แชร์

Parasit

ผู้เขียน: Dinis Selmara
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-03-11 12:41:48

Satu tahun kemudian

Saya sudah kirim uang nafkah untuk kamu,” tulis Aditama pada pesan singkat untuk sang istri.

Ia menatap ruang obrolan dengan sang istri yang tidak berbalas. Aditama tersenyum getir. Selama satu tahun pernikahan bisa dihitung berapa kali Kinara membalas pesan Aditama. Wanita itu juga mengaku sibuk dengan studi-nya.

Aditama mengembuskan napas panjang—mengusap kasar wajahnya.

Pernikahan seperti apa ini? Hambar.

Dalam bayangannya, pernikahan adalah bersatunya dua orang yang saling mencintai. Tidak harus selalu memiliki kesamaan, asalkan bisa saling melengkapi. Namun, kenyataannya jauh dari ekspektasi. Pernikahan yang ia jalani ini tidak seperti yang ia impikan, bahkan sebaliknya.

Terbesit pikiran untuk menceraikan sang istri. Bukankah itu lebih baik? Kinara bisa menikahi lelaki yang dicintainya, begitu pula dirinya. Namun, sanggupkah Aditama mencintai lagi?

Tak ada yang tahu bahwa Aditama sudah menikah. Ia sengaja tidak mempublikasikannya. Lebih tepatnya, tidak ada yang bertanya dan untuk apa juga ia mengumumkannya? Pernikahan yang menjadi kabar gembira, bagi Aditama hanya aib belaka.

Soal perceraian, Aditama membutuhkan alasan yang tepat untuk berbicara dengan ayahnya. Pasalnya, Tama begitu menyayangi menantunya. Aditama yakin yang ayahnya lakukan itu tidak lain hanya simpati pada Kinara. Sangat manusiawi, tapi tidak juga dengan mengorbankan dirinya.

Dering ponselnya memecah lamunannya. Senyum tipis terukir di wajahnya begitu melihat nama mamanya tertera di layar.

“Hi, cintaku,” kata Aditama begitu sambungan terhubung.

Mas,” sapa Rindu.

Seperti biasa, selain menanyakan kabarnya, Rindu kembali mengeluhkan pernikahan anak sulungnya. Ia tahu Aditama tidak bahagia dalam rumah tangganya. Tak jarang, wanita itu menyarankan agar Aditama menceraikan istrinya. Seketika itu juga mood Aditama ambyar.

Mama tahu kalau perusahaan Papa selalu mendukung perusahaan almarhum Fahri. Proyek pembukaan cabang baru di Bandung mangkrak, pasti karena kurang persiapan. Ya, bagaimana tidak? Beberapa kali Papa mengucurkan dana segar ke perusahaan pihak sana. Kinara juga beberapa kali menghubungi Papa,” ujar Rindu.

Rindu terus menanamkan kebencian Aditama terhadap Kinara. Aditama bukannya tidak tahu. Ia sendiri berkecimpung di dunia bisnis dan memahami perkembangan semua proyek yang dikerjakan Tama. Perihal pembukaan cabang Tama Group di Bandung memang terhenti, entah karena apa.

Sejak awal, Aditama memang tidak ingin terlibat dalam perusahaan keluarga. Tama yang berpikiran terbuka tidak pernah memaksanya. Mereka selalu sepaham dalam banyak hal, kecuali satu—perjodohan ini. Itu menjadi satu-satunya perbedaan pendapat antara Aditama dan ayahnya.

Kalau kamu bersedia, Mama akan meminta pengacara untuk menyusun surat pernyataan perceraian. Kamu tidak harus memberikan seluruh harta kamu padanya. Kita bisa membuat pasal harta gono-gini yang adil—tidak menyulitkan kamu, tetapi juga tidak merugikan Kinara. Bagaimanapun, dia tetap memiliki hak atas harta yang diperoleh setelah pernikahan.”

Aditama memijat pangkal hidungnya. Ia sudah terlampau muak dan ingin mengakhiri pernikahan ini.

“Biar Mas saja yang urus, Ma. Setelah semuanya dirangkum, Mas akan langsung membicarakan hal ini dengan Kinara,” ujar Aditama mantap akan berpisah.

Rindu terharu. Tidak salah lagi, Aditama memang tidak bahagia dalam pernikahannya. Putranya selalu penuh pertimbangan dalam mengambil keputusan. Jika ia sudah berbicara seperti ini, pasti ia telah memikirkannya dengan matang.

Sambungan telepon berakhir. Rahang Aditama mengeras, mengingat kembali kata-kata mamanya. Sejak awal, semuanya sudah jelas—Kinara hanyalah parasit dalam keluarganya. Mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya.

***

Sama seperti Aditama yang menyembunyikan status pernikahannya, Kinara pun melakukan hal yang sama. Namun, ia tak bisa merahasiakannya lebih lama dari sahabatnya sejak kecil.

“Wah … nolnya banyak banget, Ra,” gumam Ve, mengintip layar ponsel Kinara yang menampilkan notifikasi uang masuk ke rekeningnya.

Haisshh, berisik.” Kinara memilih pindah ke bean bag dekat jendela menatap serius layar ponselnya—menjauh dari sahabatnya yang terus mengoceh memekakkan telinganya.

“Ara, kamu nggak penasaran sama suami gaibmu itu?” tanya Ve lagi membuat Kinara memutar bola matanya jengah.

Dalam lingkaran pertemanannya, Kinara lebih dikenal dengan panggilan Ara. Nama Kinara hanya digunakan oleh keluarga.

Kinara menyimpan ponselnya. Lagi-lagi dia memilih untuk tidak membalas pesan suaminya. “Bukan nggak penasaran, tapi nggak peduli,” jawab Kinara santai.

Mengurus kuliah dan kafe saja sudah cukup merepotkan. Belum lagi pekerjaannya sebagai freelance di salah satu butik. Ia tak punya waktu untuk memikirkan suami gaibnya.

Suami gaib adalah sebutan yang Ve berikan untuk suami sahabatnya.

Katakanlah Kinara istri yang durhaka, tapi suami mana yang tega meninggalkan istrinya saat ia masih berkabung? Bisa-bisanya di hari pemakaman ayahnya, Aditama langsung pergi setelah mengantar ke pemakaman. Yang lebih menyedihkan, alih-alih menyapa lelaki itu hanya memotret punggung sang istri sebagai bukti kehadirannya di pemakaman.

Hari itu hari pernikahan mereka, loh. Hari bahagia yang berakhir duka.

Emosi Kinara naik setiap kali mengingat hari itu. Apalagi, Aditama dengan gamblang memintanya untuk tidak mengganggunya yang akan melanjutkan studi S2. Sok paling sibuk! Seolah-olah dirinya tidak punya kesibukan.

Untuk memberi pelajaran pada lelaki arogan itu, Kinara memilih mengabaikan pesan dan teleponnya. Bisa dihitung dengan jari berapa kali ia merespons. Namun, Mr. Arogan itu tetap saja tak peka. Jadilah pernikahan mereka yang sudah setahun ini hambar—sehambar sayur tanpa garam dan micin.

"Kaya sudah pasti, wong setiap bulan dia kirim uang dalam jumlah nggak kecil buat istri gaibnya—"

Ve buru-buru menutup mulutnya setelah keceplosan menyebut Kinara sebagai istri gaib. Ya, bagaimana lagi? Menurutnya, ini pernikahan paling aneh yang pernah ada. Suami istri yang tidak saling bertegur sapa selama setahun, komunikasi pun hanya satu arah. Kalaupun dua arah, itu hanya karena istri gaibnya ini lagi khilaf.

"Lanjut, Ra. Suamimu sudah pasti kaya. Gimana kalau ternyata dia juga tampan?"

Kinara mengerutkan kening, jengah dengan pola pikir sahabatnya yang terus berandai-andai tentang suaminya.

Suaminya?

Kinara bergidik geli mendengar kata itu.

"Besok kita berangkat jam berapa, Ve?" tanya Kinara, kembali fokus menarik garis dan mewarnai desainnya.

"Pukul delapan dari sini. Nggak usah bawa baju banyak-banyak. Kita shopping di sana aja! Suamimu ‘kan udah kirim duit," kata Ve, menaik-turunkan alisnya menggoda Kinara. "Eh, gimana kalau sekalian aja kalian meetup besok? Dia ‘kan di Singapura?"

"Males banget!"

Ve terus menggoda Kinara, mengingatkan bahwa kurang dari dua minggu lagi adalah anniversary pernikahan sahabatnya. Kinara melirik Ve dengan kening berkerut. Bisa-bisanya Ve justru lebih ingat usia pernikahannya? Anniversary seperti apa yang dimaksud? Dalam pernikahan ini, hal semacam itu jelas tidak mungkin ada.

Besok, Kinara dan teman-temannya memang berencana liburan ke Singapura. Bukan kali pertama mereka ke sana, tapi sama sekali tak terlintas dalam pikirannya untuk menemui suaminya. Lagi pula, lelaki itu juga tidak menunjukkan inisiatif untuk mencarinya.

“Ayolah, Ra. Hari itu kamu harus dandan maksimal pokoknya paripurna biar tuh suami gaibmu klepek-klepek dan menyesal telah mengabaikan istrinya yang hot badai,” ujar Ve menggebu-gebu.

Kinara tidak mengatakan apa pun. Dia hanyanya mengangkat tangannya dan menyilangkan kedua tangannya sebagai tanda bahwa dia tidak setuju, tidak akan melakukan hal itu.

"Oh, ya, Ra. Erik sibuk banget nanya aku, kamu ikut atau nggak ke Singapura. Nggak merasa aneh, Ra? Dia itu jelas-jelas suka sama kamu."

"Terus aku harus gimana, Ve? Aku nggak bisa atur perasaannya. Yang jelas, aku sudah bilang kalau aku nggak menaruh perasaan padanya selain sebagai teman," balas Kinara santai.

Ve menghela napas panjang. Kisah percintaan sahabatnya ini terlalu rumit. Jomblo seperti dirinya memang pilihan yang paling aman. Sambil menunggu pangeran berkuda putih datang, Ve memilih tetap menjomblo.

Ia pamit turun ke bawah apartemen untuk mengambil camilan yang dipesannya via aplikasi online.

Ponsel Kinara kembali berdenting. Wanita itu menutup mata sejenak saat melihat nama ibu mertuanya muncul di layar mengirim pesan singkat.

Punya suami gaib dan ibu mertua jahara? Lengkap sudah penderitaan pernikahan Kinara. Sejak awal, ibu mertuanya terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya pada Kinara.

Persiapkan dirimu. Aditama akan menceraikanmu. Jangan persulit prosesnya, Kinara. Ini demi kebaikan kalian berdua. Kamu dan Aditama berhak mendapatkan kebahagiaan masing-masing. Berhentilah menjadi parasit dalam keluarga kami," tulis ibu mertua Ara.

Dinis Selmara

Run, Kinara, Runnnn!

| 13
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (41)
goodnovel comment avatar
ida Sari
apa maksud Aditama sama mertua nya klu Kinara cuma parasit, hello klu dia parasit mana mngkn lah dia bekerja padahal suaminya ada
goodnovel comment avatar
Chaaa
btw kalau ntar di Singapura mereka ketemu jangan" malah saling kenal karna pernah galau bareng padahal suami istri duhh gak gk sabar..
goodnovel comment avatar
Chaaa
Aditama Aneh juga sih mau berharap apa dengan pernikahan kalian?? ketemu aja gk pernah mau hubungan bisa berjalan dengan apa?? gak percaya sih sama omongan Rindu yg bilang Kinara parasit, gak mungkin dehh..emang Rindu aja yg sensi sama Kinara atau mungkin IRI..
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Pertemuan Tak Terduga

    Parasit? Kinara tertawa sinis. Segera saja dia membalas pesan sang ibu mertua. “Baik, Tante. Saya akan mempersiapkan diri,” tulisnya. Terlalu lelah menjadi bulan-bulanan Rindu, Kinara mantap akan berpisah dengan Aditama. Lucu sekali ibu dan anak itu. Kalau memang ingin protes dan tidak setuju, kenapa tidak langsung menyampaikan saja pada Om Tama yang bersikeras menyatukan Kinara dan Aditama? Bahkan sampai saat ini, ayah mertuanya masih memperlakukannya dengan baik, menganggapnya seperti anak sendiri. Kinara naik ke tempat tidur, mencoba beristirahat, tak sabar menanti esok hari. Dalam pejamnya, pikirannya kembali pada pesan singkat dari ibu mertuanya. Diceraikan? Miris sekali, pernikahan yang diharapkannya hanya sekali dalam seumur hidup ternyata tidak berlaku dalam hidupnya. Setelah ini, bagaimana dengan statusnya sebagai janda? Tidak punya ayah, tidak punya ibu …. Kuat ya, Ra. Kamu tidak selemah itu, batinnya menguatkan diri. Dering ponselnya mengusik di saat matanya baru saja

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-11
  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bertemu Kembali

    “Siapa juga yang mau bertemu lagi dengannya,” kesal Kinara melihat punggung lelaki arogan itu menjauh. Segera saja Kinara melangkah terus menuju kamarnya.Sesampainya di kamar, Kinara terus menatap layar ponselnya, tepatnya ruang obrolan dengan sang suami. Aditama sudah membaca pesannya, tetapi tak kunjung membalas. Begini saja terus hubungan mereka sampai bumi berhenti berputar."Ah, sudahlah!"Kinara membenamkan tubuhnya ke dalam selimut, ingin segera berlabuh ke pulau kapuk. Padahal, masih terlalu dini untuk tidur, tetapi tubuhnya terasa begitu lelah.***Sejak penolakan kemarin, Erik tak lagi terlihat dalam rombongan. Ia memilih liburan terpisah dengan alasan ingin mengunjungi keluarganya di sini, mumpung ada waktu luang.Tak ada yang tahu tentang pertemuan mereka kemarin, termasuk Ve.Hari ini, mereka berencana menghabiskan waktu di luar Pulau Sentosa. Ve penasaran dengan skybar dan klub yang terletak di rooftop bangunan termegah dan paling ikonik di negara ini.Dalam perjalanan k

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-16
  • Cinta di Ujung Perpisahan   Pertanggungjawaban

    Kinara mengeratkan pelukannya menikmati aroma tubuh yang menenangkan. Tubuh? Kinara membuka matanya perlahan mengerjap saat tubuh kecilnya berada dalam pelukan seseorang. “Aahh …!” Kinara memekik mendorong tubuh di hadapannya hingga jatuh dari ranjang tersungkur mengerang kesakitan. “Ka—kamu?” Berusaha mengumpulkan kesadarannya lelaki itu pasrah terbaring telentang di lantai menahan sakit memegangi lengannya. “Ka—kamu nggak apa-apa?” tanya Kinara merasa bersalah karena lelaki itu terlihat sangat kesakitan. “Mas?” panggilnya hati-hati. Kinara sangat mengenal wajah ini. Lelaki ini adalah lelaki yang kemarin tidak terima dimintai tolong saat Kinara mengelabuhi Erik. Sebentar, dia juga yang memukuli Erik malam saat …. “Kamu sudah sadar, sebaiknya pergi dari apartemen saya,” kata lelaki itu dengan nada dingin—sudah terduduk di lantai dan berusaha bangkit dari duduknya. Kinara cepat turun dari ranjang dan berusaha membantu lelaki itu tapi yang ingin ditolong menolak. “Bukankah saya sud

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-18
  • Cinta di Ujung Perpisahan   Lelaki dari Masa Lalu

    Ada apa dengan lelaki itu? Sok paling kenal, pikir Kinara.“Mundur, Wir! Modusmu kelewatan,” pekik Kinara saking kesalnya. Tentu saja yang sedang dibicarakan tidak ada, ya …. Mana berani Kinara mengatai di depan orangnya langsung. Melihat tatapannya yang tajam saja takut, seperti akan melahap orang hidup-hidup.Kinara tidak ambil pusing karena dia memang tidak memiliki banyak waktu untuk memikirkan lelaki.Di hotel, Aji bolak-balik berjalan ke sana-sini seperti setrikaan berusaha menghubungi Kinara. Nomornya sudah aktif, tapi panggilan tidak kunjung diangkat.“Jadi apa mau ke kantor polisi saja?” tanya Ve, ketakutan.Aji menjelingkan matanya jengah karena Ve masih saja bungkam. Ve mengatakan kalau pun harus membuka rahasia Kinara itu hanya pada polisi nanti saat bersaksi.“Mau apa ke kantor polisi?” tanya Kinara melangkah masuk ke kamar yang sengaja disanggah hingga sedikit terbuka.Aji dan Ve segera menoleh saat seseorang melangkah masuk tanpa rasa bersalah, lalu menjatuhkan diri di s

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-18
  • Cinta di Ujung Perpisahan   Warna Baru

    “Wah, parah,” kata Adit, menggeleng sedih karena Kinara tidak mengingatnya.Kinara menganga tak percaya, kedua tangannya menutup mulutnya refleks. Ia terkejut bisa bertemu dengan lelaki yang ia kenal sebagai Adit—lelaki yang menemaninya malam itu, tiga tahun yang lalu, saat ia bersedih—tanpa tahu bahwa lelaki itu juga adalah Aditama, suaminya.“Maaf, Mas...,” lirihnya, masih tak percaya. “Sebentar, Mas Adit masih simpan gelangnya?” tanyanya lagi dengan mata membulat.Aditama mengangguk, lalu mendekatkan tangannya dengan tangan Kinara. Kinara menatap takjub saat melihat gelang pasangan mereka masih melingkar di sana, sama seperti miliknya.Hatinya dipenuhi rasa haru. Ia nyaris tak percaya pertemuan ini benar-benar terjadi. Ia tidak henti berterima kasih karena Aditama telah menyelamatkannya—meraih tangan Aditama, menarik, dan menggoyang-goyangkannya riang sementara yang ditarik meringis kesakitan.Aditama meringis.Menyadari perubahan ekspresi lelaki itu, Kinara buru-buru menghentikan t

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-19
  • Cinta di Ujung Perpisahan   Dilema Kinara

    08xx xxxx xxxxNona, perkenalkan saya Vano, asisten Pak Aditama. Saya ingin meneruskan surat pernyataan berikut untuk Nona tandatangani, terima kasih.‘Surat penyataan perceraian?’Suami GaibSudah terima draft dari Vano? Tolong segera tandatangani.Mas AditRa, besok mau dibuatkan sarapan apa?Kinara menatap aplikasi pesan singkat di layar ponselnya dengan kedua tangannya bertumpu di atas meja—meremas rambutnya. Bingung pesan mana yang harus ia balas lebih dulu.Deringan ponselnya membuyarkan pikiran, senyumnya merekah melihat telepon masuk dari papa mertuanya, Tama. Segera saja Kinara mengangkat panggilan itu.“Halo, Om,” sapa Kinara.“Kok, Om, terus, sih? Panggil papa seperti Aditama juga, Nak,” kata Tama dari seberang telepon.Kinara meringis segan. Pasalnya ia juga pernah memanggil Rindu dengan sebutan mama, tapi mertuanya itu menolak keras dipanggil mama. Kinara jadi membatasi diri dari keluarga suaminya.“Kamu lagi di Singapura?” tanya Tama kemudian.Kinara menyahut membenarkan,

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-19
  • Cinta di Ujung Perpisahan   Rumah Kecil

    Malam ini, Kinara ikut Ve ke sebuah pameran seni. Sementara Aji menemani Ve di ruang lelang, Kinara berkeliling menikmati pameran.Tanpa disadari, sejak tadi ia menjadi objek bidikan seorang fotografer. Setiap gerak-geriknya tertangkap dalam jepretan kamera. Fotografer itu begitu menikmati momen memotret Kinara yang fotogenik.Kinara terus berjalan hingga berhenti di depan salah satu lukisan.Lukisan itu terpajang di sudut ruangan. Sapuan warna-warna hangat membentuk siluet sebuah rumah tua yang disinar cahaya keemasan. Di teras, tergambar sosok ayah yang tersenyum lembut, tangannya memeluk putri kecilnya. Di belakang mereka, samar-samar terlihat bayangan seorang ibu yang penuh cinta, pelukan itu seakan bisa dirasakan meski hanya dalam kanvas.Namun, semakin lama dipandang, lukisan itu terasa memilukan. Kinara berdiri di depan lukisan itu, dadanya sesak. Rindu menghangatnya rumah kecil, pelukan ayahnya, dan tawa yang dulu mengisi hari-harinya. Air matanya jatuh tanpa ia sadari, mengena

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-20
  • Cinta di Ujung Perpisahan   Terusik

    "Sesuatu apa, Mas?" tanya Kinara dengan bingung."Nanti aja, deh. Setelah dari sini," kata Aditama santai, menunjukkan tiket masuk Universal Studios."Kita mau ke Universal Studios?" tanya Kinara dengan mata membulat. Aditama memang tidak memberi tahu mereka akan ke mana akhir pekan ini. Kinara mengira mereka hanya akan berbincang ringan di toko es krim saja."Tidak mau?" Aditama menaikkan sebelah alisnya, sengaja menggoda."Mauuu…," seru Ara bak anak kecil yang bahagia dituruti keinginannya.Lihatlah bagaimana Aditama tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya di dekat Ara, sosok yang periang dan bersahaja. Di tengah berbagai problematik hidup dan kesibukannya, bertemu Ara bagaikan menemukan dunia baru dalam hidup Aditama yang selama ini monoton.***“Kamu menikmati sekali permainan wahana tadi,” kata Aditama saat mereka menikmati waktu usai menjelajahi beberapa permainan wahana di Universal Studios.Kinara mengatakan bahwa sudah lama ia tidak bermain wahana karena sahabatnya tidak bera

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-21

บทล่าสุด

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Ketahuan

    Rindu belum puas dengan penjelasan Aditama. Namun, dari tutur kata putra sulungnya, jelas terlihat bahwa Aditama menginginkan wanita itu.“Jadi, dia gadis yang Mas temui di Singapura waktu itu?” tanya Rindu, mengingat cerita sang anak tiga tahun lalu. “Memangnya tidak ada niatan untuk memperbaiki hubungan dengan Kinara—”“Mas nggak mau bahas dia, Ma.”Rindu tersenyum tipis. Hari itu, ia sengaja memberikan afirmasi positif kepada calon menantunya, karena tahu betul Aditama masih menyimpan kebencian yang dalam terhadap istrinya. Bukan hanya enggan memiliki anak dari Kinara—mendengar namanya saja sudah membuat Aditama muak. Ia tahu, Kinara tak akan pernah diterima. Yang menanti wanita itu hanyalah penolakan. Rindu tdak menyukai Kinara karena keluarga besannya tidak ada yang benar.***“Gantiin gue, Ve,” bujuk Kinara pada Ve yang sedang menikmati camilan yang Aji pegang. Sesekali lelaki itu menyuapi Ve dengan manja.“Nggak bisa, Sayangku, Cintaku. Tugasku numpuk. Tumben banget nggak mau ik

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Hari Yang Menyenangkan

    Usai adegan peluk-pelukan, Kinara menjauh dari Aditama dan mencari Aji yang ternyata tengah sibuk menyantap hidangan pembuka di hadapannya. Semua makanan telah tersaji rapi di meja prasmanan, tak jauh dari tempat Aji duduk.Kinara melirik Aji dengan kesal. Lelaki itu malah menawarinya makan tanpa rasa bersalah.“Sumpah, malah asik makan,” omel Kinara.“Diambilin tadi sama pelayan, ini hidangan pembuka,” jawab Aji sambil menunjuk menu di depannya.Pandangan Kinara kemudian jatuh pada Aditama yang tengah mendekat.“Kita makan di luar—” ucap Aditama, tapi terpotong.“Di sini saja,” potong Kinara ketus.Aditama tak melanjutkan kalimatnya, hanya mengangguk paham. Ia lalu menarik kursi di samping Aji dan duduk di sana, karena kursi di sebelah Kinara sudah wanita itu tempati tasnya.Aditama meminta pelayan untuk menyajikan makanan di meja mereka. Mata Kinara membulat melihat semua menu yang terhidang—semuanya adalah makanan kesukaannya. Ia juga baru menyadari bahwa bunga-bunga yang menghiasi

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Sandiwara #2

    “Nggak usah datang,” ujar Kinara saat berdebat dengan Aji.Aji sangat menyayangkan hal itu. Padahal, ia baru saja mendapatkan ilham untuk judul skripsinya dan ingin berkonsultasi dengan Aditama.Kinara mengatakan bahwa ia akan merekomendasikan kakak lelakinya, Dito, untuk menjadi tempat konsultasi Aji. Dito adalah kakak dari pihak ibu tirinya. Dito yang lebih bisa diandalkan. Sayangnya, Dito memilih untuk tidak terlibat dalam bisnis keluarga. Ia bekerja secara profesional di sebuah perusahaan terkemuka di bidangnya.“Datanglah, paling nggak. Bayangin gimana rasanya kalau kamu ulang tahun tapi nggak ada yang datang. Aku janji, setelah ini aku nggak akan menemuinya lagi kalau itu memang membuatmu nggak nyaman. Tapi, jangan lupa bantu atur komunikasiku dengan Mas Dito,” pinta Aji.Sejujurnya, berat rasanya bagi Kinara untuk kembali bertemu dengan Adit. Namun, akhirnya ia mengangguk setuju. Toh, ini akan menjadi yang terakhir kalinya ia berurusan dengan Adit.Kinara menghubungi Dito. Baru

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Sandiwara #1

    Kinara ketar-ketir sejak tadi ditatap tajam oleh Aditama.Seperti biasa, lelaki itu kembali duduk berlama-lama di kafe miliknya usai beraktivitas seharian, menyeruput kopi favorit sambil terus mengamati Kinara."Ke mana sih Aji?" gumam Kinara kesal, matanya sesekali melirik layar ponselnya.“Dia nggak bilang, ya?” sahut Ve, santai tanpa mengalihkan pandangan dari tablet desain di tangannya. “Dari kampus dia nyusul Mama dan Papa-nya ke Batu Pahat.”“Hah? Batu Pahat?” suara Kinara meninggi tak percaya.Kesal, Kinara mendesah. Suami macam apa yang pergi tanpa kabar? Tidak bisa diandalkan. Kalau begini rencana Kinara berantakan. Ve menelisik wajah sahabatnya janggal, tapi dia tidak ambil pusing—mengedikkan bahunya dan melanjutkan kegiatannya dengan tab-nya.Menjelang malam, Kinara memutuskan pulang lebih awal. Ia hanya ingin segera sampai di apartemen, membersihkan diri, lalu tidur. Namun niatnya terhenti saat matanya beradu dengan Aditama. Lelaki itu menatapnya menusuk, membuat Kinara men

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Suami Dadakan

    Aditama membeku, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Setelah keduanya terdiam beberapa saat, Aditama malah tertawa. Ia mendekat—sedikit membungkuk menatap wajah Kinara sambil mencolek hidung mancung wanita itu.“Sengaja bilang begitu biar aku menjauh darimu, hmm?”“A–aku nggak bohong. Aku ini istri dari seorang pria, Mas,” tekan Kinara dengan nada sungguh-sungguh.Aditama menelisik wajah Kinara. Ia kecewa karena tidak menemukan kebohongan di mata wanita kecil itu.“Kalau begitu, beri tahu aku siapa pria itu,” ucap Aditama dengan rahang mengeras.Kinara mundur—masih duduk di sofa—saat Aditama semakin dekat. Tatapan lelaki itu begitu tajam, membuat lidahnya kelu.“Tentu saja Mas nggak kenal dia,” bisik Kinara nyaris tak terdengar.“Katakan, Ara!”Dering ponsel Kinara menginterupsi ketegangan. Keduanya serentak melirik ke arah meja tempat ponsel itu tergeletak. Kinara segera mendorong tubuh Aditama dan meraih telepon.“Sebaiknya Mas Adit pergi,” ucapnya menjauh, lalu meneri

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Fakta Tak Terduga

    Keduanya beradu pandang saling menatap begitu dalam. Aditama terkejut dengan permintaan Kinara yang sekaligus menyadarkannya kalau dia baru saja akan salah melangkah.“Katakan sekali lagi,” lirih Aditama, tangannya sudah terulur mengusap lembut pipi Kinara.“Tetap di sini, Mas,” balas Kinara.Aditama menarik Kinara–mengecup keningnya begitu lama.“Aku di sini, Ra. Aku tidak akan pergi,” ujar Aditama membuat Kinara mengembuskan napas lega–tangan bahkan sudah memeluk Aditama.***Kinara sudah terlelap di sofa, sementara Aditama duduk di lantai, bersandar pada pinggiran sofa.“Mau lanjut nonton lagi—” Aditama tersenyum saat menoleh dan mendapati Kinara sudah tertidur. Tangannya terulur, mengusap lembut puncak kepala Kinara. Ia telah jatuh sepenuhnya dalam pesona wanita itu. Tak ingin menjauh, apalagi menyakiti wanita kecil ini. Sebisa mungkin, ia ingin menjadi alasan Kinara tersenyum.Setelah menuruti permintaan Kinara, Aditama meminta Vano menjemput Sheila—tentu atas sepengetahuan Kinar

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Tak Rela

    “Ara,” panggil Aditama dengan mata membulat terkejut. “Maaf, Mas. Saya permisi,” lirih Kinara, melangkah pergi tanpa tahu harus berkata atau bersikap seperti apa. Dengan cepat, Aditama melepaskan paksa pelukan wanita itu dan segera mengejar Kinara. “Ra!” teriaknya, sementara Kinara sudah masuk ke dalam lift. “Ara…!” Aditama berlari menahan pintu lift yang hampir tertutup. Tangannya terjepit sedikit, membuat Kinara terlihat khawatir. Begitu pintu terbuka, Aditama langsung masuk ke dalam kotak besi itu. “Kenapa pergi, hm?” tanyanya seraya meraih tangan Kinara yang langsung ditarik menjauh oleh wanita itu. Kinara tak mengerti kenapa dia pergi dan lebih tak mengerti lagi kenapa dia datang jauh-jauh ke Singapura hanya untuk menemui Aditama. Lihatlah, apa yang ia dapatkan? Dan apa yang sebenarnya ia harapkan? “Kamu datang untuk menemui aku, kan?” tanya Aditama, menelisik wajah Kinara. Mata wanita itu berkaca-kaca, jelas tampak kekecewaan di sana. “Ara,” panggil Aditama, menco

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Patah Hati?

    Aditama merekahkan senyum melihat Ara tertawa bahagia saat berbincang dengan rekan-rekannya. Ya, Aditama sengaja menunda kepulangannya hanya demi wanita kecil itu. Ia tak ingin wanitanya kecewa. Di antara rekan-rekan Kinara, tak ada yang tahu bahwa Kinara sudah menikah. Maka, saat melihat Kinara datang bersama Aditama, mereka menganggapnya biasa saja—seperti pasangan kekasih pada umumnya. Mereka bahkan tidak henti menggoda Kinara—mendoakan hubungan Ara dan Adit. Pandangan Kinara jatuh pada sosok Adit. Ia ikut tersenyum, lalu berpamitan pada rekannya. Kinara mendekat ke arah Aditama—duduk di kursi di sampingnya. "Mas, makan, yuk! Aku ambilkan makanannya, ya?" tawarnya. Belum sempat Kinara beranjak, Aditama menahannya. "Let me. Biar aku saja yang ambilkan untukmu. Kamu tunggu di sini, ya," kata Aditama, mengusap puncak kepala Kinara. Kinara mengangguk dan menawarkan diri untuk mengambil dessert mereka nanti. Sepanjang makan malam Kinara tidak henti tersenyum. Hari ini, dia meras

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Kasmaran #2

    Dua hari ini, Aditama sibuk dengan pekerjaannya. Lelaki yang selalunya mejeng di kafe Kinara, kini tak nampak batang hidungnya. Meski tinggal bertetangga pun tidak ada pertemuan antara keduanya membuat Kinara juga cecarian akan sosok Adit.“Lemes banget bestieee…,” goda Ve pada Kinara yang sedang fokus pada laptopnya, tapi sesekali melihat layar ponselnya. “Nggak ketemu Mamas kesayangan berapa hari?”“Ve, please,” jengah Kinara.“Pernah dengar kalimat gini nggak, Ra. ‘Lo belum jadi sahabat banget kalau belum nemenin sahabat lo selingkuh,” kekeh Ve.Kinara terdiam sesaat.‘Selingkuh?’ batin Kinara.Kinara bahkan masih tidak mengerti dengan perasaannya saat ini.Usai bekerja di kafe, Kinara pamit pulang. Baru saja melangkah keluar, senyumnya merekah melihat sosok Adit merentangkan tangan, seolah meminta wanita kecil itu masuk ke dalam pelukannya.Dengan semangat, Kinara berlari kecil ke arahnya, tak sabar merasakan pelukan yang ia rindukan. Namun, ucapan Ve tadi tiba-tiba melintas di pik

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status