yvonne. Yvonne menoleh secara spontan, wajah wartawan itu terasa sangat familier.Hanya saja Yvonne tidak bisa meng
Yvonne berdeham, lalu lanjut berkata, "Sebenarnya aku yang membeli lahan di samping makam Ayah."Yvonne sengaja membelinya agar Kayla tidak dimakamkan di sana. Sebenarnya Yvonne melakukan itu hanya semata demi menghalangi Kayla dimakamkan di samping Calvin.Yvonne bukan sengaja ingin membeli lahan tersebut untuk Samantha. Hidup Samantha masih panjang, Yvonne tidak bermaksud menyiapkan lahan tersebut untuk pemakaman Samantha kelak.Niko tidak langsung meresponsnya, dia berusaha mencerna ucapan Yvonne. Setelah berpikir sejenak, Niko bertanya, "Kamu membelinya untuk Bibi?"Yvonne tidak ingin menjelaskan panjang lebar, jadi dia langsung menjawab, "Iya.""Hah ...." Niko menghela napas panjang, dia terlambat selangkah. Niko belum sedewasa Yvonne yang dapat berpikiran jauh ke depan.Niko baru kepikiran untuk membeli lahan makam setelah mengetahui kematian Kayla."Kak, kamu cerdas banget. Nggak heran Ayah mewariskan perusahaan kepadamu," kata Niko.Niko sama sekali tidak iri dengan Yvonne. Yvo
Quinn membujuk Graham untuk memberikan kesempatan kepada Thiago. Setelah berbagai sanjungan yang diberikan, akhirnya Quinn berhasil mendapatkan dukungan Graham."Shawn, apakah tidak ada yang ingin kamu jelaskan?" Graham bertanya dengan ketus.Shawn sengaja menunjukkan ekspresi kesal, tidak rela, dan tidak percaya. Dia bersikap seolah tidak tahu menahu mengenai masalah hari ini.Shawn menegur Xavier di hadapan semua orang. "Apa yang kamu lakukan? Kenapa dokumen sepenting itu bisa jatuh ke tangan orang lain?""Pak, maafkan aku. Aku juga tidak tahu bagaimana dokumen itu bisa jatuh ke tangan orang lain." Xavier menundukkan kepala."Sekarang bukan waktunya untuk memarahi bawahanmu. Cepat atau lambat, rahasia ini pasti akan terungkap juga."Thiago mendengus dingin. "Aku pikir nggak akan ada yang bisa mengalahkan kamu, ternyata kamu nggak ada apa-apanya."Xavier tidak terima, dia membela Shawn dan menentang ucapan Thiago. "Apa maksudmu? Siapa yang tidak pernah melakukan kesalahan? Selama ini
Yvonne menjawab, "Hari ini aku bertemu seorang wanita .... Ah, sudahlah, nggak penting."Yvonne mengempaskan pikirannya, mungkin hanya mirip. Apalagi hari ini Shawn sangat sibuk, Yvonne tidak mau menambah beban masalahnya.Shawn mengerutkan alis. "Kenapa bercerita setengah-setengah?"Yvonne tersenyum. "Nggak penting, kok. Pemakaman Kayla akan diadakan besok ....""Tok, tok." Di saat bersamaan, seseorang mengetuk pintu ruangan."Masuk," jawab Yvonne.Xavier membuka pintu dan masuk sambil membawa sebuah kardus yang berisi dokumen serta beberapa peralatan kantorXavier meletakkan semua barang-barang ke atas meja, lalu menghampiri Shawn dan berkata, "Pak, mereka memilih Thiago untuk menjadi presdir."Shawn tidak kaget, dia mengangguk dan menjawab, "Em, baik."Semua berjalan sesuai rencana Shawn. Quinn baru menurunkan kewaspadaannya bila Shawn meninggalkan perusahaan."Aku kesal melihat para dewan direksi yang cuma memikirkan keuntungan dan saham. Selama ini, sudah berapa banyak keuntungan
"Kalau tidak merepotkan, tolong bantu aku mengurusnya," kata Shawn sambil mengernyit misterius.Xavier berusaha menahan tawanya. Akhirnya ada wanita yang berhasil mengontrol Shawn.Yvonne lanjut mengobati luka Shawn. "Em, kamu istirahat saja."Shawn menggenggam tangan Yvonne sambil berkata, "Biar Xavier temani. Jangan lama-lama, ya!"Yvonne mengangguk dan pergi bersama Xavier. "Ayo, jalan."Xavier mengikuti Yvonne dengan ragu-ragu. Tampaknya dia ingin mengatakan sesuatu.Yvonne kesal melihat sikap Xavier. "Ada apa? Ada yang ingin kamu katakan?""Tidak ada apa-apa. Aku cuma ingin bilang, kayaknya kamu berpikir kejauhan. Yura sama sepertiku, kami bekerja untuk Pak Shawn ....""Kamu tahu dari mana aku berpikir kejauhan?" Yvonne memotong ucapan Xavier.Xavier tak bisa menjawab, dia pun terpaksa menutup mulut. Begitu masuk ke dalam mobil, Xavier menyalakan mesin mobil dan pergi menemui Yura. Mereka tidak mengobrol di sepanjang perjalanan.Sesampainya di rumah Yura, Xavier mengetuk pintu rum
Yvonne sama sekali tidak merasa terintimidasi, dia menjawab dengan tenang, "Apa hubungannya dengan kamu yang tidak mau pindah ke luar negeri?""Sebagai seorang sekretaris, pekerjaanku tidak hanya terbatas untuk menjawab telepon dan menyiapkan rapat, aku juga perlu mengatur jadwal serta perjalanan Pak Shawn. Aku harus menyaring semua dokumen yang diserahkan setiap departemen, membuat laporan ...," Yura menjelaskan dengan lugas."Tugas utamaku adalah mendampingi atasanku. Kalau Pak Shawn tidak pindah, untuk apa aku pindah?" tanya Yura.Yvonne mendengarkan dengan sabar. "Oh, jadi kamu takut tidak ada pekerjaan?""Kalau Pak Shawn tidak pergi, aku memang tidak ada pekerjaan," jawab Yura.Yvonne mengangguk sambil tersenyum. "Bagaimana kalau kamu pindah departemen?"Yura tersentak, dia langsung menolak tanpa berpikir panjang. "Tidak mau."Yvonne tidak terkejut melihat reaksi Yura, dia tetap menghadapinya dengan senyuman. "Kenapa?""Aku sudah terbiasa dengan posisi ini. Lagi pula orang lain be
Ada beberapa hal yang bisa dipahami tanpa perlu diutarakan."Bagaimana kamu membujuk Yura?" tanya Xavier.Yvonne malas menjelaskan, "Untuk apa kamu tahu?"Xavier tersenyum, dia tidak berani memaksa Yvonne untuk menceritakannya.Tak berapa lama, mereka pun tiba di rumah sakit. Yvonne beranjak keluar dari mobil dan kembali ke ruangan Shawn....."Bu, lihat ini." Thiago emosi membaca semua laporan yang diberikan.Setelah menjabat sebagai presdir, Thiago mengecek keuangan perusahaan dan terkejut saat mengetahui banyaknya kerugian yang dialami.Raut wajah Quinn juga tampak masam. "Shawn bukan orang bodoh, perusahaan tidak seharusnya mengalami kerugian sebanyak ini.""Apakah dia sengaja?" Thiago tidak menyangka, Grup Skyward yang kelihatannya kaya raya ternyata tidak memiliki apa-apa.Quinn berpikir dan berkata, "Mustahil! Mungkin Shawn sengaja merahasiakan hal ini dari para dewan direksi?""Berarti dia mempermainkan kita? Jadi apa artinya usaha kita selama ini kalau pada akhirnya malah mend
Thiago benar-benar murka!Shawn meninggalkan begitu banyak masalah untuk Thiago.Para manajer tidak berani bersuara, mereka ketakutan melihat ekspresi Thiago. Ini adalah pertama kalinya mereka bekerja di bawah kepemimpinan Thiago, entah bagaimana tindakan yang akan diambilnya?"Dari departemen keuangan, jelaskan pencapaian dan target selama setengah tahun ini." Ekspresi Thiago terlihat angkuh dan serius.Thiago terlalu percaya diri sampai lupa diri.Manajer keuangan bangkit berdiri dan menjelaskan kondisi keuangan secara singkat. Intinya tidak ada pemasukan, hanya ada pengeluaran. "Ini daftar proyek yang sedang berjalan."Wajah Thiago terlihat sangat muram saat manajer keuangan menunjukkan daftar mutasi rekening.Dari ribuan lembar mutasi rekening, sebagian besar adalah transaksi keluar. Ada begitu banyak transaksi karena tagihan setiap faktur tidak melebihi 20 triliun. Jika tidak melebihi 20 triliun, maka pembayaran tidak memerlukan persetujuan dari para dewan direksi.Selama ini Shaw